Anda di halaman 1dari 7

Nama : Diah Ayu Seila Ardani

NIM : 40011121060056
Prodi : D3 Administrasi Pajak’21
Mata Kuliah : Auditing
Kelas :B
Dosen Pengampu : Deddy Sulestiyono, S.E., S.T., M.M.

Learning Journal
Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Awal

MATERIALITAS

Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan


lapangan dan standar pelaporan, oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang
mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. Dalam SA Seksi 319
Materialitas mempertimbangkan perencanaan audit dan penilaian terhadap kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Apabila terdapat salah saji, maka akan mempengaruhi kewajaran penyajian laporan
keuangan.

Pengertian materialitas merupakan besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dapat dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan informasi atas pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya salah saji tersebut.

Pentingnya konsep materialitas dalam audit atas laporan keuangan

Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien atau
pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan audit adalah akurat karena
auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang
diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat,
diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya kedalam laporan keuangan. Oleh
karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance)
sebagai berikut:
1. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam
laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan
dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pedapat atas laporan
keuangan audit.
3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan
informasi, dalam hal terdapat pengecualian), bahwa laporan keuangan sebagai
keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena
kekeliruan dan ketidakberesan.

Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh auditor
yaitu konsep materialitas yang menunjukkan sebesar besar salah sajinya, dan konsep risiko
audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas
laporan keuangan yan sebenarnya berisi salah saji material

Pertimbangan awal tentang materialitas

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan


auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif yang berkaitan
dengan hubungan salah saji dengan kewajaran angka keuangannya dan kualitatif yang
berkaitan dengan penyebab salah saji. Berikut ini adalah contoh pertimbangan kuantitatif dan
kualitatif yang dilakukan oleh auditor dalam mempertimbangkan materialitas

1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan seperti:
a. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
b. Total aktiva dalam neraca.
c. Total aktiva lancar dalam neraca.
d. Total ekuitas pemegang saham dalam neraca.
2. Faktor kualitatif, seperti:
a. Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum.
b. Kemungkinan terjadinya ketidakberesan.
c. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan pada tingkat
minimum tertentu.
d. Adanya gangguan terhadap trend laba.
e. Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
berikut ini:

a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas
pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini:

1. Materialitas pada tingkat laporan keuangan


Auditor menggunakan du acara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat
mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanaan audit. Meskipun demikian, sampai saat
ini tidak terdapat panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
tentang ukuran kuantitatif materialitas.
2. Materialitas pada tingkat saldo akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Meskipun
auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan, namun ia
harus melakukan audit terhadap akun-akun secara individual dalam mengumpulkan
bukti audit yang dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya atas laporan
keuangan audit. Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun,
auditor harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan
materialitas laporan keuangan.
3. Alokasi materialitas atas laporan keuangan ke akun
Apabila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan
dikuantifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat
diperoleh dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke akun secara
individual. Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus
dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut.
4. Penggunaan materialitas dalam mengevaluasi bukti audit
Hubungan antara materialitas dengan bukti audit

Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan


auditor tentang kuantitas (kecukupan) bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan
antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material
harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti
yang diperlukan. Semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo akun, semakin banyak
jumlah bukti yang diperlukan.

RISIKO AUDIT

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA Seksi
312 Risiko audit dan materialitas dalam pelaksanaan audit, risiko audit adalah risiko yang
terjadi dalam hal auditor, tampa disadari, tidak dimodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti
auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia
untuk menanggungnya.

Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar
bukti yang diperoleh dari verifikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara individual
atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo
akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan
pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.

Risiko audit pada tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo akun

Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketetapan informasi yang
disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan baik
materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak dimodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit,
seperti materialitas, dibagi menjadi 2 bagian:

1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai


keseluruhan
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.

Unsur risiko audit


1. Risiko Bawaan, adalah kerentaan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern yang terikat.
2. Risiko Pengendalian, adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian
intern entitas.
3. Risiko Deteksi, adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.

Penggunaan informasi risiko audit

Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk
menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian
saldo akun tertentu. Beberapa auditor lebih menyukai pertimbangan kualitatif dalam
menaksir berbagai macam risiko yang membentuk risiko audit. Disamping itu, penggunaan
pendekatan kuantitatif memaksa auditor untuk memikirkan dengan mendalam berbagai
pertimbangan auditnya.

Hubungan antar unsur Risiko

Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang
disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh
keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan
risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian
yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya,
semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor,
semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.

Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, Bukti Audit

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut:

1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor akan menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dab mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari 3 cara berikut ini:
a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit
yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, semetara itu, tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.

STRATEGI AUDIT AWAL

Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor
dapat memilih strategi audit dalam perencanaan audit atas asersi individual atau sekelompok
asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan terutama substantif
(primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah
(lower assessed level of control risk approach).

Unsur strategi audit awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat
unsur berikut ini:

a. Tingkat risiko pengendalian intern yang direncanakan.


b. Luasnya pemahaman atas atas struktur pengendalian intern yang diperoleh.
c. Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.
d. Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke
tingkat yang cukup rendah.

Pendekatan terutama substantif

Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan
menggunkana pengujian sunstantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau tidak
mempercayai pengendalian intern. Pendekatan ini biasanya mengakibatkan penaksiran risiko
pengendalian pada tingkat atau mendekati maksimum.

Pendekatan risiko pengendalian rendah


Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat
kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya
melaksanakan sedikit prngujian substantif.

Anda mungkin juga menyukai