NIM : 40011121060056
Prodi : D3 Administrasi Pajak’21
Mata Kuliah : Auditing
Kelas :B
Dosen Pengampu : Deddy Sulestiyono, S.E., S.T., M.M.
Learning Journal
Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Awal
MATERIALITAS
Pengertian materialitas merupakan besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dapat dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan informasi atas pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya salah saji tersebut.
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien atau
pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan audit adalah akurat karena
auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang
diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat,
diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya kedalam laporan keuangan. Oleh
karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance)
sebagai berikut:
1. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam
laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan
dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pedapat atas laporan
keuangan audit.
3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan
informasi, dalam hal terdapat pengecualian), bahwa laporan keuangan sebagai
keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena
kekeliruan dan ketidakberesan.
Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh auditor
yaitu konsep materialitas yang menunjukkan sebesar besar salah sajinya, dan konsep risiko
audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas
laporan keuangan yan sebenarnya berisi salah saji material
1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan seperti:
a. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
b. Total aktiva dalam neraca.
c. Total aktiva lancar dalam neraca.
d. Total ekuitas pemegang saham dalam neraca.
2. Faktor kualitatif, seperti:
a. Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum.
b. Kemungkinan terjadinya ketidakberesan.
c. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan pada tingkat
minimum tertentu.
d. Adanya gangguan terhadap trend laba.
e. Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
berikut ini:
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas
pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini:
RISIKO AUDIT
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA Seksi
312 Risiko audit dan materialitas dalam pelaksanaan audit, risiko audit adalah risiko yang
terjadi dalam hal auditor, tampa disadari, tidak dimodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti
auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia
untuk menanggungnya.
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar
bukti yang diperoleh dari verifikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara individual
atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo
akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan
pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.
Risiko audit pada tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo akun
Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketetapan informasi yang
disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan baik
materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak dimodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit,
seperti materialitas, dibagi menjadi 2 bagian:
Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk
menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian
saldo akun tertentu. Beberapa auditor lebih menyukai pertimbangan kualitatif dalam
menaksir berbagai macam risiko yang membentuk risiko audit. Disamping itu, penggunaan
pendekatan kuantitatif memaksa auditor untuk memikirkan dengan mendalam berbagai
pertimbangan auditnya.
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang
disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh
keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan
risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian
yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya,
semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor,
semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut:
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor akan menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dab mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari 3 cara berikut ini:
a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit
yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, semetara itu, tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor
dapat memilih strategi audit dalam perencanaan audit atas asersi individual atau sekelompok
asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan terutama substantif
(primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah
(lower assessed level of control risk approach).
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat
unsur berikut ini:
Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan
menggunkana pengujian sunstantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau tidak
mempercayai pengendalian intern. Pendekatan ini biasanya mengakibatkan penaksiran risiko
pengendalian pada tingkat atau mendekati maksimum.