Anda di halaman 1dari 8

BAB 7

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

PENDAHULUAN

Alinea tanggungjawab auditor dalam laporan auditor independen berisi dua frasa yang berkaitan
langsung dengan materialitas dan risiko.
Frasa memperoleh keyakinan memadai; auditor tidak menjamin kelayakan penyajian laporan
keuangan. Karena ada sejumlah risiko bahwa laporan keuangan tidak disajikam secara layak,
walaupun auditor member pendapat wajar tanpa pengecualian.
Frasa bebas dari kesalahan penyajian material; tanggungjawab auditor terbatas pada informasi
keuangan yang material saja. Materialitas penting karena tidaklah praktis bagi auditor untuk
memberikan jaminan atas jumlah yang tidak material.

MATERIALTAS

MATERIALITAS DALAM KONTEKS AUDIT


Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan pelaksanaan audit,
serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam audit dan
kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan dan pada saat
merumuskan opini dalam laporan auditor.
TAHAPAN DALAM PENERAPAN MATERIALITAS
Auditor biasanya melakukan lima langkah dalam menerapkan materialitas, yaitu:
1. Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
2. Menentukan materialitas pelaksanaan
3. Memperkirakan total kesalahan penyajian dalam segmen
4. Memperkirakan keseluruhan kesalahan penyajian
5. Membandingkan taksiran keseluruhan dengan kebijakan awal materialitas

MATERIALITAS UNTUK LAPORAN KEUANGAN SECARA KESELURUHAN

(SA 320. 10) menyatakan bahwa pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan,
auditor harus menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Hal ini disebut
pertimbangan awal materialitas. Disebut demikian Karena meskipun opini ditetapkan secara
professional, namun hal tersebut bisa berubah ketika pengauditan sedang berlangsung. Kebijakan
awal ini harus didokumentasikan dalam file audit.
Petimbangan awal materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan adalah jumlah
maksimum diatas jumlah tersebut diyakini oleh auditor akan membuat laporan keuangan mengandung
keslahan penyajian dan masih tidak mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
pengguna laporan.
Selama audit berlangsung, auditor sering mengubah kebijakan awal materialitas. Hal ini disebut
kebijakan tentang materialitas revisian. Auditor perlu melakukan revisi Karena adanya perubahan
dalam salah satu faktor yang digunakan dalam menetapkan kebijakan awal dan hal itu berpengaruh
terhadap kebijakan awal yang diputuskan auditor yang bisa menjadi terlalu besar atau terlalu kecil.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEBIJAKAN AWAL MATERIALITAS

Ada sejumlah faktor yang berpengaruh pada kebijakan awal materialitas yang ditetapkan
auditor untuk laporan keuangan yang akan diauditnya.
Beberapa faktor terpenting adalah:
Konsep Materialitas Adalah Relative, Bukan Absolut
Sejumlah kesalahan penyajian bisa material bagi sebuah perusahaan kecil, tetapi jumlah sekian
tidak material bagi perusahaan lain yang lebih besar.
Diperlukan Dasar Tertentu Untuk Mengevaluasi Materialitas
Laba bersih sebelum pajak sering digunakan sebagai dasar utama untuk menentukan apa yang
material bagi perusahaan yang berorientasi laba, Karena laba bersih sebelum pajak merupakan hal
yang penting bagi para pengguna laporan. Beberapa kantor akuntan menggunakan lebih dari satu
dasar untuk menilai materialitas, Dasar lain yang lazim digunakan adalah penjualan bersih, laba kotor,
atau total asset. Setelah itu, auditor harus menetapkan juga apakah kesalahan penyajian bisa secara
material mempengaruhi kewajaran dasar yang lainnya.
Faktor kualitatif juga mempengaruhi materialitas
Jenis jenis kesalahan penyajian tertentu seringkali lebih berpengaruh terhadap penggunaan
laporan keuangan daripada lainnya, walaupun jumlah rupiahnya sama. Sebagai contoh:
Kesalahan penyajian yang menyangkut kecurangan dipandang lebih serius daripada kekeliruan
tidak sengaja walaupun jumlah rupiahnya sama.
Keslahan penyajian yang jumlah rupiahnya kecil bisa menjadi material apabila terkait dengan
kewajiban kontraktual.
Kesalahan penyajian yang kelihatannya tidak material, bisa menjadi material apabila kesalahan
penyajian tersebut mempengaruhi tren laba.

PENGGUNAAN TOLAK UKUR DALAM MENENTUKAN MATERIALITAS UNTUK


LAPORAN KEUANGAN SECARA KESELURUHAN

Penentuan materialitas membutuhkan penggunaan pertimbangan professional. Sebagai langkah


awal dalam menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan, persentase tertentu
seringkali diterapkan pada suatu tolak ukur yang telah dipilih. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi
proses identifikasi suatu tolak ukur yang tepat mencakup :
Unsur-unsur laporan keuangan

Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna laporan
keuangansuatu entitas tertentu
Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan industry serta lingkungan ekonomi
yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi
Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas

Fluktuasi relatif tolak ukur tersebut.


MENENTUKAN MATERIALITAS PELAKSANAAN

Penentuan materialitas pelaksanaan diperlukan karena auditor mengumpulkan bukti per segmen
bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan, dan tingkat materialitas pelaksanaan membantu
mereka dalam menentukan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan. Materialitas pelaksanaan
berhubungan terbalik dengan jumlah bukti yang harus dikumpulkan auditor.
Materialitas pelaksanaan bisa berbeda-beda untuk golongan transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan yang berbeda terutama bila terdapat focus pada suatu bidang tertentu. Selain itu
asurans audit secara keseluruhan dan biaya untuk memperoleh bukti audit harus pula dipertimbangkan
dalam menentukan materialitas pelaksanaan.
Penentuan materialitas pelaksanaan dipengaruhi oleh pemahaman auditor atas entitas, yang
dimutahirkan selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko, dan sifat serta luasnya kesalahan
penyajian yang terdeteksi dalam audit sebelumnya serta harapan auditor berkaitan dengan kesalahan
penyajian dalam periode berjalan.
Proses penentuan materialitas pelaksanaan disebut juga sebagai proses pengalokasian
pertimbangan awal tentang materialitas ke segmen-segmen. Banyak praktisi mengalokasikan
materialitas ke akun-akun neraca dan bukannya ke akun-akun laba rugi, Karena kebanyakan
kesalahan penyajian rugi laba memiliki dampak yang sama terhadap neraca sebagai akibat
pelaksanaan metode akuntansi berpasangan.
Auditor memiliki tiga masalah dalam mengalokasikan materialitas ke akun-akun neraca, yaitu :
1. Auditor menduga akun-akun tertentu memiliki lebih banyak kesalahan penyajian daripada
lainnya.
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
3. Biaya audit terkait mempengaruhi pengalokasian.
Pada akhir audit, auditor harus menggabungkan semua kesalahan penyajian sesungguhnya dan
taksiran kesalahan penyajian dan membandingkannya dengan kebijakan awal materialitas.

MEMPERKIRAKAN KESALAHAN PENYAJIAN DAN MEMBANDINGKAN DENGAN


KEBIJAKAN AWAL

Pada saat auditor melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor
mendokumentasikan semua kesalahan penyajian yang ditemukannya. Kesalahan penyajian dalam
suatu akun bisa terdiri dari dua tipe, yaitu :
Kesalahan penyajian diketahui (known misstatement) : keslahan penyajian dalam akun yang dapat
ditentukan jumlahnya.
Kesalahan penyajian diperkirakan (likely misstatement), dimana kesalahan ini memiliki dua tipe
yaitu: kesalahan penyajian yang timbul dari perbedaan pertimbangan manajemen dalam menaksir
saldo akun, dan proyeksi kesalahan penyajian yang didasarkan pada pengujian auditor atas suatu
sampel atau populasi.

RISIKO AUDIT

(SA 315) mewajibkan auditor untuk mendapatkan pemahaman tentang entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menetapkan risiko kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan klien.
Auditor yang efektif mengakui tentang adanya risiko dan mengelola risiko tersebut dengan cara
yang tepat. Banyak risiko yang sulit diukur dan membutuhkan pertimbangan yang cermat sebelum
auditor dapan menaggulangi dengan tepat. Tanggapan terhadap risiko-risiko secara tepat adalah
sesuatu yang kritikal untuk mencapai audit berkualitas tinggi.
MODEL RISIKO AUDIT UNTUK PERENCANAAN
Risiko kesalahan penyajian material dapat terjadi di dua tingkat yaitu :
Tingkat laporan keuangan secara keseluruhan

Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun dan pengungkapan.


Auditor menggunakan beberapa pendekatan untuk mencapai tujuan penilaian risiko keslahan
penyajian material. Salah satu pendekatannya yaitu Model Risiko Audit. Model Risiko Audit
membantu auditor untuk menentukan berapa banyak dan jenis bukti apa yang harus dikumpulkan
pada setiap siklus. Model risiko audit biasanya dinyatakan sebagai berikut.
AR
DR= atau AR = IR X CR X DR
IR X CR

KOMPONEN-KOMPONEN MODEL RISIKO AUDIT

RISIKO DETEKSI
Standar audit (SA 200. 13 (e)) mendefinisikan risiko deteksi sebagai berikut : Risiko deteksi
adalah risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan oleh auditor untuk menurunkan risiko audit ke
tingkat rendah yang dapat diterima tidak akan mendeteksi suatu kesalahan penyajian yang ada dan
yang mungkin material, baik secara individual maupun secara kolektif ketika digabung dengan
kesalahan penyajian lainnya.
RISIKO INHEREN
Standar audit (SA 200. 13 (n)) mendefinisikan risiko deteksi sebagai berikut : Risiko inheren
yaitu kerentanan suatu asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan
terhadap suatu kesalahan penyajian yang mungkin material, baik secara individual maupun secara
kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya, sebelum mempertimbangkan
pengendalian internal yang terkait.
RISIKO PENGENDALIAN
Standar audit (SA 200. 13 (n)) mendefinisikan risiko deteksi sebagai berikut : Risiko
pengendalian yaitu risiko bahwa suatu kesalahan penyajian yang mungkin terjadi dalam suatu asersi
tentang suatu golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan yang mungkin material, baik secara
individual maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya, tidak
akan dapat dicegah, atau dideteksi dan dikoreksi, secara tepat waktu oleh pengendalian internal
entitas.
RISIKO AUDIT
Standar audit (SA 200. 13 (c)) mendefinisikan risiko deteksi sebagai berikut : Risiko audit yaitu
risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini audit yang tidak tepat ketika laporan keuangan
mengandung kesalahan material. Risiko audit merupakan suatu fungsi kesalahan penyajian material
dan risiko deteksi.
PERBEDAAN ANTARA RISIKO-RISIKO DALAM MODEL RISIKO AUDIT
Ada perbedaan besar dalam hal bagaimana auditor menilai keempat factor risiko dalam model
risiko dalam model risiko audit. Untuk risiko audit yang bisa diterima, auditor memutuskannya sesuai
dengan kesediaan kantor akuntan menerima risiko bahwa laporan keuangan mengandung kesalahan
penyajian setelah audit selesai dikerjakan, berdasarkan berbagai fakor yang menyangkut klien. Risiko
inheren dan risiko pengendalian didasarkan pada dugaan auditor atau prediksi tantang kondisi klien.
MENETAPKAN RISIKO AUDIT BISA DITERIMA

Auditor harus memutuskan risiko audit yang bisa diterima untuk suatu audit, terutama pada
tahap perencanaan audit. Pertama-tama auditor harus menetapkan risiko penugasan dan selanjutnya
menggunakan risiko penugasan untuk menetapkan risiko audit.
DAMPAK RISIKO PENUGASAN TERHADAP RISIKO AUDIT BISA DITERIMA
Risiko penugasan adalah risiko yang harus ditanggung auditor atau kantor akuntan setelah suatu
audit diselesikan, walaupun laporan audit yang dibuat sudah benar. Risiko Penugasan berkaitan erat
dengan risiko bisnis. Contohnya, jika klien dinyatakan bangkrut oleh pengadilan setelah perusahaan
diaudit, kemungkinan besar kantor akuntan akan dituntut, meskipun audit telah dilaksanakan dengan
baik.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO AUDIT BISA DITERIMA
Ada tiga faktor yang mempengaruhi risiko penugasan dan yang selanjutnya berpengaruh juga
pada risiko audit, yaitu :
1. Seberapa jauh pengguna eksteren mengandalkan laporan keuangan auditan
2. Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit diterbitkan
3. Evaluasi auditor tentang integritas manajemen.

MENILAI RISIKO INHEREN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO INHEREN


Dalam menetapkan risiko inheren, auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor penting, yaitu:
Sifat bisnis klien

Hasil audit periode sebelumnya

Penugasan baru atau penugasan ulang

Pihak-pihak yang berelasi

Transaksi-transaksi non rutin

Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi yang benar

Pembentuk populasi

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecurangan pelaporan keuangan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan asset.


MENETAPKAN RISIKO INHEREN
Dalam standard Audit (SA 200. A38) risiko inheren dapat lebih tinggi untuk beberapa asersi dan
golongan transaksi, saldo akun, serta pengungkapan tertentu. Meskipun organisasi profesi tidak
menetapkan standar atau pedoman untuk menetapkan risiko inheren, namun auditor dapat konservatif
dalam menetapkannya.
MENDAPATKAN INFORMASI UNTUK MENETAPKAN RISIKO INHEREN
Auditor memulai penetapan risiko inheren pada tahap perencanaan dan memutahirkan
penetapan tersebut selama audit berlangsung. Mengingat bahwa pengujian dilakukan dikala audit
berlangsung , auditor bisa memperoleh informasi tambahan yang mempengaruhi penilaian awal risiko
inheren.

HUBUNGAN ANTARA RISIKO DENGAN BUKTI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI RISIKO

Auditor menanggapi risiko terutama dengan mengubah luasnya pengujian dan jenis prosedur
audit, termasuk pula dengan memadukan hal-hal tak terduga dalam prosedur audit yang digunakan.
Selain dengan memodifikasi bukti audit, ada du acara lain yang dapat diubah auditor untuk
menanggapi risiko.
Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman

Penugasan harus di-review lebih cermat.


RISIKO AUDIT PER SEGMEN
Risiko inheren dan risiko pengendalian tidak ditetapkan untuk audit sebagai keseluruhan,
melainkan ditetapkan untuk setiap siklus, setiap akun dalam suatu siklus, bahkan kadang-kadang
untuk setiap tujuan audit pada suatu akun. Untuk audit yang sama, risiko yang ditetapkan bisa
berbeda-beda antara siklus yang satu dengan siklus yang lain, antara akun yang satu dengan akun
yang lain, dan antara tujuan yang satu dengan tujuan yang lain.
Risiko audit bisa diterima biasanya ditetapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan tidak
berubah untuk setiap siklus dan akun. Auditor biasanya menggunakan risiko audit bisa diterima yang
sama untuk setiap segmen, Karena faktor-faktor yang mempengaruhi risiko audit bisa diterima
berkaitan dengan keseluruhan audit, tidak untuk akun individual.
Seperti halnya risiko inheren dan risiko pengendalian, risiko deteksi direncanakan dan bukti
audit yang diperlukan bisa berbeda-beda untuk setiap siklus, setiap akun, atau setiap tujuan.
MENGAITKAN MATERIALITAS PELAKSANAAN (KESALAHAN PENYAJIAN BISA
DITOLERANSI) DAN RISIKO DENGAN TUJUAN AUDIT DIATAS SALDO
Auditor akan lebih efektif untuk menggunakan risiko yang berbeda-beda untuk tujuan yang
berbeda, dan biasanya tidaklah sulit untuk menghubungkan risiko dengan satu atau dua tujuan.
Contohnya seperti keusangan dalam persediaan kemungkinan besar hanya akan berpengaruh terhadap
nilai bersih bisa direalisasi. Akan jauh lebih sulit untuk memutuskan berapa banyak materialitas yang
dialokasikan pada suatu akun akan dialokasikan lebih lanjut pada satu atau dua tujuan tertentu. Oleh
Karena itu, kebanyakan auditor tidak berusaha mengalokasikan materialitas pada tujuan-tujuan audit
tertentu.
KETERBATASAN PENGUKURAN
Salah satu keterbatasan paling besar dalam penerapan model risiko audit adalah adanya
kesulitan dalam pengukuran komponen-komponen dalam model. Untuk mengatasi masalah
pengukuran, banyak auditor menggunakan pengukuran subyektif yang dinyatakan dengan istilah
seperti rendah, medium, dan tinggi. Auditor bisa menggunakan informasi ini untu menetapkan jumlah
dan jenis bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan.
HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT
Konsep materialitas dan risiko dalam pengauditan berhubungan erat satu sama lain dan tidak
bisa dipisahkan. Risiko adalah pengukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas adalah pengukuran
besarnya atau ukurannya. Namun apabila keduanya digabungkan akan mengukur besaran
ketidakpastian dari suatu jumlah tertentu.
Kesalahan penyajian yang dapat ditoleransi bukan merupakan bagian dari model risiko audit,
tetapi perpaduan antara kesalahan penyajian yang dapat ditoleransi dan forktor-faktor model risiko
audit menentukan bukti audir direncanakan.

MEREVISI PENILAIAN RISIKO DAN BUKTI


SA 315. 31 menegaskan bahwa penilaian risiko auditor atas risiko kesalahan penyajian material
dapat berubah selama pelaksanaan audit, sejalan dengan diperolehnya bukti audit tambahan.
Auditor harus cermat dalam memutuskan, berdasarkan bukti yang terkumpul, apakah penetapan
awal risiko pengendalian dan risiko inheren telah dilakukan terlalu rendah, atau risiko audit bisa
diterima telah ditetapkan terlalu tinggi. Dalam situasi demikian, auditor dapat melakukan dua tahap
pendekatan sebagai berikut:
Auditor harus merevisi penetapan awal risiko

Auditor harus mempertimbangkan pengaruh revisi terhadap bukti audit yang diperlukan,
tanpa menggunakan model risiko audit.

RISIKO SIGNIFIKAN

Standar Audit (SA 315. 25) mengharuskan auditor untuk menilai risiko kesalahan penyajian
material pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun,
dan pengungkapan. Sebagai bagian dari penilaian risiko tersebut, auditor harus menentukan apakah
risiko yang diidentifikasi adalah menurut pertimbangan auditor, suatu signifikan (SA 315. 27).
Risiko signifikan adalah suatu risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan
dinilai yang dalam pertimbangan auditor memerlukan pertimbangan audit khusus (SA 315. 4 e)).
Risiko signifikan sering berhubungan dengan transaksi non rutin yang signifikan atau hal-hal yang
memerlukan pertimbangan.
Risiko kesalahan penyajian material mungkin lebih besar untuk transaksi non rutin yang
signifikan yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
Interveni manajemen yang lebih besar dalam menentukan perlakuan akuntansi.

Intervensi manual yang lebih besar dalam pengumpulan dan pengolahan data.

Perhitungan atau prinsip akuntansi yang kompleks.

Sifat transaksi non rutin yang dapat menyebabkan kesulitan bagi entitas untuk
mengimplementasikan pengendalian yang efektif terhadap risiko.
Dalam melakukan pertimbangan atas penentuan suatu risiko sebagai risiko yang signifikan,
auditor harus mempertimbangkan paling tidak hal-hal sebagai berikut :
a. Apakah risiko tersebut merupakan risiko kecurangan
b. Apakah risiko tersebut terkait dengan perkembangan terkini yang signifikan dalam bidang
ekonomi, akuntansi, atau lainnya, dan oleh Karena itu membutuhkan perhatian spesifik
c. Kompleksitas transaksi
d. Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dengan pihak berelasi
e. Derajat subyektivitas dalam pengukuran informasi keuangan yang berkaitan risiko, terutama
pengukuran yang melibatkan ketidakpastian pengukuran yang luas
f. Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan yang terjadi diluar kegiatan bisnis
normal entitas, atau yang tampaknya tidak biasa.
Jika auditor telah menentukan bahwa terdapat suatu risiko signifikan, auditor harus memperoleh
suatu pemahaman tentang pengendalian entitas, termasuk aktivitas yang relevan dengan risiko
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai