Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2

DESAIN ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN

DISUSUN OLEH:
JUMADY SINAGA
H251180311

PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
KEPEMIMPINAN DAN KULTUR DALAM ORGANISASI
GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA

Pengertian Kepemimpinan
Sebuah organisasi tentunya mempunyai visi, misi dan struktur kepengurusan.
Dipimpin seorang ketua dan dibantu dengan anggota lainnya. Seorang ketua sebagai
pimpinan diharapkan mampu memberikan pengaruh, motivasi dan semangat kepada
bawahan. Tidak hanya itu, pemimpin juga harus menciptakan hubungan yang
harmonis kepada rekan kerja atapun bawahan. Tantangan kepemimpinan adalah
bagaimana mengatur dan menyelesaikan hal-hal yang besar dalam sebuah organisasi.
Mengubah nilai menjadi tindakan, visi jadi kenyataan, hambatan jadi inovasi,
keterpisahan menjadi solidaritas dan resiko menjadi imbalan. Pemimpin juga harus
mampu menciptakan tantangan menjadi peluang dan kesuksesan yang luar biasa.
Dalam perkembangan revolusi industri saat ini, tentunya gaya kepemimpinan juga
harus menyesuaikan dengan kondisi teknologi yang semakin canggih.
Kepemimpinan dibagi menjadi dua tipe, yaitu kepemimpinan
transformasional dan transaksional (Bernard M. Bass. 1990). Kepemimpinan
Transaksional adalah terdapatnya transaksi atau pertukaran dalam hubungan antara
pemimpin dan bawahannya. Sedangkan kepemimpinan transformasional adalah lebih
condong pada hubungan timbal balik dan berdasarkan pada kepercayaan. Menurut
Bernard, kepemimpinan transaksional dibagi menjadi beberapa karakteristik, yaitu:
a. Imbalan kontingensi, yaitu adanya kontrak pertukaran imbalan untuk berbagai
upaya yang dilakukan bawahan, seperti menjanjikan imbalan untuk kinerja
yang baik dalam menyelesaikan tugas-tugas
b. Manajemen dengan pengecualian secara aktif (active management by
exception), yaitu kecenderungan pemimpin untuk mengamati dan mencari
berbagai penyimpangan dari standar dan prosedur, dan untuk mengambil
tindakan koreksi untuk kelompok yang dipimpinnya
c. Manajemen dengan pengecualian secara pasif (passive management by
exception), yaitu kecenderungan dari pemimpin untuk turun tangan atau
mengintervensi hanya ketika prosedur dan standar tidak terpenuhi
d. Laissez-faire, yaitu perilaku para pemimpin untuk menghindari pembuatan
keputusan atau melepaskan tanggung jawab mereka
dan kepemimpinan transformasional dibagi menjadi beberapa karakteristik, yaitu:
a. Karisma atau pengaruh ideal, pemimpin memberi sense of mission dan sense
of vision, menanamkan rasa bangga dan memperoleh rasa hormat dan
kepercayaan
b. Kepemimpinan inspirasional, pemimpin memberikan ide-ide yang jelas dan
harapan yang tinggi, motivasi dan memberikan apresiasi
c. Stimulasi intelektual, pemimpin mendorong kecerdasan, rasionalitas dan
penyelesaian masalah
d. Pertimbangan individual, pemimpin memberikan perhatian personal, melatih,
menasihati para pengikut, dan memperlakukan setiap pengikut secara
individual

Kepemimpian dalam GMKI


Sebagai agen perubahan, pemuda dapat berkontribusi dengan sikap kritis dan rasa
optimistisnya untuk mempengaruhi masyarakat dalam melakukan perubahan melalu
aksi nyata. Ia melakukan gerakan penyadaran bagi diri dan masyarakat sehingga
dapat menyentuh langsung persoalan sosial. Dalam setiap organisasi perlu ada peran
Agent of change yaitu orang yang mampu melakukan perubahan dalam lingkungan
organisasinya. Pada dasarnya ketika kita ditunjuk sebagai leader atau pimpinan suatu
organisasi, maka bersama itu juga melekat tanggungjawab sebagai the agent of
change. Karena di tangan seorang agent of change terdapat kewenangan untuk
mengambil keputusan-keputusan penting tentang tujuan organisasi sesuai dengan visi
dan misinya.
GMKI adalah organisasi kepemudaan mahasiswa yang berdiri pada taggal 9
Pebruari 1950. Terdiri dari 94 cabang se Indonesia, GMKI terlibat dalam mendirikan
Kelompok Cipayung (22 Januari 1972) yang beranggotakan HMI, PMII, GMNI,
PMKRI dan GMKI. GMKI dipimpin Pengurus Pusat yang terdiri dari 37 orang
dengan pucuk pimpinan yaitu ketua umum. Sebagai organisasi kemahasiswaan,
apabila dikaji dari dalam perjalanannya, GMKI menerapkan tipe kepemimpinan
transformasional. Pendekatan kepemimpinan transformasional dikarenakan ketua
umum GMKI lebih memperhatikan transformasi paham, harmonisasi antar sesama
pengurus, kepercayaan terhadap wewenang dan dorongan semangat. Dengan
penerapan kepemimpinan tipe transformasional, para pengurus GMKI akan semakin
semangat untuk melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan.
Menerapkan model kepemimpinan seperti ini, Organisasi GMKI telah
mengadopsi Clan culture. Fokus pada keterlibatan dan partisipasi tinggi, memberikan
perhatian, memenuhi kebutuhan, memotivasi agar kinerja tinggi dan umpan balik.
Memberikan kepercayaan atau wewenang kepada bawahan akan menjadikan mereka
merasa dihargai. Gaya kepemimpinan seperti ini juga sering disebut dengan
demokratis. Dengan gaya kepemimpinan ini, maka akan mampu memediasi pengurus
terhadap kinerja manajerial (Andika Rante, dkk. 2014).
Gaya kepemimpinan ini akan menjadikan kinerja bawahan yang efektif dan
merasa dihargai. Semakin besar tingkat pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab dari ketua umu kepada pengurus lainnya, maka semakin tinggi tingkat kinerja
manajerial.

Kesimpulan
GMKI sangat cocok menerapkan kepemimpinan yang transformasional dan
Clan culture, sebab dengan cara seperti ini maka akan meningkatkan kapasitas
sumber daya manusia bagi pengurus GMKI dan semangat kinerja. Sedangkan peran
yang digunakan dalam GMKI adalah peran interpersonal karena pemimpin/ ketua
umum GMKI menjadi penghubung antara pengurus.

Anda mungkin juga menyukai