Oleh :
NIM : 190810301142
190810301164
Fakultas Ekonomi
Universitas Jember
Tahun 2020
BAB I
PENDAHULUAN
2
1. 3 Tujuan Penulisan
Topik ini menarik untuk dipelajari karena, dengan mempelajari materi “Hakikat
Manusia dan Keberadaan Alam Semesta” ini kita dapat mengetahui serta memahami
apa yang dimaksud dengan hakikat manusia dan keberadaan alam semesta. Setelah
mengetahuinya, diharapkan kita semua sebagai manusia dapat lebih terbuka wawasan
kita dan lebih bersyukur karena manusia merupakan makhluk yang mulia serta memilki
akal sehat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
MANUSIA DAN KEBERADAAN ALAM SEMESTA
Intinya adalah bahwa ada berbagai tingkat eksistensi alam dan tingkat eksistensi
kesadaran. Oleh karena itu, untuk menemukan hakikat kebenaran tidak cukup hanya
dengan mengandalkan pendekatan ilmiah/ rasional. Contoh sederhana, untuk
memahami tiga dimensi berbeda atas objek yang sama yaitu dimensi fisik (hubungan
sebab akibat berbagai elemen fisik), dimensi etik (perilaku baik buruk), dan dimensi
estetik (sesuatu yang indah atau tidak indah) tidak dapat hanya menggunakan satu
pendekatan saja dan perlu disesuaikan pendekatan apa yang memang diperlukan.
Dan hal ini pun berlaku dalam mencari hakikta kebenaran.
4
Hakikat eksistensi (Dunia / Alam Semesta) adalah adanya kecenderungan yang di
sodorkan oleh saintisme modern, yaitu suatu paham yang sering disebut sebagai
materialistik, mekanistik, dan deterministik yang memandang dunia fisik atau dunia
materi sebagai satu-satunya keberadaan yang diakui oleh ilmu pengetahuan. Alam
semesta seolah olah dianggap sebagai mesin raksasa yang bekerja secara mekanistik.
Alam semesta hanya dilihat sebagai materi atau substansi yang terbentang luas dan
tak bernyawa, yang misterinya mampu dipecahkan dengan pendekatan ilmiah dan
rasional.
Namun schumacer telah mengingatkan para ilmuan tentang adanya tingkatan-
tingkatan tentang eksistensi alam semesta sbb;
1) Benda, dapat ditulis P
2) Tumbuhan, dapat dituliskan P+X
3) Hewan, dapat dituliskan P+X+Y
4) Manusia, dapat dituliskan P+X+Y+Z
Dengan memberikan simbol P untuk benda mati, X untuk unsur hidup , Y untuk
kesadaran, dan Z untuk kesadaran diri (kesadaran transendental/spiritual), maka dapat
dikatakan bahwa eksistensi alam semesta meiliki jenjang yang terbagi kedalam empat
tingkatan. Yaitu;
1) Tingkat pertama adalah, benda mati yang hanya memiliki unsur P (substansi,
materi)
2) Tingkat kedua adalah, tumbuh-tumbuhan, yang mempunyai unrsur P dan unsur
X (kehidupan).
3) Tingkat ketia adalah golongan hewan, yang memiliki unsur P, X, da Y
(kesadaran)
4) Tingkat ke empatan adalah, golongan manusia yang memiliki semua unsur, P,
X,Y, dan Z (unsur kesadaran,transendental/spiritual).
Seorang sosiolog, Pitirim Alexander Sorokin mencoba menjelaskan perubahan-
perubahan besar (krisis) dan fluktuasi system nilai yang terjadi dalam sejarah
kehidupan umat manusia berdasarkan tiga skema nilai yaitu indrawi, ideasional, dan
idealistis.
Benda adalah sesuatu yang tampak , sedangkan alam energy adalah sesuatu yang
tidak tampak. Berdasarkan uraian tersebut, d apat disimpulkan bahwa hakikat
keberadaan alam semesta tidak hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik,
sebagaimana diyakini oleh sementara ilmuan. Dengan kemajuan ilmu fisika dan
adanya ketertarikan para ilmuan untuk mulai mengkaji hal hal spiritual secara lebih
5
rasional, maka mulai diyakini bahwa hal-hal yang tidak tampak oleh panca indra juga
merupakan bagian tak terpisahkan dari hakikat keberadaan.
6
penglihatan, penciuman, berbahasa,mengendalikan berbagai organ tubuh dan
sebagainya. Didalam otak paling tidak terdapat Sembilan subkomponen yang masing-
masing memiliki fungsi dan peran yang berbeda yang dapat mengendalikan dan
mengkontrol seluruh aktivitas pada tubuh manusia.
Menurut Zohar dan Marshall, fungsi otak dibagi menjadi tiga berdasarkan cara
berpikir atau ragam kecerdasan, yaitu :
1. Proses berpikir seri / otak Intellectual Quotient (IQ)
IQ menggambarkan cara berpikir logis, linier, dan tanpa melibatkan perasaan.
2. Proses berpikir asosiatif / otak Emotional Quotient (EQ)
EQ menggambarkan kecerdasan emosional yang menciptakan asosiasi.
Kecerdasan EQ pertama kali dicetuskan oleh Peter Salovey pada tahun 1990
untuk menggambarkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting
bagi keberhasilan.
3. Proses berpikir menyatukan / otak Spiritual Quotient (SQ)
SQ mengintegrasikan fungsi IQ dan EQ sehingga dapat diperoleh suatu makna
atau penyadaran diri.
Kecerdasan SQ ini pertama kali diperkenalkan oleh Zohar dan Marshall pada
tahun 2000 dalam buku yang berjudul SQ : Spiritual Intelligence – The
Unlimited Intelligence
Spiritualitas berhubungan dengan upaya pencarian makna kehidupan melalui
hubungan langsung antara diri dengan Tuhan (kekuatan tak terbatas, potensi murni).
Hal tersebut dapat disimpulkan sbb:
1) Pada awalnya para ilmuan hanya mengenal kecerdasan intelektual (IQ) dengan
kecerdasan ini, manusia dianggap mamapu mengatasi berbagai persoalan
hidup. Namun belakangan baru disadari bahwa sebenarnya manusia
mempunyai banyak kecerdasan (multipel intelejense).
2) Meskipun manusia mempunyai banyak kecerdasan, pada hakikatnya semua
kecerdasan itu dapat dikelompokan dalam tiga jenis yaitu kecerdasan
intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).
3) Ketiga jenis kecerdasan tersebut merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan, dengan SQ sebagai pondasinya.
4) Etika adalah cabang ilmu yang membahas tentang prilaku manusia,
mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik dalam konteks hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan
alam.
7
Pikiran adalah keseluruhan struktur dan proses-proses kejiwaan baik yang
disadari ataupun yang tidak disadari yang merupakan bagian dari psyche yang
terorganisir. memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Persepsi adalah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia
memperoleh pengetahuan baru. Memori adalah proses menyimpan informasi dan
memanggilnya kembali. Berfikir adalah mengolah informasi dan memanipulasi
informasi untuk memenuhi kebutuhan atau kebutuhan respon.
Lapisan sadar berhubungan dengan dunia luar dalam wujud sensasi dan
berbagai pengalaman yang didasari setiap saat. Lapisan prasadar sering disebut
memori (ingatan) yang tersedia menyangkut pengalaman – pengalaman yang tidak
disadari pada saat pengalaman tersebut terjadi, dengan mudah dapat muncul kembali
menjadi kesadaran secara spontan atau dengan sedikit usaha.
Lapisan tidak sadar yang merupakan lapisan yang paling dalam dari pikaran
manusia, menyimpan semua dorongan insting primitif serta emosi dan memori yang
mngancam pikiran sadar yang telah sedemikian ditekan, atau secara tidak disadari
telah didorong ke dalam lapisan yang paling dalam pada pikiran manusia.
Menurut Khrisna kesadaran manusia terbagi menjadi lima tingkat / lapisan yaitu :
1) Lapisan kesadaran fisik, yang ditentukan oleh makanan.
2) Lapisan kesadaran psikis, yang didasarkan atas energi dari udara yang
disalurkan melalui pernapasan.
3) Lapisan kesadaran pikiran, yang merupakan kesadaran pikiran rasional dan
emosional. Bila pikiran kacau atau dalam keadaan marah, maka napas akan
lebih cepat. Dan sebalikanya jika pikiran tenang maka napas kita juga tenang ,
karena seluruh kepribadian kita ditentukan oleh pikiran .
4) Lapiasan intelegensia (bukan Intelek ), menyangkut kesadaran hati nurani atau
budi pekerti. Lapisan ini yang menyebabkan manusia menjadi bijak.
5) Lapisan kesadaran murni (kesadaran transendental), merupakan hasil akhir
pemekaran kepribadian manusia, yang merupakan tingkat kesadaran tertinggi
yang dapat dicapai oleh manusia.
Manusia telah memiliki kesadaran mental atau emosional yang telah berkembang,
sementara hewan belum mencapai tingkat atau lapisan kesadaran ini. Kondisi pikiran
pada lapis ketiga ini sangat menentukan apakah kepribadian manusia dapat
berkembang ke lapisan kesadaran yang lebih itnggi (kesadaran transendental), tetap
stagnan, atau bahkan turun pada lapisan kesadaran yang lebih rendah.
8
2.4 Tujuan Dan Makna Kehidupan
Siapapun pasti sependapat dan tidak ada yang membantah bahwa tujuan hidup
umat manusia adalah untuk memeperoleh kebahagiaan. Namun dalam kehidupan
sehari – hari yang dipenuhi oleh filsafat materialisme, makin banyak orang yang
merasa tidak bahagia. Perbdaan pemahaman tentang hidup ini sangat bergantung
pada evolusi kesadaran seseorang.
Untuk memahami tingkat kesadaran ini, ada baiknya dikutip pendapat Sutrisna
(2007) yang membedakan tiga tingkat kesadaran manusia yaitu:
1) Kesadaran Hewani
2) Kesadaran Manusia
3) Kesadaran Tuhan
Tabel 1.1
Golongan Manusia Berdasarkan Tingkat Kesadaran
9
Tidak mudah mengukur tingkat kesadaran yang dimiliki seseorang berdasarkan
ukuran objektif atau pendekatan ilmiah yang biasa digunakan oleh ilmu pengetahuan
pada umumnya. Kematangan diri hanya dapat dirasakan secara subjektif oleh yang
bersangkutan melalui refleksi diri.
Empat tinggkat kesadaran berdasarkan pengamalan dan pemahaman akan hakikat
kehidupan sebagai berikut :
1) Jalan syariah yaitu tahap dimana seseorang secara taat asas mengikuti
hukum – hukum moral (hukum keagamaan) dalam kehidupan sehari – hari.
Dalam kaitannya denga upaya mencari harta benda/kekayaan materi, hukum
moral ini diikuti untuk enilai sah atau tidaknyaapa yang menjadi milikku dan
milikkmu. Pada tahap ini, orang yang taat mengikuti ajaran agama secara
lahiriah, tetapi masih memiliki rasa kemelekatan atas apa yang menjadi
miliknya dan apa yang menjadi milik orang lain, walaupun apa yang dimilikinya
itu telah diperoleh menutur hukum mora keagamaan. Maka dapat dikatakan
bahwa kesadaran diri seseoragn tersebut ada pada tingkat syari’ah.
2) Jalan tariqoh yaitu tahap dimana seseorang mencoba mencari kebenaran
melalui jalan tanpa rambu (upaya menggai kebenaran melalui pengalaman
langsung, melampaui hukum moral keagamaan). Pada tahap ini, tingkat
kesadaran seseorang telah melampaui tingkat syari’ah. Dalam kaitannya
dengan kekayaan materi, dalam diri seseorang telah tumbuh perasaan ilikku
adalah milikmu dan milikmu adalah milikku. Intinya telah muncul rasa
kebersamaan dan rasa milik bersama.
3) Jalan haqiqah yaitu tahap dimana seseorang telah memahami makna
terdalam dari praktik syariah dan thariqah. Seseorang dalam tahap ini sering
emperoleh kebenaran langsung tentang kebenaran gaib. Orang pada tahap
kesadaran ini teah merasakan bahwa tidak ada lagi apa yang menjadi milikku
dan milikmu. Semua adalah milik Tuhan. Tidak ada lagi rasa kemlekatan pada
kekayaan materi. Kesadaran pada tahap ini hanya dimiliki oleh mereka yang
batinnya sudah sangat tinggi, seperti para nabi dan rasul, para sufi, atau orang-
orang suci terkemuka.
4) Jalan ma’rifah yaitu tahap dimana seseorang telah mempunyai kearifan dan
pengetahuan terdalam tentang kebenaran spiritual. Pada tahap ini, kesadaran
seseorang telah mencapai tahap tertinggi, dimana orang seperti ini telah
menyadari bahwa tidak ada lagii aku dan kamu. Masing-masing pribadi
menyadari bahwa segalanya adalah Tuhan, bahwa tidak ada satupun dan tidak
10
ada seorang pun yang terpisah dari Tuhan. Inilah tujuan utama dari tasawuf
(agama islam), agama Hindu menyebutnya moksa, dan Budha menyebutnya
nirwana.
2.5 Interdependensi Manusia dan Alam Semesta Sebagai Satu Kesatuan Sistem
Alam semesta beserta seluruh isinya sebenarnya merupakan satu kesatuan
sistem. Pengertian sistem menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan
Poerwadaarminta (1976) adalah:
a. sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama untuk
melakukan suatu maksud, misalnya urat syaraf dalam tubuh;
b. sekelompok pendapat, peristiwa, kepercayaan, dan sebagainya yang disusun
dan diatur baik-baik, misalnya filsafat;
c. cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu, misalnya pengajaran
bahasa.
Menurut Jogiyanto sistem memiliki beberapa ciri / kriteria sebagai berikut :
1) Mempunyai komponen – komponen (components/subsystems)
2) Ada batas suatu sistem (boundaries)
3) Ada lingkungan luar sistem (environment).
4) Ada penghubung (interface)
5) Ada masukan (input), proses (process), dan keluaran (output)
6) Ada sasaran (objectives) atau tujuan (goal)
Inti dari pemahaman konsep sistem adalah bahwa setiap elemen (bagian, unsur,
subsistem) yang bekerja sama, saling mendukung,saling memerlukan, dan saling
memengaruhi satu dengan yang lain. Gejala banjir di Jakarta adalah contoh
terganggunya keseimbangan berbagai elemen yang ada. Manusia dan alam
merupakan satu kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan.
11
etika adalah adat, kebiasaan, dan ilmu yang mepelajari hubungan perilaku manusia
yang bersifat horizontal yaitu hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan
lembaga/institusi , manusia dengan alam, dan lembaga/organisasi dengan
lembaga/organisasi lainnya.
Sementara itu spiritualitas berhubungan dengan perialaku manusia yang
bersifat vertikal, dalam arti hubungan manusia dengan Tuhan/kekkuatan tak terbatas.
Menurut mereka spiritualitas bukan merupakan bidang kajian etika.
Pemahaman tentang etika yang terpisah dari spirituaalitas ini sangat keliru. Dengan
pemisahan peahaman seperti ini, bisa saja seseoang telah mempelajari teori-teori etika
dan teah berkali-kali mengikuti peatihan kode etik, tetapi belum menjamin bahwa
perilakunya bersifat etis selama keceerdasan spiritualnya rendah. Sejatinya, setiap
manusia harus menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia ini hendaknya
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai tingkat kesadaran Tuhan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia adalah bagian dari keberdaan alam semesta. Segala sesuatu yang
ada di alam semesta (makrocosmos) juga ada di dalam manusia (miticosmos). Dalam
system, manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Hal ini dikarenakan manusia memiliki keunggulan dalam sistem kesadaran maka alam
semesta menjadi sebuah objek yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Tinjauan ilmiah tentang alam mendekatkan manusia kepada tata laku penciptanya,
dalam artian mampu mempertajam persepsi batin manusia untuk mendapatkan suatu
penglihatan yang lebih dalam. Pengetahuan mengenai alam akan menambah
kekuatan manusia mengatasi alam dan memberinya pandangan tak terhingga.
Perkembangan pengetahuan manusia dalam merespons berbagai kesulitan
yang terkait dengan penyesuian diri dengan alam pada akhirnya membuahkan kreasi-
kreasi yang mengungguli sifat-sifat alam. Dengan menyadari hakikat dari Manusia dan
Keberadaan Alam Semesta, diharapkan manusia dapat menjaga agar kestabilitasan
alam tidak terganggu sehingga keberadaan alam tetap dapat berdampingan dengan
eksistensi manusia.
3.2 Referensi
https://www.anekamakalah.com/2012/03/manusia-dan-alam-semesta.html, diakses
pada 27-9-2020, pukul 12.30 WIB
sukrisno agoes dan I.C. Ardana 2014 Etika Bisnis dan Profesi
13