Anda di halaman 1dari 3

Resum Respons auditor terhadap risiko yang dinilai

Nama: Akhmad Lutfi Hakim


NPM: 1620104031

Prosedur analitikal

Prosedur analitikal adalah salah satu prosedur Audit yang melibatkan analisis keterkaitan antara
data keuangan dan data non keuangan. Prosedur Analitikal juga menginvestigasi adanya
ketidaksesuaian antara data keuangan dan non-keuangan tersebut serta dengan bukti-bukti Audit
yang lainnya (Obaidullah, 2019)

Prosedur analitikal digunakan selama proses audit dan dilakukan untuk tiga tujuan utama :

a. Tinjauan analitikal awal - penilaian risiko


Tinjauan analitikal pendahuluan dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang bisnis
dan lingkungannya
b. Prosedur analitikal substantif
Prosedur analitikal digunakan sebagai prosedur substantif ketika auditor menganggap
bahwa penggunaan prosedur analitis bisa lebih efektif atau efisien dari pada pengujian
perincian dalam mengurangi risiko salah saji material pada tingkat asersi ke level yang dapat
diterima rendah
c. Review analitikal akhir
Prosedur analitikal dilakukan sebagai tinjauan keseluruhan atas laporan keuangan pada akhir
audit untuk menilai apakah mereka konsisten dengan pemahaman auditor tentang entitas
tersebut

Kelangsungan Usaha

Berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, suatu entitas dipandang bertahan dalam bisnis untuk masa
depan yang dapat diprediksi. Laporan keuangan bertujuan umum disusun atas suatu basis
kelangsungan usaha, kecuali manajemen bermaksud untuk melikuidasi entitas atau menghentikan
operasinya, atau tidak memiliki alternatif yang realistis selain melakukan tindakan tersebut di atas
(Nafisah , 2017). Tanggung Jawab Penilaian atas Kemampuan Entitas untuk Mempertahankan
Kelangsungan Usahanya

Cretaive Accounting

Kata creative accounting terdiri dari 2 kata yaitu “creative” yang artinya kebolehan seseorang
menciptakan ide baru yang efektif, dan kata “akuntansi” itu artinya pembukuan tentang financial
events yang senantiasa berusaha untuk setia kepada kondisi keuangan yang sebenarnya (faithful
representation of financial events). Creative accounting menurut (Amat, Blake, & Downs, 1999)
adalah sebuah proses dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan
akuntansi (termasuk didalamnya standar, teknik dsb.) dan menggunakannya untuk memanipulasi
pelaporan keuangan, sedangkan (Breton & Stolowy, 2000) menyebut creative accounting
merupakan bagian dari “accounting manipulation” yang terdiri dari “earning management”, “income
smoothing” dan “creative accounting” itu sendiri.

Tujuan dan Alasan Cretive Accounting

Tujuan-tujuan seseorang melakukan creative accounting bermacam-macam, diantaranya adalah


untuk pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman baru, atau mempertahankan
pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan syarat-syarat tertentu, mencapai target yang
ditentukan oleh analisis pasar, atau mengecoh pemegang saham untuk menciptakan kesan bahwa
manajemen berhasil mencapai hasil yang cemerlang.

Adapun alasan menggunakan Creative Accounting adalah sebagai berikut :

1. Keragaman perlakuan akuntansi berasal dari fleksibilitas pelaporan keuangan, karena standar
akuntansi memungkinkan hal ini. Menurut standar ini, perusahaan dapat secara fleksibel
memilih dan menerapkan berbagai model pengukuran. Oleh karena itu, perusahaan yang
bergerak di area bisnis yang sama dapat memberikan laporan yang berbeda. Begitu pula untuk
transaksi keuangan, kondisi ekonomi yang ada tidak selalu sama, sehingga untuk perusahaan
sejenis pun dapat digunakan model pengukuran yang berbeda.
2. Menerapkan prinsip akuntansi secara aktif. Terkadang perusahaan akan secara aktif
mengadopsi PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) agar kinerja laporan keuangannya
terlihat lebih menarik dan lebih baik, dari pada menggunakan PSAK yang fleksibel untuk
menampilkan laporan keuangan yang wajar.
3. Untuk alasan manajemen pendapatan, entitas berusaha untuk menunjukkan pendapatan yang
stabil atau stabil di setiap periode pelaporan. Menurut keadaan saat ini, pengelolaan
pendapatan dapat dilakukan dengan cara menunda atau mempercepat pendapatan atau
pengeluaran.
4. Perusahaan sering mendistorsi laporan keuangan karena beberapa alasan. Termasuk: tujuan
tinggi yang ditetapkan oleh pemegang saham dan kebijakan ketat yang ditetapkan oleh badan
pengatur. Justru karena alasan terakhir inilah banyak manajemen perusahaan yang pada
akhirnya melanggar rule of law.

Teknologi Informasi dan Penilaian Resiko

Penggunaan teknologi informasi terutama di sektor perbankan saat ini telah menjadi suatu
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan bisnisnya. Bahkan penggunaan teknologi informasi ini
menjadi suatu keunggulan daya saing bisnis. Pelayanan nasabah melalui telepon genggam, internet,
penggunaan kartu transaksi, ATM dan lain-lain dewasa ini bukanlah hal yang ekslusif lagi. Namun
demikian risiko selalu mengiringi. Penggunaan teknologi informasi juga membawa konsekwensi
risiko. Banyak kejadian/kasus yang terjadi akibat penggunaan teknologi informasi yang merugikan
terutama bagi kepentingan nasabah. Penipuan, pembobolan rekening sampai tindakan hacking
menjadi bagian risiko penggunaan teknologi informasi di perbankan. Potensi risiko ini menjadi
perhatian Bank Indonesia sebagai regulator perbankan dengan menerbitkan peraturan yang
mewajibkan manajemen bank untuk menerapkan manajemen risiko atas penggunaan teknologi
informasi. Dalam peraturan tersebut, disebut-sebut pula peranan fungsi internal audit bank.

Risk Control System

Ruang lingkup peranan SKAI dalam penerapan manajemen risiko di bank umum seperti disebutkan
di atas secara umum mensyaratkan bahwa SKAI wajib melakukan penilaian.terhadap sistem
pengendalian intern yang terkait dengan penerapan manajemen risiko atau umumnya disebut Risk
Control System. Dalam metodologi risk assessment, umumnya risiko yang diukur adalah residual risk
atau risiko yang tersisa. Residual risk ini merupakan hasil dari risiko yang melekat (inherent risk) dari
usaha yang dilaksanakan bank setelah diperhitungkan mitigasinya dengan risk control system yang
ada/diterapkan.

Big Data dan Analisis


Data Big data yaitu istilah umum untuk segala himpunan data dalam jumlah yang sangat besar,
rumit dan tak terstruktur sehingga menjadikannya sukar ditangani apabila hanya menggunakan
perkakas manajemen basis data biasa atau aplikasi pemroses data tradisional belaka. Big data juga
dapat diartikan juga sebagai pertumbuhan data dan informasi yang eksponensial dengan kecepatan
dalam pertambahannya dan memiliki data yang bervariasi sehingga menyebabkan tantangan baru
dalam pengolahan sejumlah data besar yang heterogen dan mengetahui bagaimana cara
memahami semua data tersebut.

Big Data dalam Audit

Big data memberikan kontribusi penting di bidang audit. Ini berguna untuk auditor dengan
meningkatkan kualitas bukti audit dan memfasilitasi pendeteksian kecurangan. Salah satu potensi
penggunaan big data yang paling berguna adalah kemampuannya untuk menyediakan audit
berbasis populasi, yang hasilnya harus menghasilkan bukti audit yang lebih relevan. Misalnya, jika
auditor memiliki akses ke catatan lengkap piutang klien, pemeriksaan menyeluruh (misal,
Keberadaan, konfirmasi, koleksi) dapat dilakukan untuk mengurangi bias dari pengambilan sampel.
Selain itu, volume tinggi seperti itu memungkinkan perusahaan audit untuk stratifikasi piutang
berdasarkan variabel perbedaan (misal, Jumlah transaksi, waktu, lokasi) dan membuat
perbandingan di seluruh kelompok yang bertingkat untuk menemukan pola dan memperoleh
wawasan yang lebih bermakna.

Selain itu, big data dapat meningkatkan efisiensi analitisis data secara keseluruhan, termasuk
analisis deskriptif, diagnostik, prediktif, dan preskriptif. Analisis ini dapat memberikan statistik
deskriptif pada seluruh populasi, menawarkan bukti audit pada skala yang lebih besar dan lebih
lengkap, membangun koneksi antara laporan keuangan dan operasi bisnis aktual, dan
mengidentifikasi potensi tanda bahaya.

Analisis Data

Pertumbuhan data yang sangat cepat serta aksesibilitas yang semakin mudah merupakan
keuntungan yang sangat besar bagi para penggunanya. Namun, data hanya sekadar data dan tidak
bisa digunakan apabila tidak “diterjemahkan”. Tantangan yang dihadapi auditor sebagai salah satu
pengguna big data adalah bagaimana data yang besar tersebut disimpan, dikelola, dan
dimanfaatkan? Jawabannya adalah dengan melakukan big data analytics, yaitu strategi menganalisis
big data untuk mengungkap pola dan koneksi yang mungkin tidak terlihat sehingga dapat
memperoleh wawasan dan informasi berharga untuk kemudian menjadi sebuah insight dan
membantu dalam membuat keputusan

Anda mungkin juga menyukai