Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebenaran tentang eksistensi menyangkut kebenaran tentang adanya empat tingkat
eksistensi dunia yaitu: benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia yang
membedakannya adalah unsur kesadaran yang dimiliki oleh keempat kelompok eksistensi
tersebut. Kebenaran tentang alat maksudnya adalah ketepatan penggunaan alat (tools)
yang dipakai untuk memahami keempat tingkat eksistensi tersebut. Disini hendaknya
diterapkan asas ketepatan (adaequatio). Ada kecendurungan bahwa para ilmuan hanya
mengakui pendekatan ilmiah (pendekatan rasional) sebagia pendekatan tunggal untuk
memahami eksistensi alam semesta, padahal kebenaran ilmiah hanya berlandaskan pada
fakta objektif (fakta yang dapat dibuktikan melalui panca indra). Misalnya, pendekatan
rasio (pendekatan ilmiah) paling tepat dipakai untuk memahami benda (fisik), namun
tidak sepenuhnya tepat dipakai untuk memhami pola kerja biologis, etika, kesadaran
spiritual, hakikat manusia, apalagi untuk memahami tuhan(potensi murni). Kebenaran
tentang cara belajar yang menyangkut dunia akan berbeda untuk empat bidang
pengetahuan: (1) saya-batin,I(2) saya-lahiriah, (3) dunia-batin, (4) dunia-
lahirilah/material. Dalam kebenaran tentang hidup didunia, dijumpai dua corak masalah,
yaitu: (1) masalah konvergen (bertitik temu), yaitu sesuatu yang dapat dipecahkan secara
menyeluruh, dan (2) masalah divergen (bertitik pisah), yaitu sesuatu yang selalu
berlawanan. Kedua masalah ini tentu tidak dapat dipecahkan dengan cara yang sama.
Istilah filsafat sudah cukup dikenal sejak zaman dahulu. Meski begitu, untuk mulai
mendefinisikannya ternyata bukan perkara mudah, bilah dilihat dari arti katanya, filsafat
berasal dari dua kata yunani philo dan shopia. Philo berarti cinta,
sedangkan shopia berarti bijaksana. Dengan demikian philoshopia berarti cinta terhadap
kebijaksanaan, namun untuk membuka pemahaman lebih lanjut tentang filsafat, ada
baiknya dimulai dengan mengutik pertanyaan Suryasumantri yang membedakan antara
pengetahuan (ilmu) dengan filsafat. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian
dimulai dari rasa ragu-ragu, dan filsafat di mulai dari keduanya.
Selanjutnya, Suryasumantri mengutik pertanyaan Will Duranp yang mengumpamakan
filsafat sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri
(mewakili ilmu pengetahuan). Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi
kegiatan keilmuan. Setelah pantai dapat direbut oleh pasukan marinir (filsafat) sedangkan
maka pasukan marinir akan pergi dan selanjutnya tugas pasukan infanteri (ilmu
pengetahuan untuk menyempurnakan tempat yang telah direbut tersebut. Untuk dapat
lebih memperjelas perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan, atau untuk membedakan
suatu cabang ilmu dengan cabang ilmu lainnya, dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu (a)
objek yang dikaji (ontologis), (b) prosedur / metode untuk mengkajinya (epistemologis),
(c) tujuan penggunaan filsafat / ilmu itu sendiri (oksiologis).

3
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa hakikat kebenaran?
1.2.2 Apa hakikat eksistensi ( dunia / alam semesta )?
1.2.3 Apa hakikat manusia?
1.2.4 Apa hakikat otak dan kecerdasan?
1.2.5 Bagaimana hakikat fikiran dan kesadaran?
1.2.6 Apa tujuan dan makna kehidupan?
1.2.7. Apa hakikat dari filsafat?
1.2.8. Apa hakikat dari agama?
1.2.9. Apa hakikat dari etika?
1.2.10. Apa hakikat dari nilai?
1.2.11. Apa hubungan agama, etika, dan nilai?
1.2.12. Apa persamaan dan perbedaan hukum, etika, dan etiket?
1.2.13. Bagaimana paradigma manusia utuh?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Kebenaran


Untuk memahami berbagai disiplin ilmu dan teknologi tidak seepenuhnya mampu
memahami misteri keberadaan alam semesta dan tidak lagi sepenuhnya dapat menjelaskan
dan memecahkan berbagai permasalahan dunia saat ini, maka perlu kita renungkan terlebih
dahulu apa yang dinyatakan oleh E.F Schumacher sebagai empat kebenaran besar yaitu:
1. Kebenaran (hakekat) tentang eksistensi (dunia /alam semesta)
2. Kebenaran tentang alat (tools) yang dipakai untuk memahami dunia
3. Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia
4. Yang dimaksud dengan hidup di dunia
Intinya adalah bahwa ada berbagai tingkat eksistensi alam dan tingkat eksistensi kesadaran.
Oleh karena itu, untuk menemukan hakekat kebenaran tidak cukup hanya dengan
mengandalkan pendekatan ilmiah/ rasional.

2.2. Hakikat eksistensi (Dunia / Alam Semesta)


Ada kecenderungan yang di sodorkan oleh saintisme modern, yaitu suatu paham yang
sering disebut sebagai materialistik, mekanistik, dan deterministik yang memandang dunia
fisik atau dunia materi sebagai satu-satunya keberadaan yang diakui oleh ilmu pengetahuan.
Alam semesta seolah olah dianggap sebagai mesin raksasa yang bekerja secara mekanistik.
Alam semesta hanya dilihat sebagai materi atau substansi yang terbentang luas dan tak
bernyawa, yang misterinya mampu dipecahkan dengan pendekatan ilmiah dan rasional.
Namun schumacer telah mengingatkan para ilmuan tentang adanya tingkatan-tingkatan
tentang eksistensi alam semesta sebagai berikut :
1. Benda, dapat ditulis P
2. Tumbuhan, dapat dituliskan P+X
3. Hewan, dapat dituliskan P+X+Y
4. Manusia, dapat dituliskan P+X+Y+Z
Dengan memberikan simbol P untuk benda mati, X untuk unsur hidup , Y untuk kesadaran,
dan Z untuk kesadaran diri (kesadaran transendental/spiritual), maka dapat dikatakan bahwa
eksistensi alam semesta meiliki jenjang yang terbagi kedalam empat tingkatan yaitu :

a. Tingkat pertama adalah, benda mati yang hanya memiliki unsur P (substansi,
materi)
b. Tingkat kedua adalah, tumbuh-tumbuhan, yang mempunyai unrsur P dan unsur X
(kehidupan).
c. Tingkat ketia adalah golongan hewan, yang memiliki unsur P, X, da Y
(kesadaran)
d. Tingkat ke empatan adalah, golongan manusia yang memiliki semua unsur, P,
X,Y, dan Z (unsur kesadaran,transendental/spiritual).
Dapat disimpulkan bahwa hakikat keberadaan alam semesta tidak hanya terbatas pada
sesuatu yang bersifat fisik, sebagaimana diyakini oleh sementara ilmuan. Dengan kemajuan
ilmu fisika dan adanya ketertarikan para ilmuan untuk mulai mengkaji hal hal spiritual secara

5
lebih rasional, maka mulai diyakini bahwa hal-hal yang tidak tampak oleh panca indra juga
merupakan bagian tak terpisahkan dari hakikat keberadaan.

2.3. Hakikat Manusia


Kecenderungan memahami hakikat manusia secara sepotong-sepotong ini sangat jelas
terasa bila melihat perkembangan dan aliran dalam psikologi, khususnya menyangkut
konsepsi-konsepsi psikologi tentang manusia. Mc David dan Harari (dalam Jalaluddin
Rahmat 2001) mengelompokkan empat teori psikologi dikaitkan dengan konsepsinya tentang
manusia sbb:
1. Psikoanalis, yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh
keinginan – keinginan terpendam (homovolensi).
2. Behaviorisme, yang menganggap manusia sebagai makhluk yang digerakkan
semuanya oleh lingkungan (homomechanicus).
3. Kognitif, yang menganggap manusia sebagai makhluk berfikir yang aktif
mengorganisasikan dan mengolah stimulasi yang diterimanya (homosapien).
4. Humanisme, yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan
strategi transaksional dengan lingkungannya (homoludens).
Manusia adalah bagian dari keberdaan alam semesta. Segala sesuatu yang ada di alam
semesta (makrocosmos) juga ada di dalam manusia (miticosmos). Oleh karena itu, alam
semesta dan alam manusia sebenarnya sama-sama mempunyai tiga lapisan keberadaan, yaitu:
fisik (body), energi pikiran (mind), kesadaran murni(roh,soul,spirit).

2.4. Hakikat Otak (Brain) dan Kecerdasan (Intelegency)


Otak merupakan tubuh yang paling kompleks. Otak memiliki kemampuan yang
sangat luar biasa antara lain yaitu memproduksi pikiran sadar, melakukan pilihan bebas,
menyimpan ingatan, memungkinkan memiliki perasaan, menjembatani kehidupan spiritual
dengan kehidupan materi atau fisik, kemampuan perabaan, persentuhan, penglihatan,
penciuman, berbahasa,mengendalikan berbagai organ tubuh dan sebagainya.
Spiritualitas berhubungan dengan upaya pencarian makna kehidupan melalui hubungan
langsung antara diri dengan Tuhan (kekuatan tak terbatas, potensi murni). Hal tersebut dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada awalnya para ilmuan hanya mengenal kecerdasan intelektual (IQ) dengan
kecerdasan ini, manusia dianggap mamapu mengatasi berbagai persoalan hidup.
Namun belakangan baru disadari bahwa sebenarnya manusia mempunyai banyak
kecerdasan (multipel intelejense)
2. Meskipun manusia mempunyai banyak kecerdasan, pada hakikatnya semua
kecerdasan itu dapat dikelompokan dalam tiga jenis yaitu kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ)
3. Ketiga jenis kecerdasan tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan,
dengan SQ sebagai pondasinya.
4. Etika adalah cabang ilmu yang membahas tentang prilaku manusia, mengenai apa
yang baik dan apa yang tidak baik dalam konteks hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan alam.

6
2.5 Hakikat Pikiran (Mind) dan Kesadaran (Consciousness)
Persepsi adalah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh
pengetahuan baru. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali.
Berfikir adalah mengolah informasi dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan
atau kebutuhan respon.
Lapisan sadar berhubungan dengan dunia luar dalam wujud sensasi dan berbagai
pengalaman yang didasari setiap saat. Lapisan prasadar sering disebut memori (ingatan)
yang tersedia menyangkut pengalaman – pengalaman yang tidak disadari pada saat
pengalaman tersebut terjadi, dengan mudah dapat muncul kembali menjadi kesadaran secara
spontan atau dengan sedikit usaha. Lapisan tidak sadar yang merupakan lapisan yang paling
dalam dari pikaran manusia, menyimpan semua dorongan insting primitif serta emosi dan
memori yang mngancam pikiran sadar yang telah sedemikian ditekan, atau secara tidak
disadari telah didorong ke dalam lapisan yang paling dalam pada pikiran manusia.
Menurut Khrisna kesadaran manusia terbagi menjadi lima tingkat / lapisan yaitu :
1. Lapisan kesadaran fisik, yang ditentukan oleh makanan.
2. Lapisan kesadaran psikis, yang didasarkan atas energi dari udara yang disalurkan
melalui pernapasan.
3. Lapisan kesadaran pikiran, yang merupakan kesadaran pikiran rasional dan
emosional. Bila pikiran kacau atau dalam keadaan marah, maka napas akan lebih
cepat. Dan sebalikanya jika pikiran tenang maka napas kita juga tenang , karena
seluruh kepribadian kita ditentukan oleh pikiran .
4. Lapiasan intelegensia (bukan Intelek), menyangkut kesadaran hati nurani atau budi
pekerti. Lapisan ini yang menyebabkan manusia menjadi bijak.
5. Lapisan kesadaran murni (kesadaran transendental), merupakan hasil akhir pemekaran
kepribadian manusia, yang merupakan tingkat kesadaran tertinggi yang dapat dicapai
oleh manusia.
Manusia telah memiliki kesadaran mental atau emosional yang telah berkembang, sementara
hewan belum mencapai tingkat atau lapisan kesadaran ini.

2.6. Tujuan dan Makna Kehidupan


Siapapun pasti sependapat dan tidak ada yang membantah bahwa tujuan hidup umat
manusia adalah untuk memeperoleh kebahagiaan. Namun dalam kehidupan sehari – hari yang
dipenuhi oleh filsafat materialisme, makin banyak orang yang merasa tidak bahagia.
Tidak mudah mengukur tingkat kesadaran yang dimiliki seseorang berdasarkan ukuran
objektif atau pendekatan ilmiah yang biasa digunakan oleh ilmu pengetahuan pada umumnya.
Kematangan diri hanya dapat dirasakan secara subjektif oleh yang bersangkutan melalui
refleksi diri. Empat tinggkat kesadaran berdasarkan pengamalan dan pemahaman akan
hakikat kehidupan sebagai berikut :
1. Jalan syariah yaitu tahap dimana seseorang secara taat asas mengikuti hukum –
hukum moral dalam kehidupan sehari – hari.
2. Jalan tariqoh yaitu tahap dimana seseorang mencoba mencari kebenaran melalui jalan
tanpa rambu.
3. Jalan haqiqah yaitu tahap dimana seseorang telah memahami makna terdalam dari
praktik syariah dan thariqah.

7
4. Jalan ma’rifah yaitu tahap dimana seseorang telah mempunyai kearifan dan
pengetahuan terdalam tentang kebenaran spiritual.

2.7. Alam Semesta Sebagai Satu Kesatuan Sistem


Alam semesta beserta seluruh isinya sebenarnya merupakan satu kesatuan sistem.
Menurut jogiyanto sistem memiliki beberapa ciri / kriteria sebagai berikut :
a. Mempunyai komponen – komponen (components/subsystems)
b. Ada batas suatu sistem (boundaries)
c. Ada lingkungan luar sistem (environment)
d. Ada penghubung (interface)
e. Ada masukan (input), proses (process), dan keluaran (output)
f. Ada sasaran (objectives) atau tujuan (goal)
Inti dari pemahaman konsep sistem adalah bahwa setiap elemen (bagian, unsur, subsistem)
yang bekerja sama, saling mendukung,saling memerlukan, dan saling memengaruhi satu
dengan yang lain. Gejala banjir di Jakarta adalah contoh terganggunya keseimbangan
berbagai elemen yang ada. Manusia dan alam merupakan satu kesatuan sistem yang tidak
dapat dipisahkan.

2.8. Spritualitas dan Etika


Kajian etika erat kaitannya dengan pengembangan karakter. Pemahaman tentang etika
yang terpisah dari spirituaalitas ini sangat keliru. Sejatinya, setiap manusia harus menyadari
bahwa kesempatan hidup di dunia ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
mencapai tingkat kesadaran Tuhan.

2.9. Hakikat Filsafat


Filsafat berasal dari dua kata Yunani: phile dan shopia. Philo berarti cinta, sedangkan
sophia berarti bijaksana. Denan demikian, philosophia berarti cinta terhadap kebijaksanaan
(Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli, 2003). Karakteristik utama berpikir filsafat
adalah (1) sifatnya yang menyeluruh yang artinya mempertanyakan hakikat keberadaan dan
kebenaran tentang keberadaan itu sendiri sebagai kesatuan secara keseluruhan, (2) sangat
mendasar yang artinya filsafat tidak percaya bahwa ilmu itu adalah benar , dan (3) Spekulatif
yang artinya filsafat selalu ingin mencari jawaban. Abdulkadir Muhammad menjelaskan
filsafat dengan melihat unsur-unsurnya sebagai berikut :
 Kegiatan intelektual (pemikiran)
 Mencari makna yang hakiki (interpretasi)
 Segala fakta dan gejala (objek)
 Dengan cara refleksi, metodis, dan sistematis (metode)
 Untuk kebahagiaan manusia (tujuan)

8
Berikut adalah tabel perbedaan Filsafat dengan Ilmu
No. Aspek Filsafat Ilmu
Segala sesuatu yang bersifat fisik
Segala sesuatu yang bersifat
dan nonfisik, baik yang dapat
1 Ontologis fisik dan yang dapat direkam
direkam melalui indra maupun
melalui indra
yang tidak
Pendekatan ilmiah,
Pendekatan yang bersifat reflektif menggunakan dua pendekatan
2 Epistemologis
atau rasional-deduktif yaitu deduktif dan induktif
secara saling melengkapi
Sangat abstrak, bermanfaat tetapi Sangat konkret, langsung
3 Aksiologis tidak secara langsung bagi umat dapat dimanfaatkan bagi
manusia kepentingan umat manusia

2.10. Hakikat Agama


Pengertian agama menurut beberapa ahli :
 Agus M. Harjana (2005) mengutip dari eksiklopedia Indonesia karangan
HasanShadily. Agama berasal dari bahasa sanskerta:a berarti tidak , gam berarti pergi,
dan a berarti bersifat atau keadaan. Jadi agamaberarti : bersifat tidak pergi, tetap,
lestari, kekal, tidak berubah. Dengan demikian, agama adalah pegangan atau pedoman
bagi manusia untuk mencapai hidup kekal.
 Fuad farid Ismail ndan Abdul Hamid Mutawalli (2003) menjelaskan bahwa agama
adalah satu bentuk ketetapan illahi yang mengarahkan mereka yang berakal dengan
pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan illahi tersebut, kepada kebaikan hidup di
dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.
 Abdulkadir Muhammad (2006) memberikan dua rumusan agama, yaitu: (a)
menyangkut hubungan antara manusia dengan suatu kekuasaan luar yang lain dan
lebih daripada apa yang dialami oleh manusia, dan (b) apa yang syariatkan Allah
dengan perantara para nabi-Nya, berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk
kebaikan manusia di dunia dan akhirat.

Dalam pengertian agama tercakup unsur-unsur utama sebagai berikut :


1. Ada kitab suci
2. Kitab suci yang ditulis oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari Tuhan
3. Ada suatu lembaga yang membina, menuntun umat manusia, dan menafsirkan
kitab suci bagi kepentingan umatnya.
4. Setiap agama berisi ajaran dan pedoman tentang
 Tatwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan, merumuskan
tentang hakikat Allah (Tuhan) yang dikenal, dialami, diyakini, dan
dipercaya serta kehendak-Nya bagi umat manusia dan dunia.
 Susila, moral, atau etika, berisi norma perilaku yang menjadi pedoman
yang sesuai dan tidak sesuai menurut kehendak Allah (Tuhan).

9
 Ritual, upacara, atau tata cara beribadat, menetapkan bagaimana
seharusnya metode dan tata cara manusia berhubungan dengan Allah
(Tuhan).
 Tujuan agama, yaitu menuntun semua umat manusia agar memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.

2.11. Hakikat Etika


Etika berasal dari kata Yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti: tempat tinggal ,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan,sikap, dan cara berpikir. Bentuk
jamaknya adalah ta etha yang berarti adat istiadat. Pengertian etika dapat dilihat dari dua hal
berikut :
 Etika sebagai praksis, yang berarti adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-
norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat.
 Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran atau penilaian moral.

2.12. Hakikat Nilai


Pengertian nilai menurut beberapa ahli :
1. Menurut Fraenkel (1977) “A Value is an idea- a concept about- what some thinks is
important in life ( nilai adalah ide atau konsep tentang apa yang dipikirkan seseorang
atau dianggap penting oleh seseorang).
2. Danandjaja, nilai merupakan pengertian-pengertian (conceptions) yang dihayati
seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik
atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar.
3. Kluckhohn (mulyana, 2004:1) Nilai adalah konsepsi (tersurat atau tersirat, yang
sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan,
yang memengaruhi tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antar dan tujuan akhir.
Defenisi ini berimplikasi terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya, seperti yang
diungkapkan oleh Brameld dalam bukunya tentang landasan-landasan budaya
pendidikan.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa :


 Nilai selalu dikaitkan dengan benda, orang, atau hal.
 Ada bermacam-macam nilai selain nilai uang.
 Gugus-gugus nilai itu membentuk semacam hierarki dari yang terendah hingga yang
tertinggi.

2.13. Hubungan Agama, Etika, Dan Nilai


Agama dan Etika sebenarnya tidak dapat dipisahkan karena tidak ada agama yang
tidak mengajarkan etika atau moral. Kualitas moral atau etika juga dapat menentukan tingkat
keimanan seseorang. Pada akhirnya, tingkat keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
kualitas peribadatan, dan kualitas moral seseorang akan menentukan hierarki nilai kehidupan
yang telah dicapai. Dari sudut pandang semua agama, pencapaian nilai-nilai kehidupan

10
duniawi bukan merupakan tujuan akhir tetapi hanya dianggap sebagai pendukung untuk
mencapai tujuan akhir.

2.14. Hukum, Etika, Dan Etiket


Adapun persamaan dan perbedaan hukum, etika, dan etiket :
Hukum Etika Etiket
Persamaan Mengatur perilaku manusia
Sumber hukum : Sumber etika : Sumber etiket :
Negara, Pemerintah Masyarakat Golongan
masyarakat
Sifat pengaturan : Sifat pengaturan : Sifat pengaturan :
Tertulis berupa Ada yang lisan dan Lisan
Undang-Undang, ada yang tertulis
Perbedaan
Peraturan
Pemerintah, dan
sebagainya.
Objek yang diatur : Objek yang diatur : Objek yang diatur :
Bersifat lahiriah dan Bersifat rohaniah Bersifat lahiriah
rohaniah

2.15. Paradigma Manusia Utuh


Konsep-konsep pembangunan manusia meliputi :
1. Karakter dan Kepribadian
Soedarsono (2002) mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas kejiwaan seseorang
yang menampilkan sisi yang didapat dari keturunan dan didapat dari pendidikan,
pengalaman hidup, serta lingkungannya, sedangkan karakter merupakan sisi
kepribadian sehingga bisa dikatakan bahwa karakter adalah bagian dari kepribadian.
Karakter adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang baik fisik, pikiran,
dan jiwa/roh. Karakter dapat menentukan keberhasilan seseorang. Tingkat
keberhasilan seseorang ditentukan oleh tingkat kecocokan karakter yang dimilikinya
dengan tuntutan kenyataan atau realita. Karakter dapat diubah, dibentuk, dan
dipelajari melalui pendidikan dan pelatihan serta pengalaman hidup.
Menurut Chopra (2005), ada 10 karakter yang dapat dijadikan sebagai karakter umat
manusia:
a. Ada maksud yang lebih tinggi
b. Kesatuan
c. Kesadaran
d. Penerimaan
e. Kreatifitas
f. Keberadaan
g. Efisiensi
h. Pembentukan ikatan
i. Memberi
j. Keabadian

11
2. Kecerdasan, Karakter, dan Etika
Menurut Wahyuni Nafis (2006), ada 3 jenis kecerdasan dengan 3 golongan etika :
3 Golongan Etika Karakter Utama
1. Teo Etika 9. Takwa (pasrah diri)
Saling ketergantungan 8. Ikhlas (tulus)
Masalah aku dengan Tuhan 7. Tawakal (tahan uji)
8. Sosio Etika 6. Silaturahmi (tali kasih)
Ketergantungan 5. Amanah (integritas)
Masalah aku dengan orang lain 4. Huznuzan (baik sangka)
9. Psiko Etika 3. Tawaduk (berilmu)
Kemandirian 2. Syukur
Masalah aku dengan aku 1. Sabar

Hubungan kecerdasan, karakter sel, dan etika


10 Sifat/Karakter Sel
4 Kecerdasan Covey Etika Nafis
Chopra
PQ  Efisiensi Psiko Etika
 Kesadaran
1Q Psiko Etika
 Keabadian
 Penerimaan
EQ  Memberi Sosio Etika
 Pembentukan ikatan
 Maksud yang lebih
tinggi
SQ  Kesatuan Teo Etika
 Kreatifitas
 Keberadaan

4. Karakter dan Paradigma Pribadi Utuh


Covey telah mengingatkan bahwa untuk membangun manusia berkarakter diperlukan
pengembangan kompetensi secara utuh dan seimbang terhadap empat kemampuan
manusia, yaitu tubuh (PQ), intelektual (IQ), hati (EQ), dan jiwa/roh (SQ). Pakar lain
seperti Cloud (2007) juga mengatakan bahwa kunci pembangunan karakter adalah
integritas.

5. Karakter dan Proses Transformasi Kesadaran Spiritual


Akhir-akhir ini sudah mulai banyak pakar dari berbagai latar belakang keilmuan
mulai berani dan tertarik untuk menyelami ranah spiritual dari pendekatan yang lebih
rasional. Hal yang menarik adalah bahwa apa yang mereka tulis sebenarnya bukan hal
baru. Mereka hanya menulis ulang dengan kemasan baru dengan pendekatan yang
lebih rasional. Dengan cara ini justru masyarakat Barat makin banyak yang mulai
berminat untuk menyelami dan menjalani praktik-praktik spiritual.

12
6. Pikiran, Meditasi, dan Gelombang Otak
Olah pikir (brainware management) adalah suatu konsep dan keterampilan untuk
mengatur gelombang otak manusia yang paling sesuai dengan aktivitasnya sehingga
bisa mencapai hasil optimal (Sentanu,2007). Gelombang otak dapat diukur dengan
menggunakan Elektroensefalogram (EEG). Dilihat dari frekuensinya, gelombang otak
dapat digolongkan ke dalam empat golongan, yaitu :
Nama Ciri-Ciri
Beta (14 - 100 Hz) Kognitif, analisis, logika, otak kiri,
konsentrasi, prasangka, pikiran sadar,
aktif, cemas, was-was, khawatir, stres,
fight or flight, disease, cortisol,
norepinephrine.
Alpha (8 - 13,9 Hz) Khusyuk, relaksasi, meditatif, focus-
alertness, superleaming, akses nurani
bawah sadar, ikhlas, nyaman, tenang,
santai, istirahat, puas, segar, bahagia,
endorphine, serotonin.
Theta (4 - 7,9 Hz) Sangat khusyuk, deep-meditation,
problem solving, mimpi, intuisi, nurani
bawah sadar, ikhlas, kreatif, integratif,
hening, imajinatif, catecholamines, AVP.
Delta (0,1 – 3,9 Hz) Tidur lelap, non physical state, nurani
bawah sadar kolektif, tidak ada pikiran
dan perasaan, cellular regeneration,
HGH.

7. Model Pembangunan Manusia Utuh

Model hakikat manusia tidak utuh


(Paradigma Materialisme)

KAYA / TIDAK KARAKTER NEGATIF


BAHAGIA

MAKANAN ENAK PQ SEHAT (FISIK)


OLAHRAGA

IPTEK IQ TINGGI EGO TINGGI

EQ RENDAH SOMBONG, GELISAH, BENCI


EQ DAN SQ TIDAK
DIKEMBANGKAN
SQ RENDAH TIDAK PERCAYA TUHAN

13
Gambar tersebut menjelaskan suatu model hakikat manusia yang dilandasi paradigma
tidak utuh (paradigma materialisme) sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang
memunculkan ketidakbahagiaan. Pada model ini, tujuan manusia hanya mengejar kekayaan,
kesenangan, dan kekuasaan duniawi. Kecerdasan yang dikembangkan hanya IQ dan
kesehatan fisik sehingga praktis kurang atau bahkan lupa mengembangkan EQ dan SQ.

Model hakikat manusia utuh


(Paradigma Manusia Utuh)

KEBAHAGIAAN KARAKTER POSITIF (SIFAT


SEL)

MAKANAN ENAK PQ SEHAT (FISIK)


OLAHRAGA

IPTEK IQ TINGGI PSIKO ETIKA


Berilmu, sabar, syukur

MEDITASI, EQ TINGGI SOSIO ETIKA


ZIKIR,RETRET Silaturahmi, baik sangka,
amanah

SQ TINGGI TEO ETIKA


AGAMA
Takwa, ikhlas, tawakal

14
Gambar di atas merupakan model yang dikembangkan untuk kembali kepada
paradigma tentang hakikat manusia seutuhnya. Karakter positif hanya dapat dikembangkan
melalui pengembangan hakikat manusia secara utuh. Dalam pengembangan manusia utuh,
perlu dikembangkan juga secara seimbang kecerdasan emosional dan spiritual di samping
kecerdasan intelektual dan kesehatan fisik. Meditasi, zikir, retret, dan sejenisnya sangat
efektif untuk melengkapi agama guna mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual.
Bila keseimbangan ini dapat dicapai maka manusia akan mempunyai karakter positif yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan hidup.

15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Untuk memahami berbagai disiplin ilmu dan teknologi tidak seepenuhnya mampu
memahami misteri keberadaan alam semesta dan tidak lagi sepenuhnya dapat menjelaskan
dan memecahkan berbagai permasalahan dunia saat ini. Kebenaran tentang eksistensi
menyangkut kebenaran tentang adanya empat tingkat eksistensi dunia yaitu: benda, tumbuh-
tumbuhan, hewan, dan manusia yang membedakannya adalah unsur kesadaran yang dimiliki
oleh keempat kelompok eksistensi tersebut. Kebenaran tentang alat maksudnya adalah
ketepatan penggunaan alat (tools) yang dipakai untuk memahami keempat tingkat eksistensi
tersebut
Filsafat adalah hasil pemikiran manusia yang menempati posisi sebagai induk
pengetahuan. Filsafat juga diartikan mencari sebuah kebenaran, karakteristik utama berfikir
filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat mendasar, dan spekulatif. Sifatnya
menyeluruh artinya mempertanyakan hahekat keberadaan, dan kebenaran tentang keberadaan
itu sendiri sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan persektif dari bidang perbidang
atau sepotong-sepotong. Sifatnya yang mendasar berarti bahwa filsafat tidak begitu saja
percaya bahwa ilmu itu benar. Sifatnya yang spekulatif karena filsafat selalu ingin mencari
jawab bukan bukan saja pada suatu hal yang sudah diketahui, tetapi segalah sesuatu belum
diketahui.
Agama adalah satu bentuk ketetapan ilahi yang mengarahkan mereka yang berakal dengan
pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan ilahi itu tersebut kepada kebaikan hidup didunia
dan kabahagian hidup di akhirat.
Etika sama dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos (bentuk tunggal), ataumores
(bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhalk, cara
hidup. Hukum, etika dan etiket merupakan istilah yang sangat berdekatan dan mempunyai
atri yang hampir sama walaupun terdapat juga perbedaaan.

3.2. Saran
Disini hendaknya diterapkan asas ketepatan (adaequatio). Ada kecendurungan bahwa
para ilmuan hanya mengakui pendekatan ilmiah (pendekatan rasional) sebagia pendekatan
tunggal untuk memahami eksistensi alam semesta, padahal kebenaran ilmiah hanya
berlandaskan pada fakta objektif (fakta yang dapat dibuktikan melalui panca indra).
Dengan kita mempelajari filsafat, agama, etika, dan hukum, semoga kita menjadi
orang yang kritis, berpikir yang benar dalam berbagai hal, menjadi orang yang bermoral dan
berahlak mulia untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Tuhan yang maha
Esa, dan semoga kita dapat mencapai hakikat kehidupan yang sesungguhnya yaitu surga.

16
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis Dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya Edisi Revisi. Jakarta: Penerbist Salemba
Empat.

17

Anda mungkin juga menyukai