Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI I

“MATERIALITAS, RISIKO AUDIT DAN STRATEGI AUDIT


AWAL”

DOSEN PENGAMPU :
Yamasitha, SE, MM

DISUSUN OLEH :
Sri Nurul Mawaddah
19101155110296
Akuntansi 7

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK”
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pemeriksaan
Akuntansi I ini yang berhubungan dengan materi presentasi kami, yaitu
“Materialitas, Risiko Audit, dan Strategi Audit Awal” dengan tepat waktu. Tidak
lupa penyusun sampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Pemeriksaan
Akuntansi I yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan
makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pemeriksaan Akuntansi I. Dalam makalah ini memuat hal-hal yang berkaitan
dengan Materialitas, Risiko Audit dan Strategi Audit Awal. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan
yang dimiliki. Namun, penulis selaku penyusun juga adalah manusia biasa yang
tak luput dari kesalahan.
Makalah ini tentunya masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah
yang lain pada waktu mendatang.

Padang, Februari 2022

Penyusun
Daftar Isi

Cover ..................................................................................................
Kata Pengantar ..................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................
BAB I Pendahuluan ...........................................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................
1.3 Tujuan ................................................................................

BAB II Pembahasan ..........................................................................


2.1 Materialitas.........................................................................
2.2 Risiko Audit .......................................................................
2.3 Strategi Awal Audit ............................................................

BAB III Penutup ................................................................................


3.1 Kesimpulan ........................................................................
3.2 Saran ..................................................................................

Daftar Pustaka ...................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Audit merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh serta


mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa
ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Audit harus direncanakan
untuk diperoleh bahan bukti kompeten yang cukup dalam situasi saat itu,
membantu menekan biaya audit dan menghindari salah pengertian dengan klien.
Perencanaan audit memiliki beberapa langkah penting, yakni memperoleh
pemahaman tentang bisnis dan industri klien, melaksanakan prosedur analitis,
membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas, mempertimbangkan
risiko audit, mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan, dan
memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal. Materialitas mempunyai
pengaruh yang mencakup semua aspek dalam audit atas laporan keuangan.
Risiko audit merupakan risiko yang melekat pada kegiatan audit yang
merupakan ketidakpastian yang di alami oleh auditor berupa planned detection
risk, inherent risk, control risk dan engagement risk. Perencanaan audit dan
penilaian atas risiko merupakan hal yang sangat penting dalam proses audit untuk
menunjang kesuksesan audit untuk mengurangi risiko dan mencapai efektivitas
dan efisiensi kegiatan audit.
Oleh karena itu pentingnya Materialitas, risiko dan strategi audit awal
guna memeperlancar tugas seorang auditor serta sebagai bahan pertimbangannya
untuk selanjutnya akan dibahas pada bab II makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja hal-hal yang harus diketahui mengenai materialitas ?
2. Apa pembahasan yang harus diketahui tentang risiko audit?
3. Mengapa harus mempelajari strategi audit awal serta apa saja
pembahasannya ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai materialitas.
2. Agar mampu mengetahui pemahaman tentang risiko audit.
3. Untuk mengetahui pembahasan tentang stategi audit awal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Materialitas
Tanggung jawab auditor dalam laporan auditor independen mencakup dua
frasa, yaitu (1) memperoleh keyakinan yang memadai, (2) bebas dari kesalahan
penyajian material. Frasa Memperoleh keyakinan yang memadai dimaksudkan
untuk memberi informasi kepada pengguna laporan audit bahwa auditor tidak
menjamin kewajaran penyajian laporan keuangan. Ada sejumlah risiko bahwa
laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, walaupun auditor memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian. FrasaBebas dari kesalahan penyajian material
dimaksudkan untuk memberi informasi kepada pengguna laporan audit bahwa
tanggung jawab auditor terbatas pada informasi keuangan yang material saja.
Materialitas penting karena tidaklah praktis jika auditor harus memberikan
kepastian menyangkut jumla hyang tidak material.

A. Konsep Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan
ketepatan laporan audit yang harus dikeluarkan. FASB Concept Statement
2 mendefinisikan materialitas sebagai besarnya suatu penghapusan atau
salah saji informasi akuntansi yang dalam kaitannya dengan keadaan
sekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang
bergantung pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut. Dari definisi tersebut mensyaratkan
auditor untuk mempertimbangkan baik (1) keadaan yang berkaitan dengan
entitas dan (2) informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang bergantung
pada laporan keuangan yang diaudit.
Sedangkan SPAP (2013) mendefinisikan materialitas sebagai:
“Suatu jumlah yang ditetapkan oleh auditor, pada tingkat yang lebih
rendah daripada materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan,
untuk mengurangi ke tingkat rendah yang semestinya kemungkinan salah
saji yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi secara agregat melebihi
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan.”

B. Pentingnya Konsep Materialitas dalam Audit atas Laporan Keuangan


Audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan
bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan
keuangan auditan adalah akurat. Auditor tidak dapat memberikan jaminan
karena ia tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang
diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang telah
dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya
kedalam laporan keuangan. Oleh dalam audit atas laporan
keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini:
1) Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang
disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah
dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi.
2) Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah
mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar
memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan.
3) Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat
bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara
wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan
kecurangan.

C. Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas


Auditor mengikuti lima langkah yang saling terkait dalam menerapkan
materialitas, yaitu:
1) Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan
2) Menentukan materialitas kinerja
3) Mengestimasi total salah saji dalam segmen
4) Mengestimasi salah saji gabungan
5) Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan
pertimbangan pendahuluan atau yang direvisi tentang materialitas.
Dua langkah awal merupakan bagian dari perencanaan. Langkah 3
berlangsung selama penugasan, dimana auditor mengestimasi salah saji
dalam setiap segmen ketika sedang mengevaluasi bukti audit. Menjelang
akhir audit, yaitu selama tahap penyelesaian penugasan, auditor
menjalankan dua langkah terakhir. Ketiga langkah penutup ini merupakan
bagian dari pengevaluasian hasil pengujian audit.
D. Menentukan Materialitas Kinerja
Materialitas kinerja didefinisikan sebagai jumlah yang ditetapkan
oleh auditor kurang dari materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan demi menguranginya ke tingkat probabilitas yang rendah dan
tepat bahwa jumlah agregat dari salah saji yang belum dikoreksi dan tidak
terdeteksi melebihi materialitas untuk laporan keuangan sebagai
keseluruhan.
Menentukan materialitas kinerja diperlukan karena auditor
mengakumulasi bukti berdasarkan segmen daripada laporan keuangan
secara keseluruhan, dan tingkat materialitas kinerja membantu auditor
dalam memutuskan bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan. Untuk
saldo piutang sebesar $ 1.000.000, misalnya, auditor harus mengumpulkan
lebih banyak bukti jika salah saji $ 50, 000 dianggap material
dibandingkan jika $ 300,000 dianggap material.
Namun, jika auditor menetapkan tingkat materialitas yang sama
untuk setiap segmen audit yang ditugaskan untuk laporan keuangan secara
keseluruhan, kemungkinan akan ada kesalahan penyajian yang tidak
teridentifikasi yang melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan. Materialitas kinerja dapat bervariasi untuk berbagai kelas
transaksi, saldo akun, atau pengungkapan, terutama jika ada fokus pada
area tertentu.

E. Mengalokasikan Pertimbangan Pendahuluan tentang Materialitas ke


Segmen-Segmen
Alasan Mengacu pada proses menentukan materialitas kinerja
sebagai alokasi peertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke
segmen dalam diskusi kita yang berikut. Misalnya, kelebihan penyajian
piutang usaha sebesar $ 20.000 juga merupakan pernyataan penjualan
yang berlebihan sebesar $ 20.000. Jadi, tidak tepat mengalokasikan
pertimmbangan pendahuluan baik ke akun laporan laba rugi dan neraca
karena jika dilakukan akan menimbulkan perhitungan ganda. Karena
sebagian besar prosedur audit berfokus pada akun neraca, materialitas
biasanya hanya dialokasikan ke akun neraca.
Penentuan materialitas kinerja didasarkan pada pertimbangan
profesional dan mencerminkan jumlah kesalahan penyajian yang ingin
diterima auditor dalam segmen tertentu. Misalnya, jika auditor
memutuskan untuk mengalokasikan $ 100.000 dari total penilaian awal
tentang materialitas $ 200.000 ke piutang, ini berarti auditor bersedia
untuk mempertimbangkan piutang yang dinyatakan secara wajar jika salah
saji sebesar $ 100.000 atau kurang. Standar audit PCAOB mengacu pada
jumlah ini sebagai salah saji yang dapat ditoleransi, sedangkan standar
AICPA mendefinisikan salah saji yang dapat ditoleransi sebagai
penerapan materialitas kinerja pada prosedur pengambilan sampel tertentu.
Alokasi dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan
bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika auditor memiliki
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk setiap segmen,
pertimbangan tersebut akan membantu auditor dalam memutuskan bukti
audit yang tepat yang harus dikumpulkan.
Auditor menghadapi 3 kesulitan utama dalam mengalokasikan
materialitas ke akun-akun neraca:
1) Auditor memperkirakan akun-akun tertentu yang mengandung
lebih banyak salah saji dibanding akun-akun lainnya.
2) Baik lebih saji dan kurang saji harus dipertimbangkan
3) Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini

Dalam praktiknya, seringkali sulit untuk memprediksi sebelumnya


akun mana yang paling mungkin salah saji dan apakah salah saji
kemungkinan besar merupakan pernyataan berlebihan atau pernyataan
yang terlalu rendah. Demikian pula, biaya relatif untuk mengaudit saldo
akun yang berbeda seringkali tidak dapat ditentukan. Oleh karena itu,
pertimbangan profesional yang sulit untuk mengalokasikan pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas ke akun. Tujuan alokasi pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas ke akun-akun neraca adalah membantu
auditor memutuskan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan bagi setiap
akun dalam neraca serta laporan laba-rugi. Salah satu sasarannya adalah
meminimalkan biaya audit tanpa mengorbankan mutu audit. Tanpa
menghiraukan bagaimana alokasi dilakukan, apabila audit telah selesai,
auditor harus yakin bahwa salah saji gabungan dalam semua akun lebih
kecil dari atau sama dengan pertimbangan pendahuluan (atau yang
direvisi) tentang materialitas.

F. Mengestimasi Salah Saji dan Membandingkan dengan Pertimbangan


Pendahuluan
Ketika melaksanakan prosedur audit untuk tiap segmen audit,
auditor membuat kertas kerja untuk mencatat semua salah saji yang
ditemukan. Salah saji tersebut dapat dibedakan menjadi 2, yaitu salah saji
yang diketahui dan salah saji yang mungkin :
a) Salah saji yang diketahui (known misstatement )
adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh
auditor.
b) Salah saji yang mungkin (likely
misstatement ) terbagi lagi menjadi 2, yaitu:
 salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan
manajemen dan auditor tentang mengestimasi saldo akun.
 proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas
sampel dari suatu populasi.

Estimasi untuk kesalahan sampling timbul karena auditor hanya


mengambil sampel dari sebagian populasi dan ada risiko bahwa sampel itu
tidak secara akurat mewakili populasi. Misalnya, diasumsikan estimasi
untuk kesalahan sampling adalah 50% dari proyeksi langsung atas jumlah
salah saji dalam akun-akun yang diuji dengan sampling (piutang usaha dan
persediaan). Tidak ada kesalahan sampling untuk kas karena total salah
saji sudah diketahui, bukan diestimasi.
G. Hubungan antara Materialitas dengan Bukti Audit
Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang
mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kuantitas (kecukupan) bukti
audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara materialitas dengan
bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus
tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar
jumlah bukti yang diperlukan dengan kata lain antara materialitas dan
jumlah bukti memiliki(hubungan terbalik). Semakin besar atau semakin
signifikan suatu saldo akun, semakin banyak jumlah bukti yang
diperlukan.
2.2 Risiko Audit
a. Pengertian Risiko Audit
Resiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor
dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor
bersedia menanggungnya. Jika diinginkan tingkat kepastian 99 %, risiko
audit yang auditor bersedia menanggungnya adalah 1 %.

b. Unsur Risiko Audit


Terdapat tiga unsur risiko audit :
1) Risiko Bawaan. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun
atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan
asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian
intern yang terkait.
2) Risiko Pengendalian. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya
salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau
dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
3) Risiko Deteksi. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor
tidak dapat mendeteksi salah saji materialyang terdapat dalam
suatu asersi.

c. Prosedur Penilaian Risiko


Prosedur Penilaian Risiko meliputi sebagai berikut:
1) Membuat pertanyaan manajemen dan orang lain di dalam entitas
Auditor harus berdiskusi dengan manajemen klien tentang tujuan
dan harapannya, dan rencananya untuk mencapai tujuan tersebut.
2) Prosedur analitik
Auditor harus melakukan prosedur analitis yang dirancang untuk:
Meningkatkan pemahaman auditor tentang bisnis klien dan
transaksi dan peristiwa penting yang telah terjadi sejak akhir tahun
sebelumnya; dan identifikasi area yang mungkin mewakili risiko
spesifik yang relevan dengan audit, termasuk keberadaan transaksi
dan peristiwa yang tidak biasa, dan jumlah, rasio, dan tren yang
memerlukan investigasi.
3) Pengamatan dan inspeksi
Bukti yang diperoleh melalui pengamatan umumnya melibatkan
auditor yang melihat proses atau prosedur yang dilakukan oleh
orang lain. Belajar tentang bisnis dan lingkungannya, auditor juga
mengamati klien yang melakukan proses penting terkait pelaporan
keuangan untuk membantu mereka memahami desain
pengendalian internal terkait. untuk laporan keuangan secara
keseluruhan dan untuk tujuan audit spesifik yang terkait dengan
kelas transaksi, saldo akun, dan penyajian dan pengungkapan
4) Diskusi antara anggota tim yang terlibat
 Diskusi di antara anggota tim perikatan kunci harus
mencakup : Pertukaran ide, atau "brainstorming," di antara
anggota tim perikatan utama, termasuk mitra perikatan,
tentang bagaimana dan di mana mereka percaya laporan
keuangan perusahaan mungkin rentan terhadap salah saji
material karena penipuan, bagaimana manajemen dapat
melakukan dan menyembunyikan penipuan keuangan.
pelaporan, dan bagaimana aset perusahaan dapat
disalahgunakan, termasuk (a) kerentanan laporan keuangan
terhadap salah saji material melalui transaksi pihak terkait
dan (b) bagaimana penipuan dapat dilakukan atau
disembunyikan dengan menghilangkan atau menyajikan
pengungkapan yang tidak lengkap atau tidak akurat;
 Suatu pertimbangan dari faktor-faktor eksternal dan internal
yang diketahui mempengaruhi perusahaan yang mungkin
(a) menciptakan insentif atau tekanan bagi manajemen dan
pihak lain untuk melakukan penipuan, (b) memberikan
peluang bagi penipuan untuk dilakukan, dan (c)
menunjukkan budaya atau lingkungan yang memungkinkan
manajemen untuk merasionalisasi penipuan yang terjadi;
 Pertimbangan risiko penggantian manajemen; dan
 Pertimbangan atas tanggapan audit potensial terhadap
kerentanan laporan keuangan perusahaan terhadap salah
saji material karena penipuan. e.
5) prosedur penilaian risiko lainnya

d. Tipe-tipe Risiko
1. Risiko Deteksi Terencana
Risiko deteksi terencana (planned detection risk)
merupakan ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu
akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu
nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi, andaikan salah saji
semacam itu ada. Terdapat dua poin utama tentang risiko deteksi
terencana ini yaitu sebagai berikut :
 Risiko ini tergantung pada ketiga faktor lainnya yang
terdapat dalam model. Risiko deteksi terencana hanya akan
berubah jika auditor melakukan perubahan pada salah satu
dari ketiga faktor lainnya tersebut.
 Risiko ini menentukan nilai substantif yang direncanakan
oleh auditor untuk dikumpulkan, yang merupakan
kebalikan dari ukuran risiko deteksi terencana itu sendiri.
Jika nilai risiko deteksi terencana berkurang, maka auditor
harus mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk
mencapai nilai risiko deteksi yang berkurang ini.
2. Risiko Inheren
Risiko inheren (inheren risiko) merupakan suatu ukuran
yang dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya
kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji yang material
(kekeliruan atau kecurangan) dalam suatu segmen sebelum ia
mempertimbangkan keefektifan dan pengendalian intern yang ada.
Dengan mengasumsikan tiadanya pengendalian intern, maka risiko
inheren ini dapat dinyatakan sebagai kerentanan laporan keuangan
terhadap timbulnya salah saji yang material. Jika auditor, dengan
mengabaikan pengendalian intern, menyimpulkan bahwa terdapat
suatu kecenderungan yang tinggi atas keberadaan sejumlah salah
saji, maka auditor akan menyimpulkan bahwa tingkat risiko
inherennya tinggi.
Pengendalian intern diabaikan dalam menetapkan dalam
menetapkan nilai risiko inheren karena pengendalian intern ini
dipertimbangkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai
risiko pengendalian. Penilaian ini cenderung didasarkan atas
sejumlah diskusi yang telah dilakukan dengan pihak manajemen,
pemahaman yang dimiliki akan perusahaan, serta hasil- hasil yang
diperoleh dari tahun-tahun sebelumnya.
Hubungan antara risiko dengan risiko deteksi terencana
serta dengan bukti audit yang direncanakan adalah sebagai berikut :
risiko inheren saling berlawanan dengan risiko deteksi terencana
serta memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit.
Selain semakin meningkatnya bukti audit yang diperlukan
untuk suatu tingkat risiko inheren yang lebih tinggi dalam suatu
area audit tertentu, merupakan hal yang umum dilakukan pula
untuk menugaskan staf yang telah memiliki lebih banyak
pengalaman untuk melakukan audit pada area tersebut serta
melakukan riview yang lebih mendalam pada kertas kerja yang
telah selesai dibuat.
Sebagai contoh: jika risiko inheren atas keusangan
persediaan sangat tinggi, maka sangatlah masuk akal bila kantor
akuntan publik memilih staf yang berpengalaman untuk melakukan
sejumlah tes yang lebih mendalam atas keusangan persediaan ini
dan melakukan review yang lebih cermat atas hasil-hasil yang
diperoleh dari audit ini.

3. Risiko pengendalian
Risiko pengendalian (control risk) merupakan ukuran yang
digunakan oleh auditor untuk menilai adanya kemungkina bahwa
terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai salah saji
yang masi dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan tidak
terhadang atau tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang
dimiliki klien. Risiko pengendalian ini memperhatikan 2 hal
berikut:
 penilaian tentang apakah pengendalian intern yang dimiliki
klien efektif untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya
salah saji.
 kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa
berada di bawah nilai maksimum (100 persen) sebagai
bagian dari rencana audit yang dibuatnya.
Model risiko audit menunjukan hubungan yang erat antara
risiko inheren dan risiko pengendalian. Sama dengan yang terjadi
pada risiko inheren, hubungan antara risiko pengendalian dan
risiko deteksi terencana adalah saling berlawanan, sementara
hubungan antara risiko pengendalian dan bukti substantif
merupakan hubungan yang searah. Sebagai contoh, jika auditor
menyimpulkan bahwa pengendalian intern bersifat efektif, maka
nilai risiko deteksi terencana dapat meningkat sehingga jumlah
bukti audit yang direncanakan akan dikumpulkan akan turun.
Auditor dapat meningkatkan risiko deteksi terencana pada saat
pengendalian intern bersifat efektif karena pengendalian intern
yang efektif akan mengurangi kemungkinan hadirnya salah saji
dalam laporan keuangan.
Sebelum auditor dapat menetapkan nilai risiko pengendalian
kurang dari 100 persen, auditor harus memahami pengendalian
intern yang ada, dan berdasarkan pemahaman itu, auditor
melakukan evaluasi tentang bagaimana seharusnya fungsi
pengendalian intern tersebut, serta melakukan uji atas efektifitas
pengendalian intern tersebut. Hal pertama dari semua ini adalah
keharusan untuk memahami semua jenis audit. Dua hal terakhir
adalah langkah-langkah penilaian risiko pengendalian yang
diperlukan jika auditor memilih untuk memberikan nilai atas risiko
pengendalian supaya berada di bawah nilai maksimum.

4. Risiko akseptibilitas audit


Risiko akseptibilitas audit (acceptable audit risk)
merupakan ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima
kenyataan bahwa laporan keuangan mungkin masih mengandung
salah saji yang material setelah audit selesai dilaksanakan serta
suatu laporan audit wajar tanpa syarat telah diterbitkan. Ketika
auditor memutuskan untuk menetapkan suatu tingkat risiko
akseptibilitas audit yang lebih rendah, hal tersbut berarti bahwa
auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi
bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang
material. Risiko nol berarti yakin sekali, dan suatu tingkat risiko
sebesar 100 persen berarti benar-benar tidak yakin.
Dalam audit terdapat istilah audit assurance atau tingkat
keyakinan, yaitu merupakan pelengkap dari risiko akseptibilitas
audit. Audit assurance dihitung dengan perhitungan satu dikurangi
risiko akseptibilitas audit. Sebagai contoh, tingkat risiko
akseptibilitas audit sebesar 2 persen sama dengan tingkat audit
assurance sebesar 98 persen.
Dengan mempergunakan model audit, akan terlihat adanya
hubungan yang searah antara resiko akseptibilitas audit dan risiko
deteksi terencana, serta hubungan yang saling berlawanan antara
risiko akseptibilitas audit dan bukti audit yang direncanakan.
Sebagai contoh, jika auditor memutuskan akan mengurangi nilai
risiko akseptibilitas audit, maka akan mengurangi pula risiko
deteksi terencana serta bukti audit yang direncanakan akan
dikumpulkan harus ditingkatkan. Auditor pun seringkali harus
menugaskan staf yang lebih berpengalaman atau mereview kertas
kerja dengan lebih cermat bagi klien dengan tingkat risiko
akseptibilitas audit yang lebih rendah.

5. Risiko kecurangan
Risiko kecurangan merupakan risiko selain 4 risiko di atas
dan risiko ini biasanya di perhitungkan di luar dari model risiko
audit. Karena risiko kecurangan secara konsep dan praktek sangat
sulit untuk dipisahkan faktor-faktornya ke dalam 4 jenis risiko di
atas. Kecurangan sendiri memiliki arti kesalahan penyajian yang
dilakukan secara sengaja dalam bentuk penggelapan aktiva dan
kecurangan pelaporan keuangan.
Untuk menilai risiko kecurangan, auditor mengumpulkan
informasi untuk menentukan luasnya keberadaan kondisi
kecurangan. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya risiko
kecurangan antara lain tekanan yang diterima manajemen baik
kelompok maupun individual, kesempatan yang tercipta, dan
perilaku manajemen untuk membiarkan terjadinya tindakan
ketidakjujuran tersebut.

e. Hubungan Risiko dengan Bukti dan Faktor yang Mempengaruhi


Risiko
Auditor merespons risiko terutama dengan mengubah luas
pengujian dan jenis prosedur audit, termasuk memasukkan unsur
ketakterdugaan dalam proseusr audit yang digunakan. Selain
memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat dipakai auditor
untuk mengubah audit guna merespons risiko:
 Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman.
Untuk setiap penugasan, kantor akuntan public harus menugaskan
staf yang berkualifikasi. Untuk klien dengan risiko audit dapat
diterima yang rendah, perhatian khusus harus diberikan dalam
memilih staf, dan pentingnya skeptisisme professional
harus ditekankan.
 Penugasan akan direview secara lebih seksama dari biasanya.
Kantor akuntan public harus memastikan bahwa file audit
yang mendokumentasikan rencana auditor, bukti yang
dikumpulkan serta kesimpulan, dan masalah-masalah lain dalam
audit, direview dengan memadai. Bila risiko audit tyang dapat
diterima rendah, sering kali harus dilakukan review yang lebih
ekstensif, termasuk review oleh personil yang tidak ditugaskan
dalam penugasan itu. Jika risiko salah saji yang material tinggi
untuk akun-akun tertentu, staf yang mereview mungkin akan
menghabiskan lebih bayak waktu untuk memastikan bukti sudah
tepat dan sudah dievaluasi dengan benar.

f. Hubungan Materialitas dan Risiko dengan Bukti Audit


Konsep materialitas dan risiko dalam auditing berkaitan erat dan
tidak terpisahkan. Risiko adalah ukuran ketidakpastian, sedangkan
materialitas mengukur besarannya. Secara bersama- sama, keduanya
mengukur ketidakpastian jumlah dengan besaran tertentu. Hubungan
antara materialitas kinerja dan keempat risiko dengan bukti audit yang
direncanakan diamati bahwa materialitas kinerja tidak mempengaruhi
keempat risiko itu, dan risiko-risiko itu tidak mempengaruhi materialitas
kinerja, tetapi bersama-sama menentukan bukti yang direncanakan.
Dengan kata lain, materialitas kinerja bukan merupakan bagian dari model
risiko audit, tetapi kombinasi materialitas kinerja dan factor-faktor model
risiko audit menentukan bukti audit yang direncanakan.

2.3 Strategi Awal Audit


Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti
audit, auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas
asersi individual atau sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua
macam, yaitu pendekatan terutama substantif (primarily substantive approach),
dan pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah (lower assessed level
of control risk approach).

A. Unsur strategi Audit Awal


Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor
menetapkan empat unsur berikut ini :
1) Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.
2) Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus
diperoleh.
3) Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir
risiko pengendalian.
4) Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi
risiko audit ke tingkat yang cukup rendah

B. Komponen Strategi Audit Pendahuluan


Dalam mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi-asersi,
auditor menspesifikasikan empat kompopnen sebagai berikut:
1) Tingkat risiko bawaan yang dinilai
2) Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai
dengan mempertimbangkan:
 Luas pemahaman mengenai pengendalian intern yang
diperoleh
 Pengujian pengendalian yang dilaksanakan dalam
mengukur risiko pengendalian
3) Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai
dengan mempertimbangkan:
 Luas pemahaman tentang bisnis dan industri yang diperoleh
 Prosedur analitis yang akan dilaksanakan yang
menyediakan bukti mengenai penyajian wajar dari suatu
asersi.
4) Tingkat pengujian rincian yang direncanakan, apabila
dikombinasikan dengan prosedur lain, mengurangi risiko audit
hingga tingkat rendah yang sesuai. Pedoman audit AICPA
mengenai Consideration of Internal Control Structur in a Financial
Statement Audit memperkalkan dua strategi audit utama yang
ekuivalen dengan (1) suatu pendekatan substantif utama yang
menekankan pengujian rincian dan (2) suatu tingkat risiko
pengendalian yang dinilai lebih rendah.

C. Strategi Audit Tambahan


Pendekatan Substantif Utama yang Menekankan Pada Prosedur
Analitis. Menurut pendekatan substantive utama yang menekankan pada
prosedur analitis, auditor menspesifikasikan komponen-komponen strategi
audit berikut:
1) Memperoleh pengetahuan yang luas mengenai proses bisnis klien
yang releven dengan asersi
2) Auditor mengantisipasi bahwa dia dapat memperoleh bukti
kompeten dari prosedur analitis untuk mendukung suatu penilaian
risiko sedang atau rendah dari bukti tersebut.
3) Gunakan suatu tingkat risiko pengendalian yang direncanakan
untuk dinilai
4) Rencanakan untuk memperoleh suatu pemahaman minimum
mengenai bagian relevan dari pengendalian intern.
5) Rencanakan untuk memperoleh suatu pemahaman minimum
mengenai bagian relevan dari pengendalian intern.
6) Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
7) Rencanakan pengujian substantive atas transaksi dan saldo yang
lebih sempit sebagai akibat dari pengurangan risiko yang diberikan
dari pengurangan risiko yang diberikan prosedur analitis.

D. Penekanan pada Risiko Bawaan dan Prosedur Analitis


Penekanan pada risiko bawaan dan prosedur analitis juga mngasumsikan
bahwa prosedur analitis lebih murah dari pada prosedur audit lainnya, oleh
karena itu, pendekatan auditor menspesifikasikan komponen-komponen
strategi audit sebagai berikut:
1) Risiko bawaan dinilai pada tingkat di bawah maksimum.
2) Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk
dinilai serendah mungkin.
3) Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk
dinilai pada tingkat yang tinggi (atau pada tingkat maksimum)
4) Rencanakan untuk memperoleh pemahaman minimum mengenai
bagian yang relevan dari pengendalian intern.
5) Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
6) Rencanakan pengujian substantive atas transaksi dan saldo yang
lebih sempit sebagai akibat dari pengurangan risiko yang diberikan
dari pengurangan risiko bawaan dan prosedur analitis yang lebih
rendah.
E. Hubungan antara Strategi dan Siklus Transaksi
Seringkali suatu strategi yang serupa diterapkan pada sekelompok
asersi yang dipengaruhi oleh golongan transaksi dalam suatu siklus
transaksi. Logikanya adalah bahwa banyak pengendalian intern berfokus
pada pemrosesan satu jenis transaksi dalam satu siklus. Meskipun, kantor
akuntan menggunakan nama yang berbeda untuk golongan transaksi, dan
dalam beberapa kasus bahkan berbeda dalam menspesifikasikan golongan
transaksi mana yang masuk dalam siklus tertentu.
siklus Golongan transaksi utama
Pendapatan Penjualan, penerimaan kas, dan
penyesuaian penjualan
Pengeluaran Pembelian dan pengeluaran kas
Jasa personel Penggajian
Produksi Memproses persediaan
Investasi Investasi dalam aktiva jangka
panjang atau investasi moneter dari
kelebihan kas
Pembiayaan Pembiayaan dari hutang lancar dan
hutang jangka panjang serta modal
saham
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor,
yaitu konsep materialitas dan konsep risiko audit. Konsep materialitas
menunjukkan seberapa besar salah saji yang dapat diterima oleh auditor agar para
user laporan keuangan tdak terpengaruh dengan salah saji tersebut. Sedangkan
konsep risiko audit menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk
mengubah pendapatnya atas laporan keuangan walaupun terdapat salah saji
material.
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji suatu
informasi akuntasi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya. Dimana hal
tersebut dapat mengakibatkan perubahan atau pengaruh terhadap pertimbangan
pihak- pihak yang berkepentingan. Langkah-langkah dalam menerapkan
materialitas yaitu menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan, menentukan materialitas kinerja, mengestimasi total salah saji dalam
segmen, mengestimasi salah saji gabungan, serta membandingkan estimasi salah
saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau yang direvisi tentang
materialitas.
Resiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Tipe-tipe risiko terdapat 5 yaitu :
1) Risiko Deteksi Terencana, 2) Risiko inheren, 3) Risiko pengendalian, 4) Risiko
akseptibilitas audit, dan 5) Risiko kecurangan.

3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan dan
pembuatan makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu penulis harapkan kritik dan
saran dari pembaca dan dosen pengampu mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi I
ini dapat memberikan penulis motivasi, kritik dan saran yang membangun sebagai
bahan evaluasi makalah ini untuk kedepannya.
Daftar Pustaka
https://id.scribd.com/embeds/506184568/content?start_page=1&view_mode=scro
ll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
https://www.kja-sandibahari.com/materialitas-dan-risiko-audit-materiality-
and- audit-risk/
https://yuvinella.wordpress.com/2012/10/21/materialitas-risiko-dan-strategi-audit-
awal/
https://pdfcoffee.com/materialitas-resiko-audit-dan-strategi-audit-awal-pdf-
free.html
https://slideplayer.info/slide/13959652/

Anda mungkin juga menyukai