Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

BAB 1 “MANUSIA DAN ALAM SEMESTA” &


BAB 2 “FILSAFAT, AGAMA, ETIKA, DAN HUKUM”
MATA KULIAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

Disusun Oleh:
1. Alvin Al Asdi (18013010060)
2. Zsalzsabila I. Z. (18013010074)
3. Siti Nurhidayah (18013010076)

Kelompok 3
Kelas F

UPN “Veteran” Jawa Timur


Th. 2020
BAB 1: MANUSIA DAN ALAM SEMESTA
HAKIKAT KEBENARAN
Agar dapat memahami mengapa berbagai disiplin ilmu dan teknologi tidak
seepenuhnya mampu memahami misteri keberadaan alam semesta dan tidak lagi sepenuhnya
dapat menjelaskan dan memecahkan berbagai permasalahan dunia saat ini, ada 4 kebenaran
besar yang dinyatakan oleh E. F. Schumancher yang perlu kita renungkan, yakni:
1. Kebenaran (hakekat) tentang eksistensi (dunia/alam semesta)
2. Kebenaran  tentang alat (tools) yang dipakai untuk memahami dunia
3. Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia
4. Yang dimaksud dengan hidup di dunia
Intinya adalah bahwa ada berbagai tingkat eksistensi alam dan tingkat eksistensi
kesadaran. Oleh karena itu, untuk menemukan hakekat kebenaran tidak cukup hanya dengan
mengandalkan pendekatan ilmiah/rasional.

HAKIKAT EKSISTENSI  (DUNIA / ALAM SEMESTA)


Ada kecenderungan yang di sodorkan oleh saintisme modern, yaitu suatu paham yang
sering disebut sebagai materialistik, mekanistik, dan deterministik yang memandang dunia
fisik atau dunia materi sebagai satu-satunya keberadaan yang diakui oleh ilmu pengetahuan.
Alam semesta seolah olah dianggap sebagai mesin raksasa yang bekerja secara mekanistik.
Alam semesta hanya dilihat sebagai materi atau substansi yang terbentang luas dan tak
bernyawa, yang misterinya mampu dipecahkan dengan pendekatan ilmiah dan rasional.
Namun Schumacer telah mengingatkan para ilmuan tentang adanya tingkatan-tingkatan
tentang eksistensi alam semesta sebagai berikut:
1. Benda, dapat ditulis P
2. Tumbuhan, dapat dituliskan P+X
3. Hewan, dapat dituliskan P+X+Y
4. Manusia, dapat dituliskan P+X+Y+Z
Dengan memberikan simbol P untuk benda mati, X untuk unsur hidup, Y untuk
kesadaran, dan Z untuk kesadaran diri (kesadaran transendental/spiritual).
Dapat disimpulkan bahwa hakikat keberadaan alam semesta tidak hanya terbatas pada
sesuatu  yang bersifat fisik, sebagaimana diyakini oleh sementara ilmuan. Dengan kemajuan
ilmu fisika dan adanya ketertarikan para ilmuan untuk mulai mengkaji hal-hal spiritual secara
lebih rasional, maka mulai diyakini bahwa hal-hal yang tidak tampak oleh panca indra juga
merupakan bagian tak terpisahkan dari hakikat keberadaan.

HAKIKAT MANUSIA
Stevenson dan Haberman (2001) mengatakan bahwa meskipun ada begitu banyak hal
yang sangat bergantung pada konsep tentang hakikat manusia, terdapat begitu banyak
ketidaksepakatan mengenai apa itu hakikat manusia. Adanya ketidaksepakatan ini karena
banyak pihak hanya melihat hakikat manusia secara sepotong-sepotong tanpa
mendudukannya dalam konteks keseluruhan yang utuh. Karl Marx, misalnya,(dalam
Stevenson dan Haberman, 2001) mengatakan hakikat real manusia adalah keseluruhan
hubungan sosial dengan menolak adanya tuhan dan mengagnggap bawha tiap pribadi adala
produk dari tahapan ekonomis  tertentu dari masyarakat manusia tempat manusia itu hidup. 
Kecenderungan memahami hakikat manusia secara sepotong-sepotong ini sangat
jelasa terasa bila melihat perkembangan dan aliran dalam psikologi khususnya menyangkut
konsepsi-konsepsi psikologis tentang manusia. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin
Rahmat, 2001) mengelompakan empat teori psikologi dikaitkan dengan konsepsinya sebgai
berikut:
1. Psikoanalis, yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh
keinginan – keinginan terpendam (homovolensi).
2. Behaviorisme, yang menganggap manusia sebagai makhluk yang digerakkan
semuanya oleh lingkungan (homomechanicus).
3. Kognitif, yang menganggap manusia sebagai makhluk berfikir yang aktif
mengorganisasikan dan mengolah stimulasi yang diterimanya (homosapien).
4. Humanisme, yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan
strategi transaksional dengan lingkungannya (homoludens).
Manusia adalah bagian dari keberdaan alam semesta. Segala sesuatu yang ada di alam
semesta (makrocosmos) juga ada di dalam manusia (miticosmos). Oleh karena itu, alam
semesta dan alam manusia sebenarnya sama-sama mempunyai tiga lapisan keberadaan,
yaitu : fisik (body), energi pikiran (mind), kesadaran murni (roh, soul, spirit).

Hakikat Otak (Brain) dan Kecerdasan (Intelegency)


Otak merupakan tubuh yang paling kompleks. Otak memiliki kemampuan yang
sangat luar biasa, antara lain: memproduksi pikiran sadar, melakukan pilihan bebas,
menyimpan ingatan, memungkinkan memiliki perasaan, menjembatani kehidupan spiritual
dengan kehidupan materi atau fisik, kemampuan perabaan, persentuhan, penglihatan,
penciuman, berbahasa, mengendalikan berbagai organ tubuh, dan sebagainya.
Menurut Agus Nggermanto (2001), paling tidak ada sembilan subkomponen didalam
otak manusia, yaitu: (1) neocortex, (2) corpus callasum, (3) cerebellum, (4) otak reptile, (5)
hippocampus, (6) amygdala, (7) pituitary gland, (8) hypothalamus, dan (9) thalamus. Pada
awalnya ilmuan hanya mengenal kecerdasan tunggal yang disebut sebagai kecerdasan
intelektual (intellectual quotient). Namun belakangan terbukti bahwa manusia sebenarrnya
mempunyai banyak kecerdasan.  Gardner pada aawalnya mengidentifikasi 7 kecerdasan
manusia, yaitu: linguistic, logical-mathematical, musical, bodily-kinesthetical spatial,
interpersonal, dan intrapersonal intelligence.

Hakikta Pikiran (Mind) dan Kesadaran (Consciousness)


Pikiran memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga
Blaise Pasca (dalam Hart,1997) sampai mengatakan: “manusia jelas sekali dibuat untuk
berfikir. Di dalamnya  terletak semua matabat dan kebajikannya; dan seluruh kewajibannya
adalah berfikir sebagimana seharusnya.”
Drever (dalam Sudibyo, 2001) memberikan batasan mengenai pikiran (mind atau
mental) sebagai keseluruhan struktur dan proses-proses kejiwaan –baik yang disadari maupun
tidak disadari– yang merupakan bagian dari psyche yang terorganisir. Jalaluddin Rahmat
(2001) melihat proses berfikir sebagai komunikasi intrapersonal yang meliputi: sensasi,
persepsi, memori, dan berfikir. Sensasi merupakan alat pengindraan melalui panca indra yang
menghubngkan organisme (manusia) dengan lingkungan. Persepsi adalah proses pemberian
makna pada sensasi sehingga manusia memperleh pengetahuan yang baru. Memori adalah
proses menyimpan informasi dan dan memanggilnya kembali. Berfikir adalah mengola
informasi dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan
respons.

TUJUAN DAN MAKNA KEHIDUPAN


Siapapun pasti sependapat dan tidak ada tujuan hidup manusia adalah untuk
memperoleh kebahagian. Bahkan Jalaluddin Rahmat (2004) mengatakan bahwa secara
agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan,orang harus memilih hidup bahagia. Dalam kehidupan
sehari-hari, apalagi dalam era dewasa ini yang dipenuhi oleh filsafat materialism, makin
banyak orang yang merasa tidak bahagia. Kebahagiaan seolah-olah menjadi barang langka
yang sulit dijangkau. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini dapat terjadi karena adanya penafsiran
atau/ pemahaman tentang cara untuk mencapai kebahagian itu sendiri. Perbedaan pemahaman
tentang hidup ini bergantung pada evolusi kesadaran seseorang.

ALAM SEMESTA SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEM


Alam semesta beserta seluruh isinya sebenarnya merupakan satu kesatuan sistem. 
Menurut Jogiyanto, sistem memiliki beberapa ciri / kriteria sebagai berikut :
Mempunyai komponen – komponen (components/subsystems)
1. Ada batas suatu sistem (boundaries)
2. Ada lingkungan luar sistem (environment)
3. Ada  penghubung (interface)
4. Ada masukan (input), proses (process), dan keluaran (output)
5. Ada sasaran (objectives) atau tujuan (goal)
Inti dari pemahaman konsep sistem adalah bahwa setiap elemen (bagian, unsur,
subsistem) saling bekerja sama, saling mendukung, saling memerlukan, dan saling
memengaruhi satu dengan yang lain. Gejala banjir di Jakarta adalah contoh terganggunya
keseimbangan berbagai elemen yang ada. Manusia dan alam merupakan satu kesatuan sistem
yang tidak dapat dipisahkan.

Spritualitas dan Etika


Kajian etika erat kaitannya dengan pengembangan karakter. Pemahaman tentang etika
yang terpisah dari spiritualitas ini sangat keliru. Sejatinya, setiap manusia harus menyadari
bahwa kesempatan hidup di dunia ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
mencapai tingkat kesadaran Tuhan.
BAB 2: FILSAFAT, AGAMA, ETIKA, DAN HUKUM
HAKIKAT FILSAFAT

Filsafat bersal dari dua kata Yunani phlio dan sophia, yang mana phlio berarti berarti
cinta dan sophia berarti bijaksana. Dengan demikian philosophia berarti cinta kepada
kebijaksanaan.(Puad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli, 2003).

Karaktereristik utama berpikir filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat


mendasar, dan spekulatif. Sifatnya yang menyeluruh artinya mempertanyakan hakikat
keberadaan dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri sebagai satu kesatuan secara
keseluruhan, bukan dari perspektif bidang perbidang, atau sepotong-sepotong. Sifatnya yang
mendasar berarti bahwa filsafat tidak begitu saja percaya bahwa ilmu adalah benar.

Sifat yang spekulatif karena filsafat selalu ingin mencari jawab bukan saja pada suatu
hal yang sudah di ketahui tetapi juga pada suatu hal yang belum di ketahui.

Objek filsafat bersifat universal dan mencakup segala sesuatu yang dialami manusia.
Selanjutnya Abdul Kadir Muhamad menjelaskan filsafat dengan melihat unsur-unsur sebagai
berikut:

a. Kegiatan intelektual (pemikiran)


b. Mencari makna yang hakiki (interpretasi)
c. Segala fakta dengan gejala.(obek)
d. Dengan cara refleksi, metodis dan sistematis.
e. Untuk kebahagian manusia (tujuan)

HAKIKAT AGAMA
Rumusan pengertian agama berdasarkan unsur-unsur penting sebagai berikut :
a. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas, yang transdental Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Berisi pedoman tingkah laku
c. Untuk kebahagian hidup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat.
Dalam pengertian beragama mencakup unsur-unsur utama sebagai berikut:
a. Ada kitab suci .
b. Kitab yang di tulis oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari Tuhan.
c. Ada suatu lembaga yang membina menuntun manusia, dan menafsirkan kitab suci
bagi kepentingan umatnya.
Setiap agama berisi ajaran dan pedoman tentang:
a. Taqwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan.
b. Susila, moral, atau etika.
c. Ritual upacara atau tata cara beribadat.
d. Tujuan agama.

HAKIKAT ETIKA
Etiaka berasal dari kata yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti tempat tinggal,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat watak persaaan, sikap dan cara berfikir.
a. Etika secara etimologi dapat di artikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa di lakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang baika dan yang
buruk (Kanter 2001).
b. Menurut Lawrence Weber dan Post (2005) etika adalah suatu konsepsi tentang prilaku
yang benar dan salah. Etika menjelaskan prilaku bermoral atau tidak dan berkaitan
dengan hubungan kemanusiaan yang fundamental.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa etika
a. Etika sebagai praktis sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat isti adat,
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau
masyarakat.
b. Etika sebagai suatu ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilain moral.

HAKIKAT NILAI
Pengertian nilai oleh beberapa ahli
a. Donie Koesuma A (2007) nilai sebagai kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu
dapat di sukai, di inginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi objek bagi
kepentingan tertentu.
b. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) merumuskan nilai sebagai
standar atau ukuran yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu.
c. Sorokin dalam Capra (2002) mengunkapakan tiga sistem nilai dasar yang melandasi
semua manifestasi suatu kebudayaan, yaitu nilai indriawi, ideasional, dan idealistis.
Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan tiga hal yaitu
a. Nilai selalu di kaitkan dengan sesuatu (benda, orang, dan hal)
b. Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain uang (ekonomis) yang sudah cukup di
kenal.
c. Gugus-gugus nilai itu membentuk semacam hierarki dari yang terendah sampai
dengan yang tertinggi.

Hubungan Agama, Etika, dan Nilai


Semua agama melalui kitab suci masing-masing mengajarkan tentang tiga hal pokok;
1. Hakikat tuhan
2. Etika atau tata susila
3. Ritual cara beribadah
Antara agama dan etika tidak dapat di pisahkan. Tidak ada agama yang tidak mengajarkan
etika/moralitas. Sehingga dapat di katakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa di landasi
nilai moral.
Dari sudut pandang semua agama pencapaian nilai-nilai kehidupan duniawi (nilai-
nilai yang lebih rendah) bukan merupakan tujuan akhir, tetapi hanya merupakam tujuan
sementara atau tujuan antara, dan dianggap hanya sebagai media atau alat (means) untuk
mendukung pencapaian tujuan akhir (nilai tertinggi kehidupan).

Hukum, Etika, dan Etiket


Persamaan dan perbedaan hokum, etika, dan etiket.

No Hukum Etika Etiket

Persamaan: sama-sama mengatur prilaku manusia

Perbedaan:

A. Sumber hukum: Sumber etika: Sumber etiket:


Negara, pemerintahan Masyarakat Golongan masyarakat
B. Sifat pengaturan: Sifat pengaturan: Sifat pengaturan:
Tertulis berupa undang- Ada yang lisan (berupa Lisan
undang, peraturan adat kebiasaan) dan
pemerintah, dan yang tertulis berupa
sebagainya kode etik

C. Objek yang di atur: Obek yang di atur: Objek yang di atur:


Bersifat lahiriah (misalnya Bersifat rohaniah, bersifat lahiriah, misalnya
hukum warisan, hukum misalnya: perilaku etis tata cara berpakaian
agraria, hukum tata (bersikap jujur dan tidak (untuk pesta, sekolah
negara) dan rohaniah menipu juga pertemuan, dll) tata cara
(misalnya hukum pidana) bertanggung jawab) dan menerima tamu, tata cara
prilaku tidak etis berbicara dengan orang
(korupsi, mencuri, dan tua dan sebagainya.
berzina)

PARADIGMA MANUSIA UTUH


Karakter Dan Kepribadian
Istilah kepribadian (personality) dan karakter banyak dijumpai dalam ilmu psikologi.
Soedarasono (2002) misalnya mendefenisikan kepribadian sebagai totalitas kejiwaan
seseorang yang menampilkan sisi yang didapat dari keturunan (orang tua) leluhur dan sisi
yang di dapat dari pendidikan, pengalaman hidup, serta lingkungan. Karakter adalah sisi
kepribadian yang di dapat dari pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sehingga bisa di
katakn bahwa karakter adalah bagian dari kepribadian. Oleh karena itu Lilik Agung (2007)
mendefinisikan karakter sebagai kompetensi yang harus di miliki oleh seseorang yang
berkaitan dengan kinerja terbaik agar ia mampu menghadapi tantangan realita/kenyataan
yang selalu berubah dan mampu meraih kesuksesan yang bersifat langgeng.
Dapat di tarik kesimpulan pengertian dari karakter sebagai berikut:
a. Karakter adalah korapetensi yang harus di miliki oleh seseorang
b. Karakter menentukan keberhasialn seseorang
c. Karakter dapat di ubah, dibentuk, di pelajari melalui pendidikan dan pelatihan tiada
henti serta melalui pengalaman hidup.
d. Tingkat keberhasilan seseorang di tentukan oleh tingkat kecocokan karakter yang
dimilikinya dengan di tuntun kenyataan/realita.

Kecerdasan, Karakter, Dan Etika


Wahyuni Nafis melalui pemahamannya atas ajaran tradisional Islam dan di inspirasi oleh
beberapa pemikiran Stephan R Covery ia menyebut tiga jenis kecerdasan dengan tiga
golongan etika;
1. Teo Etika, yakni saling ketergantungan masalah “aku” dengan Tuhan.
2. Sosio Etika, yakni ketergantungan masalah “aku” dengan orang lain.
3. Psiko Etika, yakni kemandirian masalah “aku” dengan “aku”.

Hubungan kecerdasaan, karakter, sel dan etika :

Empat kecerdasan covery Sepuluh sifat karakter sel chopra Etika nafis

PQ  Efisiensi (setiap sel menerima Psiko Etika


energi untuk mempertahahnkan
hidup)

IQ  Kesadaran (kemampuan Psiko Etika


beradaptasi)
 Keabadian (meneruskan
pengetahuan dan talenta kepada
sel-sel generasi berikutnya)

EQ  Penerimaan (menerima Sosio Etika


kehadiran dan ketergantungan
dengan sel-sel lain)
 Memberi (membantu integrasi
sel-sel lainya)
 Pembentukan ikatan

SQ  Maksud yang lebih tinggi Teo Etika


 Kesatuan
 Kreatifitas
 Keberadaan

Karakter Dan Paradigma Pribadi Utuh


Covery telah mengingatkan bahwa untuk membangun manusia berkarakter, di
perlukan pengembangan kompetensi secara utuh dan seimbang terhadap empat kemampuan
manusia yaitu; tubuh (PQ), intelektual (IQ), hati (EQ), dan jiwa (SQ). Sementara Cloud
(2007) mengatakan bahwa kunci pembangunan karakter adalah integritas. Pemahaman atas
integritas tidak sekedar berarti jujur atau mempunyai prinsip moral, tetapi terkandung juga
pengertian: utuh dan tidak terbagi, menyatu, berkonsentrasi kukuh, serta mempunyai
konsistensi.

Karakter Dan Proses Transformasi Kesadaran Spirirtual


Belum banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu mengkaji ranah spritual
melalui pendekatan rasional/ilmiah. Ilmu psikologi mencoba memasuki ranah kejiwaan,
namun dalam perkembanganya ilmu ini justru membatasi kajianya hanya pada lapisan pikiran
(mental/emotional) dan tidak ada upaya untuk masuk lebih dalam ke ranah roh (kesadaran
spritual/transdental). Sementara ajaran agama yang seharusnya dapat di jadikan panduan dan
pengembangan/olahan batin, dalam perjalananya sering kali pengajaranya lebih bersifat
indoktrinasi, sekedar menjalankan praktik berbagai ritual, serta kurang mengedepankan
pendekatan melalui proses nalar, pengalaman, dan pengalaman langsung melalui refleksi diri.
Akibatnya, ajaran agama yang mulia itu tiidak mampu memberikan pencerahan kepada
umatnya.

Pikiran, Meditiasi, dan Gelombang otak


Olah pikir (brainware management) adalah suatu konsep dan keterampilan untuk
mengatur gelombang otak manusia yang paling sesuai dengan aktifitasnya sehingga mencapai
hasil optimal (Sentanu, 2007).
Gelombang otak dapat di golongkan ke dalam empat golongaan sebagai berikut

Jenis Gelombang Ciri-ciri

Beta (14-100 Hz) Kognitif, analisis, logika, otak kiri,


konsentrasi, prasangka, pikiran sadar aktif,
cemas, was-was, khawatir.

Alpha (8-13,9 Hz) Khusyuk, relaksasi, moditatif, focus-


alaretness, akses naluri bawah sadar, ikhlas
nyaman, tenang.

Theta (4-7,9 Hz) Sangat khusyuk, deep mediation , mimpi,


intuisi, nurani bawah sadar, ikhlas, kreatif.

Delta (0,1-3,9 Hz) Tidur lelap, nurani bawah sadar kolektif,


tidak ada pikiran dan perasaan, celluler
regeneration.

Ketika pikiran berada dalam keadaan sadar berarti pikiran sedang berada dalam
gelombang beta. Dalam gelombang ini pikiran sangat aktif sehingga akan memaksa otak
untuk mengeluarkan hormon kortisol dan norepinephirin yang menyebabkan timbulnya rasa
cemas, khawatir, gelisah dan sejenisnya. Oleh karena itu, pikiran harus selalu di latih untuk
memasuki gelombang alpha Untuk membangun karakter positif, seperti tenang, sabar,
nyaman, ikhlas, bahagia dan sejenisnya.

Model Pembangunan Manusia Utuh


Berdasarkan konsep yang telah di jelaskan sebelumnya dapat dibuat dua model tentang
hakikat keberadaan manusia.
 Suatu model hakikat manusia yang di landasi dengan paradigma tidak utuh
(paradigma materialisme) sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang
memunculkan ketidakbahagiaan. Pada model ini, tujuan manusia hanya mengejar
kekayaan, kesenangan, dan kekuasaan duniawi. Kecerdasaan yang dikembangkan
hanya IQ dan kesehatan fisik sehingga kurang praktis atau bahkan lupa
mengembangkan EQ dan SQ.

 Model yang di kembangkan untuk kembali pada paradigma tentang manusia secara
seutuhnya. Karakter positif hanya dapat di kembangkan melalui pengembangan
hakikat manusia secara utuh. Dalam pengembangan manusia secara utuh perlu di
kembangkan juga
secara seimbang kecerdasan emosional dan spritual di samping kecerdasaan
intelektual dan kesehatan fisik.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.

Zaki, Achmad. “Etika Profesi: Filsafat, Agama, Etika, dan Hukum”. 2014.

http://mohamadrezal.blogspot.com/2018/10/manusia-dan-alam-semesta.html?m=1, diakses
pada 29 Januari 2020

http://mynewnisaniso.blogspot.com/2016/11/etika-profesi-bab-i-manusiadan-alam.html,
diakses pada 29 Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai