Anda di halaman 1dari 23

Makalah Pertanggungjawab Publik

Diposkan oleh Kak Zay

 di November 23, 2018

  Post a Comment

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pertanggungjawaban publik adalah mekanisme penyampaian pelaporan

pertanggungjawaban organisasi sector public kepada pihak yang memiliki hak atau

berkewenangan untuk meminta keterangan atasnya. Akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah merupakan proses pengelolaan keuangan daerah mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban, serta pengawasan

yang benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggung jawabkan kepada masyarakat

dan DPRD terkait dengan kegagalan maupun keberhasilannya sebagai bahan evaluasi

tahun berikutnya. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui pengelolaan

keuangan tetapi berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas pengaplikasian serta

pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah tersebut (Halim, 2007). Pemerintah harus

dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Untuk mewujudkan

hal tersebut adalah dengan melakukan reformasi dalam penyajian laporan keuangan

dimana pemerintah harus mampu menyediakan semua informasi keuangan relevan

secara jujur dan terbuka kepada publik, karena kegiatan pemerintah adalah dalam

rangka melaksanakan amanat rakyat (Mulyana, 2006). 

1.2 RUMUSAN MASALAH


Seperti apa teori pertanggungjawaban publik? Bagaimana system pertanggungjawaban

publik? Seperti apa siklus pertanggungjawaban publik? Bagaimana teknik teknik

pertanggungjawaban publik? Seperti apa contoh praktek pertanggungjawaban publik?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Agar mahasiswa dapat memahami teori pertanggungjawaban publik Agar mahasiswa

memahami system pertanggungjawaban publik Agar mengetahahui siklus

pertanggungjawaban publik Agar mengetahui bagaimana teknik pertanggungjawaban

publik Mahasiswa mampu mengetahui contoh praktek pertanggungjawaban publik baik

dalam pemerintahan pusat,daerah,LSM,yayasan,serta partai politik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TEORI PERTANGGUNGJAWABAN PUBLIK

2.1.1 Makna Istilah Pertanggungjawaban Publik

Pertanggungjawaban sering digunakan sebagai sinonim kata akuntabilitas,

penyelenggaraan, tanggung jawab, blameworthiness, kewajiban dan istilah-istilah lain

yang berhubungan dengan harapan pemberian tanggung jawab. Istilah

pertanggungjawaban adalah suatu konsep dalam etika yang memiliki banyak arti Istilah

akuntabilitas dapat dimaknai sebagai kewajiban untuk menyampaikan

pertanggungjawaban atau untuk menjawab, menerangkan kinerja, dan tindakan

seseorang/ badan hukum/ pimpinan kolektif. Dalam akuntansi sector public,

pertanggungjawaban adalah bertanggungjawab atas tindakan dan keputusan dari


pemimpin atau pengelola organisasi sektor publickkepada pihak yang memiliki

kepentingan (stakeholder) serta masyarakat. Dalam peran pemimpin,

pertanggungjawaban dapat diartikan sebagai pengakuan dan pengambilan tanggung

jawab atas tindakan, hasil, keputusan, dan kebijakan yang mencakup administrasi,

implementasi, dan penguasaan dalam ruang lingkup peran atau posisi

ketenagakerjaan. Dalam dunia politik, khususnya demokrasi perwakilan,

pertanggungjawaban adalah factor penting dalam mengamankan hak kekuasaan

publik.Pertanggungjawaban berbeda dengan transparansi di mana

pertanggungjawaban hanya memungkinkan umpan balik negative setelah keputusan

atau tindak

Related:Makalah Pengadaan Barang Dan Jasa Publik

2.1.2 Teori Kekuasaan (Authority) dalam Pertanggungjawaban Publik 

Berdasarkan pendefinisian kekuasaan yang begitu luas, berikut akan dikemukakan

secara beberapa pemikiran ahli tentang kekuasaan. Antara lain: Filsuf Niccolo

Machiavelli (1469-1527) Mengapa bahwa kekuasaan merupakan sesuatu yang harus

diraih, karena ia tidak dating begitu saja. Kekuasaan haruslah direbut lalu

dipertahankan. Kekuasaan dapaat berbentuk hubungan, yaitu ada satu pihak yang

berkuasa dan yang lain dikuasai (diperintah). Menurut Foucault, “Kekuasaan adalah

nama yang diberikan kepada situasi strategis yang rumit dalam masyarakat tertentu”.

Dalam kaitan dengan legitimasi, Weber membagi legitiminasi atas tiga bentuk, pertama

legitiminasi internationall, yang berasal dari tradisi kepercayaan dan adat-istiadat yang

berlaku dalam masyarakat.Kedua, Legitimasi karismatik, yang berasal dari individu

yang diakui oleh masyarakat dengan ciri-ciri khusus yang luar biasa.Ketiga, rasional –

legal yang berasal dari peraturan normative secara rasional.

Pada prinsipnya kekuasaan memiliki manfaat sebagai berikut:


Kekuasaan dapat memenuhi prinsip memenangkan keyakinan bahwa para

pengikut atau warganya harus menggunakan segenap usahanya. Karenanya,

kekuasaannya dapat membantu mengurangi permasalahan bahaya moral.

1. Kekuasaan terbatas

Diberbagai pengaturan kepentingan, pihak yang dipimpin mempengaruhi pemerintah,

namun ‘yang dipimpin’ dapat tidak mendukung walaupun semua pihak harus mengikuti

perintah pimpinan.sebagai contoh apabila pimpinan memberikan perintah yang sulit

diikuti, yang dipimpin dapat memilih untuk tidak mengikuti perintah tersebut.Ada dua

perbedaan bentuk kehilangan kekuasaan.Pertama yang dipimpin dapat memutuskan

untuk menolak kekuasaan pimpinan.Kedua bentuk kehilangan kekuasaan sebagai

kasus dimana agen memegang, idealismenya dan memilih untuk mempercayai bahwa

kejadian tersebut belum ada.

2. Pemeliharaan kekuasaan

Telah diamati bahwa pimpinan dapat mempunyai kekuasaan terhadap yang dipimpin

yang berguna untuk memberikan dorongan bagi pendukungnya.Namun, seorang

pemimpin dapat kehilangan kekuasaannya. Oleh karena itu pemimpin harus dapat

mempertahankan kekuasaannya. Apa yang terjadi jika pemeliharaan kekuasaan gagal?

Jika pimpinan melanggar batasan pemeliharaan kekuasaan, seperti apa permasalahan

apa yang harus dihadapi pimpinan? Ketika yang dipimpin memutuskan untuk berontak

dan melawan kekuasaan pimpinan. Maka pemimpin dapat menetapkan pilihan yaitu

mengikuti perintah atau menentang apa yang telah digariskan pimpinannya. bagian

yang dipimpin yang belum melakukan perlawanan terhadap kekuasaaan pimpinan.

Pemberontak setelahnya akan mempunyai keinginan untuk bergabung dengan

kelompok yang sudah ada dan mengadopsi keyakinan yang sama. Hal ini dapat

menyebabkan pemberontak yang baru untuk melawan pemimpin yang baik dalam

melakukan pemberontakan, pihak yang dipimpin dapat merasakan keinginan baru

untuk meyakini bahwa dia sedang diperlakukan tidak adil oleh pimpinannya. 
3. Permasalahan Pimpinan

Pemimpin mempunyai dua tujuan ketika melakukan dorongan kepada pihak yang

dipimpin.Pertama, diasumsikan bahwa pemimpin dapat membayar pihak yang dipimpin

berdasarkan tingkat perintah yang menciptakan persaingan diantara pihak yang

dipimpin.Pemimpin membayar upah kepada pegawai yang menghasilkan output. Jadi,

upah pegawai dengan output yang besar akan lebih tinggi dari upah pegawai dengan

output lebih kecil. Jika pegawai berpandangan bahwa pimpinan adalah pihak yang

memiliki kekuasaa, pimpinan dapat menggunakan kekuasaannya untuk memberikan

dorongan kepada yang dipimpinan.Jika pemimpin mempunyai kekuasaan,

kekuasaanya adalah untuk memberikan perintah.Pimpinan dapat memberikan perintah

kepada para pegawai agar bekerja lebih keras.Permasalahan yang dihadapi pimpinan

adalah menyangkut pemilihan upah untuk memaksimalkan keuntungan.

4. Permasalahan Pihak yang Dipimpin

Pihak yang dipimpin mempunyai dua keputusan yang akan dibuat:

(1) Mereka harus memutuskan apakah akan berpartisipasi. Hal ini mengasumsikan

bahwa pihak yang dipimpin hanya akan berpartisipasi jika mereka menerima manfaat

sebanyak yang diterima dari pihak lain dan

(2) Jika berpartisipasi, para pendukung harus memutuskan seberapa besar upaya yang

akan dicurahkannya. Terakhir, jika yang dipimpin berpartisipasi, mereka harus

memutuskan apakah akan menerima atau tidak kekuasaan pimpinan. Jadi, mereka

harus memilih apakah mereka memang harus melakukan apa yang pimpinan mereka

katakana untuk dikerjakan.

5. Birokrasi dan Delegasi

Kerangka kerja menyatakan dua alasan bagi birokrasi organisasi:

Alasan 1 : Alasan pertama terkait erat dengan teori birokrasi yang diajukan oleh Philip

Selmick (1949).Teori ini menyatakan bahwa pimpinan harus mengatakan kepada yang

dipimpin untuk mengikuti perintahnya, jika Negara mengamnbil alih.Individu dapat


mencari alasan untuk tidak mengikuti perintah pimpinan, meskipun Negara tidak

mengambil alih.Tergantung pada jenis kejadiannya, hal ini bisa lebih sulit atau lebih

mudah. Jika setiap perintah harus selalu diikuti seseorang akan ragu apakah perintah

itu sebaiknya diterapkan atau tidak. Akan tetapi, untuk kejadian yang rumit, hal itu

mungkin saja terjadi diberbagai Negara di dunia.

Alasan 2.Alasan kedua terkait dengan teori yang dikembangkan oleh Alvin Gauldner

(1954).Mari pertimbangkan aturan berikut, dimana ada seorang pimpinan, seorang

pengawas, dan perangkat aturan pegawai.Pimpinan mempunyai berbagai kekuasaan

terhadap pengawas dan pegawai tersebut.Pengawas mempunyai kekuasaan terhadap

pegawai, namun tidak terhadap pimpinan.Dalam rangka memaksimalkan keuntungan,

pegawai melakukan pekerjaannya.Selanjutnya, pengawas mempunyai informasi yang

lebih banyak tentang pekerjaan pegawainya ketimbang pimpinan. Setelah pengawas

memberikan informasi tersebut kepada pimpinan, hal ini akan membuat pimpinan dapat

memberikan perintah kepada pegawainya secara lebih efisien. Jika pimpinan

mempunyai masalah dalam memberikan dorongan kepada pengawas, dia akan

memberikan perintah itu kepada pegawainya. Namun, pimpinan diharapkan tidak

mempunyai masalah dalam memberikan dorongan kepada pengawas – pilihan

pengawas dapat diselaraskan dengan pilihan pimpinan. Jika hal itu terlaksana,

pimpinan tidak akan pernah memberikan perintah secara langsung kepada pegawai.

Dalam kenyataannya, ada satu alasan bagi pimpinan untuk memberikan perintah

secara langsung kepada pegawai. Pengawas diharuskan menjalankan secara ketat

batas pemeliharaan kekuasaan pada pegawai.Setiap kali memberikan perintah kepada

pegawai, kekuasaanya terancam.Lebih lanjut, pimpinan pasti mempunyai rasa jenuh

dengan kekuasaan pada pegawai. Pimpinan dapat memberikan perintah kepada

pegawai meskipun akan lebih buruk daripada pengawas dalam rangka mengurangi

tekanan atas batas pemeliharaan kekuasaan pengawas. Pada saat yang

memungkinkan jauh lebih baik jika pengawas dapat menyampaikan kepada pimpinan
perintah yang akan diberikan kepada pegawai, sehingga perintah tersebut terlihat

seperti dari pimpinan, bukan dari pengawas. Atau, pengawas dapat mengatakan bahwa

perintah itu berasal dari pimpinan, jika memang benar dari pimpinan.

6. Manfaat Pendelegasian

Pimpinan dan pengawas harus memiliki informasi yang sama. Dalam kerangka kerja

standar pimpinan pihak yang dipimpin, dimana hanya ada dorongan ekonomi jika

pimpinan telah memilih antara memberikan dorongan kepada pegawai secara langsung

atau memberikan dorongan kepada pengawas untuk memberikan dorongan kepada

pegawai.Pimpinan selalu lebih menyukai memberikan dorongan kepada pegawai

secara langsung.Alasannya adalah bahwa pilihan pengawas dapat tidak sejalan

dengan pilihan pimpinan, sehingga pengawas tidak dapat memberikan dorongan

kepada pegawai untuk mencapai tujuan pimpinan. Jadi, akan sangat bermanfaat jika

mempunyai pengawas yang mendorong pegawai melebihi apa yang dilakukan

pimpinannya. Pimpinan harus mempunyai kekuasaan yang lebih kecil atas pegawai

(batasan pemeliharaan kekuasaan yang ketat), namun pengawas harus mempunyai

kekuasaan yang lebih besar atas pegawai (batasan pemeliharaan kekuasaan yang

longgar). Hal ini akan lebih mempermudah bagi pengawas untuk mendorong pegawai

ketimbang pimpinannya. Meskipun dorongan pengawas tidak sebaik apa yang

diberikan pimpinan, hal ini akan mendorong pimpinan untuk mendelegasikan tugas.

7. Pimpinan Sebagai Perwujudan Cita – cita Pegawai

Dalam hal ini, kekuasaan pimpinan dapat terancam oleh kegagalan melangsungkan cita

– cita pegawainya atau kegagalan untuk menegakkan aturan cita – cita oleh pimpinan

bagi pegawainya.Jika kegagalan mempertemukan cita – cita pihak yang dipimpin

mengancam kekuasaan pimpinan (penegasan batas pemeliharaan kekuasaan);

pimpinan harus menempuh upaya untuk menegakkan nilai yang dipercaya oleh

masyarakat.
2.1.2. SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN PUBLIK

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap organisasi sektor

public untuk mewuujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita – cita

bangsa. Untuk mewujudkannya diperlukan pengembangan dan penerapan system

pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate agar penyelenggaraan

kegiatan organisasi sektor publik dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil

guna, bersih, bertanggung jawab, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Sistem pertanggungjawaban publik pada organisasi publik bergantung pada sistem

pemerintahan yang diterapkan. Dalam hal ini, pemerintah berkenaan dengan sistem,

fungsi, cara perbuatan, kegiatan, urusan, atau tindakan memerintah yang

diselenggarakan Oleh ‘pemerintah’ dalam arti luas (semua lembaga Negara) maupun

dalam arti sempit (presiden beserta jajaran atau aparaturnya).Sementara itu system

pemerintah adalah system yang dimiliki suatu Negara dalam mengatur

pemerintahannya.System pemerintah mempunyai system dan tujuan yang menjaga

kestabilan dan juga mempunyai yang kuat yang tidak bisa berubah dan bersifat statis.

Secara luas, system pemerintah menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku

tingkat mayoritas maupun minoritas,sehingga dapat berjalan secara

berkesinambungan. Secara sempit, system pemerintah hanya sebagai sarana

kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan Negara

dalam waktu relative lama dan mencegah adanya radikal dari rakyatnya sendiri.

1. Presidensial

Sistem presidensial, atau di sebut juga dengan system kogresional, merupakan

system pemerintahan Negara republic dimana kekuasaan eksekutif dipilih melalui

pemilu dan terpisah dari kekuasaan legislative. Menurut Rod Hague, pemerintah

presidensial terdiri dari 3 unsur yaitu:

a. Presiden yang dipilih rakyat dalam memimpin pemerintahan dan mengangkat

pejabat-pejabat pemerintahan terkait.


b. Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap tidak bisa

saling menjatuhkan.

c. Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislative.

            Dalam system presidensial, presiden memiliki posisi yang relative kuat dan tidak

dapat dijatuhkan.Namun, mekanisme untuk mengontrol presiden masih ada.Model ini

dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia, dan sebagian besar Negara-negara

Amerika Latin dan Amerika Tengah.

Berikut ini adalah cirri-ciri pemerintahan presidensial:

a. Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintah sekaligus kepala Negara

b. Kekuasaan eksekutif presidendiangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih

langsung.

c. Presiden memiliki hak prerogative (hak istimewa) untuk mengangkat dan

memberhentikan mentri-mentri.

d. Mentri-mentri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif presiden.

e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislative

Dalam system pemerintahan presidensial pertanggung jawaban eksekutif

dilakukan kepada legislative.Sebagai contoh, kepala daerah bertanggung jawab kepada

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pemimpin politik kepada dewan Suryo, derektur

eksekutif lembaga swadaya masyarakat kepada dewan pendiri organisasi tersebut.

2. Perlementer

System parlementer adalah system pemerintahan dimana parlemen memiliki peranan

penting dalam pemerintahan.Dalam hal ini parlemen memiliki kewenangan dalam

mengangkat perdana mentri dan dapat menjatuhkan pemerintah.Berbeda dengan

system presidensial, system parlemen dapat memiliki seseorang presiden dan seorang

perdana mentriyag berwenang dalam jalannya pemerintahan. System parlemen lebih

disukai daripada system presidensial. Karena kefleksibelitasnya,karena ke

fleksibilatisnnya dan responsivitasnya kepada public. Kekurangannya adalah bahwa


system ini sering menimbulkan pemerintahan yang kurang stabil. Sistem parlemen

biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan  kepala

Negara, di mana kepla pemerintahan adalah perdana mentri dan kepala Negara

ditunjuk sebagai kekuasaan yang hanya bersifat seremonial. Namun, beberapa system

parlemen juga memiliki presiden terpilih dengan kekuasaan yang besar sebagai kepala

Negara dan memberikan keseimbangan dalam system ini.

3. Komunis

Negara komunis adalah istilah yang digunkan oleh ilmuwan politik untuk

mendeskripsikan bentuk pemerintahan, dimana Negara tersebut berada di bawah

system satu partai dan mendeklarasikan kesetiaan kepada Marxsime-Leninisme,

Maoisme. Negara komunis yang masih ada hingga kini adalah Replubik Rakyat Cina

( sejak 1949), Kuba,Korea Utara,Laos, Vietnam.

4. Demokrasi Liberar

Demokrasi liberal adalah satu bentuk kerajaan demokrasi melalui perwakilan yang

membuat eputusan berdasarkan undang-undang yang tuduk pada perlembangan yang

liberal.Perlembangan ini melindungi hak-hak dan kebebasan rakyat dengan membatasi

kekuasaan pihak mayoritas untuk mengatasi kekuasaan minoritas.

5. Liberal

Seseorang yang menerima paham liberalisme disebut sebagai orang yang liberal.

Liberalisme ialah falsafah yang meletakan kebebasan individu sebagai nilai politik

tertinggi. Liberalisme menekankan hak-hak pribadi serta kesamarataan peluang. Dalam

pemikiran liberalisme,pelbagai alirn dengan nama  “liberal” mungkin mempunyai dasar

dan pandangan yang berlainan tetapi secara umum aliran-aliran tersebut sepakat

dengan prinsip-prinsip berikut, termasuk kebebasan berpikir dan kebabasan

bersuara,tunduk pada kekuasaan kerajaan, kedaulatan undang-undang, hak individu

atas harta pribadi,pasar bebas, serta keleluasaan system pemerintahan. Mereka yang

liberal mendukung system kerjaan demokrasi liberal dengan pengundian yang adil dan
terbuka,di mana semua rakyat mempunyai hak yang sama rata di bawah undang

undang. Paham liberalisme modern, yang berakar dari Zaman Kesadaran Barat, kini

mempunyai pemikiran politik yang luas dan kaya dari segi sumber. Liberlaisme menolak

kebanyakan tanggapan azas dalam hamper semua teori pembentukan kerjaan awal,

seperti hak-hak rja yang diberikan oleh Tuhan, status yang berazaskan keturunan, Dan

institusi-institusi agama. Kaum liberal beranggapan sistem ekonomi pasar bebas itu

lebih baik dan menjamin lebih baik dan menjamin lebih banyak kemakmuran Negara

liberal modern awal adalah amerika serikat yang didirikan dengan prinsip “setiap

manusia diciptakan sama, dimana sang pencipta memberikan hak-hak yang tidak boleh

dinafikan seperti kehidupan, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan

6. Kapital

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran capital yakni

kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam

proses pembuatan barang lainnya. Ebenstein (1990) menyebut kapitalisme sebagai

sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian dimana

perkembangan kapitalisme dikaitkan sebagai bagian dari gerakan individualisme.

Sementara itu, hayek (1978) memandang kapitalisme sebagai perwujudan dari

liberalism dibidang ekonomi. Menurut Ayn Rand (1970) kapitalisme adalah “a social

system based on the recognition of individual rights, including property right, in which all

property is privately owned”. (suatu sistem sosial  yang didasarkan pada pengakuan

atas hak-hak individu termasuk ha katas properti dimiliki secara pribadi) Heilbrorer

(1991) secara dinamis menyebut kapitalisme sebagai formasi sosial yang memiliki

hakikat tertentu dan logika yang secara historis bersifat unik. Logika formasi sosial yang

dimaksud mengacu pada gerakan-gerakan dan perubahan dalam proses kehidupan

serta konfigurasi kelembagaan dari suatu masyarakat. Istilah “formasi sosial” yang

diperkenalkan oleh karl marx ini juga dipakai oleh jurgen habermas. Dalam legitimation

crisis (1988), Habermas menyebut kapitalisme sebagai salah satu dari empat formasi
sosial (primitive, tradisional, kapitalisme, postkapitalisme) Ayn Rand dalam capitalism

(1970) meyebutkan tiga asumsi dasar kapitalisme yaitu :

(a) kebebasan individu,

(b) kepentingan diri (selfishness) dan

(c) pasar bebas.

Dalam bukunya, Rand menyatakan bahwa kebebasan individu merupakan tiang utama

kapitalisme karena pengakuan hak alami tersebut termasuk individu bebas berpikir,

berkarya, dan berproduksi untuk keberlangsungan hidupnya.Pada gilirannya,

pengakuan institusi atas hak individu memungkinkan individu untuk memenuhi

kepentingan dirinya. Menurut Rand, manusia hidup untuk dirinya sendiri bukan untuk

kesejahteraan orang lain. Rand menolak keras kolektivisme, altruism, dan

mistisme.Konsep dasar bebas Rand merupakan aplikasi sosial dan pandangan

epistemooginya yang natural mekanistik. Terpengaruh oleh gagasan “the invisible

hand” dari smith, pasar bebas dilihat oleh Rand sebagai proses yang senantiasa

berkembang dan selalu menuntut yang terbaik atau paling rasional. Smith berkata : “ …

free market forces is allowed to balance equitably the distribution of wealth”. (Robert

Lerner, 1988)

2.1.3 SIKLUS PERTANGGUNGJAWABAN PUBLIK

Dalam mewujudkan akuntabilitas dalam organisasi sector public, diperlukan siklus

sebagai berikut: 
Peraga 12-1 Siklus Akuntabilitas Publik

1. Penetapan Regulasi Pertanggungjawaban Pimpinan Organisasi

Tahapan pertama dalam siklus pertanggungjawaban sector public adalah menetapkan

aturan yang terkait dengan pertanggungjawaban pimpinan organisasi dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya. Regulasi ini merupakan hal yang penting

dalam proses pertanggungjawaban, karena regulasi diatur dalam mekanisme dan tata

cara pertanggungjawaban serta hal-hal apa saja yang harus dilakukan oleh pimpinan

organisasi beserta jajarannya, dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pimpinan
organisasi beserta jajarannya sehingga ada pimpinan yang jelas antara yang salah dan

yang benar.

2. Pembentukan dan Penerbitan SK Tim Penyusun Laporan Pertanggungjawaban

Organisasi

Setelah aturan dalam proses pertanggungjawaban ditetapkan, tahapan selanjutnya

adalah pembentukan dan penerbitan Surat Keputusan tim penyusunan laporan

pertanggungjawaban organisasi. Pada tahapan ini, akan dibentuk tim yang terdiri dari

individu-individu yang kompeten dibidangnya yang akan menyusun laporan

pertanggungjawaban dari kegiatan dan program yang telah dilaksanakan organisasi

sektor public selama satu periode. Dalam melaksanakan tugasnya, tim penyusun

laporan pertanggungjawaban ini diharapkan bisa bertindak jujur dan objektif , serta

harus sesuai antara kegiatan dan program yang telah direalisasikan dengan laporan

yang dibuat

3. Penyusunan Draft Laporan Pertanggungjawaban Organisasi

Tahapan selanjutnya setelah pembentukan dan penerbitan SK tim penyusun laporan

pertanggungjawaban organisasi, adalah penyusunan draft laporan pertanggungjawaban

4.  Pembahasan Draft Laporan Pertanggungjawaban Organisasi Sektor Publik

Setelah draft laporan pertanggungjawaban selesai disusun dan dipastikan program atau

kegiatan yang hendak dipertanggungjawabkan telah tercantum dalam draft, tiba

saatnya bagi tim penyusun laporan pertanggungjawaban untuk membahas draft

tersebut dengan pimpinan organisasi sector public. Hal ini sebagai tindakan koreksi dan

evaluasi agar draft laporan pertanggungjawaban yang dibuat sudah mencantumkan

segala sesuatu yang akan dipertanggungjawabkan. Dengan adanya komunikasi atau

pembahasan draft laporan dengan pimpinan organisasi sebagai pihak yang mengetahui

kegiatan atau progam selama satu periode tersebut telah berjalan, diharapkan akan

dihasilkan laporan pertanggungajawaban yang lengkap dan andal.

5.  Penyelesaian Laporan Pertanggungjawabn Organisasi Sektor Publik


Setelah proses pembahasan draft laporan pertanggungjawaban dengan

kepala/pimpinan organisasi selesai dan tercapai kesepakatan serta persetujuan dalam

draft tersebut, kegiatan dilanjutkan dengan penyelesaian laporan pertanggungjawaban

organisasi. Berdasarkan draft yang telah disepakati, tim penyusun kemudian

melengkapi draft tersebut sampai menjadi laporan pertanggungjawaban akhir yang siap

diajukan guna dipertanggungjawabkan.

6. Pengajuan Laporan Pertanggungjawaban Organisasi Sektor Publik ke

Legislatif/Parlemen

Setelah laporan pertanggungjawaban organisasi selesai dibuat, langkat selanjutnya

adalah pengajuan laporan tersebut kepada legislatif/parlemen. Di lembaga

legislatif/parlemen ini, laporan pertanggungjawaban organisasi akan diperiksa dan

dinilai kebenarannya.

7. Pemaparan/Pembacaan Laporan Pertanggungjawaban Organisasi Sektor Publik

Oleh Kepala/Pimpinan Organisasi di Hadapan Lembaga Legislatif/Parlemen

Setelah tahapan pengajuan laporan pertanggungjawaban diterima oleh lembaga

legislatif/parlemen, tiba saatnya pimpinan/kepala organisasi membacakan dan

memaparkan isi dari laporan pertanggungjawaban tersebut kepada parlemen.

8.  Pembahasan Laporan Pertanggungjawaban Organisasi Oleh Lembaga

Legislatif/Parlemen

Berdasarkan pemaparan laporan pertanggungjawaban organisasi yang telah

disampaikan oleh pimpinan/kepala organisasi, lembaga legislatif/parlemen mengadakan

musyawarah atau pembahasan terkait laporan pertanggungjawaban tersebut.

9. Penilaian dan Rekomendasi atas Laporan Pertanggungjawaban Organisasi

Dari hasil pembahasan dan musyawarah yang dilakukan, lembaga legislatif/parlemen

membuat penilaian berdasarkan regulasi dan aturan yang berlaku.Dari laporan

tersebut, lembaga legislatif/parlemen dapat menilai kinerja serta memberikan

rekomendasi bagi pimpinan pelaksana organisasi.


10.  Penerbitan Laporan Pertanggungjawaban Organisasi

Setelah proses penilaian laporan pertanggungjawaban organisasi oleh lembaga

legislatif/parlemen selesai, laporan tersebut siap untuk dipublikasikan atau disampaikan

kepada masyarakat. Publikasi ini dapat dilakukan melalu televisi, surat kabar, atau

media publik lainnya.

2.1.4 TEKNIK PERTANGGUNGJAWABAN PUBLIK

1. Teknik Penyusunan Pelaporan Pertanggungjawaban Publik

Metode yang digunakan dalam mekanisme komunikasi politik bagi penyusunan

pelaporan pertanggungjawaban publik adalah metode kuantitatif, metode kualitatif, dan

metode gabungan kuantitatif-kualitatif. 

Related:Makalah Audit Sektor Publik

 Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif bertolak dari aliran filsafat positivism-naturalisme, seperti metode

analisis isi, survey, dan eksperimen. Metode ini meliputi:

A. Metode Analisis Isi Karakter Objektif :

Ini     berkenaan   dengan   definisi    yang  jelas  mengenai kategori-kategori pesan

terkait hal-hal yang dipertanggungjawabkan. Sifat Sistematis: adalah prosedur yang

diterapkan untuk semua isi/pesan pertanggungjawabkan dari bagian awal sampai

akhir.Kemudian, kategori pesan dibuat sedemikian rupa sehingga semua pesan yang

relevan benar-benar dapat dianalisis.

 a. Metode survei


Pengunpulan data secara besar dengan mengakses sebagian populasi sebagai sampel

dan memilih sehingga dapat dikatakan mewakili seluruh populasi. Variabel yang

digunakan adalah pemberitaan media, pola penggunaan media, tingkat kepuasan,

persepsi, sikap, dan keputusan politik. Teknik statistik yang digunakan afalah tabulasi

silang, analisis korelasi, regresi multivariasi, dan analisis ANOVA untuk menguji

keterkaitan hubungan variabel dengan variabel lainnya.

 b. Metode Eksperimen

Metode yang dilakukan dengan pengendalian terhadap setting penyunsunan atau

melakukan manipulasi terhadap variabel yang digunakan, khususnya variabel

independen.

   Metode Kualitatif 

Metode ini bersifat hasil kesimpulan berwujud opini sepeti wawancara, observasi,

diskusi kelompok fokus, analisis semiotik, dan analisis wacana.Metode ini melibatkan

manusia sebagai subjek sehubung dengan realitas atau gejala yang terjadi.

a. Metode wawancara Wawancara yang dilakukan dapat berupa percakapan informal,

wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara, dan wawancara dengan

menggunakan open-ended standart.

b. Metode Obsevasi Metode dengan melacak secara sistematis dan langsung gejala-

gejala komunikasi politik terkait dengan persoalan-persoalan penting, seperti sosialisasi

politik, partisipasi politik, konflik dan penyelesaian konflik. Ada dua jenis metode

obsevasi, yaitu:
1. Participant Observation, yaitu onservasi dengan ikut terlibat dalam kegiatan

komunikasi yanh diteliti

2. Nonparticipant Observation, yaitu obsevasi tidak terlibat, pengamat hanya

menjadi penonton dan mencermati kejadian-kejadian sambil melakukan

wawancara

c. Metode focus grup discussion Metode ini digunakan untuk melacak hal-hal tertentu

yang ingin ditonjolkan atau menjadi prioritas bagi publik.Ini bertujuan untuk mengetahui

jawaban publik, tetapi juga terkait dengan urutan pengutaraan jawaban publik diantara

sejumlah permasalahan yang dikemukakan.

Related:Makalah Pelaporan Keuangan Sektor Publik

Langkah-langkah penyelenggaraan Focus Group Discussion:

 Merancang interview guide sesuai topik

 Menentukan paket pesan sebagai bahan dis

 Memilih moderator sebagai pembuka diskusi

 Moderator mengajukan pertanyaan kepada peserta sesuai tujuan diskusi


 Menentukan dan mengornisasi kelompok peserta

 Menghadirkan partisipan kemudian berbagi tugas dengan mediator

 Melakukan pencatatan dan transkrip hasil rekaman

 Mengambil kesimpulan dari data rekaman transkrip dengan mengacu pertanyaan


dan tujuan diskusi

d. Metode Analisis Semiotik  Analisis Semiotik adalah metode untuk menganalisis dan

memberikan makna terhadap tanda yang ada pada suatu sistem pesan

komunikasi.Tujuannya adalah melacak makna yang dibawa oleh teks dalam laporan

pertanggungjawaban yang berupa tanda-tanda.contoh kegiatan dalam penyusunan

laporan pertanggungjawaban berdasarkan data-data dari hassil wawancara,

pengamatan, FGD, dan interpretasi hasil analisis semiotik. 

Related:Makalah Pertanggungjawab Publik

 Metode Gabungan Kuantitatif-Kualitatif   

Menurut Louse G. White dan Robert P. Clark (1990:313) dalam Pawito (2009:87)

penggunaan metode ini memungkinkan memperoleh temuan-temuan yang lebih valid

ketimbang hasil yang diperoleh dengan hanya menggunakan satu metode.  Penelitian


dengan menggunakan metode survei dan metode in-depth interview akan memiliki

makna karena dapat menggali data secara lebih akurat dari responden secara

langsung. contohnya yaitu menyusun laporan pertanggungjawaban berdasarkan data-

data yang berasal dari perpaduan antara hasil penyebaran kuesioner secara langsung

kepada responden, melalui surat, telepon, email, atau dari hasil uji laboratorium dengan

data hasil wawancara, pengamatan, FGD, dan interpretasi hasi analisis semiotik 

Menurut Louse G. White dan Robert P. Clark (1990:313) dalam Pawito (2009:87)

penggunaan metode ini memungkinkan memperoleh temuan-temuan yang lebih valid

ketimbang hasil yang diperoleh dengan hanya menggunakan satu metode.  Penelitian

dengan menggunakan metode survei dan metode in-depth interview akan memiliki

makna karena dapat menggali data secara lebih akurat dari responden secara

langsung. contohnya yaitu menyusun laporan pertanggungjawaban berdasarkan data-

data yang berasal dari perpaduan antara hasil penyebaran kuesioner secara langsung

kepada responden, melalui surat, telepon, email, atau dari hasil uji laboratorium dengan

data hasil wawancara, pengamatan, FGD, dan interpretasi hasi analisis semiotik 

2.1.5. Penyampaian Pelaporan Pertanggungjawaban Publik 

1. Presentasi Penyampaian laporan pertanggungjawaban publik oleh pimpinan/Kepala

Pelaksana (Eksekutif) Organisasi, diawali dengan presentasi kepada lembaga

legislatif/parlemen. selain itu, teknik ini juga dapat dilakukan secara tatap muka

langsung dengan publik/konstituen atau forum kelembagaan organisasi yang telah

ditetapkan 

2. Publikasi Pertanggungjawaban pimpinan organisasi sektor publik kepada pihakpihak

yang berkepentingan juga dapat dilakukan melalui publikasi laporan


pertanggungjawaban. Media publikasi yang dapat digunakan antara lain televisi, media

cetak, dan radio. Misalnya : organisasi pemerintahan daerah diterbitkan laporan

pertanggungjawaban walikota kepada DPRD, pertanggungjawaban tersebut meliputi

perhitungan AOBD yang dilengkapi dengan Nota perhitungan APBD, Arus Kas, Neraca

Daerah sebelumnya dipisahkan antara pertanggungjawaban akhir tahun anggaran

dengan perhitungan APBD. contoh publikasi penerbitan laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD Kabupaten Sleman yang dipublikasikan di Surat Kabar Harian

Kedaulatan Rakyat

3. Pengiriman Surat laporan pertanggungjawaban organisasi dapat juga disampaikan

melalui pengiriman surat. surat ini berisi lapora pertanggungjawaban pihak pelaksana

atas program atau kegiatan yang diamanatkan oleh pemberi amanat/tanggung jawab. 

 2.1.5. CONTOH PERTANGGUNGJAWABAN DI ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

1. Pemerintah Pusat

Dalam rangka pertanggungjawaban Pengelolaan keuangan negara, pemerintah pusat

mengeluarkan laporan Realisasi APBN.

2. Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah dalam menyusun akuntabilitasnya harus transparan dan dapat

menyediakan informasi tentang pengelolaan keuangan daerah secara luas, sehingga

mudah diakses, diketahui, dan dievaluasi oleh pihakpihak yang berkepentingan serta
masyarakat luas.Akuntabilitas publik oleh pejabat pemerintah , baik pemerintah pusat

maupun daerah, sangat penting dan merupakan suatu keharusan, karena dalam

demokrasi perasanan rakyat sangat sentral, seperti ikut mengawasi jalannya

pemerintahan.pengawasan tersebut dapat dijalankan dengan baik apabila akuntabilitas

dilakukan secara transparan.  (contoh laporan pertanggungjawaban (terlampir)

3. LSM
Transparansi dan akuntabilitas LSM berarti lembaga tersebut harus melakukan

pencatatan keuangan dan memberikan laporan keuangan kepada konstituennya

sebagai bentuk akuntabilitas keuangan.laporan keuangan tersebut bisa dipublikasikan

secara umum untuk akuntabilitas internal pengurus dan kepada simpatisan pemberi

dana. jenis laporan yang dibuat LSM untuk tujuan akuntabilitas terutama adalah

Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, dan Laporan Arus Kas. contoh laporan

aktivitas LSM (terlampir)

4. Yayasan Organisasi Yayasan

mempunyai perbedaan dengan organisasi yang lain, yaitu cara memperoleh sumber

daya awal yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasionalnya.

Organisasi yayasan memperoleh sumber daya awal dari sumbangan para anggota dan

para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi

tersebut. akibat dari karakteristik tersebut, berbagai transaksi organisasi yayasan dapat

diidentifikasi.pada orgnanisasi yayasan tidak ada organisasi tersebut mendanai

kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atau jasa

yang diberikan kepada publik. akibatnya, pengukuran jumlah dan kepastian aliran

pemasukan kas menjadi ukuran penting bagi para pengguna laporan keuangan

organisasi tersebut. Contoh laporan tahunan (terlampir) 

5. Partai Politik

Partai politik juga harus menerapkan prinsip good political party governance yang

bertujuan agar partai-partai politik bersifat akuntabel dan transparan dalam pengelolaan

sumber daya keuangan, mengikuti aturan hukum dan etika politik. Di Indonesia,

kebanyakan pendapatan partai diperoleh dari sumbangan perorangan yang diberikan

secara langsung ke pimpinan partai politik. Hal ini menyulitkan pelacakan dana partai

dan menimbulkan permasalahan transparansi da akuntabilitas karena sumbangan

personel tersebut mungkin tidak tercatat atau tidak disampaikan ke dana partai yang

bersangkutan.  Jenis laporan keuangan yang perlu dibuat partai politik untuk tujuan
akuntabilitas adalah Laporan sumber penggunaan dana ( Laporan Aktivitas), Neraca,

Laporan Perubahan Aktiva Netto/Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas

Laporan Keuangan. Laporan sumber penggunaan dana menggambarkan sumber-

sumber dana partai, serta bagaimana penggunaannya oleh karena itu laporan ini

sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya sumbangan yang melebihi atau dilarang

oleh ketentuan perundang-undangan.


https://kakzaynul.blogspot.com/2018/11/makalah-pertanggungjawab-publik.html

http://mnchaniago.blogspot.com/2016/12/akuntansi-sektor-publik.html

http://azizkusumaaji.blogspot.com/2013/01/tugas-terstruktur-mata-kuliah-sistem.html

http://penerapangggdisektorpubliik.blogspot.com/2018/06/penerapan-good-government-governance-
di.html

https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2017/04/19/good-governance-of-publik-sector-and-
bureaucratic-performance-and-its-measurment/

Anda mungkin juga menyukai