Anda di halaman 1dari 12

MATERIALITAS

Pendahuluan
Materialitas merupakan hal yang penting dalam perencanaan audit, bab ini akan
menunjukkan bagaimana konsep tersebut mempengaruhi tahap perencanaan audit. Materialitas
(materiality) adalah prinsip dalam akuntansi bahwa item yang relatif penting dalam pengambilan
keputusan harus dimasukkan dalam laporan keuangan. Prinsip ini adalah untuk memastikan
keputusan ekonomi yang andal oleh pengguna laporan keuangan. Ini tidak hanya melindungi
kepentingan pemegang saham dan investor tetapi juga memfasilitasi akuntan ketika menyiapkan
laporan keuangan. Kelalaian atau salah saji item adalah material jika mereka dapat, secara
individu atau kolektif, mempengaruhi keputusan ekonomi yang dibuat pengguna laporan
keuangan. Misalnya, jika sebuah perusahaan hendak melaporkan pendapatannya, atau membuat
tawaran pengambilalihan untuk perusahaan lain, itu akan dianggap sebagai informasi material.
Auditor menilai materialitas berdasarkan keadaan sekitar. Untuk menentukan tingkat materialitas,
auditor mengandalkan aturan praktis dan penilaian profesional. Itu tergantung pada persepsi
auditor tentang kebutuhan informasi keuangan pengguna dan ukuran atau sifat salah saji.

Kegiatan Belajar
1. Tujuan Kegiatan pembelajaran

Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan


mengenai bagaimana materialitas ini berpengaruh terhadap tahap perencanaan audit yang
dilakukan oleh auditor.

2. Uraian Materi

Pengertian Materialitas
Materialitas yaitu suatu informasi akuntansi yang dihilangkan atau salah saji dalam
lingkungan yang berlaku, mungkin akan mengubah pertimbangan seseorang yang bersandar
pada informasi tersebut karena hilangnya atau salah saji informasi tersebut. Materialitas
merupakan pertimbangan utama dalam penetapan laporan auditor yang layak.
FASB mendefinisikan materialitas sebagai:
Yaitu besarnya kealpaan dan salah saji informasi akuntansi, yang dalam lingkungan tersebut
membuat kepercayaan seseorang berubah atau terpengaruh oleh adanya kealpaan dan salah
saji tersebut.

Tanggungjawab auditor adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan


yang material.

Adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang
dilihat dari keadaan yang melingkupinya. Dapat mengakibatkan perubahan atau pengaruh
terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut.
Definisi tersebut mengharuskan auditor untuk:

1. Keadaan yang berkaitan dengan entitas, dan

2. Kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan
auditan.

Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas:

1. Menetapkan pertimbangan awal materialitas.


2. Mengalokasikan pertimbangan awal materialitas kepada segmen audit.
3. Mengestimasi keseluruhan dalam segmen.
4. Mengestimasi keseluruhan kesalahan.
5. Membandingkan keseluruhan estimasi dengan pertimbangan awal materialitas yang telah
direvisi.

Pertimbangan Pendahuluan tentang Materialitas


Karena sifatnya yang relatif maka tingkat materialitas dapat berubah. Selama pelaksanaan
audit tingkat materialitas bisa berubah-ubah karena;

1. Kondisi sekeliling yang mempengaruhi perusahaan berubah.

2. Tambahan informasi tentang klien mungkin diperoleh selama pelaksanaan audit.


Tingkat materialitas awal yang direncanakan (planning materiality) suatu perusahaan dapat
berubah karena kedua hal tersebut. Sebagai contoh, tingkat materialitas yang direncanakan
bagi perusahaan yang terancam bangkrut adalah 0,5 % dari modal sendiri. Apabila
perusahaan itu dapat melepaskan diri dari masalah kebangkrutan tersebut, maka tingkat
materialitas akan dinaikkan misalnya menjadi 1 % dari modal sendiri.
Sebagimana dikemukakan diatas, konsep materialitas ini diterapkan di dalam merencanakan
pelaksanaan audit. Dalam perencanaan audit, auditor menentukan materialitas pada dua
tingkat:

1. Materialitas pada tingkat laporan keuangan. Salah saji dapat disebabkan:

▪ Salah penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

▪ Penyimpangan dari kenyataan sesungguhnya.

▪ Penyembunyian informasi yang mestinya perlu diungkapkan.

2. Materialitas pada tingkat saldo akun.

Pengalokasian materialitas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Besar relative akun.


2. Besar variable akun.
3. Pertimbangan profesional.

Materialitas, Risiko Audit, dan Strategi Audit Awal


Auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain
karena ia tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang di audit dan tidak
dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan,
dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan.

Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan auditor memberikan keyakinan berikut
ini:

1. Auditor dapat memberi keyakinan bahwa jumlah–jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan
dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan auditan.

3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat, bahwa laporan


keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji
material karena kekeliruan dan kecurangan.

Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan auditor:

▪ Konsep materialitas menunjukkan seberapa besar salah saji yang dapat diterima oleh
auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.

▪ Konsep risiko audit menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah
pendapatnya atas laporan keuangan yang berisi salah saji material.

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan


auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
Berikut ini contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif:

▪ Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
1. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
2. Total aktiva dalam neraca.
3. Total aktiva lancar dalam neraca.
4. Total ekuitas pemegang saham dalam neraca.
▪ Faktor kualitatif, seperti:
1. Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum.

2. Kemungkinan terjadinya kecurangan.

3. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit bank yang mengharuskan
klien untuk mempertahankan rasio keuangan pada tingkat minimum tertentu.

4. Adanya gangguan dalam trend


5. Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti
audit dalam pelaksanaan audit. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan dengan
baik penaksiran materialitas pada tahap perencanaan audit. Dalam perencanaan audit, auditor
harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang berkaitan dengan
laporan keuangan.

Hubungan Materialitas dengan Bukti Audit


Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi
pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan
antara materialitas dan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material
harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti
yang harus dibuktikan (hubungan terbalik).

Tujuan Penetapan Materialitas


Untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup.

Faktor Yang Mempengaruhi Pertimbangan Awal Jumlah Materialitas:


1. Materialitas sebagai konsep yang relatif dan bukan absolut salah saji dalam jumlah:
salah saji dalam jumlah tertentu dianggap material oleh perusahaan kecil tapi tidak
material bagi perusahaan besar.
2. Beberapa dasar yang dibutuhkan untuk menetapkan materialitas, misal laba sebelum
pajak.
3. Faktor-faktor kualitatif yang mempengaruhi materialitas: beberapa salah saji tertentu
akan lebih penting daripada yang lain, walaupun jumlahnya sama. Misal: salah saji yang
disengaja dalam persediaan akan dianggap lebih penting dari kekeliruan klerikal
walaupun jumlahnya sama.
Langkah-langkah Penetapan Materialitas
1. Tentukan pertimbangan awal mengenai materialitas, yaitu jumlah maksimum suatu
salah saji dalam laporan keuangan yang dianggap tidak mempengaruhi pengambilan
keputusan dari pemakai.
2. Alokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas ke dalam segmen
3. Estimasikan total salah saji dalam segmen
4. Estimasikan salah saji gabungan
5. Bandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal mengenai materialitas.

RANGKUMAN
Tanggung jawab Auditor, adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung
kesalahan penyajian yang Material. Materialitas adalah pertimbangan utama dalam
menentukan ketepatan laporan audit yang harus dikeluarkan.
Jika Auditor memutuskan bahwa terdapat suatu salah saji yang Material, maka ia akan
menunjukkannya pada klien sehingga suatu koreksi atas kesalahan tersebut dapat dilakukan.
RISIKO AUDIT
Pendahuluan

Resiko audit merupakan konsep yang penting dalam audit laporan keuangan karena
mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar pekerjaan lapangan, dan
standar pelaporan. Auditor perlu mempertimbangan resiko audit dalam melakukan evaluasi
atas temuan yang diperoleh melalui penerapan prosedur audit.

Kegiatan Belajar
1. Tujuan Kegiatan pembelajaran

Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan


mengenai bagaimana risiko audit berpengaruh terhadap tahap perencanaan audit yang
dilakukan oleh auditor. Membuat keputusan mengenai risiko audit merupakan salah satu
langkah kunci yang terlibat dalam melaksanakan audit. Konsep risiko audit adalah penting
sebagai dasar untuk mengekspresikan konsep keyakinan yang memadai. Ingat kembali bahwa
auditor membuat penilaian mengenai berbagai komponen risiko audit ; risiko bawaan, risiko
pengendalian, dan risiko deteksi untuk mengarahkan keputusan tentang sifat, waktu, dan
luasnya prosedur audit dan juga keputusan mengenai penetapan staf audit.

2. Uraian Materi

Risiko adalah segala hal yang akan terjadi di masa depan yang berkemungkinan akan
mengganggu jalannya kegiatan untuk mencapai tujuan dari organisasi. Dalam audit, risiko
audit dapat diartikan sebagai risiko yang dihadapi auditor yang berkemungkinan
menghambat/menghalangi auditor untuk mencapai tujuan audit yaitu memberikan opini yang
benar sesuai dengan kondisi riil entitas yang diperiksa.

Auditor menerima beberapa tingkat risiko atau ketidakpastian dalam melaksanakan fungsi
audit. misalnya, auditor mengakui ketidakpastian yang melekat tentang ketetapan bukti,
ketidakpastian tentang keefektifan pengendalian internal klien, serta ketidakpastian apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar ketika audit selesai dilaksanakan.

Auditor yang efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan akan menangani risiko
dengan cara yang tepat. Sebagian besar risiko yang dihadapi auditor sulit diukur serta
membutuhkan pertimbangan yang cermat sebelum auditor dapat merespon dengan tepat.
Respon atas risiko dengan baik sangat menentukan dalam mencapai audit yang bermutu
tinggi.

Pengertian Risiko
Adalah suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Risiko audit
adalah kemungkinan auditor memberikan pendapat yang keliru (inappropriate audit opinion)
atas laporan keuangan yang mengandung salah saji yang material.

Model Risiko Audit


Digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besar
bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam tiap siklus.

Rumusnya:

PDR = Risiko penemuan yang direncanakan (Planned Detection Risk), adalah risiko
bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji yang
melewati jumlah yang dapat ditoleransi, apabila salah saji semacam itu timbul.

AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk), adalah ukuran
ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan salah saji secara material
walaupun audit telah selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah diberikan.

IR = Risiko bawaan (Inherent Risk), adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya
salah saji alam segmen audit yang melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan
faktor efektifitas pengendalian intern. Risiko bawaan merupakan faktor kerentanan laporan
keuangan terhadap salah saji yang material, dengan asumsi tidak ada pengendalian intern.
CR = Risiko pengendalian (Control Risk), adalah ukuran penetapan auditor akan
kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melewati batas
toleransi,yang tidak terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian intern klien.

Risiko usaha adalah tingkat risiko bahwa KAP akan menderita kerugian yang
diakibatkan oleh hubungannya dengan klien, walaupun laporan keuangan yang diberikan
sudah pantas.
Apabila pemakai memiliki ketergantungan yang besar pada laporan keuangan,
risiko audit perlu diperkecil. Faktor yang dapat dijadikan petunjuk tingkat ketergantungan
pemakai pada suatu laporan keuangan:
1. Ukuran perusahaan klien
2. Distribusi kepemilikan
3. Jumlah dan sifat kewajiban perusahaan

Risiko Bawaan (inherent risk)


Adalah risiko yang akan dihadapi auditor berupa munculnya salah saji yang material pada
laporan keuangan dikarenakan sifat alamiah dari akun, maupun kelompok akun yang di uji.
perkiraan salah saji yang ada sebelum mempertimbangkan pengaruh pengendalian intern.
Risiko bawaan berbanding terbalik dengan risiko penemuan, berbanding lurus dengan bahan
bukti.
Faktor-faktor yang harus ditelaah dalam menetapkan Risiko Bawaan:
1. Sifat bidang usaha klien, Dalam menentukan besar kecilnya IR, auditor harus
memperoleh pemahaman yang memadai tentang entitas dan lingkungannya. Kondisi dari
industri klien akan dipengaruhi oleh pengaruh eksternal (bisa berupa kondisi indursti
serta pesaing) serta pengaruh internal (bisa berupa metode pencatatan yang digunakan).
2. Integritas manajemen, auditor harus memperoleh pemahaman memadai tentang entitas
dan lingkungannya.
3. Motivasi klien
4. Hasil audit sebelumnya, Dalam menentukan besar kecilnya IR, auditor akan
memerhatikan temuan audit di tahun sebelumnya. Pada umumnya, salah saji atau temuan
yang terjadi bersifat berulang. Hal ini dikarenakan manajemen terlambat atau tidak
merespon salah saji. Apabila hal demikian terjadi maka IR akan ditetapkan oleh auditor
lebih tinggi.
5. Sifat Penugasan, berkaitan dengan berulangnya atau tidak audit dalam artian audit sering
dilakukan. Dalam teori audit disebutkan bahwa: Mayoritas auditor akan menetapkan IR
yang tinggi di awal penugasan dan akan diturunkan di tahun-tahun selanjutnya. Hal
tersebut dikarenakan apabila auditor ering melakukan audit pada entitas tersebut maka
control dalam entitas akan semakin baik.
6. Hubungan istimewa, semakin banyak transaksi dengan pihak non-independen maka
auditor akan menetapkan IR (inherent risk) yang tinggi.
7. Transaksi tidak rutin, merupakan transaksi yang tidak umum sehingga jarang ditemukan
dalam pencatatan perusahaan. Maka pihak auditor akan menetapkan IR yang tinggi.
8. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi secara benar
9. Kerentanan terhadap kecurangan
10. Unsur-unsur populasi

Resiko Pengendalian (Control Risk)

Control Risk adalah risiko yang akan dihadapi auditor berupa munculnya salah saji
yang material pada laporan keuangan dipengaruhi oleh efektif atau tidaknya Sistem
Pengendalian Internal. Dalam menentukan besar atau kecilnya CR, auditor akan menilai
keefektifan dari Sistem Pengendalian Internal. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui faktor
yang memengaruhi besar atau kecilnya CR, yaitu:

a) Sistem Pengendalian Internal

Sistem Pengendalian Internal merupakan faktor yang memengaruhi besar atau kecilnya CR,
dimana SPI akan menyebabkan CR rendah ketika SPI di design untuk mencapai tujuan
entitas bisnis yakni:

• Untuk mencapai kewajaran pelaporan keuangan


• Untuk mencapai kepatuhan terhdap peraturan
• Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas operasi
Planned Detection Risk

Planned Detection Risk adalah risiko yang akan dihadapi auditor berupa munculnya salah saji
yang material pada laporan keuangan meskipun bukti dirasa cukup oleh auditor. Dalam
menentukan besaran nilai PDR, auditor akan mempertimbangkan jumlah bukti yang
dikumpulkan, apabila jumlah bukti yang dikumpulkan banyak maka auditor dapat
menurunkan nilai PDR. Nilai dari PDR juda dapat ditentukan oleh auditor dengan
menggunakan perhitungan:

PDR = AAR / ( IR x CR )

Dimana :

AAR : Acceptable Audit Risk

IR : Inherent Risk

CR : Control Risk

PDR : Planned Detection Risk


RANGKUMAN
Risiko adalah segala hal yang akan terjadi di masa depan yang berkemungkinan akan
mengganggu jalannya kegiatan untuk mencapai tujuan dari organisasi. Dalam audit, risiko
audit dapat diartikan sebagai risiko yang dihadapi auditor yang berkemungkinan
menghambat/menghalangi auditor untuk mencapai tujuan audit yaitu memberikan opini yang
benar sesuai dengan kondisi riil entitas yang diperiksa. Auditor menerima beberapa tingkat
risiko atau ketidakpastian dalam melaksanakan fungsi audit. misalnya, auditor mengakui
ketidakpastian yang melekat tentang ketetapan bukti, ketidakpastian tentang keefektifan
pengendalian internal klien, serta ketidakpastian apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar ketika audit selesai dilaksanakan. Auditor yang efektif akan mengakui bahwa
memang ada risiko dan akan menangani risiko dengan cara yang tepat. Sebagian besar risiko
yang dihadapi auditor sulit diukur serta membutuhkan pertimbangan yang cermat sebelum
auditor dapat merespon dengan tepat. Respon atas risiko dengan baik sangat menentukan
dalam mencapai audit yang bermutu tinggi.

Anda mungkin juga menyukai