PENGAUDITAN 1
Disusun Oleh :
Kelompok 5- Kelas B4
Yanuarius Palempangan (2207531139)
Gabriella Putri Hasiani Lumban Tobing (2207531140)
Prayzel Maxvredellio Abraham Jones (2207531144)
Dosen Pengampu:
Dr. I Ketut Budiartha, S.E., M.Si., Ak., CPA
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh
yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. Dalam SA Seksi 319
Risiko Audit dan Materialitas Audit dalam Pelaksanaan Audit mengharuskan auditor untuk
laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Pengertian Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan
terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
KEUANGAN
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi
klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah
akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam
tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah
keuangan. Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan
dikompilasi.
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan
disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan
ketidakberesan.
Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh
auditor yaitu konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besar salah sajinya dan konsep
risiko audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya
berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan
dan kualitatif yang berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara
kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang
menimbulkan salah saji tersebut. Berikut ini adalah contoh pertimbangan kuantitatif dan
1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti :
a. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
c. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
minimum tertentu.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat mengevaluasi bukti
audit dalam pelaksanaan audit. Meski demikian sampai saat ini, tidak terdapat panduan resmi
yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tentang ukuran kuantitatif materialitas.
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Meskipun auditor
memberikan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan, namun ia harus melakukan
audit terhadap akun-akun secara individual dalam mengumpulkan bukti audit yang dipakai
sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Dalam
dikuantifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh
dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut.
pertimbangan auditor tentang kuantitas (kecukupan) bukti audit. Dalam membuat generalisasi
hubungan antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo
akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar
jumlah bukti yang diperlukan. Semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo akun,
E. RISIKO AUDIT
Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit
adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang
atas dasar bukti yang diperoleh dari verifikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara
individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada
tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam
menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat
yang rendah.
SALDO AKUN
informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor
mempertimbangkan baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah
saji material. Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :
1. Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk)
keseluruhan. Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko
audit keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat
ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar,
Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
akun-akun secara individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun-akun
yang berkaitan. Risiko audit individual perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun
tertentu seringkali sangat penting karena besar saldonya atau frekuensi transaksi perubahan.
1. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur
2. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.
3. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah saji material
Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor
untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran
penyajian saldo akun tertentu. Beberapa auditor lebih menyukai pertimbangan kualitatif
dalam menaksir berbagai macam risiko yang membentuk risiko audit. Di samping itu,
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua
risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan
keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah
oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan
risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian
yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya,
semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor,
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas
tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit,
auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau
sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan terutama
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan
Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit
maksimum.
Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat