DOSEN PENGAMPU :
Yamasitha, SE, MM
DISUSUN OLEH :
Sri Nurul Mawaddah
19101155110296
Akuntansi 7
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK”
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pemeriksaan
Akuntansi I ini yang berhubungan dengan materi presentasi kami, yaitu
“Materialitas, Risiko Audit, dan Strategi Audit Awal” dengan tepat waktu. Tidak
lupa penyusun sampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Pemeriksaan
Akuntansi I yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan
makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pemeriksaan Akuntansi I. Dalam makalah ini memuat hal-hal yang berkaitan
dengan Materialitas, Risiko Audit dan Strategi Audit Awal. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan
yang dimiliki. Namun, penulis selaku penyusun juga adalah manusia biasa yang
tak luput dari kesalahan.
Makalah ini tentunya masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah
yang lain pada waktu mendatang.
Penyusun
Daftar Isi
Cover ..................................................................................................
Kata Pengantar ..................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................
BAB I Pendahuluan ...........................................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................
1.3 Tujuan ................................................................................
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai materialitas.
2. Agar mampu mengetahui pemahaman tentang risiko audit.
3. Untuk mengetahui pembahasan tentang stategi audit awal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Materialitas
Tanggung jawab auditor dalam laporan auditor independen mencakup dua
frasa, yaitu (1) memperoleh keyakinan yang memadai, (2) bebas dari kesalahan
penyajian material. Frasa Memperoleh keyakinan yang memadai dimaksudkan
untuk memberi informasi kepada pengguna laporan audit bahwa auditor tidak
menjamin kewajaran penyajian laporan keuangan. Ada sejumlah risiko bahwa
laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, walaupun auditor memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian. FrasaBebas dari kesalahan penyajian material
dimaksudkan untuk memberi informasi kepada pengguna laporan audit bahwa
tanggung jawab auditor terbatas pada informasi keuangan yang material saja.
Materialitas penting karena tidaklah praktis jika auditor harus memberikan
kepastian menyangkut jumla hyang tidak material.
A. Konsep Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan
ketepatan laporan audit yang harus dikeluarkan. FASB Concept Statement
2 mendefinisikan materialitas sebagai besarnya suatu penghapusan atau
salah saji informasi akuntansi yang dalam kaitannya dengan keadaan
sekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang
bergantung pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut. Dari definisi tersebut mensyaratkan
auditor untuk mempertimbangkan baik (1) keadaan yang berkaitan dengan
entitas dan (2) informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang bergantung
pada laporan keuangan yang diaudit.
Sedangkan SPAP (2013) mendefinisikan materialitas sebagai:
“Suatu jumlah yang ditetapkan oleh auditor, pada tingkat yang lebih
rendah daripada materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan,
untuk mengurangi ke tingkat rendah yang semestinya kemungkinan salah
saji yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi secara agregat melebihi
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan.”
d. Tipe-tipe Risiko
1. Risiko Deteksi Terencana
Risiko deteksi terencana (planned detection risk)
merupakan ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu
akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu
nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi, andaikan salah saji
semacam itu ada. Terdapat dua poin utama tentang risiko deteksi
terencana ini yaitu sebagai berikut :
Risiko ini tergantung pada ketiga faktor lainnya yang
terdapat dalam model. Risiko deteksi terencana hanya akan
berubah jika auditor melakukan perubahan pada salah satu
dari ketiga faktor lainnya tersebut.
Risiko ini menentukan nilai substantif yang direncanakan
oleh auditor untuk dikumpulkan, yang merupakan
kebalikan dari ukuran risiko deteksi terencana itu sendiri.
Jika nilai risiko deteksi terencana berkurang, maka auditor
harus mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk
mencapai nilai risiko deteksi yang berkurang ini.
2. Risiko Inheren
Risiko inheren (inheren risiko) merupakan suatu ukuran
yang dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya
kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji yang material
(kekeliruan atau kecurangan) dalam suatu segmen sebelum ia
mempertimbangkan keefektifan dan pengendalian intern yang ada.
Dengan mengasumsikan tiadanya pengendalian intern, maka risiko
inheren ini dapat dinyatakan sebagai kerentanan laporan keuangan
terhadap timbulnya salah saji yang material. Jika auditor, dengan
mengabaikan pengendalian intern, menyimpulkan bahwa terdapat
suatu kecenderungan yang tinggi atas keberadaan sejumlah salah
saji, maka auditor akan menyimpulkan bahwa tingkat risiko
inherennya tinggi.
Pengendalian intern diabaikan dalam menetapkan dalam
menetapkan nilai risiko inheren karena pengendalian intern ini
dipertimbangkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai
risiko pengendalian. Penilaian ini cenderung didasarkan atas
sejumlah diskusi yang telah dilakukan dengan pihak manajemen,
pemahaman yang dimiliki akan perusahaan, serta hasil- hasil yang
diperoleh dari tahun-tahun sebelumnya.
Hubungan antara risiko dengan risiko deteksi terencana
serta dengan bukti audit yang direncanakan adalah sebagai berikut :
risiko inheren saling berlawanan dengan risiko deteksi terencana
serta memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit.
Selain semakin meningkatnya bukti audit yang diperlukan
untuk suatu tingkat risiko inheren yang lebih tinggi dalam suatu
area audit tertentu, merupakan hal yang umum dilakukan pula
untuk menugaskan staf yang telah memiliki lebih banyak
pengalaman untuk melakukan audit pada area tersebut serta
melakukan riview yang lebih mendalam pada kertas kerja yang
telah selesai dibuat.
Sebagai contoh: jika risiko inheren atas keusangan
persediaan sangat tinggi, maka sangatlah masuk akal bila kantor
akuntan publik memilih staf yang berpengalaman untuk melakukan
sejumlah tes yang lebih mendalam atas keusangan persediaan ini
dan melakukan review yang lebih cermat atas hasil-hasil yang
diperoleh dari audit ini.
3. Risiko pengendalian
Risiko pengendalian (control risk) merupakan ukuran yang
digunakan oleh auditor untuk menilai adanya kemungkina bahwa
terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai salah saji
yang masi dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan tidak
terhadang atau tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang
dimiliki klien. Risiko pengendalian ini memperhatikan 2 hal
berikut:
penilaian tentang apakah pengendalian intern yang dimiliki
klien efektif untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya
salah saji.
kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa
berada di bawah nilai maksimum (100 persen) sebagai
bagian dari rencana audit yang dibuatnya.
Model risiko audit menunjukan hubungan yang erat antara
risiko inheren dan risiko pengendalian. Sama dengan yang terjadi
pada risiko inheren, hubungan antara risiko pengendalian dan
risiko deteksi terencana adalah saling berlawanan, sementara
hubungan antara risiko pengendalian dan bukti substantif
merupakan hubungan yang searah. Sebagai contoh, jika auditor
menyimpulkan bahwa pengendalian intern bersifat efektif, maka
nilai risiko deteksi terencana dapat meningkat sehingga jumlah
bukti audit yang direncanakan akan dikumpulkan akan turun.
Auditor dapat meningkatkan risiko deteksi terencana pada saat
pengendalian intern bersifat efektif karena pengendalian intern
yang efektif akan mengurangi kemungkinan hadirnya salah saji
dalam laporan keuangan.
Sebelum auditor dapat menetapkan nilai risiko pengendalian
kurang dari 100 persen, auditor harus memahami pengendalian
intern yang ada, dan berdasarkan pemahaman itu, auditor
melakukan evaluasi tentang bagaimana seharusnya fungsi
pengendalian intern tersebut, serta melakukan uji atas efektifitas
pengendalian intern tersebut. Hal pertama dari semua ini adalah
keharusan untuk memahami semua jenis audit. Dua hal terakhir
adalah langkah-langkah penilaian risiko pengendalian yang
diperlukan jika auditor memilih untuk memberikan nilai atas risiko
pengendalian supaya berada di bawah nilai maksimum.
5. Risiko kecurangan
Risiko kecurangan merupakan risiko selain 4 risiko di atas
dan risiko ini biasanya di perhitungkan di luar dari model risiko
audit. Karena risiko kecurangan secara konsep dan praktek sangat
sulit untuk dipisahkan faktor-faktornya ke dalam 4 jenis risiko di
atas. Kecurangan sendiri memiliki arti kesalahan penyajian yang
dilakukan secara sengaja dalam bentuk penggelapan aktiva dan
kecurangan pelaporan keuangan.
Untuk menilai risiko kecurangan, auditor mengumpulkan
informasi untuk menentukan luasnya keberadaan kondisi
kecurangan. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya risiko
kecurangan antara lain tekanan yang diterima manajemen baik
kelompok maupun individual, kesempatan yang tercipta, dan
perilaku manajemen untuk membiarkan terjadinya tindakan
ketidakjujuran tersebut.
3.1 Kesimpulan
Ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor,
yaitu konsep materialitas dan konsep risiko audit. Konsep materialitas
menunjukkan seberapa besar salah saji yang dapat diterima oleh auditor agar para
user laporan keuangan tdak terpengaruh dengan salah saji tersebut. Sedangkan
konsep risiko audit menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk
mengubah pendapatnya atas laporan keuangan walaupun terdapat salah saji
material.
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji suatu
informasi akuntasi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya. Dimana hal
tersebut dapat mengakibatkan perubahan atau pengaruh terhadap pertimbangan
pihak- pihak yang berkepentingan. Langkah-langkah dalam menerapkan
materialitas yaitu menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan, menentukan materialitas kinerja, mengestimasi total salah saji dalam
segmen, mengestimasi salah saji gabungan, serta membandingkan estimasi salah
saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau yang direvisi tentang
materialitas.
Resiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Tipe-tipe risiko terdapat 5 yaitu :
1) Risiko Deteksi Terencana, 2) Risiko inheren, 3) Risiko pengendalian, 4) Risiko
akseptibilitas audit, dan 5) Risiko kecurangan.
3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan dan
pembuatan makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu penulis harapkan kritik dan
saran dari pembaca dan dosen pengampu mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi I
ini dapat memberikan penulis motivasi, kritik dan saran yang membangun sebagai
bahan evaluasi makalah ini untuk kedepannya.
Daftar Pustaka
https://id.scribd.com/embeds/506184568/content?start_page=1&view_mode=scro
ll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
https://www.kja-sandibahari.com/materialitas-dan-risiko-audit-materiality-
and- audit-risk/
https://yuvinella.wordpress.com/2012/10/21/materialitas-risiko-dan-strategi-audit-
awal/
https://pdfcoffee.com/materialitas-resiko-audit-dan-strategi-audit-awal-pdf-
free.html
https://slideplayer.info/slide/13959652/