DISUSUN OLEH :
PROGRAM STUDI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MATERIALITAS DAN
RESIKO”adapun tujuan dari penulisan makalah adalah untuk memenuhi tugas.selain
itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Demikian,saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN
MASALAH...............................................................................................4
BAB 2.........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
2.1
MATERIALITAS...........................................................................................................5
2.2 RESIKO
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya,
semakin rendah resiko audit yang auditor bersedia menanggung nya.
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelakasanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya.
Tujuan ini dicapai dengan mengumpulkan bukti audit tentang asersi yang terdapat dalam
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
1.3.Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan
atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.
1.Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
a. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
b.Total aktiva dalam neraca.
c.total aktiva lancer dalam neraca
d.Total equitas pemegang saham dalam neraca
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan,
sedemikian signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut
sesuai prinsip akutansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi sebagai
akibat penerapan secara keliru prinsip akutansi berterima umum di Indonesia, penyimpangan
dari fakta, atau penghilangn informasi yang diperlukan.
Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat
materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, satiap laporan
keuangan dapat memiliki lebih dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan laba-rugi,
materialitas dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih usaha, laba bersih
sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas dapat di dasarkan
pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau modal saham.
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan,
sedemikian signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut
sesuai prinsip akutansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi sebagai
akibat penerapan secara keliru prinsip akutansi berterima umum di Indonesia, penyimpangan
dari fakta, atau penghilangn informasi yang diperlukan.
Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu
tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, satiap laporan
keuangan dapat memiliki lebih dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan laba-rugi,
materialitas dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih usaha, laba bersih
sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas dapat di dasarkan
pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau modal saham.
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat
dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada
tingkat saldo akun tidak boleh dicampur adukan dengan istilah saldo akun material.
Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep
materialitas berkaita dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan
pemakai informasi keuangan.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah resiko audit
yang auditor bersedia untuk menanggungnya. Jika diinginkan tingkat kepastian 99%, risiko
audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya adalah 1%, sedangkan jika 95% kepastian
dipandang mencukupi, risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya adalah 5%.
Dalam audit atas laporan keuangan perusahaan yang go publik, auditor biasanya menetapkan
risiko audit pada tingkat yang rendah, mengingat banyaknya pemakai laporan audit,
dibandingkan dengan pemakai laporan audit perusahaan perorangan. Begitu juga jika auditor
menghadapi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, risiko audit yang auditor
bersedia untuk menanggungnya adalah rendah.
Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan Dan Tingkat Saldo Akun
Auditor tidak cukup hanya menentukan materialitas dengan pernyataan berikut:
Kami akan menerima bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dan tidak berisi salah
saji material jika:
1. Laba bersih sebelum pajak tidak berisi salah saji lebih dari Rp4.000.000
4. Equitas pemegang saham tidak mengandung salah saji lebih dari Rp15.000.000
Kami akan menerima, pada tingkat risiko tertentu, bahwa laporan keuangan disajikan secara
wajar dan tidak berisisalah saji material jika:
1. Laba bersih sebelum pajak tidak berisi salah saji lebih dari Rp4.000.000
4. Ekuitas pemegang saham tidak mengandung salah saji lebih dari Rp 15.000.000.
1) Risiko bawaan
Adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern
yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan
transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.
2) Risiko pengendalian
Adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini
ditentukan oleh efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk mencapai
tujuan umum pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas.
Risiko pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap
pengendalian intern.
3) Risiko deteksi
Adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat
dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan oleh efektivitas prosedur audit dan penerapanya
oleh auditor.
Berbagai kemungkinan hubungan anatara materialitas, risiko audit, dan bukti audit
digambarkan sebagai berikut:
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah
satu dari tiga cara berikut ini:
a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama.
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat
unsur berikut ini:
4. Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ketingkat
yang cukup rendah.
Dalam pendekatan ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti
audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakan kepercayaan
atau tidak mempercayai pengendalian intern.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bagi pembaca setelah membaca makalah ini diharapkan lebih memahami tentang materi
materialitas dan resiko.
DAFTAR PUSTAKA