Anda di halaman 1dari 2

Pertimbangan Pendahuluan tentang Materialitas

Karena sifatnya yang relatif maka tingkat materialitas dapat berubah. Selama
pelaksanaan audit tingkat materialitas bisa berubah-ubah karena;

1. Kondisi sekeliling yang mempengaruhi perusahaan berubah.


2. Tambahan informasi tentang klien mungkin diperoleh selama pelaksanaan
audit.
Tingkat materialitas awal yang direncanakan (planning materiality) suatu perusahaan
dapat berubah karena kedua hal tersebut. Sebagai contoh, tingkat materialitas yang
direncanakan bagi perusahaan yang terancam bangkrut adalah 0,5 % dari modal
sendiri. Apabila perusahaan itu dapat melepaskan diri dari masalah kebangkrutan
tersebut, maka tingkat materialitas akan dinaikkan misalnya menjadi 1 % dari modal
sendiri.
Sebagimana dikemukakan diatas, konsep materialitas ini diterapkan di dalam
merencanakan pelaksanaan audit. Dalam perencanaan audit, auditor menentukan
materialitas pada dua tingkat:

1. Materialitas pada tingkat laporan keuangan.


Salah saji dapat disebabkan:

1. Salah penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.


2. Penyimpangan dari kenyataan sesungguhnya.
3. Penyembunyian informasi yang mestinya perlu diungkapkan.
 

1. Materialitas pada tingkat saldo akun.


Pengalokasian materialitas dapat dilakkukan dengan tiga cara yaitu:

1. Besar relative akun.


2. Besar variable akun.
3. Pertimbangan profesional.
 

Materialitas, Risiko Audit, dan Strategi Audit Awal


Auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien atau pemakai laporan keuangan
yang lain karena ia tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang
di audit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah
dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan
keuangan.

Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan auditor memberikan keyakinan
berikut ini:
1. Auditor dapat memberi keyakinan bahwa jumlah–jumlah yang disajikan dalam
laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan,
dan dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti
audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat
atas laporan keuangan auditan.
3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat, bahwa
laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat
salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan auditor:

 Konsep materialitas menunjukkan seberapa besar salah saji yang dapat


diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah
saji tersebut.
 Konsep risiko audit menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk
mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang berisi salah saji material.
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan
kuantitatif dan kualitatif. Berikut ini contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif:

 Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
1. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
2. Total aktiva dalam neraca.
3. Total aktiva lancar dalam neraca.
4. Total ekuitas pemegang saham dalam neraca.
 Faktor kualitatif, seperti:
1. Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum.
2. Kemungkinan terjadinya kecurangan.
3. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan rasio keuangan pada tingkat minimum
tertentu.
4. Adanya gangguan dalam trend
5. Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai