Suatu kode etik dapat terdiri dari ketentuan umum (general statements) mengenai perilaku yang
ideal/peraturan khusus yang menguraikan berbagai tindakan yang tidak dapat di benarkan.
Kelemahannya adalah sulit untuk memaksakan perilaku umum yang ideal, karena tidak adanya
standar perilaku minimum. Prinsip dan nilai moral seseorang serta kepentingan relatif prinsip
tersebut bagi mereka pasti berbeda dengan orang-orang lainnya. Setiap orang memiliki rangkaian
nilai seperti itu, meskipun kita memperhatikannya secara eksplisit. Para ahli filsafat, organisasi
keagamaan, serta kelompok lainnya telah mendefinisikan serangkaian prinsip dan nilai moral
yang telah ditentukan adalah UU dan peraturan, doktrin gereja, kode etik bisnis bagi kelompok
profesi seperti akuntan publik, serta kode prilaku dalam organisasi.
Contoh serangkaian prinsip yang telah ditentukan dan prinsip-prinsip ini dikembangkan oleh
Josephson Institute of Ethics, sebuah organisasi nirlaba bagi pengembangan kualitas etika
masyarakat. Berikut ini adalah enam nilai inti etis mengenai prilaku etis menurut Josephson
Institute :
Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi secara teratur. Kita dapat
berargumentasi bahwa etika adalah perekat yang dapat mengikat anggota masyarakat.
Bayangkan, misalnya, apa yang akan terjadi jika kita tidak memiliki kepercayaan akan kejujuran
dari orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Jika para orang tua, guru, pemilik perusahaan,
saudara kita, rekan kerja, serta teman-teman kita semuanya berkata bohong, hampir tidak
mungkin untuk mempunyai komunikasi yang efektif.
Kemudian mengapa orang-orang bertindak tidak etis ? Sebagian orang mendefinisikan prilaku
tidak etis sebagai tindakan yang berbeda dengan apa yang mereka anggap tepat dilakukan dalam
situasi tertentu. Masing-masing dari kita memutuskan bagi kita sendiri apa yang kita anggap
sebagai prilaku tidak etis, baik bagi kita sendiri maupun bagi orang lain. Jadi kita harus
memahami apa yang menyebabkan orang-orang bertindak dengan cara yang kita anggap sebagai
tidak etis.
Ada dua alasan utama mengapa seseorang bertindak tidak etis : Standar etika seseorang berbeda
dengan standar etika yang berlaku di masyarakat secara keseluruhan, atau orang itu memilih
untuk bertindak mementingkan diri sendiri. Sering kali, kedua alasan itu muncul bersamaan.
Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum Contoh ekstrem orang-orang yang
prilakunya melanggar hampir semua standar etika yang dianut oleh setiap orang adalah para
pengedar obat terlarang, perampok bank, dan pencuri. Sebagian besar orang yang melakukan
tindakan tersebut tidak menunjukan rasa penyesalan saat mereka tertangkap, karena standar etika
mereka berbeda dengan yang berlaku di masyarakat secara keseluruhan. Juga banyak contoh
yang tidak terlalu ektrem manakala orang lain melanggar nilai etis kita. Ketika orang-orang
berlaku curang dalam mengisi SPT pajaknya, memperlakukan orang lain dengan rasa
permusuhan, berbohong dalam mengisi formulir aplikasi lamaran kerja, atau bertindak di bawah
tingkat kompetensi yang dimilikinya sebagai karyawan, sebagian besar dari kita akan
menganggap hal itu sebagai prilaku yang tidak etis.
Dilema Etika
Dilema etika adalah suatu situasi di mana seseorang berhadapan dengan suatu keputusan
menyangkut prilaku yang benar. Dilema etika biasanya melibatkan situasi di mana kesejahteraan
seseorang atau lebih terpengaruh akibat suatu keputusan. Dilema etika yang dihadapi oleh
auditor kerapkali berpengaruh terhadap kesejahteraan banyak atau sekelompok individu. Sebagai
contoh, seandainya seorang auditor membuat keputusan yang tidak etis mengenai kandungan
suatu laporan audit, maka kekayaan ribuan investor dan kreditor mungkin terpengaruh. Para
auditor, akuntan, serta prilaku bisnis lainya menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnis
mereka. Auditor yang menghadapi klien yang mengancam akan mencari auditor baru kecuali
bersedia menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa pengecualian.
Terdapat cara-cara alternatif untuk menyelesaikan delima etika, tetapi kita harus berhati-hati
untuk meghindari metode yang merasionalkan prilaku tidak etis. Berikut ini adalah metode-
matode rasionalisasi yang sering digunakan, yang dengan mudah dapat mengakibatkan tindakan
tidak etis.
Dalam tahun-tahun terahir ini telah dikembngkan kerangka kerja formal untuk membantu orang-
orang menyelesaikan dilema etika. Tujuan dari kerangka kerja itu adalah membantu
mengidentifikasi isu-isu etis dan memutuskan serangkaian tindakan yang tepat dengan
menggunakan nilai dari orang itu sendiri. Pendekatan enam langkah berikut ini dimaksudkan
agar dapat menjadi suatu pendekatan yang relatif sederhana untuk menyelesaikan dilema etika.
Arti istilah profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi
tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Akuntan
publik, sebagai profesional, mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta
rekan praktisi, termasuk prilaku yang terhormati, meskipun itu berarti pengorbanan diri.
Alasan utama mengharapkan tingkat prilaku profesional yang tinggi oleh setiap profesi adalah
kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan oleh profesi, tanpa
memandang individu yang menyediakan jasa tersebut. Bagi akuntan publik, kepercayaan klient
dan pemakai laporan keuangan eksternal atas kualitas audit dan jasa lainnya sangatlah penting.
Jika para pemakai jasa tidak memiliki kepercayaan kepada para dokter, hakim, atau akuntan
publik, maka kemampuan para profesional itu untuk melayani klien serta masyarakat secara
efektif akan hilang.
Tujuan dan Isi Kode Prilaku Profesional dari AICPA
Kode perilaku profesional AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yang ideal maupun
peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan. Kode etik terdiri dari empat bagian, yaitu :
prinsip-prinsip, peraturan perilaku, interpretasi atas peraturan perilaku, dan kaidah etika.
Prinsip–prinsip Etis :
Peraturan Perilaku :
Bagian dari kode ini mencakup peraturan khusus yang harus dipatuhi oleh satiap akuntan publik
dalam praktik akuntansi publik. Bagian tentang peraturan perilaku ini merupakan satu-satunya
bagian kode etik yang dapat diberlakukan, sehingga peraturan ini dinyatakan dalam ungkapan
yang lebih spesifik daripada ungkapan yang tercantum dalam bagian prinsip. Jadi banyak praktisi
yang merujuk peraturan ini sebagai kode etik perilaku profesional AICPA.
Kaidah Etika :
Kaidah (ruling) adalah penjelasan komite eksekutif dari divisi etika profesional tentang situasi
faktual khusus.
Sejumlah besar kaidah etika dipublikasikan dalam versi yang diperluas dari kode perilaku
profesional AICPA.
Untuk memberikan pedoman etika yang spesifik di bidang etika profesi akuntan publik , IAI
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) telah menyusun aturan etika. dalam hal keterterapan
aturan ini mengharuskan anggota IAI-KAP dan staf profesional (baik yang anggota maupun yang
bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja di suatu kantor akuntan publik untuk
mematuhinya. Aturan etika ini meliputi pengaturan tentang :
a. Indenpendensi
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional
Akuantan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi
independen dalam fakta (infacts) maupun dalam penampilan (in appearance).
Independen berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung
pada orang lain. Tiga aspek dalam independensi auditor, yaitu :
Independensi dalam diri auditor (independence in fact) : kejujuran dalam diri auditor
dalam mempertimbangkan berbagai faktor dalam audit finding.
Independensi dalam penampilan (perceived independence). Independensi ini merupakan
tinjauan pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor.
Independensi di pandang dari sudut keahliannya. Keahlian juga merupakanfaktor
independensi yang harus diperhitungkan selain kedua independensi yang telah
disebutkan.
Dengan kata lain auditor dapat mempertimbangkan fakta dengan baik yang kemudian ditarik
menjadi suatu kesimpulan jika ia memiliki keahliam mengenai hal tersebut.
Integritas adalah auditor yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan apa yang diyakini
kebenarannya tersebut kedalam kenyataan.