Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan ridho-Nya
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
dan menyelesaikan tugas kami sebagai mahasiswa manajemen dalam mata kuliah
Pengantar Manajemen yang membahas tentang “Manajemen dalam Konteks Global
Revolusi Industri 4.0”.

Atas terselesainya makalah ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Chalirafi, SE, M.Si selaku dosen mata kuliah Pengantar Manajemen yang telah
membimbing kami selama ini.

Makalah ini pastinya belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan masukkan dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Atas
pertisipasinya kami ucapkan terima kasih.

Bukit Indah ,24 Oktober 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


berdampak pada perubahan sistem nilai dan pola kehidupan, secara tidak langsung
telah menuntut prasyarat kemampuan manusia untuk memperoleh peluang
partisipasi di dalamnya. Dalam konteks keterbukaan dunia, manusia hidup dalam
masyarakat mega kompetisi yang terus menerus mengejar kualitas dan
keunggulan (Tilaar, 1999). Dampak tersebut tidak hanya berpengaruh ke negara-
negara berkembang, akan tetapi juga ke negara-negara yang sudah maju
sekalipun. Pengaruh yang paling signifikan adanya globalisasi adalah adanya
perkembangan teknologi yang tersebar secara luas ke seluruh dunia.
Globalisasi telah memasuki era baru yang bernama revolusi industri 4.0.
Klaus Shwab (2016: 11) melalui The Fourth Industrial Revolution menyatakan
bahwa dunia telah mengalami empat tahapan revolusi. Revolusi industri pertama
yang dimulai sejak 1784 memperkaryakan air dan kekuatan uap untuk mekanisasi
sistem produksi. Revolusi industri kedua yang dimulai tahun 1870 menggunakan
daya listrik untuk melangsungkan produksi masal. Penggunaan teknologi
komputer untuk otomasi manufaktur mulai tahun 1970 menjadi tanda revolusi
industri ketiga. Sekarang dunia telah memasuki era baru yaitu revolusi industri
keempat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Lingkungan Organisasi Eksternal dan Internal ?

2. Apa saja tantangan manajemen di Era Global ?

3. Bagaimana cara pendekatan manajemen dalam konteks multikultur ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu Lingkungan Organisasi Eksternal dan Internal

2. Untuk mengetahui apa saja tantangan manajemen di Era Global Revolusi


Industri 4.0

3. Untuk mengetahui apa saja pendekatan yang dilakukan manajemen


dalam konteks multikultural .
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Manajemen dalam Kontek Global

Revolusi industri 4.0 adalah sebuah istilah yang diciptakan pertama kali
di Jerman pada tahun 2011 yang ditandai dengan revolusi digital. Revolusi
industri ini merupakan suatu proses industri yang terhubung secara digital yang
mencakup berbagai jenis teknologi, mulai dari 3D printing hingga robotik yang
diyakini mampu meningkatkan produktivitas. Kehadiran revolusi industri 4.0
memang menghadirkan lini usaha baru, lapangan kerja baru, profesi baru yang tak
terpikirkan sebelumnya. Namun pada saat yang sama ada pula lini usaha yang
terancam, profesi dan lapangan kerja yang tergantikan oleh mesin kecerdasan
buatan dan robot.

Yahya (2018: 2) menyatakan bahwa nama istilah revolusi industri 4.0


bermula dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk
mempromosikan komputerisasi manufaktur. Jerman merupakan negara pertama
yang membuat roadmap (grand design) tentang implementasi ekonomi digital.
Era revolusi industri 4.0 juga dikenal dengan istilah revolusi digital dan era
disrupsi. Istilah disrupsi dalam bahasa indonesia adalah tercabut dari akarnya.
Menurut Kasali (2018: 34) disrupsi diartikan juga sebagai inovasi. Dari istilah
tersebut maka disrupsi bisa diartikan sebagai perubahan inovasi yang mendasar
atau secara fundamental. Di era disrupsi ini terjadi perubahan yang mendasar
karena terjadi perubahan yang masif pada masyarakat dibidang teknologi di
setiap aspek kehidupan masyarakat.

Beberapa aktivitas yang sudah dilakukan pada revolusi industri 4.0 di


Indonesia yaitu perubahan yang membuat aktivitas kita lebih efektif dan efisien
di antaranya adalah perubahan cara bayar dari cash ke non cash kemudian
transfer dana yang menggunakan aplikasi mobile atau m-banking, penggunaan
internet yang awalnya untuk mencari informasi dan berkirim pesan telah
bertransformasi menjadi internet of things (mencari teman, shareinfo, bekerja,
belanja, belajar, sistem keamanan rumah, sistem otomatisasi rumah), cara
belanja sistem online, tersedianya transportasi umum dengan aplikasi online baik
untuk mengangkut manusia maupun barang atau makanan, cara pembayaran tol
yang non cash, mulainya pembelajaran dengan buku digital, sebuah sistem
keamanan rumah yang memberikan bukti bahwa Internet of Thing dapat berguna
memberikan rasa aman. revolusi industri 4.0 ini juga melahirkan pekerjaan-
pekerjaan baru yang banyak bersentuhan dengan dunia digital.

Pada tahun 2016 terbit sebuah buku berjudul "The Fouth Industrial
Revolution" karya Klaus Schwab. World Economic Forum (WEF) kemudian
menggelar konferensi dengan tema yang sama khusus untuk membahas revolusi
industri 4.0.

Sebenarnya Klaus Schwab hanya merumuskan fenomena perkembangan


yang terjadi dalam dunia industri yang mengedepankan efisiensi. Industri sudah
banyak menggunakan tenaga robot, kecerdasan buatan, dan komputerisasi pada
pekerjaan yang bersifat disrupsi. Artinya teknologi mengambil alih pekerjaan
manusia.

Dalam sejarahnya, ilmu manajemen lahir dan bertumbuh bersama


revolusi industri untuk menyediakan pengetahuan tentang efisiensi. Manajemen
juga menganggap bahwa manusia adalah unsur yang terpenting.

Disrupsi yang terjadi dalam dunia industri ini menjadi tantangan baru
bagi manajemen untuk lebih mengembangkan konsep. Revolusi industri 4.0
memperhadapkan ilmu manajemen pada sebuah pilihan, mengemukakan
efisiensi atau mempertahankan sumber daya manusia.

Namun setelah berjalannya revolusi industri beberapa tahun ini, tampaknya


praktik manajemen dalam industri sudah bisa menghasilkan pemahaman baru.
Ini karena terjadinya keseimbangan praktik antara efisiensi dan pemanfaatan
sumber daya manusia.

2.2 Pengertian Lingkungan Organisai ( Eksternal dan Internal )

1.      Lingkungan
Lingkungan organisasi adalah elemen-elemen yang berada di luar organisasi tersebut dan
secara potensial mempengaruhi kinerja organisasi.  Lingkungan dapat dibagi 2 yaitu :
1. lingkungan eksternal
2. lingkungan internal 

Lingkungan eksternal adalah seluruh kekuatan luar yang mempengaruhi


organisasi.  Sedangkan lingkungan internal adalah suatu kejadian atau
kecenderungan di dalam suatu organisasi yang mempengaruhi aktifitas organisasi
tersebut.
Lingkungan eksternal sendiri dapat dibagi 2 yaitu elemen aksi langsung dan
elemen aksi tidak langsung.  Elemen aksi langsung disebut stake holder atau pihak-
pihak berkepentingan seperti konsumen, pamasok, pemerintah, serikat pekerja,
pesaing, dengan penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut : 
 Konsumen
Adalah elemen lingkungan eksternal elemen aksi langsung yang memiliki kendudukan
sangat penting dalam organisasi.  Hal ini karena konsumen adalah pengguna utama dari
produk atas jasa yang dihasilkan suatu organisasi. 
 Pemasok
Adalah pihak yang menyediakan bahan baku atau input/masukan bagi suatu organisasi
yang akan menghasilkan jasa atau produk sebagai suatu output atau keluaran.
 Pemerintah
Berperan sebagai pengawas, regulator, dan pendorong dunia usaha.  Dalam
doktrin laissez-faire, peran campur tangan pemerintah diminta dibatasi yaitu hanya dalam
hal regulator atau perumus perundang-undangan, agar iklim pasar bebas dapat terbentuk
secara alami.
 Serikat pekerja
Adalah elemen yang berfungsi menampung aspirasi para karyawan.  Adanya serikast
pekerja membuat posisi tawar karyawan terhadap perusahaan semakin kuat.
 Pesaing
Pesaing atau kompetitor adalah organisasi lain yang juga menawarkan produk atau jasa
yang sama atau berlainan kepada para pelanggan.  Produk atau jasa tersebut dapat saja
berlainan dengan produk organisasi kita.  Namun apabila memiliki pengaruh menarik
minat membeli daripada para pelanggan kita, maka organisasi tersebut dapat digolongkan
sebagai pesaing.
Elemen tidak langsung di antaranya adalah teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya,
demografi.  Penjelasan dari masing-masing adalah sebagai beikut :
 Teknologi
Teknologi adalah pendorong utama perubahan.  Kemajuan teknologi akan menghemat
dari sisi waktu, biaya, tenaga.

 Ekonomi
Kondisi ekonomi secara nasional dapat berpengaruh ke organisasi.  Inflasi, kebijakan
moneter, kebijakan fiskal, pengangguran, upah, dapat mempengaruhi kinerja organisasi.
 Politik
Lingkungan politik juga berpengaruh ke dalam dunia usaha.  Pembahasan pencemaran
lingkungan, undang-undang anti monopoli, pengaturan tentang merger, dan lain-lain
dibahas lewat parlemen melalui proses politik.  Di dalamnya sedikit banyak terdapat
kepentingan antara suatu kelompok terhadap kelompok lainnya.
 Demografi
Adalah hal-hal yang meliputi beberapa variabel seperti usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pendapatan, agama, dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk dalam lingkungan internal adalah budaya, karyawan,
pemegang saham, dan dewan direksi.  Penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut :
 Budaya
Dapat diartikan sebagai sekumpulan nilai, keyakinan, pemahaman, dan norma pokok
yang dibagi bersamaan oleh anggota suatu organisasi.
 Karyawan
SDM adalah salah satu faktor penting dalam penunjang keberhasilan organisasi.  Oleh
karena itu proses rekrutmen yang ketat, disertai pendidikan dan pelatihan, serta
pengembangan karyawan, adalah penting agar tercapai peningkatan kualitas SDM untuk
kemajuan perusahaan. Manfaat pengembangan lain dari sisi karyawan adalah adanya
peningkatan motivasi kerja karyawan.  Jika motivasi menurun, dapat menimbulkan
keinginan pindah kerja atau perputaran karyawan / turn over.  Hal ini dapat merugikan
perusahaan karena kesinambungan proses pekerjaan sedikit banyak terganggu karena
harus melatih karyawan baru.
 Pemegang Saham
Adalah orang yang memiliki saham di perusahaan dan oleh karena itu berhak
mempengaruhi sebuah keputusan lewat rapat umum pemegang saham.
 Dewan Direksi
Adalah pihak yang bertanggungjawab menentukan tujuan organisasi, menentukan strategi
mencapai tujuan, dan lain-lain.
Disamping lingkungan eksternal dan internal, beberapa ahli juga membagi
lingkungan berdasar lingkungan khusus dan umum, serta lingkungan aktual dan
lingkungan yang dipersepsikan. Lingkungan khusus adalah elemen dari lingkungan
yang secara langsung relevan bagi organisasi dalam mencapai
tujuannya.  Kapanpun, lingkungan khusus ini merupakan elemen lingkungan yang
menjadi perhatian besar karena terdiri dari faktor-faktor yang secara positif atau
negatif mempengaruhi efektifitas organisasi.  Misalnya asosiasi
pedagang.  Sedangkan lingkungan umum adalah lingkungan yang berdampak ke
organisasi, tetapi tidak begitu jelas relevansinya.  Misalnya rekayasa genetika di
perusahaan farmasi. Lingkungan aktual dan lingkungan yang dipersepsikan
maksudnya adalah tiap orang memiliki cara pandang lingkungan yang berbeda-
beda dalam mempersepsikan lingkungannya.  Ada yang mempersepsikan sebagai
lingkungan umum, ada yang sebagai lingkungan khusus.

2.      Hubungan Organisasi dengan Lingkungan.


Organisasi memiliki hubungan dengan lingkungan.  Setiap organisasi
menghadapi lingkungan yang berbeda-beda, dan memiliki ketidakpastian
lingkungan yang berbeda-beda. 
A.    Ketidakpastian lingkungan.
Ketidakpastian lingkungan akan membuat manajer perlu mempelajari
perubahan lingkungan dan langkah penyesuaian atas perubahan.  Elemen dari
ketidakpastian lingkungan adalah ketidakpastian dan kompleksitas.  Ketidakpastian
adalah kondisi di mana pimpinan perusahaan tidak memiliki informasi yang cukup
mengenai kondisi lingkungannya.  Sedangkan kompleksitas adalah keragaman atau
banyaknya elemen eksternal yang mempengaruhi organisasi.  Keragaman tersebut
adalah sebagai berikut :
·         Ketidakpastian rendah
- Elemen lingkungan sedikit, elemen lingkungan berubah perlahan.
·         Ketidakpastian agak rendah.
- Elemen lingkungan berjumlah besar, elemen lingkungan berubah perlahan.
·         Ketidakpastian agak tinggi.
 - Elemen lingkungan berjumlah sedikit, elemen lingkungan berubah dinamis.
·         Ketidakpastian tinggi.
 - Elemen lingkungan berjumlah besar, elemen lingkungan berubah dinamis.

2.3 Tantangan Manajemen di Era Global (Revolusi Industri 4.0, ex. Start Up)

Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 setidaknya ada tiga hal yang perlu
diperhatikan semua pihak, agar kita dapat mengantisipasi tantangan yang akan
timbul. Pertama adalah kualitas, yakni upaya menghasilkan tenaga pemasaran
yang berkualitas agar sesuai dengan kebutuhan pasar yang berbasis teknologi
digital. Kedua adalah masalah kuantitas, yaitu menghasilkan jumlah tenaga
pemasaran yang berkualitas, kompeten dan sesuai dengan kebutuhan
pasar/industri. Ketiga adalah masalah distribusi tenaga pemasaran berkualitas yang
belum merata. Tantangan yang tidak kalah pentingnya disimak dalam
mengatisipasi industri 4.0, yakni;

1. Daya saing dan keunggulan bersaing dengan sejumlah negara. Persaingan dengan
negara lain tidak bisa dihindari karena sekat bangsa dan negara akan pudar seiring
kamajuan teknologi digital. Daya saing dan keunggulan bersaing harus dipandang
secara utuh, baik dari sisi kemampuan ekspor produk dan jasa maupun dari sisi
kemampuan memenuhi permintaan dalam negeri.

2. Struktur dasar yang kokoh dan seimbang, pilar kuat dan berdaya saing. Dibutuhkan
lingkungan bisnis yang kondusif dan memberdayakan (empowering). Struktur dasar
yang kokoh dan seimbang dimaksudkan sebagai berkembangnya industri – industri
unggulan yang memperoduksi dan mengembangkan barang dan jasa.
3. Produk olahan lanjutan dengan pendekatan teknologi digital. Kita harus
mengurangi penjualan produk mentah karena akan menghambat kebangkitan industri
nasional. (Budiharjo, m.kumparan.com, 26/4/2018, Tantangan Revolusi Industri 4.0)
Tantangan yang mendasar dihadapi dunia usaha, saat ini adalah masih tertinggalnya
dunia usaha Indoensia dalam persaiangan global. Apalagi era MEA menuntut dunia
usaha dan atau pelaku bisnis yang ada harus dapat melakukan efisiensi dalam segala hal.
Memang daya saing Indonesia dikancah Internasional mengalami perbaikan, namun
masih jauh bila dibandingkan dengan negara-negara Asean lainnya.

Worl Economic Forum (WEF) pada bulan September 2017,


mengeluarkan laporan tingkat daya saing negara-negara di dunia (Global
Competitiveness Index) 2017-2018. Ratusan negara di dunia dinilai dan
diteliti, diperingkat indek kualitas dan daya saingnya. Indonesia termasuk
salah satu negara yang dikaji, dan hasilnya pada tahun ini mengalami
peningkatan ranking. Global Competitiveness Index (GCI) merupakan laporan
tahunan yang disusun oleh Executive Chairman WEF, Profesor Klaus Schwab
(1979). Metode tersebut kemudian dikembangkan pada tahun 2005 oleh Xavier
Salai Martin dan sejak saat itu metode dan berbagai hasil laporan GCI diumumkan.

Pada tahun ini, Indoensia menempati peringkat GCI ke-36 dari negara yang
terdaftar dalam daftar WEF. Pada tahun ini Indoensia berhasil naik lima
peringkat dari peringkat ke-41 ke peringkat ke- 36. Menurut annual reprt WEF
2017/2018, peringkat Indonesia dinilai lebih kompetitif secara ekonomi
dibandingkan dengan Negara-negara lain yang telah dikenal sebagai Negara
maju seperti Brazil (peringkat ke-80), Rusia (peringkat ke-38), Itali (peringkat ke-
43 ataupun Turki (peringkat ke-53). Tidak hanya itu, Indonesia juga dinilai sebagai
negara yang berada di peringkat atas dalam hal inovasi di Negara-negara
berkembang, namun demikian Indoensia masih terbilang buruk dalam kesiapan
teknologi dan efisiensi dalam pasar tenaga kerja.

2.4 Pendekatan Manajemen dalam Konteks Multikultur (Pendekatan Multikultur)

Multikultural berasal dari kata “multi” yang berarti “banyak”, dan “kultural”
berarti budaya. Multikultural adalah sebuah filosofi yang ditafsirkan
sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok
kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat
modern.

Manajemen secara etimologis berasal dari kata “managio” berarti


kepengurusan, atau “manage” atau “managiare” yang berarti melatih dalam
mengatur langkah-langkah Dari berbagai definisi di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa manajemen adalah suatu proses atau fungsi-fungsi yang harus
dijalankan dalam suatu kelompok tertentu secara efektif dan efisien sehingga
mencapai hasil atau tujuan yang ditetapkan. Dari definisi di atas juga diketahui
bahwa manajemen adalah dikatakan suatu proses, itu berarti mengandung cara
sistematis untuk melakukan pekerjaan/Konsep multikultural menekankan
pentingnya memandang dunia dari bingkai referensi budaya yang berbeda, dan
mengenali serta manghargai kekayaan ragam budaya di dalam negara dan di dalam
komunitas global Secara konseptual manajemen budaya bertolak dari anggapan
dasar. Hal ini diungkapkan oleh Hofstededalam Ndraha (2005:181) bahwa
anggapan dasar: (1) budaya adalah collective mental progam jadi budaya
dapat di programkan atau dimanajemeni; dan (2) nilai bisa berubah dan oleh
karena itu, budaya pun bisa berubah atau diubah (sudah barang tentu) sebagai
proses manajemen budaya meliputi fungsi dan kegiatan proses budaya.

Ditinjau dari segi logika, memanajemeni atau pengelolaan budaya dapat


dibagi menjadi beberapa tahap: (1) memahami sifat budaya dan pengaruhnya
terhadap organisasi; (2) menilai kekuatan yang mendukung budaya yang
sekarang dan kelemahan yang perlu diubah; (3) memutuskan perubahan apa, jika
ada, dalam budaya (atau dalam aspek lain dari perusahaan) yang perlu dan
mungkin; dan (4) menggunakan alat yang tersedia untuk merubah budaya.

Menurut bennis et al. (1990:221) ada sejumlah cara untuk memahami budaya
suatu organisasi atau perusahaan. Cara ini meliputi: (1) mengamati secara langsung
budaya yang oleh orang luar; (2) melakukan riset survei dengan menggunakan
daftar pertanyaan dan wawancara (yang ditujukan kepada karyawan yang
sekarangdan bekas karyawan, dan juga orang luar dianggap mengetahui perusahaan
yang bersangkutan; (3) memeriksa dokumen perusahaan; (4) menilai budaya
perusahaan secara langsung.

Meskipun tiga cara pertama masing-masing mempunyai keuntungan,


namun tidaklah bijaksana menggunakan salah satu dari cara ini tanpa
melibatkan juga para anggota perusahaan itu sendiri untuk menilai budaya
perusahaan yang bersangkutan.

Seringkali terjadi, bahwa studi yang dilakukan oleh orang luar berakhir
dengan menumpuknya hasil studi yang tidak pernah disentuh lagi. Metode ke
empat, khususnya apabila melibatkan orang-orang yang terpengaruh dan
mereka yang mempunyai kekuasaan untuk mengadakan perubahan, tampak
nya sangat dianjurkan untuk digunakan.

Anda mungkin juga menyukai