Dosen Pengampu
Dr. FIRMAN FLORANTA ADONARA, S.H.,M.H.
NIP. 198009212008011009
Oleh:
Wulan Suci Andriani
NIM: 190810301164
12. Sebut dan jelaskan kriteria cakap dalam membuat perjanjian beserta
dasar hukumnya!
Jawaban :
- Kecakapan untuk Mengadakan Perikatan
Syarat sahnya perjanjian yang kedua menurut Pasal 1320 KUH Perdata
adalah kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian (om eene
verbintenis aan te gaan). Dari kata “membuat” atau "mengadakan"
perikatan dan perjanjian dapat disimpulkan bahwa masing-masing pihak
yang berkontrak harus ada unsur “niat” atau sengaja. Pasal 1329 KUH
Perdata menyebutkan bahwa setiap orang adalah cakap. Kemudian Pasal
1330 KUH Perdata memberikan pengecualian dengan penjelasan "ada
beberapa orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian", yaitu :
a. Orang yang belum dewasa, yaitu berdasar Pasal 47 dan 50 UU No. 1
Tahun 1974 kedewasaan seseorang ditentukan bahwa anak berada di
bawah kekuasaan orang tua atau wali sampai umur 18 tahun yang
berlaku baik bagi wanita maupun pria. Pasal 330 KUH Perdata yang
berbicara tentang batas usia dewasa diganti dengan dikeluarkannya
Putusan Mahkamah Agung No. 447/Sip/1976 tanggal 13 Oktober
1976 yang menyatakan bahwa dengan berlakunya UU No 1 Tahun
1974, maka batas seseorang berada di bawah kekuasaan perwalian
adalah 18 tahun, bukan lagi 21 tahun.
b. Orang yang ditaruh di bawah pengampuan (curatele atau
conservatorship)
Seseorang dapat diletakan di bawah pengampuan jika yang
bersangkutan gila, dungu (onnoozelheid), mata gelap (razernij), lemah
akal (zwakheid van vermogens) atau juga pemboros. Orang yang
demikian itu tidak menggunakan akal sehatnya, dan oleh karenanya
dapat merugikan dirinya sendiri. Selain itu, seseorang yang
mengalami kepailitan menjadi tidak cakap untuk melakukan perikatan
tertentu sejak pernyataan pailit diucapkan oleh Pengadilan.
c. Orang-orang perempuan dalam pernikahan, (setelah
dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 tahun 1963
dan diundangkannya Undang-undang no 1 tahun 1974 pasal 31 ayat 2
maka perempuan dalam perkawinan dianggap cakap hukum).
Selain sebab-sebab hapusnya perikatan yang ditentukan oleh Pasal 1381 KUH
Perdata tersebut, ada beberapa penyebab lain untuk hapusnya suatu perikatan,
yaitu :
Dan yang menjadi unsur - unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah
barang dan harga, dimana antara penjual dan pembeli harus ada kata
sepakat tentang harga dan benda yang menjadi objek jual beli. Suatu
perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua belah pihak telah setuju
tentang harga dan barang. Sifat konsensual dari perjanjian jual beli
tersebut ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi “ jual beli dianggap
sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai
kata sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang ini belum
diserahkan maupun harganya belum dibayar.
- Peraturan perundang-undangan yang mengatur perjanjian jual beli
terdapat dalam Buku III KUH-Perdata/Burgerlijk Wetboek dan ketentuan-
ketentuan lain, baik yang tertulis seperti Yurisprudensi/ putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atau Doktrin/ pendapat para
ahli hukum, maupun hukum tidak tertulis.
15. Sebutkan dan jelaskan cara terbentuknya perjanjian jual beli !
Jawaban :
- Lisan; suatu perjanjian dalam wujud lisan dan hanya berdasarkan
kesepakatan dan kepercayaan diantara para pihak.
- Tertulis, perjanjian dalam bentuk tertulis atau akta
- Terbuka/jual beli di muka umum.
16. Sebutkan dan jelaskan sifat perjanjian jual beli !
Jawaban :
- Konsensual, bahwa perjanjian dinyatakan sah dan mengikat secara penuh
jika suatu kontrak telah dibuat, bahkan pada prinsipnya persyaratan
tertulis pun tidak disyaratkan oleh hukum, kecuali untuk beberapa jenis
kontrak tertentu, yang memang dipersyaratkan syarat tertulis. Syarat
tertulis tersebut misalnya dipersyaratkan untuk jenis kontrak berikut ini :
a. Kontrak perdamaian b. Kontrak pertanggungan c. Kontrak penghibahan
d. Kontrak jual beli tanah
- Obligatoir dalam Pasal 1359 KUHPerdata, adalah di mana hak milik atas
barang yang dijual belum akan berpindah ke tangan pembeli selama
belum diadakan penyerahan dan pihak-pihak terkait sepakat mengikatkan
diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain
(perjanjian yang menimbulkan perikatan). Menurut ketentuan Pasal 612
KUHPerdata yang menyebutkan bahwa “Penyerahan atas benda bergerak
dilakukan dengan penyerahan nyata”, sedangkan Pasal 613 bahwa
“Penyerahan piutang atas nama, dilakukan dengan membuat sebuah akta
otentik atau di bawah tangan”.
18. Sebutkan dan jelaskan mengenai sistem causal dalam perjanjian jual
beli?
Jawaban :
Menurut pasal 584 BW, Sistem Causal merupakan sistem yang digunakan
untuk menggantungkan sah tidaknya levering pada 2 syarat, yaitu :
- Ketentuan sahnya titel (jual-belinya, tukar-menukarnya, atau
penghibahannya) yang menjadi dasar dilakukannya levering.
- Levering dilakukan oleh orang yang berhak berbuat bebas
(beschikkingsbevoegd) terhadap benda yang diserahkan.
20. Sebut dan jelaskan mengenai larangan dalam perjanjian jual beli
beserta dasar hukumnya !
Jawaban :
Larangan dalam melakukan perjanjian jual beli ada 3 kelompok yang diatur
berdasarkan aturan KUHPer 1457-1550 sebagai berikut :
1. Perjanjian jual beli antara Suami & istri
2. Perjanjian jual beli oleh profesi Hakim, jaksa, pengacara, juru sita, &
notaris yg berkaitan dgn tugas mereka.
3. Perjanjian jual beli para pegawai yanfg bertugas langsung
menyelenggarakan & menyaksikan penjualan suatu barang.