Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATERIALITAS DAN RESIKO

DISUSUN OLEH :

ASMARANI HAKIM D03419001

INDRI YUSUF D034190004

PROGRAM STUDI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MATERIALITAS DAN
RESIKO”adapun tujuan dari penulisan makalah adalah untuk memenuhi tugas.selain
itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Demikian,saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB 1.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................4

1.2 RUMUSAN
MASALAH...............................................................................................4

1.3 TUJUAN MASALAH...................................................................................................4

BAB 2.........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

2.1
MATERIALITAS...........................................................................................................5

2.2 RESIKO

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya nilai yang
dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang
melingkupinya, dapat mengakibatkan  perubahan atas atau pengaruh terhadap
pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena
adanya penghilangan atau salah saji itu.

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya,
semakin rendah resiko audit yang auditor bersedia menanggung nya.

Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelakasanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya.
Tujuan ini dicapai dengan mengumpulkan bukti audit tentang asersi yang terdapat dalam
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.

1.2 Rumusan Masalah

1.Menjelaskan Tentang Pengertian Materialitas Dan;

2.Menjelaskan Tentang Resiko.

1.3.Tujuan Masalah

1.Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Materialitas Dan;

2.Untuk Mengetahui Tentang Resiko.


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Materialitas

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan
atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.

 Awal Tentang Materialitas


auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang sering kali disebut dengan
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang
digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan
audit karena keadaan yang melingkupi berubah, informasi tambahan tentang klien
dapat diperoleh selama berlangsungnya audit. Kemudian audit yang telah
dilaksanakan dapat memastikan bahwa karena sumber pembelanjaan tersebut,
solvabilitas klien dalam periode yang diaudit telah mengalami peningkatan secara
signifikan
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitataif.
Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci
tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab
salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara
kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.
Berikut ini disajikan contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang
dilakukan oleh auditor dalam mempertimbangkan materialitas.     

1.Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
a. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
b.Total aktiva dalam neraca.
c.total aktiva lancer dalam neraca
d.Total equitas pemegang saham dalam neraca

2.Faktor kualitatif, seperti:


a.Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum
b.Kemungkinan terjadinya kecurangan
c.syarat yang tercantun dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan pada tingkat
minimum tertentu.
d.adanya gangguan dalam tren laba
e.Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.
 aterialitas pada Tingkat Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor


menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat mengevaluasi bukti
audit dalam melaksanakan audit. Pada saat merencanakan audit, auditor perlu membuat
estimasi materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah dalam laporan
keuangan yang di pandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang
diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan.

            Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan,
sedemikian signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut
sesuai prinsip akutansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi sebagai
akibat penerapan secara keliru prinsip akutansi berterima umum di Indonesia, penyimpangan
dari fakta, atau penghilangn informasi yang diperlukan.

            Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat
materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, satiap laporan
keuangan dapat memiliki lebih dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan laba-rugi,
materialitas dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih usaha, laba bersih
sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas dapat di dasarkan
pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau modal saham.

 Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan


Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat mengevaluasi bukti
audit dalam melaksanakan audit. Pada saat merencanakan audit, auditor perlu membuat
estimasi materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah dalam laporan
keuangan yang di pandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang
diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan.

            Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan,
sedemikian signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut
sesuai prinsip akutansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi sebagai
akibat penerapan secara keliru prinsip akutansi berterima umum di Indonesia, penyimpangan
dari fakta, atau penghilangn informasi yang diperlukan.

            Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu
tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, satiap laporan
keuangan dapat memiliki lebih dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan laba-rugi,
materialitas dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih usaha, laba bersih
sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas dapat di dasarkan
pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau modal saham.

 Materialitas pada Tingkat Saldo Akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat
dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada
tingkat saldo akun tidak boleh dicampur adukan dengan istilah saldo akun material.
Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep
materialitas berkaita dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan
pemakai informasi keuangan.

            Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor


harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas
laporan keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit
guna mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak material secara individual,
namun jika digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang lain, dapat
material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.

 Alokasi Materialitas Laporan Keuanagan ke Akun 

Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan


dikuantifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh
dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan kea kun secara individual.

Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbankan kemungkinan terjadinya


salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi
akun tersebut.

 Hubungan antara Materialitas dengan Bukti Audit

Materialiatas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi


pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan
antara materalitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material
harus tetap diperhatikan, karena semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah
bukti yang diperlukan.

2.2 Risiko Audit

             Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.

            Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah resiko audit
yang auditor bersedia untuk menanggungnya. Jika diinginkan tingkat kepastian 99%, risiko
audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya adalah 1%, sedangkan jika 95% kepastian
dipandang mencukupi, risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya adalah 5%.
Dalam audit atas laporan keuangan perusahaan yang go publik, auditor biasanya menetapkan
risiko audit pada tingkat yang rendah, mengingat banyaknya pemakai laporan audit,
dibandingkan dengan pemakai laporan audit perusahaan perorangan. Begitu juga jika auditor
menghadapi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, risiko audit yang auditor
bersedia untuk menanggungnya adalah rendah.

 Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan Dan Tingkat Saldo Akun 
Auditor tidak cukup hanya menentukan materialitas dengan pernyataan berikut:

Kami akan menerima bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dan tidak berisi salah
saji material jika:

1.      Laba bersih sebelum pajak tidak berisi salah saji lebih dari Rp4.000.000

2.      Total aktiva tidak mengandung salah saji lebih dari Rp45.000.000

3.      Aktiva lancer tidak mengandung salah saji lebih dari RP25.000.000

4.      Equitas pemegang saham tidak mengandung salah saji lebih dari Rp15.000.000

Auditor harus membuat pernyataan lebih lanjut berikut ini:

Kami akan menerima, pada tingkat risiko tertentu, bahwa laporan keuangan disajikan secara
wajar dan tidak berisisalah saji material jika:

1.      Laba bersih sebelum pajak tidak berisi salah saji lebih dari Rp4.000.000

2.      Total aktiva tidak mengandung salah saji lebih dari Rp45.000.000

3.      Aktiva lancar tidak mengandung salah saji lebih dari Rp 25.000.000.

4.      Ekuitas pemegang saham tidak mengandung salah saji lebih dari Rp 15.000.000.

 Unsur Risiko Audit 

 Terdapat tiga unsur risiko audit:

1)      Risiko bawaan

Adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern
yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan
transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.

2)      Risiko pengendalian

Adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini
ditentukan oleh efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk mencapai
tujuan umum pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas.
Risiko pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap
pengendalian intern.

3)      Risiko deteksi

Adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat
dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan oleh efektivitas prosedur audit dan penerapanya
oleh auditor.

 Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit

Berbagai kemungkinan hubungan anatara materialitas, risiko audit, dan bukti audit
digambarkan sebagai berikut:

1.      Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

2.      Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit meningkat.

3.      Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah
satu dari tiga cara berikut ini:

a.       Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.

b.      Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.

c.       Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama.

 Strategi Audit Awal


Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya,
apakah dalam sebuah hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum. Tujuan ini dicapai dengan mengumpulkan bukti
audit tentang asersi yang terdapat dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.

            Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam:

1.Pendekatan terutama substantif (primarily substantive approach).

2.Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah (lower assessed level of control risk approach).

 Unsur Strategi Audit Awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat
unsur berikut ini:

1.      Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.

2.      Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.

3.      Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.

4.      Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ketingkat
yang cukup rendah.

 Pendekatan Terutama Substantif

Dalam pendekatan ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti
audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakan kepercayaan
atau tidak mempercayai pengendalian intern.

 Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah

Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada


tingkat kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya
melaksanakan sedikit pengujian substantif.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Materialitas merupakan besarnya salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan


pemakai informasi. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan
keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya secara ndividual maupun
keseluruhan. Risiko audit sendiri merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa
disadarinya, tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Antara materialitas dan risiko audit harus
dipertimbangkan dengan baik dalam perencanan audit maupun pengevaluasian akhir. Apakah
laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntasi
yang berlaku umum.
3.2 saran

Bagi pembaca setelah membaca makalah ini diharapkan lebih memahami tentang materi
materialitas dan resiko.
DAFTAR PUSTAKA

Halim,Abdul, Auditing 1 (Dasar-dasar Audit Laporan Keuanagan), Edisi 2, Yogyakarta, UPP


AMPYKPN,2008.metamorfosa.2009.Audting(http://fromzerotohero00.blogspot.co.id/2009/1
6/auditing-bab-6.html?m=1,diaksestanggal5April2017)

Anda mungkin juga menyukai