Oleh :
Kelompok 9
Fakultas Ekonomi
Universitas Jember
2020
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Kebenaran
Bebagai disiplin ilmu dan teknologi tidak sepenuhnya mampu memahami misteri
keberadaan alam semesta dan tidak lagi sepenuhnya dapat menjelaskan dan
memecahkan berbagai permasalahan dunia saat ini. Menurut E.F. Schumacher (dalam
Eko Wijayanto dkk., 2002) ada empat kebenaran besar, yaitu:
Yang membedakan adalah unsur kesadaran yang dimiliki oleh keempat kelompok
eksistensi tersebut.
Terdapat 2 corak masalah dan kedua masalah ini tidak dapat dipecahkan dengan
cara yang sama, yaitu:
1. Masalah konvergen (bertitik temu), sesuatu yang dapat dipecahkan secara
menyeluruh.
2. Masalah divergen (bertitik pisah), sesuatu yang selalu berlawanan
berlawanan.
Jadi ada berbagai tingkat eksistensi alam dan tingkat eksistensi kesadaran. Oleh
karena itu, untuk menemukan hakikat kebenaran tidak cukup mengandalkan
pendekatan ilmiah/rasional. Pendekatan rasional mungkin efektif untuk memahami
dimensi fisik, tetapi akan menjadi alat yang tidak sepenuhnya memadai untuk
memahami perilaku. Apalagi jika digunakan untuk memahami aspek keindahan
(estetik).
Ada kecenderungan yang disodorkan oleh saintisme modern yaitu suatu paham
yang sering disebut sebagai materialistik, mekanistik, dan deterministik yang
memandang dunia fisik/dunia materi sebagai satu-satunya keberadaan yang diakui oleh
ilmu pengetahuan. Alam semesta seolah-olah dianggap mesin raksasa yang bekerja
secara mekanistik. Alam semesta dilihat sebagai materi/substansi yang terbentang luas
dan tak bernyawa, yang misterinya mampu dipecahkan dengan pendekatan ilmiah dan
rasional.
Keterangan simbol:
P ⇨ benda mati
X ⇨ unsur hidup
Y ⇨ kesadaran
Maka dapat dikatakan bahwa eksistensi alam semesta memiliki jenjang yang
terbagi ke dalam 4 tingkat, yaitu:
1. Tingkat pertama adalah benda mati, yang hanya memiliki unsur P (substansi,
materi).
2. Tingkat kedua adalah tumbuhan-tumbuhan, yang mempunyai unsur P dan unsur X
(kehidupan).
3. Tingkat ketiga adalah golongan hewan, yang memiliki unsur P,X, dan Y
(kesadaran).
4. Tingkat keempat adalah golongan manusia, yang memiliki semua unsur P,X,Y dan
Z (unsur kesadaran transendental/spiritual).
1. Indriawi
Sistem nilai indriawi berpandangan bahwa semua nilai etika bersifat relatif dan
persepsi indriawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan kebenaran.
2. Ideasional
Sistem nilai ideasional berpandangan bahwa realitas sejati berada di luar dunia
materi dan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman batin.
3. Idealistis
Perpaduan harmonis antara kedua sistem nilai ekstrem indriawi dan ideasional.
1. Domain fisik
Domain fisik adalah domain substansi, materi, dan alam semesta yang dapat
diketahui melalui pancaindra.
Contoh eksistensi domain fisik: hewan, air, api, laut, dll.
Pada domain fisik segalanya dibatasi oleh ruang dan waktu dan mengikuti siklus:
lahir, tumbuh, dan mati.
2. Domain kuantum
Segalanya terdiri atas informasi dan energi. Melalui persamaan Einstein:
E = m.c²
Keterangan persamaan:
E ⇨ Energi
m ⇨ Massa
c ⇨ Kecepatan cahaya
3. Domain nonlokal
Eksistensi tingkat ketiga ini tidak ada lagi identitas individual, semuanya membaur,
luluh, dan menyatu.
Jadi dapat disimpulkan hakikat keberadaan alam semesta tidak hanya terbatas
pada sesuatu yang bersifat fisik.
C. Hakikat Manusia
Steven dan Haberman (2001), mengatakan bahwa meski ada begitu banyak hal
yang sangat bergantung pada konsep tentang hakikat manusia, namun terdapat begitu
banyak ketidaksepakatan mengenai apa itu hakikat manusia. Adanya ketidaksepakatan
dikarenakan banyak pihak hanya melihat hakikat manusia secara sepotong-potong
tanpa mendudukannya dalam konteks keseluruhan yang utuh.
Kecenderungan memahami hakikat manusia secara sepotong-potong ini sangat
jelas terasa bila melihat perkembangan dan aliran dalam psikologi, khususnya konsepsi
psikologis tentang manusia. Mcdavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2001)
mengelompokkan empat teori psikologi dikaitkan dengan konsepsinya tentang manusia
sebagai berikut:
1. Psikoanalisis
Melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan terpendam
(homo volensi).
Tokoh-tokoh aliran ini antara lain: Freud, Jung, dan Bion.
2. Behaviorisme,
Menganggap manusia sebagai makhluk yang digerakkan semuanya oleh
lingkungan (homo mechanicus).
Tokoh-tokoh aliran ini antara lain: Hull, Miller, dan Bandura.
3. Kognitif
Menganggap manusia sebagai makhluk berpikir yang aktif mengorganisasikan dan
mengolah stimulasi yang dterimanya (homo sapiens).
Tokoh-tokoh aliran ini antara lain: Lewin, Heider, dan Rotter.
4. Humanisme
Melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi
transaksional dengan lingkungannya (homo ludens).
Tokoh-tokoh aliran ini antara lain: Rogers, Maslow, dan Satir.
Ardana (2005) membuat skema hubungan antar lapisan yang dikemukakan oleh
para ilmuwan:
Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks. Otak memilki kemampuan
sangat luar biasa, antara lain: memproduksi pikiran-sadar, melakukan pilihan bebas,
menyimpan ingatan, memungkinkan memiliki perasaan, menjembatani kehidupan
spiritual dengan kehidupan materi fisik, kemampuan perabaan, persentuhan,
penglihatan, penciuman, berbahasa mengendalikan berbagai organ tubuh, dan
sebagainya
1. Neocortex
Lapisan otak paling luar dan hanya dimiliki oleh manusia. Lapisan ini
memungkinkan manusia mempunyai berbagai kemampuan, seperti menulis,
membaca, melakukan perhitungan rumit, menguasai bahasa, melukis, dan
sebagainya.
2. Corpus callosum
Lapisan penghubung antara belahan kiri dan kanan neocortex.
3. Cerebellum/ otak kecil
Berfungsi mengatur gerakan dan gerak refleks.
4. Otak reptile
Terletak di lapisan paling dalam dari otak kita yang berhubungan dengan rasa
aman dan takut. Berfungsi mengendalikan pernapasan, peredaran darah, detak
jantung, pencernaan, dan kesadaran.
5. Hippocampus
Berhubungan dengan ingatan jangka panjang.
6. Amigdala
Mengatur emosi.
7. Pituitary gland
Memengaruhi dan mengatur kerja hormon-hormon.
8. Hypothalamus
Mengontrol hormon seksual, agresi, tekanan darah, suhu badan, dan rasa haus.
9. Thalamus
Mengaktifkan sensor indra yang sedang menerima informasi dari luar.
1. Alpha
Terjadi pada frekuensi 8-13 Hz, muncul dengan mudah pada saat memejamkan
mata, mendengarkan musik, meditasi pada tahap awal, dan dalam keadaan santai.
2. Delta
Daerah frekuensi sekitar 0.5-4 Hz putaran/detik. Kondisi ini saat seseorang tidur
lelap atau sedang melakukan meditasi mendalam.
3. Theta.
Terjadi pada frekuensi 4-7 Hz, muncul pada saat tidur disertai mimpi ringan, atau
meditasi pada tigkat yang belum mendalam.
4. Beta
Timbul pada frekuensi 13-30 Hz, terjadi saat terjaga dan perhatian terpusat secara
aktif, misal saat memecahkan suatu masalah.
1. Kognitif
Fungsi otak kanan dan kiri.
2. Afektif
Mengelola emosi dan perasaan yang merupakan fungsi sistem limbik.
3. Fisik
Fungsi fisik meliputi gerakan, penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan,
dan perabaan.
4. Intuisi
Pemahaman secara menyeluruh dan sebagian merupakan hasil sintesis tingkat
tinggi dari semua fungsi otak.
Jadi kesimpulannya pada awalnya para ilmuwan hanya mengenal IQ. Dengan
kecerdasan ini manusia dianggap mampu mengatasi berbagai persoalan hidup. Namun
belakangan baru disadari manusia mempunyai banyak kecerdasan. Semua kecerdasan
itu dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu:
Drever (dalam sudibyo, 2001) memberikan batsan mengenai pikiran (mind) atau
mental sebagai keseluruhan struktur proses – proses kejiwaan – baik yang disadari
maupun tidak disadari – yang merupakan bagian dari psyche yang terorganisir. Jalaluddin
rakhmat (2001) melihat proses berpikir sebagai komunikasi intrapersonal yan meliputi :
sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi merupaan alat pengindraan melalui
pancaindra yang menghubungkan organisme (manusia) dengan lingkungan. Proses
sensasi terjadi saat alat pengindraan merekam informasi lingkungan dan mengubahnya
menjadi impuls – impuls sarafa sehingga dipahami oleh otak. Persepsi adalah proses
pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.
Dengan kata lain, persepsi mengubah sensai menjadi informasi. Memori adalah proses
penyimpanan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah informasi
dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons.
Membentuk
Spiritual
PIKIRAN
Memerlukan
Mempengaruhi
Sistem
Perilaku
Kekebalan
Mengubah
Emosi
Lapisan sadar berhubungan dengan dunia luar dalam wujud sensasi dan berbagai
pengalaman yang disadari setiap saat. Lapisan Prasadar - sering disebut memori atau
ingatan yang tersedia menyangkut pengalaman - pengalaman yang tidak disadari pada
saat pengalaman tersebut terjadi, namun dengan mudah dapat muncul kembali menjadi
kesadaran secara Spontan atau dengan sedikit usaha lapisan tidak sadar-yang
merupakan lapisan paling dalam dari pikiran -manusia menyimpan semua dorongan
insting primitif serta emosi dan memori yang mengancam pikiran sadar yang telah
sedimikian ditekan, atau secara tidak disadari telah didorong ke dalam lapisan yang paling
dalam pada pikiran manusia. Krisnha (1999) membagi kesadaran manusia ke dalam lima
tingkat kesadaran atau lapisan utama. Kelima lapisan tersebut adalah sebagai berikut :
Manusia telah memiliki lapisan kesadaran mental atau emosional yang telah
berkembang, sementara hewan belum mencapai tingkat atau lapisan kesadaran ini.
Kondisi pikiran pada lapisan ketiga ini sangat menentukan apakah kepribadian manusia
dapat berkembang ke lapisan kesadaran yang lebih tinggi (Tingkat kesadaran
transcendental), tetap stagnan, atau bahkan turun pada lapisan kesadaran yang lebih
rendah.
Kematangan diri atau kesadaran diri tidak mudah diukur dengan ukuran objektif,
melainkan secara subjektif yang bersangkutan melalui refleksi diri. Ibnu Arabi (1999)
membagi empat tingkat kesadaran berdasarkan pengamalan dan pemahan kesadaran
akan hakikat kehidupan sebagai berikut :
1. Tingkat pertama : jalan syariah, yaitu tahap di mana seseorang secara taat asa
mengikuti hukum – hukum moral ( hukum keagamaan) dalam kehidupan sehari –
hari. Dalam kaitannya dengan upaya mencari harta benda/kekayaan materi,
hukum moral ini diikuti untuk menilai sah atau tidaknya apa yang menjadi milikku
dan milikmu.
2. Tingkat kedua : jalan thariqah, yaitu tahap dimana seseorang mencoba mencari
kebenaran jalan tanpa rambu (upaya menggali kebenaran melalui pengalaman
langsung, melampaui hukum moral keagamaan).
3. Tahap ketiga : jalan haqiqah, tahap dimana sesornag telah memahami makna
terdalam dari praktik syariah dan thariqah. Sesorang dalam tahap ini sering
memperoleh pengalaman langsung tentang kebenaran gaib. Orang pada tahap ini
telah merasakan semua adalah milik tuhan. Tidak ada lagi rasa kemelekatan pada
kekayaan materi, kesadaran ini hanya dimiliki oleh mereka yang batinnya sudah
sangat tinggi, seperti para nabi dan rasul, para sufi, atau orang – orang yang suci
terkemuka.
4. Tingkat keempat : jalan ma’rifah, tahap dimana seseorang telah memiliki kearifan
dan pengetahuan terdalam mengenai kebenaran spiritual. Pada tahap ini,
kesadaran seseorang telah mencapai tahap tertinggi, dimana orang seperti ini
telah menyadari bahwa tidak ada lagi aku dan kamu.
Alam semesta beserta seluruh isinya sebenarnya merupakan salah satu kesatuan
sistem. Pengertian sistem menurut kamus bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta
(1976) adalah :
a. Sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama untuk melakukan
suatu maksud, misalnya urat Syaraf dalam tubuh;
b. Sekelompok pendapat, peristiwa, kepercayaan, dan sebagainya yang disusun dan
diatur baik - baik, misalnya filsafat;
c. Cara (Metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu, misalnya pengajaran
Bahasa.
Inti dari pemahaman konsep sistem adalah bahwa setiap elemen (bagian, unsur,
subsistem) saling bekerja sama, saling mendukung, saling memerlukan, dan saling
mempengaruhi satu dengan lainnya dalam kerangka mencapai tujuan sistem secara
keseluruhan. Oleh karena itu, adanya gangguan pada satu elemen-sekecil apapun
gangguan tersebut-akan berpengaruh pada pola interaksi dengan elemen - elemen
lainnya. Pada akhirnya, tentu saja hal tersebut akan berpengaruh pada pencapaian tujuan
sistem secara keseluruhan sebagai satu kesatuan. Manusia dan alam merupakan satu
kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan. Perilaku umat manusia akan sangat
menentukan nasib keberadaan bumi, alam semesta, beserta seluruh isinya.
Pemahaman tentang etika yang terpisah dari spiritualitas ini sangat keliru. Dengan
pemisahan pemahaman seperti ini, bisa saja seseorang yang telah mempelajari teori -
teori etika dan telah berkali - kali mengikuti pelatihan kode etik, tetapi belum menjamin
bahwa perilakunya bersifat etis selama kecerdasan spriritual (SQ) nya masih rendah.
Sebaliknya, orang yang mempunyai SQ tinggi sudah pasti mempunyai perilaku etis yang
tinggi pula.
Sejatinya, setiap manusia harus menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia ini
hendaknya dimanfaatkan sebaik - baiknya untuk mencapai tingkat kesadaran Tuhan
(kesadaran transendental atau kesadaran spriritual). Bila kesadaran spriritual telah
tercapai, maka kesadaran etis dengan sendirinya tercapai namun harus diingat bahwa
dalam perjalanan mendekati puncak kesadaran spriritual ini, syarat mutlak yang harus
dipenuhi adalah orang yang bersangkutan harus menjalani perilaku hidup yang etis dan
hidup sesuai dengan norma - norma moral yang telah diajarkan oleh semua agama. Pada
tahap awal, perilaku etis akan mempengaruhi kesadaran spriritual seseorang. Namun
pada langkah - langkah selanjutnya, kesadaran spiritual akan menentukan tingkat
kesadaran etis seseorang.
Kelompok 9
Fakultas Ekonomi
Universitas Jember
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Filsafat
Filsafat berasal dari dua kata Yunani: philo berarti cinta dan shopia berarti
kebijaksanaan. Jadi philoshopia adalah cinta terhadap kebijaksanaan (Fuad Farid Ismail
dan Abdul Hamid Mutawalli, 2003). Menurut Suriasumantri (2000) yang membedakan
antara pengetahuan (ilmu) dengan filsafat, pengetahuan dimulai dari rasa ingin
tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu, dan fisafat dimulai dari keduanya).
Karakteristik utama berpikir filsafat:
Sifatnya menyeluruh
Mempertanyakan hakikat keberadaan dan kebenaran tentang keberadaan itu
sendiri sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan dari perspektif sepotong-
sepotong.
Sangat mendasar
Filsafat tidak begitu saja percaya bahwa ilmu itu adalah benar.
Spekulatif
Filsafat ingin selalu mencari jawab bukan hanya pada suatu yang sudah diketahui,
tetapi juga segala sesuatu yang belum diketahui.
Menurut Suriasumantri (2009) pokok permasalah yang dikaji filsafat mencakup tiga segi
yaitu:
Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika).
Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika).
Apa yang dianggap indah dan apa yang dianggap jelek (estetika).
Itulah sebabnya filsafat dikatakan sebagai induk dari seluruh cabang ilmu pengetahuan
dan seni.
B. Hakikat Agama
C. Hakikat Etika
Etika barasal dari kata Yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti: tempat tinggal,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk
jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini etika sama dengan
moral. Moral berasal dari kata Latin: mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak)
artinya adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup (Kanter, 2001).
Etika memiliki banyak arti, tetapi arti etika dapat dilihat dari dua hal berikut:
1. Etika sebagai praktis, sama dengan moral yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
2. Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral.
D. Hakikat Nilai
Menurut Doni Koesoema A. (2007) mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal
yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat
menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan sesuatu yang
memberi makna dalam hidup, yang memberikan titik tolak, isi, dan tujuan dalam hidup.
Sebenarnya ada banyak pengertian dari nilai, tetapi dapat disimpulkan tiga hal dari
nilai, yaitu:
1. Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal).
2. Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain nilai uang (ekonomis) yang sudah
cukup dikenal.
3. Gugus-gugus nilai membentuk semacam hierarki dari yang terendah sampai yang
tertinggi.
2. Perbedaan:
Konsep etika selama ini hanya dipahami sebatas hubungan antar manusia dengan
manusia lainnya, sedangkan konsep etika Nafis berdasarkan paradigma manusia utuh-
yaitu masalah manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dan alam,
serta manusia dengan Tuhan.
Hubungan antara pemikiran kecerdasan Covey, karakter/sifat-sifat sel Chopra, dan
golongan etika menurut Nafis ditunjukkan pada tabel berikut :
Empat Kecerdasan Sepuluh Sifat/Karakter Etika Nafis
Covey Sel Chopra
PQ Efisiensi Psiko Etika
Olah Pikir (brainware management) adalah suatu konsep dan keterampilan untuk
mengatur gelombang otak manusia yang paling sesuai dengan aktivitasnya sehingga bisa
mencapai hasil optimal (Senttanu, 2007). Gelombang otak dapat diukur melalui
Elektroensefalogram (EEG). Dilihat dari frekuensi gelombang otak ini, setidaknya terdapat
empat golongan gelombang otak. Ketika pikiran dalam keadaan sadar (aktif), berarti
sedang berada dalam gelombang beta. Dalam gelombang ini akan memaksa otak untuk
mengeluarkan hormon kristol dan norepinephrin yang menyebabkan timbulnya rasa
cemas, khawatir, gelisah, dan sejenisnya. Sedangkan gelombang alpha bertujuan untuk
membangun karakter positif, seperti: tenang, sabar, nyaman, ikhlas, bahagia, dan
sebagainya. Kunci untuk membangun karakter adalah melatih pikiran untuk memasuki
gelombang alpha, melalui meditasi, yoga, zikir, retret, dan sejenisnya. Meditasi (termasuk
zikir dan sejenisnya) adalah upaya mendiamkan suara percakapan dalam pikiran dan
menemukan ruang yang tenang (Rodenbeck, 2007).
KARAKTER
KAYA/TIDAK BAHAGIA
NEGATIF
MAKANAN PQ SEHAT
ENAK OLAHRAGA (FISIK)
SOMBONG,
EQ RENDAH GELISAH, BENCI
EQ DAN SQ TIDAK
DIKEMBANGKAN
PSIKO ETIKA
IPTEK IQ TINGGI Berilmu, Sabar,
Syukur
TEO ETIKA
AGAMA SQ TINGGI Taqwa, Ikhlas,
Teori-teori Etika Tawakal
Tugas Mata Kuliah
Oleh :
Kelompok 9
Fakultas Ekonomi
Universitas Jember
2020
BAB II
PEMBAHASAN
Di antara tokoh-tokoh berpengaruh yang mendukung paham etika relatif ini adalah
Joseph Fletcher (dalam Suseno, 2006), yang terkenal dengan teori etika situasional-nya.
Ia menolak adanya norma-norma moral umum karena kewajiban moral selalu bergantung
pada situasi konkrit, dan situasi konkrit in dalam keseharianya tidak pernah sama.
Tokoh pengaruh pendukung paham etika absolut antara lain Immanuel Kant dan
Jammes Rachels. Rahcels sendiri, yang walaupun membuka pemikiranya dengan
memberikan argumentasi bagi pendukung etika relatif. Ia mengatakan bahwa ada pakok
teoritis yang umum dimana ada aturan-aturan moral tertentu yang dianut secara bersama-
sama oleh semua masyarakat kerena aturan-aturan itu penting untuk kelestarian
masyarakat.
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dngan kajian secara kritis tentang adat
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-normaperilaku manusia yang dianggap baik atau tidak
baik. Sebagi ilmu, etika belum semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi. Dalam etika masih
dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek
parilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan.
1. Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungn dengan egoisme,
yaitu: egoisme psikologis dan egoisme etis.
Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan
manusia dimotivasi oleh kepentingan berkuwat diri (selfish). Menurut teori ini, orang boleh
saja yakin bahwa ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun
semua tindakan yang terkesan luhur dan tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah
ilusi. Egoism etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-
interest). Munculnya paham egoism etis memberikan landasan yang sangat kuat bagi
munculnya paham ekonomi kapitalis dalam ilmu ekonomi.
2. Utilitarianisme
Utilitarisme besasal dari kata latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris Utility yang
berarti bermanfaat ( Bertens, 2000 ). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik
jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah
yang sangat terkenal: “the greatest happiness of the greatest numbers”. Jadi, ukuran baik
tidaknya suatu tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu
apakah memberi manfaat atau tidak.Itulah sebabnya, paham ini disebut juga paham
teleologis. Teleologis berasal dari kata yunani telos yang berarti tujuan.
Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis adalah melihat dari
sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut
kepentingan orang banyak ( kepentingan bersama, kepentingan masyarakat ).
3. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban ( Beterns,
2000 ). Paham ini dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) dan kembali mendapat
dukungan dari filsuf abad ke-20, Anscombe dan suaminya .Peter Geach (Rachels, 2004).
Paham deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya
sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau dari akibat dari tindakan tersebut.
Untuk memahami lebih lanjut tentang paham deontologi ini, sebaiknya dipahami
terlebih dahulu dua konsepn penting yang dikemukakan oleh Kant, yatu konsep
imperative hypothesis dan impertive categories. Imperative hypotesis adalah perintah-
perintah (ought) yang bersifat khusus yang harus diikuti jika seseorang mempunyai
keinginan yang relevan. Imperative categories adalah kewajiban moral yang mewajibkan
kita begitu saja tanpa syarat apapun. Dalam hal ini, kewajiban moral bersifat mutlak tanpa
ada pengecualian apa pun dan tanpa dikaitkan dengan keinginan atau tujuan apa pun.
4. Teori Hak
Teori hak sebenarnya didasarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai
martabat dan semua manusia mempunyai martabat yang sama. Hak asasi
manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (Weiss, 2006), yaitu:
Indonesia juga memiliki UU tentang HAM yang diatur dalam UU Nomor 39 Tahun
1999. Hak-hak warga negara yang diatur dalam UU ini (dalam Bazar Harahap dan
Nawangsih Sutardi, 2007), antara lain:
Prinsip HAM yang dijadikan acuan bagi perusahaan multinasional menurut Weiss
(2006), yaitu:
Pada level perusahaan teori HAM merujuk untuk menilai tindakan manajemen
terhadap karyawannya, apakah karyawannya telah diperlakukan secara manusiawi sesuai
prinsip-prinsip HAM yang berlaku universal atau belum.
Immanuel kant mengemukakan apa yang dikenal dengan teori hak. Menurut teori
hak, Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut
sesuai dengan hak asasi manusia. Teori hak sebenarnya didasarkan atas asumsi bahwa
manusia mempunyai martabat dan semua manusia mempunyai martabat yang sama. Hak
asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (Weiss, 2006), yaitu: hak hak
moral atau kemanusiaan dan hak kontraktual.
Keutamaan sebenarnya telah lahir sejak zaman dahulu didasarkan atas pemikiran
Aristoteles (384-322 SM) yang sempat tenggelam, tetapi sekarang kembali mendapatkan
momentum. Teori keutamaan tidak menyatakan tindakan mana yang etis dan tidak. Bila
ini ditanyakan pada penganut paham egoisme, maka jawabannya adalah suatu tindakan
disebut etis bila mampu memenuhi kepentingan individu dan suatu tindakan disebut tidak
etis bila tidak mampu memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan. Bila ini
ditanyakan kepada penganut paham utilitarianisme maka suatu tindakan disebut etis bila
mampu memberikan manfaat atau kegunaan sebanyak-banyaknya bagi sebanyak
mungkin anggota masyarakat, dan suatu tindakan disebut tidak etis bila akibatnya lebih
banyak merugikan sebagian besar anggota masyarakat.
Dasar teori keutamaan adalah mempertanyakan mengenai sifat-sifat atau karakter
yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-
sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina. Bartens (2000) memberikan
beberapa contoh sifat keutamaan antara lain: kebijaksanaan, keadilan dan kerendahan
hati. Sedangkan untuk pelaku bisnis sifat-sifat utama yang perlu dimiliki antara lain:
kejujuran kewajaran kepercayaan dan keuletan.
Cara lain untuk melihat hubungan berbagai teori etika yang ada dapat dilihat
dengan tabel :
Teori egoisme berangkat dari pemikiran para penganutnya bahwa makna hidup
setiap orang adalah untuk merealisasikan kepentingan diri secara individu. Di sini yang
dikejar adalah nilai-nilai kenikmatan duniawi secara individu.
Di lain pihak, ada pemahaman lain tentang hakikat manusia. Manusia diciptakan
bukan untuk menikamati kebahagiaan duniawi, tetapi untuk mencapai nilai-nilai tertinggi
dalam bentuk kebahagiaan surgawi (kebahagiaan hidup di akhirat). Pola piker inilah yang
melatarbelakangi munculnya teori teonom-suatu teori yang lebih menekankan pada
pencapaian kebahagiaan di akhirat.
Teori utilitarianisme juga dilandasi oleh pola piker hakikat manusia untuk mencapai
kebahagiaan duniawi, sama seperti egoisme. Teori egoisme lebih menekankan pada
kepentingan individu, sedangkan teori utilitarianisme lebih menekankan pada kepentingan
kelompok/masyakarakat.
Etika sebagai ilmu mencoba menjelaskan perilaku manusia dalam konteks sebatas
makna hidup duniawi umat manusia dengan mengabaikan sama sekali aspek kesadaran
spiritual dalam diri manusia. Perkembangan ilmu etika menjadi salah kaprah karena hanya
dilandasi oleh hakikat manusia tidak utuhsuatu paradigma tentang hakikat manusia
yang hanya mengandalkan kekuatan pikiran untuk mencari kebenaran, mengejar makna
hidup duniawi, dan melupakan potensi kekuatan spiritual, kekuatan tak terbatas, kekuatan
Tuhan dalam diri manusia tersebut.
Ilmu etika ke depan hendaknya didasarkan atas paradigm manusia utuh, yaitu
suatu pola pikir yang mengutamakan integrasi dan keseimbangan pada:
Dalam upaya mengejar tujuan hidup yang bersifat duniawi tersebut jangan sampai
melupakan pengembangan kesadaran spiritual yang diperlukan pada tahap ini adalah
keseimbangan dalam pengembangan aspek fisik, mental , dan spiritual. Etika harus
dimaknai sebagai pedoman perilaku menuju peningkatan semua kecerdasan dan
kesadaran manusia secara utuh, yaitu pertumbuhan dan pemenuhan kebutuhan fisik
(PQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan sosial (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).
Dari uraian mengenai cara membangun manusia utuh yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa sebenarnya semua teori etika yang pada awal kemunculannya
bagikan potongan-potongan terpisah dan berdiri sendiri, ternyata dapat dipadukan karena
sifatnya yang saling melengkapi. Inti dari hakikat manusia utuh adalah keseimbangan,
yang bisa diringkas sebagai berikut:
Oleh :
Kelompok 9
Fakultas Ekonomi
Universitas Jember
2020
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Ekonomi
Ekonomi berasal dari kata Yunani oikonomia yang berarti pengelolaan rumah
(Capra, 2002). Yang dimaksud dengan pengelolaan rumah adalah cara rumah tangga
memperoleh dan menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup (fisik)
anggota rumah tangganya. Sehingga berkembang disiplin ilmu ekonomi sebagai ilmu yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Ilmu ekonomi berkembang berdasarkan asumsi dasar yang masih dipegang
hingga saat ini, yaitu adanya kebutuhan (needs) manusia yang tidak terbatas dihadapkan
pada sumber daya yang terbatas (scarce resources) sehingga menimbulkan persoalan
bagaimana mengekploitasi sumber daya yang terbatas tersebut secara efektif dan efisien
guna memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas. Dengan demikian, ilmu ekonomi
berkepentingan dalam mengembangkan konsep, teori, hukum, sistem, dan kebijakan,
ekonomi yang bertujuan meningkatkan kemakmuran masyarakat.
Ilmu ekonomi modern dewasa menanamkan paradigma hakikat manusia, sebagai
berikut:
1. Manusia adalah makhluk ekonomi.
2. Manusia mempunyai kebutuhan tak terbatas.
3. Dalam upaya merealisasikan kebutuhannya, manusia bertindak rasional.
Dampak dari paradigma ini adalah:
1. Tujuan hidup manusia hanya mengejar kekayaan materi dan melupakan tujuan
spiritual.
2. Manusia cenderung hanya mempercayai pikiran rasionalnya dan mengabaikan
adanya potensi kesadaran transendental (kesadaran spiritual, kekuatan tak
terbatas, Tuhan) yang dimiliki manusia
3. Mengajarkan bahwa sifat manusia itu serakah.
Jika diperhatikan, falsafah Pancasila sebenarnya dilandasi oleh semua teori etika,
yaitu:
1. Teori teonom (sila ke-1)
2. Teori egoisme/teori hak (sila ke-2)
3. Teori deontologi, teori kewajiban (sila ke-3 dan ke-4)
4. Teori utilitarianisme/Saltruisme (sila ke-5)
Dimensi Ekonomi
Dari sudut pandang ekonomi, bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan
memperoleh keuntungan. Keuntungan adalah ukuran tingkat efisiensi perusahaan karena
keuntungan menggambarkan hasil yang diperoleh setelah dikurangi harta yang
dikorbankan. Bisnis merupakan tulang punggung kegiatan ekonomi; tanpa bisnis tidak ada
kegiatan ekonomi. Keuntungan diperoleh berdasarkan rumus yang sudah jamak
dikembangkan oleh para akuntan, yaitu penjualan dikurangi HPP dan beban-beban. Bagi
akuntan, HPP dan beban adalah harta yang telah dikorbankan/dimanfaatkan untuk
menciptakan penjualan pada periode ini sehingga sering disebut expired cost of assets.
Harta adalah sumber daya ekonomis yang masih mempunyai manfaat untuk menciptakan
penjualan pada periode mendatang, sering disebut unexpired cost. Para ekonom lebih
suka menggunakan istilah faktor-faktor produksi daripada harta. Faktor produksi terdiri dari
tanah, tenaga kerja, modal, dan wirausahawan.
Dimensi Etis
Sudut pandang kesadaran hewani (egoisme) menilai bahwa suatu tindakan
dianggap etis bila tindakan itu bermanfaat/menguntungkan bagi diri invidu/seseorang, dan
suatu tindakan dianggap tidak etis bila merugikan diri individu yang bersangkutan. Dari
sudut pandang spiritual, suatu tindakan dinilai etis jika tindakan tersebut bermanfaat bagi
diri individu, masyarakat, dan alam serta sesuai dengan ajaran/perintah agama.
Pertama, kegiatan besinis adalah kegiatan produktif, artinya kegiatan
menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk kebutuhan seluruh umat
manusia. Kedua, bila dilihat dari pihak yang memperoleh manfaat dari keuntungan suatu
kegiatan bisnis (masalah keadilan dalam distribusi keuntungan) dan tindakan bisnis dalam
merealisasikan keuntungan itu, isu etika muncul untuk memberikan penilaian atas dampak
negatif yang ditimbulkan bagi masyarakat dan lingkungan alam (merugikan orang lain atau
menimbulkan kerusakan lingkungan).
Dimensi Hukum
Hukum dibuat oleh negara atau beberapa negara melalui suatu mekanisme formal
yang sesuai dengan konstitusi/aturan internasional dan mengikat seluruh warga negara
suatu negara atau lebih dari satu negara bila hukum/peraturan itu diratifikasi oleh lebih
dari satu negara. Aturan etika biasanya dibuat oleh suatu organisasi profesi untuk
mengatur perilaku anggota organisasi profesi untuk mengatur perilaku organisasi profesi
tersebut.
Dalam kaitannya dengan tinjauan dari aspek hukum ini, De George (dalam Sonny
Keraf,1998) membedakan dua macam pandangan tentang status perusahaan, yaitu legal
creator dan legal recognition. Dari sudut pandang lendang creator, perusahaan diciptakan
secara legal oleh negara sehingga perusahaan adalah sebuah badan hukum. Sangat
berbeda dengan pandangan perusahaan sebagai legal creator, pada sudut pandang legal
cerognition perusahaan bukan diciptakan atau didirikan oleh negara, melainkan oleh
orang atau sekolompok orang yang mempunyai kepentingan untuk memperoleh
keuntungan, bukan untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Dimensi Sosial
Perusahaan saat ini sudah berkembang menjadi suatu sistem terbuka yang sangat
kompleks. Sebagai suatu sistem, artinya di dalam organisasi perusahaan terdapat
berbagai elemen, unsur, orang, dan jaringan yang saling terhubung (interconnected),
saling berinteraksi (interacted), saling berhubungan bergantung (interpended), dan saling
berkepentingan.
Sebagai sistem terbuka, artinya keberadaan perusahaan ditentukan bukan saja
oleh elemen-elemen yang ada di dalam perusahaan atau yang sering disebut faktor
internal, seperti: sumber daya manusia (tenaga kerja, manajer, eksekutif) dan sumber
daya non-manusia (uang, peralatan, bangunan, dan sebagainya), tetapi juga oleh faktor-
faktor di luar perusahaan atau yang sering faktor eksternal, yang juga terdiri atas dua
elemen, yaitu: faktor manusia dan non-manusia.
Bila perusahaan dilihat dari dimensi sosial, tujuan pokok keberadaan perusahaan
adalah untuk menciptakan barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat, sedangkan
keuntungan akan datang dengan sendirinya bila perusahaan mampu melayani kebutuhan
masyarakat. Pandangan ini selanjutnya akan melahirkan paradigm dan konsep
stakeholders dalam mengelola perusahaan.
Dimensi Spirutual
Dalam agama Islam dijumpai suatu ajaran bahwa menjalankan kegiatan bisnis itu
merupakan bagian dari ibadah, asalkan kegiatan bisnis (ekonomi) diatur berdasarkan
wahyu yang tercantam dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (Dawam Rahardjo, 1990).
Nyoman S. Pendit (2002) mengemukakan bahwa dalam Bhagavadgitayang
merupakan salah satu dari lima kitab suci Hindudikemukakan empat cara untuk
berhubungan dengan Tuhan, dan keempatnya merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan, yaitu: bakti yoga (jalan kebaktian, sembahyang, dan kasih sayang), karma
yoga (jalan tindakan/kerja), jnana yoga (jalan ilmu pengetahuan), dan raja yoga (jalan
meditasi, zikir).
Menurut Peschke S.V.D (2003), dalam agama Kristen dijumpai suatu pandangan
bahwa hakikat tujuan hidup tertinggi umat manusia adalah untuk memuliakan Allah di
surga. Selanjutnya Paschke S.V.D mengatakan bahwa manusia dipanggil untuk
menguasai dunia dan segenap isinya serta mengolah dan merawatnya. Pandangan ini
menjadi dasar pembenaran bahwa kegiatan bisnis itu bukan saja tidak bertentangan
dengan ajaran agama, tetapi justru manusia diberi wewenang untuk mengolah dunia
asalkan dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
Kegiatan bisnis yang spiritual tumbuh berdasarkan paradigm sebagai berikut:
a. Pengelola dan pemangku kepentingan (stakeholders) menyadari bahwa kegiatan
bisnis adalah bagian dari ibadah (God devotion).
b. Tujuan bisnis adalah untuk memajukan kesejahteraan semua pemangku
kepentingan atau masyarakat (prosperous society).
c. Dalam menjalankan aktivitas bisnis, pengelola mampu menjamin kelestarian alam
(planet conservation).
Secara lebih jelas, peraan bisnis yang spiritual dapat digambarkan pada gambar di
bawah ini.
Bisnis
(Profit)
1. Kelompok sekunder.
2. Masyarakat.
3. Kelompok primer.
4. Pemerintah.
5. Pemodal.
6. Perusahaan.
7. Pemasok.
8. Pelanggan.
9. Karyawan.
10. Aktiva lingkungan.
11. Media massa.
12. Kelompok sekunder.
13. Masyarakat.
14. Kelompok primer.
15. Pemerintah.
16. Pemodal.
17. Perusahaan.
18. Pemasok.
19. Pelanggan.
20. Karyawan.
21. Aktiva lingkungan.
22. Media massa.
B. TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY – CSR)
Pengertian CSR
Di Indonesia, makna CSR dapat dilihat dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang
perseroan terbatas (UUPT) pasal 1 ayat 3 yang berbunyi seperti:
Pengenalan konsep CSR ini merupakan upaya untuk lebih memperjelas atau
mempertegas konsep stakeholders yang sudah ada. Berangkat dari konsep 3P yang
dikemukakan oleh elkington, konsep CSR sebenarnya ingin memadukan tiga fungsi
perusahaan secara imbang yaitu:
a. Kesadaran yang meningkat dan masyarakat yang makin kritis terhadap dampak
negatif dari tindakan perusahaan yang merusak alam.
b. Sumberdaya alam yang semakin terbatas.
c. Menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik.
d. Perimbangan yang lebih adil dalam memikul tanggung jawab dan kekuasaan
dalam memikul beban sosial dan lingkungan antara pemerintah, perusahaan, dan
masyarakat.
e. Bisnis sebenarnya mempunyai sumberdaya yang berguna.
f. Menciptakan keuntungan jangka panjang.
Oleh :
Kelompok 9
Fakultas Ekonomi
Universitas Jember
2020
BAB II PEMBAHASAN
Perusahaan saat ini telah berkembang dari sesuatu yang relatif tidak jelas menjadi
institusi ekonomi dunia yang amat dominan. Pengaruh dan kekuatan perusahaan ini besar
sehingga hampir mendikte seluruh hidup kita. Sering kali terjadi pemerintah suatu negara
yang seharusnya menjadi kekuatan terakhir sebagai pengawas, penegak hukum, dan
pengendali perusahaan-perusahaan tidak berdaya menghadapi penyimpangan perilaku
yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh.
Salah satu contoh akibat dari praktik bisnis yang tidak etis adalah krisis ekonomi
yang menimpa Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya, serta mega skandal yang
menimpa perusahaan-perusahaan raksasa di Amerika Serikat. Semua hal ini terjadi
karena perilaku tidak etis bahkan cenderung kriminal yang dilakukan oleh para pelaku
bisnis karena kekuatan mereka yang besar dan tidak berdayanya aparat pemerintah
dalam menegakkan hukum dan pengawasan atas perilaku pelaku bisnis ini.
Timbulnya krisis ekonomi di Indonesia disebabkan oleh tata kelola perusahaan
yang buruk (bad corporate governance) dan tata kelola pemerintahan yang buruk
sehingga memberi peluang besar timbulnya praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Hal ini dapat ditunjukkan pada beberapa fakta berikut:
1. Mudahnya para spekulan mata uang untuk mempermainkan pasar valuta asing
karena tidak ada alat kendali yang efektif.
2. Konglomerat mudah memperoleh dana pinjaman dari perbankan.
3. Banyak direksi BUMN termasuk di bank-bank pemerintah juga tidak independen.
4. Komisaris di BUMN sering kali bukan orang yang professional, melainkan oknum-
oknum birokrasi yang telah memasuki usia pensiun.
5. Banyaknya profesi yang terkait dengan kegiatan ini seperti akuntan publik dan
sebagainya yang mudah diajak bekerja sama untuk merekayasa laporan audit,
laporan keuangan, dan laporan penilaian harta perusahaan untuk berbagai
keperluan seperti :tender, aplikasi kredit bank, dan sebagainya.
6. Saat timbul krisis moneter Bank Indonesia mengucurkan dana berupa bantuan
likuiditas Bank Indonesia yang mencapai triliunan rupiah kepada sektor perbankan
nasional dalam upaya membantu perbankan agar tidak ambruk akibat penarikan
dana nasabah secara besar-besaran tetapi hal ini disalahgunakan oleh pemilik
bank.
PENGERTIAN GCG
Beberapa definisi GCG dari berbagai sumber, yaitu:
GCG dapat diberi pengertian dalam arti sempit dan luas. Kedua pengertian ini
dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Setelah mengutip dari berbagai definisi, dapat dirangkum bahwa konsep GCG
pada intinya mengandung pengertian sebagai berikut:
PRINSIP-PRINSIP GCG
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mencoba
mengembangkan beberapa prinsip yang dijadikan acuan oleh pemerintah maupun para
pelaku bisnis dalam mengatur mekanisme hubungan antar para pemangku kepentingan.
Prinsip-prinsip OECD (dalam Sukrisno Agoes, 2006) secara ringkas dirangkum sebagai
berikut:
Dalam hubungannya dengan tata kelola BUMN, Menteri Negara BUMN juga
mengeluarkan Keputusan Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan GCG. Ada 5
prinsip menurut keputusan ini, yaitu:
1. Kewajaran (fairness)
2. Transparansi
3. Akuntabilitas
4. Pertanggungjawaban
5. Kemandirian
1. Transparansi (transparency)
2. Akuntabilitas (accountability)
3. Responsibilitas (responsibility)
4. Independensi (independency)
5. Kesetaraan (fairness)
MANFAAT GCG
Akibat kepanikan dan kehilangan kepercayaan, para investor tersebut melakukan
penarikaan modal besar-besaran secara beruntun dari bursa sehingga menimbulkan
tekanan berat pada indeks harga saham di bursa. Penerapan konsep GCG merupakan
salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan para investor dan institusi terkait di
pasar modal. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, tujuan penerapan GCG
adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi serta mencegah atau memperkecil peluang
praktik manipulasi dan kesalahan signifikan dalam pengelolaan kegiatan organisasi.
Tjager dkk. (2013) mengatakan bahwa paling tidak ada lima alasan mengapa penerapan
GCG itu bermanfaat, yaitu:
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2007) mengatakan bahwa tujuan dan manfaat
dari penerapan GCG adalah:
Namun harus disadari bahwa betapa pun baiknya suatu sistem dan perangkat hukum
yang ada, pada akhirnya yang menjadi penentu utama adalah kualitas dan tingkat
kesadaran moral dan spiritual dari para aktor/pelaku bisnis itu sendiri.
GCG DAN HUKUM PERSEROAN DI INDONESIA
Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 1 UU nomor 40 Tahun 2007, yang
dimaksud dengan Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Beberapa ketentuan lama yang
masih relevan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 masih
dipertahankan. Namun ada beberapa ketentuan baru yang ditambahkan, yang kalau
dicermati dengan baik sebenarnya merupakan penyempurnaan rambu-rambu secara garis
besar yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan (corporate governance).
Dewan Komisaris bertugas untuk mengawasi tindakan Dewan Direksi serta memberikan
nasehat dan arahan kepada Dewan Direksi dalam menjalankan operasi perusahaan.
Dewan Direksi bertugas untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan berdasarkan
arahan dan garis besar kebijakan yang telah ditetapkan oleh RUPS, Dewan Komisaris,
serta Anggaran Dasar Perseroan yang berlaku dalam koridor hukum.
1. Komisaris Independen
2. Direktut Independen
3. Komite Audit
4. Sekretaris Perusahaan (Corprate Secretary)
1. Komisaris dan Direktur Independen
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006) mengungkapkan ada dua pengertian
independen terkait konsep Komisaris Direktur Independen tersebut
2. Komite Audit
Menurut Subur (2003) yang dikutip I Putu Sugiartha Sanjaya, syarat-syarat yang
harus dipenuhi untuk menjadi anggota Komite Audit adalah sebagaiberikut:
Kewenangan Komite Audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu DK,
sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya sebatas rekomendasi kepada
DK), kecuali untuk hal spesifik yang telah memperoleh hak kuasa eksplisit dari DK,
misalmya mengevaluasi dan menentukan komposisi auditor eksternal, dan memimpin
suatu investigasi khusus. Peran dan tanggung jawab Komite Audit akan dituangkan dalam
Charter Komite Audit yang secara umum dikelompokkan menjadi tiga bagian besar,
yaitufinancial reporting, corporate governance, dan risk and control management.
Pada akhirnya, suatu Dewan Komisaris yang aktif, canggih, ahli, beragam dan
yang terpenting independen yang menjalankan fungsinya secara efektif dan dibantu oleh
Komite Audit adalah yang paling baik untuk ditempatkan dalam memastikan
implementasi Good Corporate Governance berjalan dengan baik sehingga kecurangan
(fraud) maupun keterpurukan bisnis dapat dihindari (Alison).
3. Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary)
Jabatan sekretaris perusahaan menempati posisi yang sangat tinggi dan strategis
karena orang dalam jabatan ini berfungsi sebagai pejabat penghubung (liason officer) tau
semacam public relations / investor relations antara perusahaan dengan pihak diluar
perusahaan.tugas utama sekretaris perusahaan antara lain menyimpan dokumen
perusahaan, Daftar Pemegang Saham, risalah rapat direksi dan RUPS, serta menyimpan
dan menyediakan informasi penting lainnya bagi kepentingan seluruh pemangku
kepentingan.
Oleh :
Kelompok 9
Fakultas Ekonomi
Universitas Jember
2020
BAB II PEMBAHASAN
PENGERTIAN PROFESI
Istilah profesi, professional dan profesionalisme sudah sangat sering
dipergunakanbaik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam tulisan. Untuk
memahami berbagai macam pengertian profesi, professional dan profesionalisme,
dibawah ini ada beberapa definisi :
Kanter (2001)
Profesi adalah pekerjaan dari kelompok terbatas orang-orang yang memiliki
keahlian khusus yang diperolehnya melalui training atau pengalaman lain, atau
diperoleh melalui keduanya sehingga penyandang profesi dapat membimbing atau
memberi nasehat/saran atau juga melayani orang lain dalam bidangnya sendiri.
Brooks (2004)
Profesi adalah sebuah kombinasi fitur, kewajiban dan hak yang kesemuanya
dibingkai dalam seperangkat nilai-nilai professional yang umum nilai-nilai yang
menentukan bagaimana keputusan dibuat dan bagaimana tindakan dilaksanakan.”
Hutan mempunyai fungsi dan kegunaan yang sangat besar untuk kepentingan
lingkungan hidup dan untuk menjamin kelangsungan dan kelestarian bumi dan seluruh
isinya. Hutan juga menyimpan banyak harta karun terpendam seperti kayu rotan, dan
jenis hasil hutan lainnya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Mengetahui bahwa
hutan menyimpan harta karun terpendam dan didukung oleh keserakahan umat
manusia untuk mengumpulkan kekayaan. Maka manusia dengan dukungan teknologi
maju berlomba-lomba memburu kayu dan berbagai jenis hasil hutan lainnya.
Konsekuensi logis dari eksploitasi hutan tidak terkendali adalah timbulnya penyempitan
areal hutan serta perusakan hutan yang masih tersisa.
Akibat negatif dari penyempitan dan perusakan hutan ini, antara lain: terjadi
erosi dan banjir yang meluas; berkurangnya fungsi hutan untuk menyerap gas polutan;
musnah/berkurangnya spesies flora dan fauna tertentu; meluasnya penggurunan
daratan, menurunnya kualitas kesuburan tanah; berkurangnya cadangan air tanah;
serta terjadinya perubahan pola cuaca. Akibat lanjutan dari proses penggundulan dan
perusakan hutan ini adalah berkurangnya kapasitas produksi hasil pertanian karena
perubahan pola cuaca, berkurangnya kesuburan tanah dan mempercepat proses
pemanasan global.
Keanekaragaman Hayati
Dilihat dari sejarah perkembangannya, A.M. Lilik agung (2017) mencatat empat
peran yang melekat pada Departemen SDM, yaitu:
Sekarang ini banyak perusahaan yang menyadari pentingnya aspek sikap dan
perilaku sehingga makin banyak perusahaan yang mengembangkan kode etik untuk
dijadikan acuan perilaku bagi karyawan. Oleh karena itu, berdasarkan studi Weaver,
Trevino, dan Cochran (dalam Brooks, 2003: 149), diperlukan paket program
implementasi dengan memperhatikan sedikitnya enam dimensi program etik agar
suatu kode etik dapat dipatuhi. Enam dimensi kode etik, yaitu:
1. Kode etik formal, yaitu suatu kode etik yang dirumuskan atau ditetapkan secara
resmi oleh suatu asosiasi, organisasi profesi, atau suatu lembaga/etitas
tertentu.
2. Komite etika, yaitu etitas yang mengembangkan kebijakan,mengevaluasi
tindakan,menginvestasi,dan menghakimi pelanggaran –pelanggaran etika.
3. Sistem komunikasi etika, yaitu cara untuk menyosialisasikan kode etik dan
perubahannya, termasuk isu-isu etika dan cara mengatasinya yang bersifat dua
arah–antara pejabat otoritas etika dengan pihak-pihak terkait dalam suatu
etitas/organisasi.
4. Pejabat etika, yaitu pihak yang mengoordinaikan kebijakan, memberikan
pendidikan, dan menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran etika.
5. Program pelatihan etika, yaitu program yang bertujan untuk meningkatkan
kesadaran dan membantu karyawan dalam merespon masalah-masalah etika,
6. Proses penetapan disiplin dalam hal terjadi perilaku tidak etis.
Selanjutnya, Brooks (2003) membuat daftar topik yang biasanya muncul dalam
setiap kode etik perusahaan, yaitu:
No Topik
1 Prinsip-prinsip etika : kejujuran, keadilan, rasa kasih (compassion), integritas,
prediktabilitas, reponsibilitas
2 Penghormatan terhadap hak dan kewajiban setiap pemangku kepentingan
(stakeholders).
3 Visi, misi, dan kebijakan pokok yang terkait dengan hal di atas
4 Kerangka proses keputusan etis.
5 Kapan perlu nasehat dan kepada siapa meminta nasehat
6 Topik-topik khusus untuk temuan di atas 5% yang berhubungan dengan
karyawan, pemasok, dan kode usaha patungan (joint venture codes):
a. Penyuapan
b. Konflik kepentingan
c. Keamanan informasi
d. Penerimaan hadiah
e. Diskriminasi/peluang yang sama
f. Pemberian hadiah
g. Proteksi lingkungan
h. Pelecehan seksual
i. Antitrust
j. Keamanan tempat kerja
k. Kegiatan politik
l. Hubungan kemasyarakatan
m. Kerahasiaan informasi pribadi
n. Hak asasi manusia
o. Privasi karyawan
p. Program proteksi dan whistleblowing
q. Penyalahgunaan substansi
r. Nepotisme
s. Tenaga anak
Hak-hak karyawan menurut Sonny Keraf (1998) yang harus diperhatikan, antara lain:
Akhir akhir ini makin banyak dan makin sering terdengar berita tentang
isu/skandal pelanggaran etika di bidang keuangan yang dilakukan dan melibatkan
oknum pejajabat terkait di bidang keuangan. Para professional di bidang keuangan di
AS telah lama mempunyai organisasi disebut Association for Investment Management
and Research (AIMR). AIMR juga telah mempunyai kode etik yang dapat dijadikan
acuan perilaku bagi semua anggotanya. Berikut ringkasan kode etik AIMR :
Bisnis di bidang system informasi dan komunikasi telah menjadi ciri utama
kegiatan bisnis menjelang akhir abad ke-20 dan memasuki abad ke-21. Kemajuan
teknologi perangkat keras ini juga diikuti oleh perangkat lunak computer (software),
khususnya berbagai perangkat lunak aplikasi yang meluas pada hampir seluruh fungsi
bisnis, seperti: akuntansi, keuangan, produksi, perpajakan, kepegawaian, pemasaran,
kesekretariatan.
Bukan rahasia lagi bahwa kemajuan perangkat keras dan perangkat lunak
komputer juga diikuti oleh munculnya beragam jenis virus komputer yang setiap saat
dapat mengancam data aoa oun dan milik siapapun. Kejahatan kerah putih makin
sering terjadi denfan dampak kerugian yang ditimbulkan makin besar.
Pendahuluan:
Komitmen terhadap kode etik professional diharapkan bagi setiap anggota
(anggkota yang mempunyai hak suara, anggota asosiasi, dan anggota
mahasiswa) dan Association of Computing Mochinary (ACM).
Ciri pokok suatu system adalah bahwa setiap elemen di dalam perusahaan
akan berinteraksi satu dengan lainnya yang akan memengaruhi perusahaan secara
keseluruhan, sekecil apa pun peran yang dimainkan oleh setiap elemen tersebut. Oleh
karena itu, semua karyawan pada semua fungsi di suatu perusahaan harus selalu
bersikap professional, yaitu: menguasai bidang ilmu dan keterampilan teknis pada
bidangnya, serta harus mempunyai sikap dan perilaku etis. Ketaatan dalam mematuhi
kode etik yang telah ditetapkan oleh perusahaan akan menentukan kualitas SDM di
dalam perusahaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, di bawah ini akan diulas beberapa konsep
yang biasa muncul dalam pedoman kode etis suatu profesi.
Integritas
Whistleblowing
Objektif berarti: sesuai tujuan, sesuai sasaran, tidak berat sebelah, selalu
didasarkan atas fakta atau yang mendukung. Konsep ini menyiratkan bahwa segala
sesuatu diungkapkan apa adanya, tidak menyembunyikan sesuatu, jujur, dan wajar
(fair). Independensi mencerminkann sikap tidak memihak serta tidak dibawah
pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan tindakan.