Anda di halaman 1dari 6

Yola Zulkhaisi Utami

18043166
Etika Bisnis Dan Etika Profesi Akuntan

Tugas pertemuan 2 (bacalah artikel dan tontonlah video pembelajaran di pertemuan2


untuk menjawab pertanyaan berikut)

1. Mengapa bisnis harus dijalankan dengan etika yang baik?


Karena , jika sebuah bisnis dijalan kan dengan etika yang baik maka keberlangsungan
usaha akan mudah dan tidak ada ancaman terhadap keberlangsungan serta dengan
adanya etika yang baik maka akan terbentuk nilai, norma serta perilaku yang baik
dalam ruang lingkup usaha. Usaha yang dijalankan dengan etika yang baik , yang
tidak hanya peduli dengan laba nya tetapi juga peduli dengan lingkungannya.

2. Jelaskan istilah-istilah berikut ini:


a. Green accounting
Green Accounting merupakan akuntansi yang di dalamnya mengidentifikasi,
mengukur, menilai, dan mengungkapkan biaya-biaya terkait dengan aktivitas perusahaan
yang berhubungan dengan lingkungan dan juga berperan untuk memberikan sebuah motivasi
bagi manajer untuk mengurangi biaya lingkungan yang ditimbulkan, yang akan berpengaruh
terhadap keputusan yang akan menjadi dasar eksistensi perusahaan di masa mendatang.

b. Carbon accounting
Carbon accounting merupakan proses perhitungan banyaknya carbon yang
dikeluarkan dalam proses industri, penetapan target pengurangan, pembentukan sistem dan
program untuk mengurangi emisi carbon, dan pelaporan perkembangan program serta untuk
mengetahui tingkat emisi carbon yang dihasilkannya dari hasil pengukuran, kemudian
manajemen perusahaan dapat menetapkan strategi-strategi untuk mengurangi emisi carbon
tersebut dan melaporkannya kepada stakeholders perusahaan.

c. Environmental accounting
Environmental accounting merupakan sistem akuntansi lingkungan yang dirancang
untuk membantu perusahaan meningkatkan kinerja lingkungannya dengan mencatat biaya
langsung dan tidak langsungnya dan juga memiliki manfat untuk kegiatan yang berhubungan
dengan lingkungan serta mencapai tujuan yang berkelanjutan operasi untuk perusahaan.

3. Apa yang melatarbelakangi kebutuhan akan akuntansi lingkungan/green


accounting/carbon accounting?
Kebutuhan akan akuntansi lingkungan ini dilatarbelakangi oleh masalah lingkungan
baik secara langsung maupun tidak langsung yang berimbas pada lingkungan masyarakat
sekitar perusahaan serta tekanan dari lembaga-lembaga bukan pemerintah dan meningkatnya
kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat yang mendesak agar perusahaan- perusahaan
bukan sekedar berkegiatan industri demi bisnis saja, tetapi juga menerapkan pengelolaan
lingkungan.
4. Jelaskan mengenai “tripple bottom line” yaitu profit, planet, people? Jelaskan
hubungan “tripple bottom line” ini dengan arah bisnis yang beretika?
Triple bottom line terdiri dari 3P yaitu profit, people dan planet . ketiga line tersebut
harus diperhatikan dalam menjalankan kegiatan CSR dengan tujuan untuk mengukur kinerja
keuangan, sosial dan lingkungan dari perusahaan selama periode waktu dalam melakukan
bisnis.
Profit : ukuran perusahaan yang mengutamakan laba tetapi tetap berdasarkanpada akuntansi
lingkungan
People account : ukuran dalam beberapa bentuk atau bentuk bagaimana tanggung jawab
sosial sebuah perusahaan dalam melakukan aktivas operasi perusahaan.
Planet : ukuran seberapa besar perusahaan mempedulikan lingkungan
Hubungan “tripple bottom line” dengan arah bisnis yang beretika yaitu apabila kita
telah menerapkan tripple bottom line dalam sebuah bisnis maka secara tidak langsung kita
juga telah menerapkan etika yang baik di tengah masyarakat dan dalam lingkungan bisnis.

Muatan etika religiusitas:

Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat)[1]
manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar) [QS. r-Rûm:30:41]

Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia membuatmu
kagum, dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang
yang paling keras. (204) Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk
berbuat kerusakan di muka bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, padahal Allah
tidak menyukai kerusakan. (205) Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada
Allah,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka
Jahanam, dan sungguh (Jahanam itu) seburuk-buruk tempat tinggal. (206) – (Q.S Al-
Baqarah: 204-206)

Pertanyaan: bacalah surah dan ayat diatas, jelaskan dan kaitkan ayat diatas dengan etika
lingkungan dalam berbisnis?
QS Ar-Rum ayat 41 dan QS Al-Baqarah ayat 204-206 menjelaskan tentang
kerusakan yang terjadi akibat manusia dan dampaknya juga dirasakan oleh manusia itu
sendiri. Sebelum adanya manusia tidak ada kerusakan, namun setelah manusia muncul
barulah timbul kerusakan. Jika kita tidak melaksanakan etika lingkungan bisnis dengan baik
atau merusak bumi maka konsekuensinya telah terjadi kerusakan di darat dan lautan.

Kaitan antara surat ini dengan etika lingkungan dalam berbisnis yaitu seperti pebisnis
yang hanya mencari laba tanpa memperhatikan dampak terhadap lingkungan tidak akan
survive karena mendapat ancaman dari berbagai pihak, masyarakat akan marah karena
pencemaran lingkungan, jika tidak diperhatiakan dan menghambat operasional perusahaan.
Kasus 1 (Etika Lingkungan :Harapan etika)

Buang Limbah Cair ke Sungai Deli, Perusahaan Ini Disegel KLHK

oleh Ayat S Karokaro [Medan] di 25 September 2018

sumber:https: //www.mongabay.co.id/2018/09/25/buang-limbah-cair-ke-sungai-deli
perusahaan-ini-disegel-klhk/

Seksi Wilayah I Balai Pengamanan dan Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup Wilayah
Sumatera, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyegel PT. Expravet
Nasuba, Senin (17/8/2018). Perusahaan yang beralamat di Jalan K.L Yos Sudarso KM.8,8,
Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara, ini dianggap
melanggar undang-undang lingkungan hidup, membuang limbah cair ke aliran Sungai Deli.

Operasi penegakkan hukum terhadap perusahan yang bergerak pada pemotongan dan
pengolahan daging serta unggas ini dipimpin Kepala Balai Gakkum LHK Wilayah Sumatera,
Edward Sembiring. Di lokasi, tim gakkum bersama Satuan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat
(SPORC) Brigade Macan Tutul, dan tim penyidik Seksi Wilayah I mengumpulkan sejumlah
barang bukti beserta sampel limbah cair perusahaan.

Pantauan Mongabay di lokasi, tim penyidik gakkum menelusuri arah pipa terakhir
pembuangan limbah cair ke Sungai Deli. Edward tampak geram dengan pencemaran
lingkungan yang dilihatnya itu.

“Tim silakan segel lokasi ini. Air yang mengalir dari pipa segera hentikan, jangan ada setetes
pun terbuang ke aliran Sungai Deli ini. Silahkan tutup dengan semen,” tegas Edward yang
mendapat pengawalan bersenjata lengkap SPORC Brigade Macan Tutul.

Namun, ketika penyegelan berlangsung, seorang pria datang menghampiri dan ingin
penyegelan dihentikan. “Apa-apaan ini? Kok berani menyegel dan menyemen lubang
pembuangan akhir limbah kami? Saya minta dicabut plang penyegelan,” katanya kepada
petugas. Lelaki itu bernama Hasman, HRD perusahaan. Adu argumen sempat terjadi antara
dia dan petugas.

Edward langsung menjelaskan, perusahaan diminta menaati aturan hukum. Keterangan dapat
diberikan saat proses pemeriksaan di Balai PamGakkum KLHK wilayah Sumatera, di Medan.
“Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Tolong jangan begitu, kalau disegel proses produksi bisa
terganggu,” tutur Hasman.

Hasman mengatakan, proses pengolahan limbah perusahaan sedang dalam proses di Balai
Lingkungan Hidup (BLH) Kota Medan. Dia menjelaskan, perusahaan sudah menyerahkan
pengajuan dokumen Analis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pembuangan limbah
akhir. Namun, masih ada penolakan dan perbaikan dari BLH Kota Medan.
“Semua masih dalam proses, Pak. Kan tahu sendiri, birokrasi kita lamban jadi saya minta
tolong ada kelonggaran,” katanya lagi.

Edward kembali bertanya tentang surat peringatan Pemerintahan Kota Medan kepada
perusahaan ini yang membuang limbah cairnya tidak sesuai aturan, Hasman hanya diam, lalu
mengakui surat peringatan itu sudah diterima sejak 2013 lalu.

Edward makin berang, karena sejak 2013 hingga 2018, tidak ada itikad dari perusahaan untuk
memperbaiki pembuangan limbah akhir yang masih dilakukan ke aliran Sungai Deli. Namun,
Hasman masih bersikeras agar penyegelan tidak dilakukan. Menurut dia, perusahaan sudah
mengikuti anjuran BLH Medan agar sebelum dibuang, limbah akhir diendapkan 24 jam dan
itu sudah dilakukan. “Kami juga terus memberbaiki proses pembuangan limbah akhir,”
terangnya.

Namun, pihak Gakkum Wilayah Sumatera tetap menyegel perusahaan. Menurut Edward,
yang dilakukan ini adalah perintah undang-undang. Ada Pasal 100 ayat (2) jo Pasal 20 ayat
(3) huruf a dan b jo Pasal 68 huruf b dan c; Pasal 114 dan Pasal 116 Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jo Pasal 37 Jo
Pasal 40 ayat (1), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Jo Permen LH Nomor 5 Tahun
2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. Ancaman pidana penjara paling lama tiga tahun dan
denda paling banyak tiga miliar Rupiah.

Laporan masyarakat

Edward mengatakan, penghentian kegiatan PT. Expravet Nasuba (EN) berawal dari
pengaduan masyarakat terkait pencemaran Sungai Deli. Pada 25 Agustus 2018, Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) memverifikasi pengaduan, ditemukan fakta bahwa
perusahaan tidak memiliki izin pembuangan limbah cair serta ada saluran pembuangan tanpa
pengolahan.

Pada 13 Maret 2013, Wali Kota Medan telah memberikan sanksi administrasi, paksaan
pemerintah, kepada PT. EN berdasarkan SK No: 660.2/396.X/III/2013 atas pelanggaran yang
dilakukan. Namun, perusahaan tidak melaksanakan isi surat tersebut, bahkan tetap
membuang limbah cair langsung ke Sungai Deli.

“PT. EN diduga melanggar peraturan. Atas dasar itu, kami menyegelnya. Kami hanya
menghentikan pembuangan limbah, bukan kegiatan perusahaan,” terangnya.

Edward menyatakan, pihak perusahaan menolak menandatangani berita acara penyegelan.


“Namun, kami sudah lampirkan berita acara penolakan itu. Jika plang penyegelan dicabut, itu
pidana dan akan diproses hukum. Kasus ini akan diusut hingga tuntas,” tegasnya.

Pertanyaan:
1. Apa isu etika bisnis dalam kasus di atas?
Pembuangan limbah akhir oleh PT. Expravet Nasuba (EN) yang masih dilakukan ke
aliran Sungai Deli yang menyebabkan masyarakat terganggu dengan limbah perusahaan
tersebut dan juga terjadi penyegelan terhadap PT. Expravet Nasuba (EN).

2. “Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Tolong jangan begitu, kalau disegel proses
produksi bisa terganggu,” jelaskan dampak tindakan tidak etis terhadap keberlanjutan
perusahaan di masa depan (going concern)?
Dampak tindakan tidak etis terhadap keberlanjutan perusahaan di masa depan (going
concern) meliputi Pencemaran lingkungan, Bau limbah dari PT.EN , Pengambil Keputusan
akan berfikir kritis untuk berinvestasi di perusahaan mereka akibat kasus ini, Produktivitas
tanaman menjadi terganggu, Bau limbah Sungai Deli serta Timbulnya berbagai penyakit.

3. Langkah-langkah apa yang dapat diambil PT. EN untuk memulihkan reputasi dan
tantangan apa yang harus diatasi?
Langkah – langkah yang dapat dijalani PT.EN untuk memulihkan reputasi yaitu
Pembuatan kolam stabilisasi,dimana kolam air limbah akan diolah secara alami untuk
menetralisir zat pencemar sebelum dialirkan ke sungai Deli kemudian Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL), dimana pengolahan air limbah menggunakan alat khusus dengan tiga
tahapan yakni tahap pertama (primary), kedua (secondary) dan tahap lanjutan (tertiary) serta
Menjaga kualitas air sungai, dengan cara berhenti melakukan eksploitasi seperti di atas dan
mulai melakukan pemeliharaan seperti menanam banyak pohon di pinggirnya.
Tantangan yang harus di hadapi oleh PT EN adalah krisis ekonomi perusahaan
dimana perusahaan harus membayar denda 3M akibat membuang limbah, kemudian
pandangan masyarakat dan para konsumen tentang perusahaan mereka sehingga mereka
harus memikirkan cara untuk bangkit lagi, membuat perusahaan mereka lebih di percayai
oleh konsumen lagi.

4. Jika anda seorang akuntan keuangan di PT. EN, apa yang akan anda ungkapkan
mengenai isu pencemaran limbah (ingat: saudara dihadapi dengan keinginan manajemen
untuk meningkatkan laba dan menekan biaya)?
Saya akan mengungkap mengenai isu pencemaran limbah yang terjadi karena mau
tidak mau itu merupakan kesalahan dari perusahaan. Sudah pasti masalah lingkungan itu
berpengaruh kemana saja. Saya sebagai akuntan menjalankan etika yang ada dalam profesi
saya dan menjadi tanggung jawab saya. Apabila saya tidak professional dalam mengaudit
maka kesalahan akan mungkin terjadi kembali di perusahaan tersebut.
PT.EN harus tetap memfokuskan produksi perusahaan agar lebih meningkat, tetapi
terkait isu pencemaran limbah yang dibuang ke Sungai Deli harus diperhatikan agar tidak
ada dampak yang membahayakan bagi lingkungan sekitar dan khususnya bagi
perusahaan.Karena jika tidak diperhatikan bisa saja dalam jangka pendek perusahaan tetap
berjalan dengan baik tetapi dalam jangka panjang banyak menimbulkan masalah bagi
perusahaan sehingga tujuan atau keinginan manajemen dalam meningkatkan laba tidak
tercapai.
5. Jika CEO tidak memperhatikan, apa yang akan anda lakukan?
Jika CEO tidak memperhatikan berarti CEO tidak dapat memegang tanggung jawab
karena tidak memperhatikan lingkungan dan CEO juga tidak menunjukkan sikap
profesionalisme, disini saya harus mengingatkan CEO untuk jujur walaupun niatnya baik
untuk melindungi perusahaan dari kerugian namun cara CEO itu salah.

Anda mungkin juga menyukai