F0319042
Pengauditan I/D
MATERIALITAS
Materialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan
keuangan. SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas Adit dalam Pelaksanaan Audit mengharuskan auditor untuk
mempeertimbangkan materialitas dalam (1) perencanaan audit, dan (2) penilaian terhadap kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Konsep Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan
yang melingkupnya, dapat mengakibatkan perubahan atas suatu pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan terhadap informasi itu, karena adanya penghilangan atau salah saji itu. Hal itu
mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi
pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.
Contohnya, jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas tertentu mungkin tidak material dalam laporan
keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Maka, auditor dapat menyimpulkan bahwa
tingkat materialitas akun modal kerja lebih rendah bagi perusahaan yang berada dalam situasi bangkrut bila
dibandingkan dengan suatu perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1.
Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan (guarantee) bagi klien atau
pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat. Hal ini karena akan
memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi manfaat yang dihasilkan. Karena itu, dalam audit atas laporan
keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini :
1. Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah
dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi.
2. Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk
memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa
laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material
karena kekeliruan dan kecurangan.
Aad dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:
1. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar
pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.
2. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas
laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya yang disebut
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat
pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang melingkupi berubah
(2) informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif berkaitan dengan hubungan salah saji
dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah
saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang
menimbulkan salah saji tersebut.
Contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor adalah,
1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan
Total aktiva dan ekiutas pemegang saham dalam neraca
2. Faktor kualitatif seperti:
Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum dan kecurangan
Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada tingkat
minimum tertentu.
Adanya gangguan dalam trend laba
Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan
Sebagai contoh, auditor memutuskan kombinasi salah saji berjumlah 8 % dari laba bersih sebelum pajak dipandang
material untuk laporan laba-rugi, dengan memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Oleh karena itu,
jika kombinasi salah saji kurang dari 3 %, auditor akan memandang sebagai salah saji yang tidak material, dengan
memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Salah saji berada diantara 3 % dan 8 % memerlukan
pertimbangan auditor untuk memutuskan materialitasnya. Jika misalnya, laba bersih sebelum pajak yang dipakai
sebagai jumlah kunci berjumlah Rp 100 juta, maka batas materialitas (materiality border) untuk laporan laba-rugi
berada dalam kisaran :
Contoh berikut ini menunjukan batas materialitas yang ditentukan oleh auditor :
1. Untuk total aktiva dalam neraca Rp 41 juta s.d Rp 100 juta
2. Untuk aktiva lancar Rp 25 juta s.d Rp 60 juta
3. Untuk total ekuitas pemegang saham dalam neraca Rp 15 juta s.d Rp 45 juta
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat laporan keuangan, karena
pendapat auditor atas lapoaran sebagai keseluruhan dan tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun
dalam mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, dengan membuat estimasi materialitas karena
terdapat hubungan terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan
jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan.
1. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 5 % sampai 10
% dari laba sebelum pajak.
2. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½ % sampai 1
% dari total aktiva.
3. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1 % dari total
pasiva.
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang
dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan
dengan istilah saldo akun material.
Alokasi Materialitas laporan Keuangan ke Akun
Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu
dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut.
RISIKO AUDIT
Resiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor
dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya. Jika diinginkan
tingkat kepastian 99 %, risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya adalah 1 %,
Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun
1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan (sesuai
dengan definisi risiko audit yang disajikan diatas).
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang dicantumkan
dalam laporan keuangan.
1) Risiko Bawaan. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait.
2) Risiko Pengendalian. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang
tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
3) Risiko Deteksi. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
materialyang terdapat dalam suatu asersi.
Penggunaan Informasi Risiko Audit
Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk menetapkan jumlah bukti
audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian saldo akun tertentu.
Dalam menaksir risiko deteksi dalam audit atas sediaan, auditor melakukan pertimbangan:
1. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko audit individual untuk akun Sediaan pada tingkat 5 %
( karena risiko audit secara keseluruhan juga diterapkan sebesar 5 % )
2. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko bawaan pada tingkat 60 %, karena akun Sediaan bersaldo
besar, beberapa perhitungan rumit, frekuensi transaksi yang berkaitan dengan akun Sediaan adalah
tinggi.
3. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko pengendalian sebesar 30 % karena pengendalian klien
efektif berdasarkan hasil pengujian pengendalian yang dilakukan dalam audit tahun yang lalu.
Berdasarkan pertimbangan auditor diatas, risiko deteksi ditentukan sebesar :
= 0,05
0,60 x 0,30
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada,
terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan
prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang
terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian.
Semakin kecil risiko bawaan danr risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang
dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor,
semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit digambarkan sebagai berikut :
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus
menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang
dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu dari
tiga cara berikut ini :
Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.
Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.
Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-
sama.
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat unsur berikut ini :
Auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan menggunakan pengujian substantif dan
auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern. Keuntungannya:
Hanya terdapat sedikit (jika ada) kebijakan atau prosedur pengendalian intern yang relevan dengan
perikatan audit atas laporan keuangan.
Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk akun dan golongan
transaksi signifikan tidak efektif.
Peletakkan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk asersi tertentu.
Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai
akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.
Pebandingan Dua Strategi Audit Tersebut