Tugas 3 diketik dengan huruf Time New Roman 12, Spasi 1,25 dalam format PDF.
Selamat mengerjakan.
KONSEP MATERIALITAS
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang
dilihat dari keadaan yang melingkupnya, dapat mengakibatkan perubahan atas suatu
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi itu,
karena adanya penghilangan atau salah saji itu. Hal itu mengharuskan auditor untuk
mempertimbangkan keadaan yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi pihak
yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.
Contohnya, jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas tertentu mungkin tidak
material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang berbeda.
Maka, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun modal kerja lebih rendah
bagi perusahaan yang berada dalam situasi bangkrut bila dibandingkan dengan suatu
perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1.
Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan
(guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan
auditan adalah akurat. Hal ini karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi
manfaat yang dihasilkan. Karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan
keyakinan berikut ini :
Aad dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:
1. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh
auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.
2. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah
pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
Contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor adalah,
1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
o Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan
o Total aktiva dan ekiutas pemegang saham dalam neraca
2. Faktor kualitatif seperti:
o Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum dan kecurangan
o Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada
tingkat minimum tertentu.
o Adanya gangguan dalam trend laba
o Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan
Sebagai contoh, auditor memutuskan kombinasi salah saji berjumlah 8 % dari laba bersih
sebelum pajak dipandang material untuk laporan laba-rugi, dengan memperhatikan faktor
kualitatif dalam salah saji tersebut. Oleh karena itu, jika kombinasi salah saji kurang dari 3 %,
auditor akan memandang sebagai salah saji yang tidak material, dengan memperhatikan
faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Salah saji berada diantara 3 % dan 8 %
memerlukan pertimbangan auditor untuk memutuskan materialitasnya. Jika misalnya, laba
bersih sebelum pajak yang dipakai sebagai jumlah kunci berjumlah Rp 100 juta, maka batas
materialitas (materiality border) untuk laporan laba-rugi berada dalam kisaran :
Contoh berikut ini menunjukan batas materialitas yang ditentukan oleh auditor :
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
laporan keuangan, karena pendapat auditor atas lapoaran sebagai keseluruhan dan tingkat
saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan
menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan
1. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji
5 % sampai 10 % dari laba sebelum pajak.
2. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji
½ % sampai 1 % dari total aktiva.
3. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji
1 % dari total pasiva.
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam
saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat
saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
Materialitas adalah salah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor
mengenai kecukupan (kuantitas yang diperlukan) bahan bukti. Ada perbedaan antara istilah
materialitas dengan saldo akun material. Contohnya, secara umum adalah benar mengatakan
bahwa semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan
(hubungan terbalik). Secara umum juga benar untuk mengatakan bahwa semakin besar atau
semakin signifikan suatu saldo akun, maka semakin besar jumlah bukti yang diperlukan
(hubungan langsung).
RISIKO AUDIT
Risiko audit (audit risk) adalah risiko bahwa auditor mungkin tanpa sengaja telah gagal untuk
memodifikasi pendapat secara tepat mengenai laporan keuangan yang mengandung salah saji
material. Terdapat 3 komponen risiko audit sebagai risiko bawaan, risiko pengendalian, dan
risiko deteksi. Konsep resiko audit terutama penting saat auditor mempertimbangkan tingkat
yang tepat untuk resiko deteksi ketika merencanakan prosedur audit untuk mengaudit sutu
asersi. Semakin rendah penilaian risiko bawaan dan risiko pengendalian, semakin tinggi
tingkat yang dapat diterima untuk risiko deteksi.
Model resiko audit mengekspresikan hubungan antara komponen-komponen resiko audit sbb
:
AR = IR x CR x DR
Terdapat banyak jenis pengujian kuantitatif, salah satunya model resiko audit yang diperluas
yang membagi risiko deteksi menjadi 2 komponen. Hubungan antara komponen-komponen
risiko audit dapat diekspresikan sbb :
AR = IR x CR x AP x TD
AP = risiko yang berkaitan dengan risiko pengujian terinci /pengujian transaksi atau
pengujian saldo
Model risiko audit yang diperluas menyediakan auditor suatu alat untuk mempertimbangkan
keyakinan yang diperoleh dengan melaksanakan prosedur analitis. Hal ini memungkinkan
auditor untuk mempertimbangkan keyakinan yang diperoleh baik dari prosedur audit top
down maupun bottom up. Dalam praktik, banyak auditor tidak menyelesaikan secara
matematis model resiko. Namun untuk menetapkan risiko audit pada suatu tingkat tertentu,
semakin tinggi tingkat yang diperkirakan untuk risiko bawaan, risiko pengendalian, risiko
prosedur analitis, semakin rendah tingkat risiko yang dinilai untuk pengujian terinci.
Beberapa auditor yang menggunakan ekspresi nonkuantitatif untuk risiko menggunakan suatu
matriks komponen risiko. Studi mengenai matriks ini menunjukkan bahwa konsisten dengan
model resiko audit, yaitu bahwa tingkat risiko deteksi yang dapat diterima berhubungan
secara terbalik dengan penilaian resiko bawaan, resiko pengendalian dan resiko prosedur
analitis. Matriks tersebut mengasumsikan bahwa resiko audit dibatasi pada suatu tingkat yang
rendah.
PROSEDUR ANALITIS
Menurut PSA 22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai “evaluasi atas informasi
keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan
nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi
auditor.” Definisi ini menekankan pada ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur
analitis dapat dilakukan dalam tiga kesempatan selama penugasan audit berlangsung yakni
saat perencanaan, pengujian dan penyelesaian audit.
Prosedur analitis merupakan prosedur yang paling murah. Perhatian harus diberikan pada
bagaimana prosedur analitis dapat membantu pencapaian risiko deteksi yang dapat diterima
sebelum memilih pengujian terinci. Pada saat hasil prosedur analitis sesuai dengan yang
diharapkan dan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, maka tidak perlu dilakukan
pengujian terinci.
Dalam audit atas laporan keuangan, Prosedur analitis menjadi bukti audit yang sangat penting
karena dilakukan pada 3 (tiga) tahapan audit yaitu pada waktu perencanaan, pengujian
substantif dan pada waktu penyelesaian audit. Menurut Arens dan Loebbecke, tujuan dari
prosedur analitis dalam audit atas laporan keuangan adalah:
Auditor harus mendapatkan pengetahuan mengenai sifat industri dan usaha auditan sebagai
bagian dari perencanaan audit. Dengan melaksanakan prosedur analitis di mana informasi
laporan keuangan yang belum diaudit dibandingkan dengan informasi laporan keuangan
tahun lalu yang telah diaudit, perubahan yang terjadi dapat teridentifikasi. Perubahan-
perubahan ini dapat mewakili kecenderungan-kecenderungan yang penting atau kejadian-
kejadian tertentu dimana semuanya akan mempengaruhi perencanaan audit. Sebagai contoh
penambahan saldo dari aktiva tetap mungkin mengindikasikan perolehan signifikan yang
harus diperiksa.
Prosedur analitis berguna sebagai indikasi jikalau auditan sedang mengalami masalah
keuangan. Beberapa prosedur analitis akan sangat membantu auditor dalam memperkirakan
kemungkinan kegagalan keuangan. Sebagai contoh jika terjadi kombinasi antara
perbandingan di atas normal dari hutang jangka panjang dengan kekayaan bersih dan
perbandingan di bawah rata-rata dari penghasilan dengan total aktiva, maka risiko kegagalan
keuangan yang tinggi mungkin terindikasi. Hal ini bukan hanya mempengaruhi perencanaan
audit, tetapi mempengaruhi modifikasi laporan audit jika prosedur analitis ini dilakukan pada
tahap penyelesaian.
Perbedaan yang signifikan antara data keuangan yang belum diaudit dengan data lain yang
digunakan sebagai pembanding, sering disebut fluktuasi yang tidak biasa (unusual
fluctuations). Fluktuasi yang tidak biasa terjadi ketika perbedaan signifikan yang seharusnya
tidak muncul tetapi ada dalam laporan keuangan, atau perbedaan yang seharusnya muncul
tetapi tidak ada. Pada dua kasus ini, satu alasan yang mungkin untuk fluktuasi yang tidak
biasa ini adalah kesalahan pencatatan akuntansi. Karena itu apabila fluktuasi yang tidak biasa
ini terjadi dalam jumlah besar, auditor harus menemukan alasan sehingga mendapatkan
keyakinan bahwa penyebabnya adalah kejadian ekonomi yang valid dan bukan karena adanya
salah saji.
Ketika prosedur analitis tidak mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, maka
kemungkinan adanya salah saji yang material telah berkurang. Dalam kasus ini, prosedur
analitis adalah bagian dari bukti substantif yang mendukung penyajian secara layak atas
akun-akun yang berkaitan, dan memungkinkan untuk melaksanakan pengujian terinci yang
lebih sedikit atas akun-akun tersebut. Dengan kata lain beberapa prosedur audit tertentu dapat
dihapuskan, jumlah sampel dapat dikurangi, atau waktu pelaksanaan prosedur audit ini dapat
dipindahkan lebih jauh dari tanggal neraca.
Lebih lanjut Konrath menjelaskan bahwa jenis-jenis penerapan prosedur analitis antara lain
adalah:
Laporan keuangan dengan ukuran yang biasa menyajikan semua unsur laporan keuangan
dalam bentuk persentase terhadap sebuah dasar yang biasa (common base). Sebagai contoh
dalam laporan keuangan semua aktiva dapat disajikan dalam persentase terhadap total aktiva.
Contoh analisis vertical adalah setelah menyusun beberapa paket laporan keuangan dengan
ukuran
yang biasa, auditor mencoba menyusun perkiraan auditor dengan menganalisa hubungan-
hubungan antar data dalam periode audit. Contoh yang lain dari analisis vertikal adalah
auditor dapat memeriksa laporan kinerja dan menyelidiki varian yang signifikan dari
anggaran.
Analisis rasio membandingkan hubungan-hubungan antara saldo akun. Meskipun analisa ini
lebih berguna ketika membandingkan auditan dengan organisasi lain, auditor harus juga
mengamati perubahan dalam rasio untuk suatu kurun waktu tertentu. Berkaitan dengan jenis-
jenis penerapan prosedur analitis, Arens dan Loebbecke mengemukakan bahwa prosedur
analitis terdiri dari 5 (lima) jenis yaitu:
Seperti dinyatakan di bagian sebelumnya, prosedur analitis dilakukan dalam 3 (tiga) tahap
yang berbeda dalam audit yaitu: (1) tahap perencanaan untuk membantu auditor memahami
usaha auditan dan menentukan bukti lain yang diperlukan untuk memenuhi risiko audit yang
dapat diterima; (2) selama pelaksanaan audit secara khusus selama pengujian substantif; (3)
pada akhir audit sebagai pengujian kelayakan yang terakhir. Prosedur analitis yang dilakukan
selama pengujian substantif lebih terfokus dan lebih luas daripada yang dilakukan di tahap
lainnya. Prosedur analitis yang menggunakan saldo bulanan akan lebih efektif dalam melacak
salah saji daripada prosedur analitis yang menggunakan saldo tahunan, dan perbandingan
antara perusahaan yang sama jenis usahanya akan lebih efektif daripada perbandingan dengan
seluruh perusahaan (companywide). Ketika auditor berencana untuk menggunakan prosedur
analitis sebagai bagian dari pengujian substantif untuk mendapatkan keyakinan, adalah hal
yang penting bahwa data yang digunakan dalam perhitungan adalah data yang cukup dan
dapat diandalkan.
Pemahaman yang jernih tentang syarat-syarat penugasan harus dimiliki oleh klien dan KAP.
SAS 108 (AU 310) mensyaratkan bahwa auditor harus mendokumentasikan pemahamannya
dengan klien dalam surat penugasan (engagement letter), meliputi tujuan penugasan,
tanggung jawab auditor dan manajemen, serta batasan-batasan penugasan. Auditor
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, termasuk staf penugasan dan setiap
spesialis audit yang diperlukan. Setelah memahami alasan klienuntuk melakukan audit ,
auditor harus mengembangkan startegi audit pendahuluan. Strategi ini harus
mempertimbangkan sifat klien , termasuk bidang-bidang dimana terdapat risiko saah saji
yang signifikan yang lebih besar. Auditor juga harus mempertimbangkan factor-faktor
lainnya,seperti jumlah lokasi klien dan keefektifan pengendaian klien dimasa lalu, dalam
mengembangkan pendekatan audit pendahuluan. Strategi yang terencana akan membantu
audito menentukan sumber daya yang diperlukan dalam penugasan itu.
“Audit harus dilaksankan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
memadai sebagai auditor”
Kegunaan prosedur analitis sebagai bukti audit sangat bergantung pada auditor
yang mengembangkan ekspektasi tentang beberapa saldo akun atau rasio yang harus dicatat,
tanpa memperhatikan jenis prosedur analitis yang digunakan auditor mengembangkan
ekspektasi menyangkut saldo akun atau rasio dengan mempertibangkan informasi dari
periode sebelumnya, tren industry, ekspektasi anggaran yang disiapkan klien, dan informasi
nonkeuangan. Biasanya auditor membandingkan saldo dan rasio klien dengan saldo dan rasio
yang diharapkan dengan menggunakan satu atau lebih jenis prosedur analitis berikut. Dalam
setiap kasus, auditor membandingkan data klien dengan:
1. Data industry.
2. Data periode sebelumnya yang serupa.
3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien.
4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor.
5. Hasil yang diharapkan dengan menggunakan data nonkeuangan.
Membandingkan data klien dengan hasil yang diharapkan yang ditentukan klien
Kebanyakan perusahaaan menyiapkaan anggaraan (budghets) untuk berbagai aspek
operasi dan hasil keuangannya. Karena anggaran merupakan ekspektasi klien selama periode
berjalan, auditor harus menyelidiki perbedaan yang paling signifikan antra hasil yang
dianggarkan dengan hasil aktual, karena area ini dapat mengandung salah saji yang potensial,
jika tidak ad perbedaan, salah saji tidak mungkin terjadi.apabila data klien dibandingkan
dengan anggaran, ada dua kepentingan khusus;
Kepentingan pertama,auditor harus mengevaluasi apakah anggaran itu merupakan rencana
yang realistis.
Kepentingan kedua adalah kemungkinan bahwa informasi keuangan saat ini telah diubah oleh
personil klien agar sesuai dengan anggaran.
Membandingkan data klien dengan hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor
Perbandingan umum lainnya antara data klien dengan hasil yang diharapkan terjadi
ketika auditor menghitung saldo yang diharapkan untuk dibandingkan dengan saldo aktual.
Pada jenis prosedur analitis ini, auditor membuat estimasi tentang rupa saldo akun yang
seharusnya dengan menghubungkannya dengan beberapa akun neraca atau akun laporan laba-
rugi lainnya, atau membuat proyeksi berdasarkan beberapa tren historis. Berikut ini ada dua
contohnya:
1. Auditor dapat melakukan perhitungan independent terhadap beban bunga atas wesel
bayar jangka panjang dengan mengalikan saldo akhir bulan wesel bayar dengan suku
bunga rata-rata bulanan. Estimasi independent ini didasarkan pada pengujian atas
kelayakan beban bunga yang tercatat.
2. Auditor dapat menghitung rata-rata bergerak dari penyisihan piutang tak tertagih sebagai
persentase piutang usaha kotor, dan kemudian menerapkannya pada saldo piutang usaha
kotor pada akhir taun audit. Denga menggunakan tren historis seperti ini, auditor dapat
menentukan nilai yang diharapkan untuk penyisihan tahun berjalan.
Membandingkan data klien dengan hasil yang diharapkan dengan menggunakan data
nonkeuangan
Andaikan anda sedang mengaudit sebuah hotel, anda dapat mengembangkan ekspektasi
atas total pendapatan dari kamar hotel dengan mengalikan jumlah kamar dengan tariff setiap
kamar, tarif harian rata-rata untuk setiap kamar, dan tingkat hunian rata-rata. Anda kemudian
dapat membandingkan estimasi anda dengan pendapatan yang tercatat sebagai pengujian atas
kelayakan pendapatan yang tercatat. Pendekatan yang sama juga dapat diterapkan untuk
melakukan estimasi dalam situasi lain, seperti pendapatan uang kuliah di universitas (rata-
rata uang kuliah dikali pendaftar), penggajian pabrik (total jam kerja dikali tarif upah), dan
biaya bahan yang dijual (unit yang terjual dikali biaya bahan per unit). Namun kepentingan
utama dalam menggunakan data non-keuangan terletak pada keakuratan data. Pada contoh
hotel, anda tidak boleh menggunakan perhitunganyang diestimasikan atas pendapatan hotel
sebagai bukti audit kecuali anda yakin dengan kelayakan perhitungan jumlah kamar, tariff
kamar rata-rata, dan tingkat hunian rata-rata. Jadi, jelas bahwa ketepatan tingkat hunian lebih
sulit untuk diefaluasi ketimbang kedua item lainnya.