Anda di halaman 1dari 7

Perilaku Etis dan Perilaku Tidak Etis Bagi Perorangan, Profesional, dan Konteks Bisnis

Suatu kode etik dapat terdiri dari ketentuan umum (general statements) mengenai perilaku yang
ideal/peraturan khusus yang menguraikan berbagai tindakan yang tidak dapat di benarkan.
Kelemahannya adalah sulit untuk memaksakan perilaku umum yang ideal, karena tidak adanya
standar perilaku minimum. Prinsip dan nilai moral seseorang serta kepentingan relatif prinsip
tersebut bagi mereka pasti berbeda dengan orang-orang lainnya. Setiap orang memiliki rangkaian
nilai seperti itu, meskipun kita memperhatikannya secara eksplisit. Para ahli filsafat, organisasi
keagamaan, serta kelompok lainnya telah mendefinisikan serangkaian prinsip dan nilai moral
yang telah ditentukan adalah UU dan peraturan, doktrin gereja, kode etik bisnis bagi kelompok
profesi seperti akuntan publik, serta kode prilaku dalam organisasi.

Contoh serangkaian prinsip yang telah ditentukan dan prinsip-prinsip ini dikembangkan oleh
Josephson Institute of Ethics, sebuah organisasi nirlaba bagi pengembangan kualitas etika
masyarakat. Berikut ini adalah enam nilai inti etis mengenai prilaku etis menurut Josephson
Institute :

 Dapat dipercaya (trustworthiness) mencangkup kejujuran, integritas, reliabilitas, dan


loyalitas. Kejujuran menuntut itikad baik untuk mengemukakan kebenaran. Integritas
berarti bahwa seseorang bertindak sesuai dengan kesadaran yang tinggi, dalam situasi
apapun. Reliabilitas berarti melakukan semua usaha yang masuk akal untuk memenuhi
komitmennya. Loyalitas adalah tanggung jawab untuk mengutamakan dan melindungi
berbagai kepentingan masyarakat dan organisasi tertentu.
 Penghargaan (respect) mencakup gagasan seperti kepantasan (civility), kesopansantunan
(courtesy), kehormatan, toleransi, dan penerimaan.
 Pertanggungjawaban (responsibility) berarti bertanggung jawab atas tindakan seseorang
serta dapat menahan diri. Pertanggungjawaban juga berarti berusaha sebaik mungkin dan
memberi teladan dengan contoh, mencakup juga ketekunan serta upaya untuk terus
melakukan perbaikan.
 Kelayakan (fairness) dan keadilan mencakup isu-isu tentang kesamaan penilaian, sikap
tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan, dan keseksamaan. Perlakuan yang layak
berarti bahwa situasi yang serupa akan ditangani dengan cara yang serupa pula.
 Perhatian (caring) berarti sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak lain dan
mencakup tindakan yang memperhatikan kepentingan sesama serta memperlihatkan
perbuatan baik.
 Kewarganegaraan (citizenship) termasuk kepatuhan pada undang-undang serta
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara agar proses dalam masyarakat
berjalan dengan baik, antara lain pemungutan suara, bertindak sebagai juri pengadilan di
AS, dan melindungi sumber daya yang ada.

Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi secara teratur. Kita dapat
berargumentasi bahwa etika adalah perekat yang dapat mengikat anggota masyarakat.
Bayangkan, misalnya, apa yang akan terjadi jika kita tidak memiliki kepercayaan akan kejujuran
dari orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Jika para orang tua, guru, pemilik perusahaan,
saudara kita, rekan kerja, serta teman-teman kita semuanya berkata bohong, hampir tidak
mungkin untuk mempunyai komunikasi yang efektif.

Kemudian mengapa orang-orang bertindak tidak etis ? Sebagian orang mendefinisikan prilaku
tidak etis sebagai tindakan yang berbeda dengan apa yang mereka anggap tepat dilakukan dalam
situasi tertentu. Masing-masing dari kita memutuskan bagi kita sendiri apa yang kita anggap
sebagai prilaku tidak etis, baik bagi kita sendiri maupun bagi orang lain. Jadi kita harus
memahami apa yang menyebabkan orang-orang bertindak dengan cara yang kita anggap sebagai
tidak etis.

Ada dua alasan utama mengapa seseorang bertindak tidak etis : Standar etika seseorang berbeda
dengan standar etika yang berlaku di masyarakat secara keseluruhan, atau orang itu memilih
untuk bertindak mementingkan diri sendiri. Sering kali, kedua alasan itu muncul bersamaan.

Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum Contoh ekstrem orang-orang yang
prilakunya melanggar hampir semua standar etika yang dianut oleh setiap orang adalah para
pengedar obat terlarang, perampok bank, dan pencuri. Sebagian besar orang yang melakukan
tindakan tersebut tidak menunjukan rasa penyesalan saat mereka tertangkap, karena standar etika
mereka berbeda dengan yang berlaku di masyarakat secara keseluruhan. Juga banyak contoh
yang tidak terlalu ektrem manakala orang lain melanggar nilai etis kita. Ketika orang-orang
berlaku curang dalam mengisi SPT pajaknya, memperlakukan orang lain dengan rasa
permusuhan, berbohong dalam mengisi formulir aplikasi lamaran kerja, atau bertindak di bawah
tingkat kompetensi yang dimilikinya sebagai karyawan, sebagian besar dari kita akan
menganggap hal itu sebagai prilaku yang tidak etis.

Orang memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri Contoh berikut menggambarkan


perbedaan antara standar etika yang berbeda dengan standar etika yang dianut masyarakat umum
dan bertindak mementingkan diri sendiri. Si A menemukan sebuah koper di bandara udara yang
berisi dokumen-dokumen penting dan uang senilai $1.000. Ia membuang koper tersebut setelah
mengambil uangnya. Ia membual pada keluarganya dan teman-temannya tentang
keberuntungannya ini. Nilai si A mungkin berbeda dengan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian
besar masyarakat. B menghadapi situasi yang sama dengan si A tetapi ia mengambil sikap yang
berbeda. Ia mengambil uang di dalam koper itu tetapi meninggalkan koper pada suatu tempat
yang mencolok. B tidak memberi tahu siapapun dan membelanjakan uang tersebut untuk
membeli baju baru. Kemungkinan besar si B melanggar standar etikanya sendiri, tetapi ia
memutuskan bahwa uang tersebut terlalu berharga untuk dilewatkan. B memilih untuk bertindak
mementingkan diri sendiri.

Dilema Etika

Dilema etika adalah suatu situasi di mana seseorang berhadapan dengan suatu keputusan
menyangkut prilaku yang benar. Dilema etika biasanya melibatkan situasi di mana kesejahteraan
seseorang atau lebih terpengaruh akibat suatu keputusan. Dilema etika yang dihadapi oleh
auditor kerapkali berpengaruh terhadap kesejahteraan banyak atau sekelompok individu. Sebagai
contoh, seandainya seorang auditor membuat keputusan yang tidak etis mengenai kandungan
suatu laporan audit, maka kekayaan ribuan investor dan kreditor mungkin terpengaruh. Para
auditor, akuntan, serta prilaku bisnis lainya menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnis
mereka. Auditor yang menghadapi klien yang mengancam akan mencari auditor baru kecuali
bersedia menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa pengecualian.

Tetap menjadi bagian dari manajemen  sebuah perusahaan yang mempermalukan dan


memperlakukan para pegawainya secara tidak wajar atau tidak jujur malayani para pelanggan
merupakan suatu dilema etika, terutama jika kariyawan tersebut mempunyai keluarga yang harus
ditanggung dan ketatnya persaingan mencari pekerjaan baru.

Terdapat cara-cara alternatif untuk menyelesaikan delima etika, tetapi kita harus berhati-hati
untuk meghindari metode yang merasionalkan prilaku tidak etis. Berikut ini adalah metode-
matode rasionalisasi yang sering digunakan, yang dengan mudah dapat mengakibatkan tindakan
tidak etis.

 Setiap orang melakukanya. Argumen bahwa memalsukan SPT pajak, mencotek saat


ujian, atau menjual produk yang cacat merupakan prilakuyang dapat diterima umumnya
didasarkan pada rasionalisasi bahwa setiap orang lain juga melakukan hal yang sama dan
karena itu merupakan prilaku yang dapat diterima.
 Jika sah menurut hukum, hal itu etis. Menggunakan argumen bahwa semua prilaku
yang sah menurut hukum adalah prilaku yang etis  sangat bergantung pada kesempurnaan
hukum. Menurut filosofi ini, seseorang tidak memiliki kewajiban untuk mengembalikan
suatu barang yang hilang kecuali pihak lain dapat membuktikan bahwa barang tersebut
miliknya.
 Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya. Filosofi ini bergantung pada evaluasi
atas kemungkinan bahwa orang lain akan menemukan prilaku tersebut. Biasanya orang
itu juga akan menilai besarnya kerugian (konsekuensi) yang akan diterimanya jika hal itu
terbongkar. Salah satu contohnya adalah memutuskan apakah akan mengoreksi kelebihan
tagihan yang tak disengaja kepada seorang pelanggan ketika pelanggan tersebut telah
membayar seluruh tagihanya. Jika sipenjual yakin bahwa pelanggan itu akan mendeteksi
kekeliruan ini dan memutuskan untuk tidak akan membeli lagi kepadanya, maka penjual
akan segera menginformasikan kesalaha yang terjadi sekarang, sebaliknya penjual juga
menunggu hingga pelanggan tersebut menyampaikan keberatan.

Dalam tahun-tahun terahir ini telah dikembngkan kerangka kerja formal untuk membantu orang-
orang menyelesaikan dilema etika. Tujuan dari kerangka kerja itu adalah membantu
mengidentifikasi isu-isu etis dan memutuskan serangkaian tindakan yang tepat dengan
menggunakan nilai dari orang itu sendiri. Pendekatan enam langkah berikut ini dimaksudkan
agar dapat menjadi suatu pendekatan yang relatif sederhana untuk menyelesaikan dilema etika.

1) Memperoleh fakta yang relevan


2) Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut
3) Menentukan siapa yang terpengaruh oleh akibat dari dilema tersebut dan bagaimana
setiap orang atau kelompok itu terpengaruhi.
4) Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harusmenyelesaikan
dilema tersebut.
5) Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif
6) Memutuskan tindakan yang tepat.

Petingnya Etika Pada Profesi Akuntansi

Masyarakat kita telah memberikan pengertian khusus atas istilah profesional. Seorang


profesional diharapkan dapat berprilaku pada tingkat yang lebih tinggi dari yang dilakukan oleh
sebagian besar anggota masyarakat lain. Sebagai contoh, ketika pers memberitakan bahwa
seorang dokter, biarawan, senator, atau akuntan publik telah didakwa melakukan suatu
kejahatan, mayoritas masyarakat akan merasa lebih kecewa ketimbang jika hal yang sama terjadi
pada seseorang yang bukan profesional.

Arti istilah profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi
tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Akuntan
publik, sebagai profesional, mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta
rekan praktisi, termasuk prilaku yang terhormati, meskipun itu berarti pengorbanan diri.

Alasan utama mengharapkan tingkat prilaku profesional yang tinggi oleh setiap profesi adalah
kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan oleh profesi, tanpa
memandang individu yang menyediakan jasa tersebut. Bagi akuntan publik, kepercayaan klient
dan pemakai laporan keuangan eksternal atas kualitas audit dan jasa lainnya sangatlah penting.
Jika para pemakai jasa tidak memiliki kepercayaan kepada para dokter, hakim, atau akuntan
publik, maka kemampuan para profesional itu untuk melayani klien serta masyarakat secara
efektif akan hilang.
Tujuan dan Isi Kode Prilaku Profesional dari AICPA

Kode perilaku profesional AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yang ideal maupun
peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan. Kode etik terdiri dari empat bagian, yaitu :
prinsip-prinsip, peraturan perilaku, interpretasi atas peraturan perilaku, dan kaidah etika.

Prinsip–prinsip Etis :

a) Tanggung jawab, dalam mengemban tanggung jawabnya sebagia profesional, para


anggota harus melaksanakan pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam
semua kativitas mereka.
b) Kepentingan publik, para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian
rupa agar dapat melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan publik dan
menunjukkan komitmen nya padaprofesionalisme
c) Integritas, untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, para anggota
harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat integritas
tertinggi
d) Objektivitas dan indepedensi, anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari
konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya.
e) Keseksamaan, anggota harus memperhatikan standar teknis dan etis profesi, terus
berusaha meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang diberikannya, serta
melaksanakan tanggungjawab profesional sesuai dengan kemampuan terbaiknya.
f) Ruang lingkup dan sifat jasa, anggota yang berpraktik bagi publik harus memperhatikan
prinsip-prinsip kode perilaku profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang
akan disediakannya.

Peraturan Perilaku :

Bagian dari kode ini mencakup peraturan khusus yang harus dipatuhi oleh satiap akuntan publik
dalam praktik akuntansi publik. Bagian tentang peraturan perilaku ini merupakan satu-satunya
bagian kode etik yang dapat diberlakukan, sehingga peraturan ini dinyatakan dalam ungkapan
yang lebih spesifik daripada ungkapan yang tercantum dalam bagian prinsip. Jadi banyak praktisi
yang merujuk peraturan ini sebagai kode etik perilaku profesional AICPA.

Interpretasi Peraturan Perilaku :

Komite eksekutif etika profesional AICPA menyiapkan setiap interpretasi berdasarkan


konsensus komite yang terdiri dari para praktisi akuntan publik. Interpretasi itu dikirimkan
kepada sejumlah besar orang–orang penting dalam profesi untuk diminta masukannya.

Kaidah Etika :

Kaidah (ruling) adalah penjelasan komite eksekutif dari divisi etika profesional tentang situasi
faktual khusus.
Sejumlah besar kaidah etika dipublikasikan dalam versi yang diperluas dari kode perilaku
profesional AICPA.

 Indenpenden, Integritas dan Objektifitas dalam Hubungannya dengan Kode Etik.

Untuk memberikan pedoman etika yang spesifik di bidang etika profesi akuntan publik , IAI
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) telah menyusun aturan etika. dalam hal keterterapan
aturan ini mengharuskan anggota IAI-KAP dan staf profesional (baik yang anggota maupun yang
bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja di suatu kantor akuntan publik untuk
mematuhinya. Aturan etika ini meliputi pengaturan tentang :

a. Indenpendensi

Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional
Akuantan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi
independen dalam fakta (infacts) maupun dalam penampilan (in appearance).

Independen berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung
pada orang lain. Tiga aspek dalam independensi auditor, yaitu :

 Independensi dalam diri auditor (independence in fact) : kejujuran dalam diri auditor
dalam mempertimbangkan berbagai faktor dalam audit finding.
 Independensi dalam penampilan (perceived independence). Independensi ini merupakan
tinjauan pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor.
 Independensi di pandang dari sudut keahliannya. Keahlian juga merupakanfaktor
independensi yang harus diperhitungkan selain kedua independensi yang telah
disebutkan.

Dengan kata lain auditor dapat mempertimbangkan fakta dengan baik yang kemudian ditarik
menjadi suatu kesimpulan jika ia memiliki keahliam mengenai hal tersebut.

b. Integritas dan Objektifitas

Integritas adalah auditor yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan apa yang diyakini
kebenarannya tersebut kedalam kenyataan.

Objektifitas  adalah unsur karakter yang menunjukkan kemampuan seseorang maupun


menyatakan kenyataan sebagaimana adanya, terlepas dari kepentingan pribadi maupun
kpentingan pihak lain.

Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan integritas dn objektivitas,


harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh mmebiarkan faktor
salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan
(mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai