Anda di halaman 1dari 36

BOOKLET

PONDASI, KONSEP DAN TEORI ETIKA

Dosen Pengampu:
Salmah Pattisahusiwa, SE., M.Si., Ak

Oleh:
NAMA: DINI TRI AGUSTIA
NIM: 1901036058

UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan tulisan booklet yang berjudul “Pondasi,
Konsep dan Teori Etika” ini.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada Ibu Salmah
Pattisahusiwa, SE., M.Si., Ak selaku dosen pengampu
mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi.

Saya menyadari bahwa booklet ini jauh dari kata


sempurna, sehingga saya berharap para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi meningkatkan kualitas diri dalam menyusun
makalah pada waktu yang akan datang. Demikian yang
dapat saya sampaikan, semoga booklet ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Samarinda, 9 Maret 2022

Dini Tri Agustia

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………. ii
A. MANUSIA DAN ALAM SEMESTA.......................... 1
1. Hakikat Kebenaran………………………………..2
2. Hakikat Eksistensi…...............................................5
3. Hakikat Manusia…………………………………. 7
4. Hakikat Otak (Brain) dan Kecerdasan
(Intelligence)……………………………………...9
1. Hakikat Pikiran dan Kesadaran…………………...10
B. FILSAFAT, AGAMA, ETIKA, DAN HUKUM……..11
1. Hakikat Filsafat…………………………………...12
2. Hakikat Agama……………………………………13
3. Hakikat Etika……………………………………...15
4. Hakikat Nilai……………………………………...16
5. Hubungan Agama, Etika, dan Nilai……………….18
C. TEORI-TEORI ETIKA……………………………...19
1. Etika
Teleologi…………………………………………..20
2. Deontologi………………………………………...22
3. Teori Hak………………………………………… 23
4. Teori Keutamaan (Virtue)………………………... 24
5. Etika Terapan…………………………………….. 25
6. Teori Etika Teonom……………………………….26
D. DILEMA ETIKA……………………………………..27
1. Paradigma Dilema Etika…………………………. 28
2. Prinsip-prinsip Dilema Etika……………………...29
CONTOH KASUS………………………………………....30
DAFTAR PUSTAKA………………………………………32

ii
A. MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

Terdapat empat hakikat, yakni:

1. Hakikat Kebenaran
2. Hakikat Eksistensi
3. Hakikat Manusia
4. Hakikat Otak (Brain) dan Kecerdasan
(Intelligence)
5. Hakikat Pikiran dan Kesadaran

1
1. HAKIKAT KEBENARAN

E.F. Schumacher (dalam Eko Wijayanto


dkk, 2002) menyatakan empat kebenaran
besar, yaitu:

1. Kebenaran tentang eksistensi


(dunia/alam semesta)
2. Kebenaran tentang alat (tools)
3. Kebenaran tentang cara belajar tentang
dunia
4. Kebenaran tentang hidup di dunia

2
1. HAKIKAT KEBENARAN

1. Kebenaran tentang eksistensi (dunia/alam


semesta)

Kebenaran tentang eksistensi menyangkut


kebenaran tentang adanya empat tingkat eksistensi
dunia, yaitu: benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
manusia. Yang membedakan adalah unsur kesadaran
yang dimiliki oleh keempat kelompok eksistensi
tersebut.

2. Kebenaran tentang alat (tools)

Kebenaran tentang alat maksudnya adalah ketepatan


penggunaan alat (tools) yang dipakai untuk
memahami keempat tingkat ekstensi tersebut. Disini
hendaknya diterapkan asas ketepatan. Misalnya
pendekatan rasio (pendekatan ilmiah) paling tepat
dipakai untuk memahami benda (fisik), namun tidak
sepenuhnya tepat dipakai untuk memahami pola
kerja biologis, etika, kesadaran spiritual, hakikat
manusia apalagi untuk memahami tuhan (potensi
murni).

3
1. HAKIKAT KEBENARAN

3. Kebenaran tentang cara belajar tentang


dunia

Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia


akan berbeda untuk empat bidang pengetahuan:
(1) saya – batin, (2) saya – lahiriah, (3) dunia –
batin, (4) dunia – lahiriah/material.

4. Kebenaran tentang alat hidup di dunia

Kebenaran tentang hidup di dunia, dijumpai dua


corak masalah, yaitu:
1) Masalah konvergen (bertitik temu), yaitu
suatu yang dapat dipecahkan secara
menyeluruh.
2) Masalah divergen (bertitik pisah), yaitu
sesuatu yang selalu berlawanan.

Kedua masalah ini tentu tidak dapat dipecahkan


dengan cara yang sama.

4
2. HAKIKAT EKSISTENSI

Alam semesta hanya dilihat sebagai


materi/substansi yang terbentang luas dan tak
bernyawa, yang misterinya mampu dipecahkan
dengan pendekatan ilmiah dan rasional. Namun
Schumacher telah mengingatkan para ilmuwan
tentang adanya tingakatan eksistensi alam
semesta sebagai berikut:

1. Benda, dapat dituliskan P


2. Tumbuhan, dapat dituliskan P+X
3. Hewan, dapat dituliskan P+X+Y
4. Manusia, dapat dituliskan P+X+Y+Z

Keterangan simbol:

P = Benda mati
X = Untuk unsur hidup
Y = Untuk kesadaran
Z = Untuk kesadaran diri

5
2. HAKIKAT EKSISTENSI

Dengan cara yang agak berbeda, Chopra (2004)


mengemukakan tiga tingkat keberadaan, yaitu:

1. Domain fisik, yaitu domain substansi, materi,


dan alam semesta yang dapat diketahui melalui
pancaindra (dapat diraba, dilihat, didengar,
dibaui, dikecap). Contoh: api, air, tanah, udara,
rumah, mobil, tumbuh-tumbuhan, hewan,
gedung bertingkat, danau, laut dan sebagainya.
Pada domain fisik ini, segalanya dibatasi oleh
ruang dan waktu. Segalanya mengikuti siklus:
lahir, tumbuh dan mati.
2. Domain kuantum, yaitu segalanya terdiri atas
informasi dan energy. Melalui persamaan
Einstein, dimana E = m.c2.
Keterangan persamaan:
E = Energi
m = Massa
c = Kecepatan cahaya
3. Domain nonlocal, eksistensi tingkat ketiga ini
tidak ada lagi identitas individual, semuanya
membaur, luluh, dan menyatu.

6
3. HAKIKAT MANUSIA

Steven dan Haberman (2001), mengatakan bahwa


meski ada begitu banyak hal yang sangat bergantung
pada konsep tentang hakikat manusia. Namun
terdapat begitu banyak hal yang sangat bergantung
pada konsep tentang hakikat manusia. Namun
terdapat begitu banyak ketidaksepakatan mengenai
apa itu hakikat manusia. Adanya ketidaksepakatan
dikarenakan banyak pihak hanya melihat hakikat
manusia secara sepotong-potong tanpa
mendudukannya dalam konteks keseluruhan yang
utuh.

Kecenderungan memahami hakikat manusia secara


sepotong-potong ini sangat jelas terasa bila melihat
perkembangan dan aliran dalam psikologi,
khususnya menyangkut konsepsi psikologis tentang
manusia.

7
3. HAKIKAT MANUSIA

Mc. Dafid dan Harari (dalam Jalaluddin


Rakhmat, 2001) mengelompokkan empat teori
psikologis dikaitkan dengan konsepsinya
tentang manusia sebagai berikut:

1. Psikoanalisis, yaitu melukiskan manusia


sebagai makhluk yang digerakkan oleh
keinginan terpendam (homo valensi).
2. Behaviorisme, yaitu menganggap manusia
sebagai makhluk yang digerakkan semuanya
oleh lingkungan (homo mechanicus).
3. Kognitif, yaitu yang menganggap manusia
sebagai makhluk berpikir yang aktif
mengorganisasikan dan mengolah stimulasi
yang diterimanya (homo sapiens).
4. Humanisme, yaitu yang melukiskan
manusia sebagai pelaku aktif dalam
merumuskan strategi transaksional dengan
lingkungannya (homo ludens).

8
4. HAKIKAT OTAK (BRAIN) DAN
KECERDASAN (INTELLIGENCE)

a. Hakikat Otak

Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks. Otak


memiliki kemampuan sangat luar biasa, antara lain:
memproduksi pikiran-sadar, melakukan pilihan bebas,
menyimpan ingatan, memungkinkan memiliki perasaan,
menjembatani kehidupan spiritual dengan kehidupan
materi/fisik, kemampuan perabaan, persentuhan,
penglihatan, penciuman, berbahasa, mengendalikan
berbagai organ tubuh, dan sebagainnya.

b. Hakikat Kecerdasan

Pada awalnya para ilmuan hanya mengenal kecerdasan


intelektual (IQ). Dengan kecerdesan ini, manusia
dianggap mampu mengatasi berbagai persoalan hidup.
Namun belakangan baru disadari bahwa sebenarnya
manusia mempunyai banyak kecerdasan. Meskipun
manusia memiliki banyak kecerdasan, pada hakikatnya
semua kecerdasan itu dapat dikelompokkan kedalam tiga
jenis, yaitu:
1. Kecerdasan intelektual (IQ)
2. Kecerdasan emosional (EQ)
3. Kecerdasan spiritual (SQ)

9
5. HAKIKAT PIKIRAN DAN KESADARAN

a. Hakikat Pikiran

Pikaran memegang peranan yang sangat penting


dalam kehidupan manusia. Blaise Pascal (dalam
Hart, 1997) mengatakan “Manusia jelas sekali
dibuat untuk berfikir didalamnya terletak semua
martabat, kebijakannya, dan seluruh
kewajibannya adalah berpikir sebagaimana
seharusnya”.

b. Hakikat Kesadaran

Krishna (1999) membagi kesadaran manusia


kesadaran manusia ke dalam lima tingkat
kesadaran/lapisan utama. Kelima lapisan tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Lapisan kesadaran fisik


2. Lapisan kesadaran psikis
3. Lapisan kesadaran pikiran
4. Lapisan intelegensia
5. Lapisan kesadaran murni
10
B. FILSAFAT, AGAMA, ETIKA, DAN
HUKUM

Terdapat empat hakikat, yaitu:

1. Hakikat Filsafat
2. Hakikat Agama
3. Hakikat Etika
4. Hakikat Nilai

Dari keempat hakikat tersebut, terdapat


hubungan agama, etika, dan nilai.

11
1. HAKIKAT FILSAFAT

Filsafat berasal dari dua kata Yunani: philo dan


sophio. Philo berarti cinta, sedangkan sophio
berarti sederhana. Dengan demikian,
philosophio berarti cinta terhadap
kebijaksanaan.
Karakteristik utama berpikir filsafat
adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat
mendasar dan spekulatif. Sifatnya yang
menyeluruh artinya mempertanyakan hakikat
keberadaan dan kebenaran tentang keberadaan
itu sendiri sebagai satu kesatuan secara
keseluruhan, bukan dari perspektif bidang
perbidang atau sepotong-sepotong.

Theo Hujibers (dalam Abdulkadir Muhammad,


2006) menjelaskan filsafat sebagai kegiatan
intelektual yang metodis, sistematis dan secara
reflektif menangkap makna hakiki keseluruhan
yang ada.

12
2. HAKIKAT AGAMA

Agus M. Harjana (2005) megutip pengertian agama


dari Ensiklopedia Indonesia karangan Hassan Shadily.
Agama berasal dari bahasa sansekerta: a berarti tidak,
gam berarti pergi, dan a berarti bersifat atau keadaan.
Jadi istilah agama berarti: bersifat tidak pergi, tetap
lestari, kekal dan tidak berubah. Dengan demikian
agama adalah pegangan atau pedoman bagi manusia
untuk mencapai hidup kekal.

Fuad Fahri Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003)


menjelaskan bahwa agama adalah satu bentuk terhadap
ketetapan ketetapan Illahi yang mengarahkan mereka
yang berakal –dengan pilihan mereka sendiri terhadap
ketetapan Illahi tersebut-kepada kebaikan hidup
didunia dan kebaikan hidup di akhirat.

Abdulkadir Muhammad (2006) memberikan dua


rumusan agama, yaitu (a) menyangkut hubungan
antara manusia dengan suatu kekuasaan luar yang
laindan lebih dari pada apa yang dialami oleh manusia,
dan (b) apa yang diisyaratkan Allah dengan perantara
para nabi-Nya, berupa perintah dan larangan serta
petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan di
akhirat.

13
2. HAKIKAT AGAMA

Rumusan agama berdasarkan unsur-unsur penting dapat


dirinci sebagai berikut:

1. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas,


yang transcendental yang Illahi-Tuhan Yang Maha Esa.
2. Berisi pedoman tingkah laku (dalam bentuk larangan
dan perintah ) nilai-nilai dan norma-norma yang
diwahyukan langsung oleh Illahi melalui nabi-nabi.
3. Untuk kebahagiaan hidup manusia didunia dan hidup
kekal diakhirat.

Dalam pengertian agama tercakup unsur-unsur utama


sebagai berikut:
1. Ada kitab suci.
2. Kitab suci yang dituliskan oleh Nabi berdasarkan wahyu
langsung dari Tuhan.
3. Ada suatu lembaga yang membina, menuntun umat
manusia, dan menafsirkan kitab suci bagi kepentingan
umatnya.
4. Setiap agama berisi ajaran dan pedoman tentang sebagai
berikut:
a. Takwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang
ketuhanan.
b. Susila, moral atau etika.
c. Ritual, upacara, atau tata cara beribadat.
d. Tujuan agama.

14
3. HAKIKAT ETIKA

Etika berasal dari kata Yunani “Ethos” (bentuk


tunggal) yang berarti: tempat tinggal padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan,
sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah “ta
etha” yang berarti adat istiadat.

Etika dapat dilihat dari dua hal, yakni:

1. Etika sebagai praksis, sama dengan moral atau


moralitas yang berararti adat istiadat, kebiasaan,
nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku
dalam kelompok atau masyarakat.
2. Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah
pemikiran atau penilaian moral. Etika sebagai
pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah
bila proses penalaran terhadap moralitas tersebut
bersifat kritis, metodis, dan sistematis. Dalam
taraf ini ilmu etika dapat saja mencoba
merumuskan suatu teori, konsep, asas atau
prinsip-prinsip tentang prilaku manusia yang
dianggap baik atau tidak baik, mengapa perilaku
tersebut dianggap baik atau tidak baik, mengapa
menjadi baik itu sangat bermanfaat, dan
sebagainya.
15
4. HAKIKAT NILAI

Doni Koesoema A. (2007) mendefinisikan nilai


sebagai kualitas suatu hal yang menjadikan hal
itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan
dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek
bagi kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan
sesuatu yang memberi makna dalam hidup,
yang berikan titik tolak, isi, dan tujuan dalam
hidup.

Faud Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli


(2003) merumuskan nilai sebagai standar atau
ukuran (norma) yang kita gunakan untuk
mengukur segala sesuatu. Ada nilai materialis
yang berkaitan dengan ukuran harta pada diri
kita, ada nilai kesehatan yang mengungkapkan
tentang siknifikasi kesehatan dalam pandangan
kita, ada nilai ideal yang mengungkapkan
kedudukan keadilan dan kesetiaan dalam hati
kita, serta ada nilai sosiologis yang
menunjukan signifikasi kesuksesan dalam
kehidupan praktis, dan nilai-nilai yang lain.
16
4. HAKIKAT NILAI

Dari penjelasan tetang nilai tersebut,


sebenarnya dapat disimpulakn tiga hal,
yaitu:

1. Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu


(benda, orang, dan hal).
2. Ada bermacam-macam (gugus) nilai
selain nilai uang (ekonomis) yang
sudah cukup dikenal.
3. Gugus-gugus nilai membentuk
semacam heararki dari yang terendah
sampai yang tertinggi.

17
HUBUNGAN AGAMA, ETIKA, DAN NILAI

Semua agama melalui kitab sucinya


masing-masing mengajarkan tentang tiga
hal pokok, yaitu:

1. Hakikat Tuhan (God, Allah, Gusti


Allah, Budha, Brahman, kekuatan
yang tidak terbatas, dan lain-lain).
2. Etika, yaitu tata susila.
3. Ritual, yaitu tata cara beribadat.

Jelas sekali bahwa antara agama dan


etika tidak dapat dipisahkan. Tidak ada
agama yang tidak mengajarkan
etika/moralitas.

18
C. TEORI-TEORI ETIKA

Terdapat enam teori etika, yaitu:

1. Etika Teleologi
2. Deontologi
3. Teori Hak
4. Teori Keutamaan (Virtue)
5. Etika Terapan
6. Teori Etika Teonom

19
1. ETIKA TELEOLOGI

Berasal dari kata Yunani “Telos” yang


artinya tujuan. Mengukur baik buruknya
suatu tindakan berdasarkan tujuan yang
ingin dicapai dengan tindakan itu, atau
berdasarkan akibat yang ditimbulkan
oleh tindakan itu.

Contohnya, seorang anak kecil yang


mencuri demi biaya pengobatan ibunya
yang sedang sakit (tidak dinilai baik atau
buruk berdasarkan tindakan, melainkan
oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu.
Kalau tujuannya baik, maka tindakan itu
dinilai baik). Atas dasar ini, dapat
dikatakan bahwa etika teleologi lebih
situasional, karena tujuan dan akibat
suatu tindakan bisa sangat tergantung
pada situasi khusus tertentu.
20
1. ETIKA TELEOLOGI

Aliran dalam etika teleologi, yaitu:

1. Egoisme Etis

Inti pandangan egoisme, yakni tindakan setiap orang pada


dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan
memajukan dirinya sendiri. Egoisme akan menjadi
persoalan yang serius ketika cenderung menjadi
hedonistis (ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi
diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik
yang bersifat vulgar).

2. Utilitarianisme

Berasal dari Bahasa Latin “Utilis” yang artinya


bermanfaat. Menurut teori ini, suatu tindakan atau
perbuatan dikatakan baik jika membawa manfaat, tidak
hanya 1 atau 2 orang saja melainkan bermanfaat untuk
masyarakat. Dalam rangka pemikirannya, kriteria untuk
menentukan baik buruknya suatu tindakan atau perbuatan
adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang
terbesar. Utilitarianisme dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
1. Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism)
2. Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)

21
2. DEONTOLOGI

Berasal dari kata Yunani “Deon” yang artinya


kewajiban. ‘Mengapa perbuatan ini baik dan
perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’,
deontologi menjawab: ‘karena perbuatan
pertama menjadi kewajiban kita dan karena
perbuatan kedua dilarang.

Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan


ini harus dijalankan berdasarkan kewajiban.
2. Nilai moral dari tindakan ini tidak
tergantung pada tercapainya tujuan dari
tindakan itu melainkan tergantung pada
kemauan baik yang mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan itu, berarti
kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu
sudah dinilai baik.
3. Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini,
kewajiban adalah hal yang niscaya dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap
hormat pada hukum moral universal.
22
3. TEORI HAK

Teori hak merupakan pendekatan yang


paling banyak dipakai untuk
mengevaluasi baik buruknya suatu
perbuatan atau perilaku. Teori Hak
merupakan suatu aspek dari teori
deontologi, karena berkaitan dengan
kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan
dua sisi uang logam yang sama. Hak
didasarkan atas martabat manusia dan
martabat semua manusia itu sama.
Karena itu hak sangat cocok dengan
suasana pemikiran demokratis.

23
4. TEORI KEUTAMAAN (VIRTUE)

Teori keutamaan (virtue) adalah teori yang


memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak
ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil,
atau jujur, atau murah hati dan sebagainya.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai disposisi
watak yang telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik
secara moral.

Contoh keutamaannya, yaitu:

1. Kebijaksanaan
2. Keadilan
3. Suka bekerja keras
4. Hidup yang baik

24
5. TEORI TERAPAN

Etika terapan terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Etika Umum

Etika umum merupakan norma dan nilai moral,


kondisi-kondisi dasar bagi manusia untuk
bertindak secara etis, bagaimana manusia
mengambil keputusan etis, teori-teori etika,
lembaga-lembaga normatif dan semacamnya.

2. Etika Khusus

Etika khusus merupakan penerapan prinsip-


prinsip atau norma-norma moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus.

25
6. TEORI ETIKA TEONOM

Sebenarnya setiap agama mempunyai


filsafat etika yang hamper sama. Salah
satunya adalah teori etika teonom, yang
dilandasi oleh filsafat Kristen. Teori ini
mengatakan bahwa karakter moral manusia
ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian
hubungannya dengan kehendak Allah.
Perilaku manusia secara moral dianggap
baik jika sepadan dengan kehendak Allah,
dan perilaku manusia dianggap tidak baik
bila tidak mengikuti aturan-aturan atau
perintah Allah sebagaimana telah
dituangkan dalam kitab suci.

26
D. DILEMA ETIKA

Dilema etika (atau moral) adalah situasi di mana alasan-


alasan moral masuk ke dalam konflik, atau di mana
penerapan nilai-nilai moral tidak jelas, dan tidak segera
jelas apa yang harus dilakukan. Dilema etika muncul
dalam rekayasa, seperti di tempat lain, karena nilai-nilai
moral banyak dan beragam, dan sulit untuk penalaran
moral, mereka merupakan presentase yang relatif kecil
dari pilihan moral, yaitu keputusan yang melibatkan nilai-
nilai moral. Sebagian besar pilihan moral jelas, meskipun
kadang-kadang gagal bertindak secara bertanggungjawab
karena kelalaian dan kelemahan kemauan.

Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi


ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana
kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan.
Sedangkan bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi
yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan
antara benar dan salah. Dari pengalaman kita bekerja di
manapun, kita telah mengetahui bahwa dilema etika
adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.
Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada
nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti
cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan,
persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan
akan hidup.

27
1. PARADIGMA DILEMA ETIKA

Secara umum ada pola, model, atau


paradigma yang terjadi pada situasi dilema
etika yang bisa dikategorikan seperti di
bawah ini:

a. Individu lawan masyarakat (individual


vs community).
b. Rasa keadilan lawan rasa kasihan
(justice vs mercy).
c. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs
loyalty).
d. Jangka pendek lawan jangka panjang
(short term vs long term).

28
2. PRINSIP-PRINSIP DILEMA ETIKA

Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki


kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia
yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa
karena manusia memiliki kesadaran moral (Rukiyanti,
L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).

Ada tiga pernyataan yang berkaitan dengan dilema


etika, yaitu:

1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak.


2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai
dalam diri anda.
3. Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain
akan lakukan kepada diri anda.

Kidder, 2009, hal. 144 menyatakan tiga prinsip sebagai


berikut:

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based


Thinking).
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking).
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking).
29
CONTOH KASUS

Awalnya Hery Saefudin (38 tahun), penasaran


melihat situ (danau) di seputar Depok, Jawa
Barat yang dibiarkan menganggur dan
ditumbuhi semak belukar. Ia berpikir, mengapa
tidak dimanfaatkan menjadi kawasan
agrowisata berbasis tanaman hias saja? Hery
memulainya dari situ Pengasingan di
Kecamatan Sawangan. Dia melihat situ tersebut
nyaris lenyap, bahkan nyaris diuruk menjadi
perumahan oleh suatu perusahaan pengembang.
Perusakan lingkungan dapat dihindari ketika
pada tahun 2003 wali kota Depok saat itu,
Badrul Kamal meminta Dinas Pertamanan
mengeruk situ/danau seluas 6,5 ha itu sehinggu
situ Pengasingan tersebut kembali berfungsi
(sebagai resapan air dan pengendali banjir,
Penulis). Tahun 2005, Hery membeli tanah
seluas 3000 𝑚2 di sekitar situ tersebut dan
mengubah serta menata situ Pengasingan
menjadi tempat yang sedap dipandang.

30
LANJUTAN CONTOH KASUS

Di situ ada kolam ikan, penuh tanaman hias,


dan rerumputan hijau. Hery kemudian mengajak
warga setempat untuk mengembangkan
tanaman hias, memelihara ikan, dan mengelola
situ tersebut menjadi daerah wisata sekaligus
daerah yang produktif. Sekarang ada 500 warga
menjadi petani tanaman hias dan sekitar 100
pedagang yang memiliki kios di sepanjang jalan
Bojongsari-Ciputat. Kini, Hery bangga karena
cita-citanya memberdayakan masyarakat
Sawangan ada hasilnya. Penghasilan seorang
petani tanaman hias di Sawangan sekarang ini
sekitar Rp 3 juta hingga Rp 15 juta per bulan.

Sumber: Soal Ujian Etika Bisnis FE Untar


tahun 2006 (diolah dari sumber Kompas, 6
Desember 2006)

31
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/40295037/MANUSI
A_DAN_ALAM_SEMESTA

https://www.academia.edu/19205352/ETIKA_P
ROFESI_Filsafat_Agama_Etika_Dan_Hukum_

https://rizkiamaliafebriani.wordpress.com/2013/
10/08/teori-teori-etika-bisnis/

https://id.scribd.com/document/402630253/Dile
ma-etika-docx

http://trimolanggeng.blogspot.com/2016/12/ma
kalah-filsafat-agama-etika-dan-
hukum.html?m=1

https://www.mudigho.my.id/2021/04/dilema-
etika-dan-bujukan-moral.html?m=1

32
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai