Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI PEMERIKSAAN I

MATERIALISASI DAN RISIKO AUDIT

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Shintya Lorenza Simarmata
2. Rut Sri Herta Lumban Raja
3. Silvia Sumarni Simbolon
4. Cindi Lewia Sinaga
5. Desima Yustina Lumban Gaol
6. Resi Puspita
7. Juniwati sagala
8. Lestari Ayu Sari Tampubolon

Universitas Lancang Kuning

Tahun Ajaran 2019/2020


Dari motor
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puji syukur atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmatNya kepada kami. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah audit yang berjudul “Materialitas Dan Risiko audit”. Terlepas dari itu
semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Kami berharap semoga makalah
yang berjudul “Materialitas Dan Risiko Audit” yang kami buat bermanfaat dan diterima bagi
para pembaca . Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................................................2
2.1 Konsep Materialitas…..............................................................................................2
2.2 Pertimbangan Awal Tentang Materialitas……………………………………….2
2.2.1 Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan…………………………3
2.2.2 Materialitas pada Tingkat Saldo Akun………………………………….4
2.2.3 Alokasi Materialitas Laporan Keuanagan ke Akun……………………4
2.3 Hubungan antara Materialitas dengan Bukti Audit……………………………..,4
2.4 Risiko Audit………………………………………………………………………....4
2.5 Unsur Risiko Audit ………………………………………………………………..5
2.6 Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit………………..6
2.7 Strategi Audit Awal………………………………………………………………...6
2.7.1 Unsur Strategi Audit Awal……………………………………………..6
2.7.2 Pendekatan Terutama Substantif…………….………………………..7
2.7.3 Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah…………………………….7
BAB III : PENUTUP...................................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah
saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin
rendah resiko audit yang auditor bersedia menanggung nya.
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelakasanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya. Tujuan
ini dicapai dengan mengumpulkan bukti audit tentang asersi yang terdapat dalam laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengapa konsep materialitas penting dalam Audit atas Laporan Keuangan?
2. Pertimbangan awal tentang Materialitas?
3. Hubungan antara Materalialitas dengan bukti Audit?
4. Risiko Audit pada tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo Akun?
5. Unsur risiko audit?
6. Hubungan antara Materialitas, risiko Audit, dan bukti Audit?
7. Strategi Audit awal?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Materialitas

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi,
yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atau pengaruh
terhadap pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena
adanya penghilangan atau salah saji tersebut.

2.2 Pertimbangan Awal Tentang Materialitas

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan


auditnya. Penentuan materialitas ini, yang sering kali disebut dengan materialitas perencanaan,
mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan
kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena keadaan yang melingkupi
berubah, informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.
Kemudian audit yang telah dilaksanakan dapat memastikan bahwa karena sumber pembelanjaan
tersebut, solvabilitas klien dalam periode yang diaudit telah mengalami peningkatan secara
signifikan.

Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitataif.


Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu
dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu
salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab
yang menimbulkan salah saji tersebut.

Berikut ini disajikan contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh
auditor dalam mempertimbangkan materialitas.

1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
• Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
• Total aktiva dalam neraca.
• Total aktiva lancer dalam neraca
• Total equitas pemegang saham dalam neraca
2. Faktor kualitatif, seperti:
• Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum
• Kemungkinan terjadinya kecurangan
• Syarat yang tercantun dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan pada
.tingkat minimum tertentu.
• Adanya gangguan dalam tren laba
• Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan .

2.2.1 Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan


Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat mengevaluasi bukti
audit dalam melaksanakan audit. Pada saat merencanakan audit, auditor perlu membuat estimasi
materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang
di pandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk
menyatakan kewajaran laporan keuangan.
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan
atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan, sedemikian signifikan
sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut sesuai prinsip akutansi
berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi sebagai akibat penerapan secara
keliru prinsip akutansi berterima umum di Indonesia, penyimpangan dari fakta, atau penghilangn
informasi yang diperlukan.
Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat
materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, satiap laporan keuangan
dapat memiliki lebih dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan laba-rugi, materialitas dapat
dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih usaha, laba bersih sebelum pajak, atau laba
bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas dapat di dasarkan pada total aktiva, aktiva lancar,
modal kerja, atau modal saham.
2.2.2 Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat
dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat
saldo akun tidak boleh dicampur adukan dengan istilah saldo akun material. Saldo akun material
adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaita dengan jumlah
salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan.
Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus
mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan keuangan.
Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit guna mendeteksi salah saji
yang kemungkinan tidak material secara individual, namun jika digabungkan dengan salah saji
dalam saldo akun yang lain, dapat material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
2.2.3 Alokasi Materialitas Laporan Keuanagan ke Akun
Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan dikuantifikasikan,
penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh dengan mengalokasikan
materialitas laporan keuangan kea kun secara individual.
Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbankan kemungkinan terjadinya
salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun
tersebut.

2.3 Hubungan antara Materialitas dengan Bukti Audit

Materialiatas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan


auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara materalitas
dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus tetap
diperhatikan, karena semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang
diperlukan.

2.4 Risiko Audit

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah resiko audit yang
auditor bersedia untuk menanggungnya. Jika diinginkan tingkat kepastian 99%, risiko audit yang
auditor bersedia untuk menanggungnya adalah 1%, sedangkan jika 95% kepastian dipandang
mencukupi, risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya adalah 5%. Dalam audit
atas laporan keuangan perusahaan yang go publik, auditor biasanya menetapkan risiko audit pada
tingkat yang rendah, mengingat banyaknya pemakai laporan audit, dibandingkan dengan
pemakai laporan audit perusahaan perorangan. Begitu juga jika auditor menghadapi perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan, risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya
adalah rendah

2.5 Unsur Risiko Audit

Terdapat tiga unsur risiko audit:


1) Risiko bawaan
Adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang
terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi
tertentu dibandingkan dengan yang lain.
2) Risiko pengendalian
Adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah
atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini ditentukan oleh
efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk mencapai tujuan umum
pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas. Risiko
pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian
intern.
3) Risiko deteksi
Adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji .material yang
terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan oleh efektivitas prosedur audit dan
penerapanya oleh auditor.
2.6 Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit
Berbagai kemungkinan hubungan anatara materialitas, risiko audit, dan bukti audit digambarkan
sebagai berikut:
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara berikut ini:
a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit
yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas
tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.

2.7 Strategi Audit Awal


Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan proses audit adalah mengurangi
risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya, apakah dalam sebuah
hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum. Tujuan ini dicapai dengan mengumpulkan bukti audit tentang asersi yang
terdapat dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam:
Ø Pendekatan terutama substantif (primarily substantive approach).
Ø Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah (lower assessed level of control risk
approach).

2.7.1 Unsur Strategi Audit Awal


Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat unsur
berikut ini:
a. Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.
b. Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.
c. Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.
d. Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit
ketingkat yang cukup rendah.

2.7.2 Pendekatan Terutama Substantif


Dalam pendekatan ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan
menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakan kepercayaan atau tidak
mempercayai pengendalian intern.

2.7.3 Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah


Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat
kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan
sedikit pengujian substantif
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah
saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan


auditnya. Penentuan materialitas ini, yang sering kali disebut dengan materialitas perencanaan,
mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan
kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena keadaan yang melingkupi
berubah, informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.
Kemudian audit yang telah dilaksanakan dapat memastikan bahwa karena sumber pembelanjaan
tersebut, solvabilitas klien dalam periode yang diaudit telah mengalami peningkatan secara
signifikan.

Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitataif.


Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu
dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu
salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab
yang menimbulkan salah saji tersebut

Materialiatas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan


auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara materalitas
dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus tetap
diperhatikan, karena semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang
diperlukan.

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan proses audit adalah mengurangi
risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya, apakah dalam sebuah
hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum (PABU).

Daftar Pustaka

https://www.google.co.id/search?safe=strict&source=hp&ei=XOpvXKnqDoqy9QPe9LbYCQ&q=konsep+
materialitas&oq=konsep+material&gs_l=mobile-gws-wiz-

https://www.google.co.id/search?safe=strict&ei=mepvXNyiBsvyrAGaib7wCg&q=materialitas+dan+risiko
+audit&oq=materialitas&gs_l=mobile-gws-wiz-

Nama Nama yang bertanya

1.Yolanda(kelompok 6)

Mengapa materialistis itu pada tingkat laporan keuangan itu penting untuk diperhatikan
oleh auditor?

Jawaban: Mengapa Konsep Materialitas Penting dalam Audit atas Laporan keuangan?

Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan
(guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan
auditan adalah akurat. Hal ini karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh
melebihi manfaat yang dihasilkan. Karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor
memberikan keyakinan berikut ini :Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan
dikompilasi.Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai
dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.Dalam
bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa
laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah
saji material karena kekeliruan dan kecurangan.

2.Agnes Maria(kelompok 3)

Apa fungsi penentuan materialitas auditor pada saat perencanaan audit?

Jawaban:Karena materialitas merupakan pertimbangan professional auditor sebagai


tanggung jawab atas disiplin ilmunya dan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan
audit, maka fungsi daripada penentuan materialitas ialah sebagai batas (materiality
border) untuk menentukan apakah salah saji material/perlu dikoreksi apa tidak. Biasanya
disebut sebagai Tolerable Error (kesalahan yang masih bias ditoleransi).

3.Renta Fortuna Sinaga(kelompok 5)

Dalam penentuan materialitas dikenal ada dua dasar yang digunakan, yakni dasar
kuantitatif dan kualitatif. Sebutkan apa saja dasar kuantitatif dalam menentukan
materialitas?

Jawaban: Dasar kuantitati dalam penentuan materialitas diantaranya: a. Total aktiva b.


Total pendapatan c. Laba bersih sebelum pajak d. Laba bersih operasi yang berkelanjutan
e. Laba kotor f. Rata-rata laba bersih sebelum pajak selama tiga Tahun

4.Ria Hotma sari(1)

jelaskan perbedaan antara materialitas kinerja (performance materiality )dengan


pertimbangan awal tentang materialitas bagaimanakah hubungan antara keduanya ?
Jawaban: pertimbangan awal materialitas yaitu menetapkan strategi audit secara
keseluruhan , auditorharus menetukan materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan .

materialitas kinerja adalah suatu jumlah yang ditetapkan oleh auditor , pada tingkat yang
lebih rendah dari pada materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan

5.Nabila Sarah(1)

jelaskan bagaimana hubungan antara risiko audit dengan materialitas dan mengapa
keduanya perlu di pertimbangkan bersama – sama dalam perencanaan suatu audit ?

Jawaban: Hubungan Antara Komponen-Komponen Risiko. Untuk suatu tingkat risiko


audit tertentu, terdapat hubungan terbalik antara tingkat risiko bawaan dan risiko
pengendalian yang diperhitungan untuk suatu asersi, dengan tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima auditor untuk asersi tersebut. Artinya, semakin rendah risiko bawaan dan
risiko pengendalian yang diperhitungan, semakin tinggi tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berhubungan erat dengan keadaan klien,
sedangkan risiko deteksi dapat dikendalikan (controllable) oleh auditor. Pemahaman
tentang hubungan yang dinyatakan dalam model risiko audit sangat penting dalam
menentukan tingkat risiko deteksi direncanakan yang dapat

6.Nabila Rahmadani(6)

Jelaskan apa yang dimaksud istilah resiko audit?

Jawaban: Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkatan
ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Auditor menyadari, misalnya, bahwa
ada ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti, efektif struktur pengendalian
intern klien, dan ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah tersaji secara
wajar setelah audit selesai

Seorang auditor yang efektif menyadari bahwa risiko-risiko ada dan akan menangani
dengan sepantasnya. Kebanyakan dari risiko tersebut sukar diukur dan memerlukan
penanganan yang hati-hati dan seksama. Misalkan, kalau auditor menyadari bahwa
bidang industri sebuah klien mengalami perubahan teknologi besar-besaran, yang tidak
saja mempengaruhi klien tadi, tapi juga pelanggannya.Ini akan menyebabkan usangnya
persediaan klien, mempengaruhi kolektibilitas piutang usaha, bahkan dapat
mempengaruhi kesinambungan usahanya. Bagaimana auditor menangani risiko-risiko ini
dengan pantas adalah sangat penting dalam menjaga mutu suatu audit.

7.Chairunnisa(kelompok 2)

Berikan 2 contoh kapan auditor mungkin akan menetapkan materialitas pada tingkat
rendah untuk suatu kelompok transaksi saldo akun atau pengungkapan?

Jawab:contoh 1 untuk suuuatu piutang usaha bersaksi satu juta, auditor harus
mengumpulkan bukti yang lebih banyak apabila kesalahan penyajian sebesar 50.000
dipandang material,daripada apabilag kesalahan penyajian sebesar 300.000,dipandang
material.

Contoh 2.pengguna laporan keuangan mungkin mengharapkan adanya pengungkapan


tentang transaksinya dengan pihak yang berelasi yang melibatkan CEO.

Anda mungkin juga menyukai