Anda di halaman 1dari 43

MATERIALITAS

Materialitas dalam konteks Audit


Kerangka pelaporan keuangan seringkali membahas materialitas dalam
konteks penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Namun secara
umum kerangka tersebut menjelaskan :
• Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan
• Pertimbangan tentang materialitas
• Pertimbangan tentang hal – hal yang material bagi pengguna laporan
keuangan
Materialitas Untuk Laporan Keuangan
Secara Keseluruhan
Standar auditing (SA 320. 10) menyatakan bahwa “pada saat menetapkan
strategi audit secara keseluruhan, auditor harus menetukan materialitas untuk
laporan keuangan secara keseluruhan”.
Pertimbangan awal materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
(tahap 1 gambar 7-1) adalah jumlah maksimum yang diyakini oleh auditor akan
membuat laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian dan masih tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pengguna laporan.
Gambar 7-1 Tahapan dalam Penerapan Materialitas
FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA
KEBIJAKAN AWAL MATERIALITAS

Beberapa faktor terpenting yang berpengaruh pada kebijakan


awal materilaitas yang ditetapkan auditor antara lain :
• Konsep materilitas adalah Relatif, Bukan Absolut
• Diperlukan Dasar Tertentu untuk Mengevaluasi Materialitas
• Faktor Kualitatif Juga Mempengaruhi Materialitas
PENGGUNAAN TOLAK UKUR DALAM MENENTUKAN MATERIALITAS
UNTUK LAPORAN KEUANGAN SECARA KESELURUHAN
Penentuan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan membutuhkan
penggunaan pertimbangan profesional, persentase tertentu seringkali diterapkan pada
suatu tolak ukur. Adapun Faktor – faktor yang mempengaruhi tolak ukur yang tepat
meliputi:
• Unsur – unsur laporan keuangan
• unsur yang menjadi perhatian khusus pengguna laporan keuangan
• Sifat entitas
• Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas
• Fluktuasi relatif tolak ukur tersebut.
• PENERAPAN MATERIALITAS PADA PT ABC
Dengan menggunakan contoh pada pedoman pada gambar 7-2, akan diterapkan pada
PT ABC. Penjabaran pedoman akan menjadi sebagai berikut:

Apabila auditor yang mengaudit PT ABC berpendapat bahwa pedoman masuk akal,
maka hal pertama yang dilakukan yaitu menilai apakah terdapat faktor kualitatif
yang signifikan mempengaruhi kebijakan materialitas.
MENENTUKAN MATERIALITAS PELAKSANAAN
Penentuan materialitas pelaksanaan diperlukan karena auditor
mengumpulkan bukti per segmen bukan untuk laporan keuangan secara
keseluruhan. Materialitas pelaksanaan berhubungan terbalik dengan
jumlah bukti yang harus dikumpulkan auditor.
Contoh, untuk suatu piutang usaha bersaldo Rp 1.000.000,00 auditor
harus mengumpulkan bukti yang lebih banyak apabila kesalahan
penyajian sebesar Rp 50.000,00 dipandang material, daripada apabila
kesalahan penyajian Rp 300.000,00 dipandang material.
Gambar 7-3 TINGKAT Materialitas Pelaksanaan pada PT ABC

Gambar 7-3 melukiskan pendekatan pengalokasian yang dilakukan oleh seorang


auditor senior, dalam pengauditan atas PT ABC. Gambar ini meringkas neraca,
mrnggabungkan akun – akun tertentu, dan menunjukkan pengalokasian total
materialitas sejumlah RP 442.000,00.
CONTOH PENGALOKASIAN
Dalam melakukan pengalokasian, auditor menggunakan pertimbangan
tertentu karena ada dua ketentuan yang ditetapkan oleh Kantor Akuntan
“Santoso & Rekan”, yaitu :
• Kesalahan penyajian untuk setiap akun tidak boleh lebih besar dari 60%
dari kebijakan awal (60% dari Rp 442.000,00 = Rp 265.000,00
dibulatkan )
• Jumlah total seluruh kesalahan penyajian bisa ditoleransi tidak boleh
lebih besar dari dua kali lipat kebijakan awal materialitas (2 x Rp
442.000,00 = Rp 884.000,00)
MEMPERKIRAKAN KESALAHAN PENYAJIAN DAN
MEMBANDINGKAN DENGAN KEBIJAKAN AWAL
Dua tahap pertama dalam penerapan materialitas berkaitan
dengan perencanaan. Tiga tahapan lainnya merupakan hasil dari pelaks
Pada saat auditor melaksanakan prosedur audit untuk setiap segemn
audit, auditor mendokumentasikan semua kesalahan penyajian yang
ditemukannya. anaan pelaksanaan pengajuan audit.
MEMBUAT KEPUTUSAN TENTANG
RISIKO AUDIT BISA DITERIMA
Untuk menetapkan risiko audit bisa diterima, pertama-tama auditor harus
menilai setiap faktor yang mempengaruhi risiko audit bisa diterima.
Dimasukkanya risiko inheren ke dalam model risiko audit merupakan konsep paling penting dalam pengauditan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO INHEREN
• Sifat bisnis klien
• Hasil audit periode sebelumnya
• Penugasan baru atau penugasan ulangan
• Pihak-pihak yang berelasi
• Transaksi-transaksi non-rutin
• Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan benar
• Pembentuk populasi
• Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecurangan pelaporan Keuangan
• Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan aset

MENILAI RISIKO INHEREN


• Auditor harus mengevaluasi informasi-informasi yang mepengaruhi risiko
inheren dan menetapkan tingkat risiko inheren untuk setiap siklus, dan untuk
setiap tujuan audit.
• Auditor biasanya konservatif dalam menetapkan standar. Contohnya dalam
audit tahun lalu ditemukan banyak kesalahan penyajian, dan kecepatan
perputaran piutang melambat pada tahun ini. Dalam situasi semacam ini
auditor kemungkinan besar akan menetap risiko inheern pada tingkat relatif
tinggi (hingga 100%) untuk tiap tujuan audit atas persediaan.

MENETAPKAN RISIKO INHEREN


• Auditor memulai penetapan risiko inheren pada tahap perencanaan dan
memutahirkan penetapan itu selama audit berlangsung. Untuk mendapat
pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien, auditor bisa melakukan
peninjauan mengelilingi perusahaan dan mengidentifikasi pihak-pihak yang
telribat. Meningat bahwa pengujian dilakukan di kala audit berlangsung,
auditor bisa memperoleh informasi tambahan.

MENDAPATKAN INFORMASI UNTUK


MENETAPKAN RISIKO INHEREN
HUBUNGAN ANTARA RISIKO DENGAN BUKTI DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO
Selain dengan memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat diubah
auditor untuk menanggapi risiko.

1.Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman


Kantor akuntan akan menunjuk staf yang lebih berkualitas untuk setiap
penugasan. Untuk klien dengan risiko audit bisa diterima yang rendah,
diperlukan staf yang lebih berpengalaman.
2. Penugasan harus di-review lebih cermat
Kantor akuntan harus memastikan review telah memadai dengan
mendokumentasikan perencanaan audit, pengumpulan bukti dan kesimpulan,
serta hal-hal penting lainnya.
• Risiko inheren dan risiko pengendalian tidak ditetapkan untuk audit sebagai keseluruhan, melainkan ditetapkan
untuk setiap siklus, setiap akun dalam satu siklus, atau untuk setiap tujuan audit pada satu akun.
• Risiko audit bisa diterima biasanya ditetapkan auditor pada tahap perencanaan dan tidak berubah untuk setiap
siklus dan akun.
• Namun demikian, dalam hal-hal tetentu, risiko audit bisa diterima yang lebih rendah mungkin akan lebih tepat untuk
satu akun daripada lainnya.
• Sejumlah auditor menggunakan risiko audit bisa diterima yang sama untuk semua segmen berdasarkan keyakinan
bahwa pada akhir audit, pengguna laporan keuangan akan mempunyai tingkat keyakinan yang sama untuk semua
segmen laporan keuangan.
• Seperti halnya risiko pengendalian dan risiko inheren, risiko deteksi direncanakan dan bukti audit yang diperlukan
bisa berbeda-beda untuk setiap siklus, setiap akun, dan tujuan. Keadaan setiap penugasan berbeda, banyaknya
sifat dan bukti yang diperlukan tergantung pada keadaan yang unik dari setiap audit.

RISIKO AUDIT PER SEGMEN


Auditor akan lebih efektif untuk menggunakan risiko yang berbeda-beda untuk
tujuan yang berbeda, dan biasanya tidaklah sulit untuk menghubungkan risiko
dengan satu atau dua tujuan. Contohnya, keusangan dalam persediaan
kemungkinan besar hanya akan berpengaruh terhadap nilai bersih bisa
direalisasi. Akan jauh lebih sulit untuk memutuskan berapa banyak materialitas
yang dialokasikan pada suatu akun akan dialokasikan lebih lanjut pada satu
atau dua tujuan tertentu. Oleh karena itu, kebanyakan auditor tidak berusaha
mengalokasikan materialitas pada tujuan-tujuan audit tertentu.
MENGAITKAN MATERIALITAS PELAKSANAAN
(KESALAHAN PENYAJIAN BISA DITOLERANSI) DAN
RISIKO DENGAN TUJUAN AUDIT ATAS SALDO
KETERBATASAN PENGUKURAN
• Salah satu keterbatasn paling besar dalam penetapan model risiko audit adalah adanya
kesulitan dalam pengukuran komponen-komponen dalam model. Disamping kerja
keras auditor dalam membuat perencanaan audit, penetapan risiko audit bisa diterima,
risiko inheren, risiko pengendalian, dan selanjutnya risiko deteksi direncanakan sangat
bersifat subyektif dan hanya merupakan perkiraan.
HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN MATERIALITAS
DENGAN BUKTI AUDIT
Hubungan antara kesalahan penyajian bisa ditoleransi dan keempat risiko dengan bukti audit bisa dilihat pada gambar
ini. Terlihat bahwa kesalahan penyajian bisa ditoleransi tidak mempengaruhi satu pun dari keempat risiko, dan risiko
tidak mempunyai pengaruh terhadap kesalahan penuyajian bisa ditoleransi, namun secara bersama-sama keduanya
menetukan bukti yang direncanakan. Dengan kata lain, kesalahan penyajian bisa ditoleransi bukan merupakan bagian
dari model risiko audit, tetapi perpaduan antara kesalahan penyajian bisa ditoleansi dan faktor-faktor model risiko audit
menentukan bukti audit direncanakan.
• Model risiko audit utamanya merupakan model perencanaan dan oleh karena itu
kegunaanya terbatas dalam mengevaluasi hasil.

• Auditor harus cermat dalam memutuskan, berdasarkan bukti yang terkumpul, apakah
penetapan awal risiko pengendalian dan risiko inheren telah dilakukan terlalu rendah,
atau risiko audit bisa diterima telah ditetapkan terlalu tinggi. Dalam situasi demikian,
auditor dapat melakukan dua tahap pendekatan sebagai berikut :
1. Auditor harus merevisi penetapan awal risiko
2. Auditor harus mempertimbangkan pengaruh revisi terhadap bukti yang
diperlukan, tanpa menggunakan model risiko audit.

MEREVISI PENILAIAN RISIKO DAN


BUKTI
Risiko signifikan adalah suatu risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan dinilai yang, dalam
pertimbangan auditor memerlukan pertimbangan audit khusus (SA 315. 4 (e)). Risiko signifikan sering
berkaitan dengan transaksi non-rutin yang signifikan atau hal-hal yang memerlukan pertimbangan. Transaksi
nonrutin adalah transaksi yang tidak biasa, karena ukuran maupun sifatnya, dan oleh karena itu tidak sering
terjadi.

Risiko kesalahan penyajian material mungkin lebih besar untuk transaksi nonrutin yang signifikan yang
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
• Risiko kesalahan penyajian mateial mungkin lebih besar untuk transaksi nonrutin yang
signifikan yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
• Intervensi manajemen yang lebih besar dalam menentukan perlakuan akuntansi
• Intervensi manual yang lebih besar dalam pengumpulan dan pengolahan data
• Perhitungan atau prinsip akuntansi yang kompleks
• Sifat transaksi nonrutin yang dapat menyebabkan kesulitan bagi entitas untuk
mengimplementasikan pengendalian yang efektif terhadap risiko.

RISIKO SIGNIFIKAN
Dalam melakukan pertimbangan atas penentuan suatu risiko sebagai risiko yang signifikan
(significant risk), auditor harus mempertimbangkan paling tidak hal-hal sebagai berikut:
a. Apakah risiko tersebut merupakan suatu risiko kecurangan
b. Apakah risiko tersebut terkait dengan perkembangan terkini yang signifikan dalam bidang
Ekonomi, Akuntansi, atau lainnya, dan oleh karena itu, membutuhkan perhatian spesifik
c. Kompleksitas transaksi
d. Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dengan pihak berelasi
e. Derajat subyektivitas dalam pengukuran informasi keuangan yang berkaitan risiko, terutama
pengukuran yang melibatkan ketidakpastian pengukuran yang luas;dan
f. apakah risiko tersebt melibatkan transaksi signifikan yang terjadi di luar kegiatan kegiatan bisnis
normal entitas, atau yang tampaknya tidak biasa

Jika auditor telah menentukan bahwa terdapat suatu risiko signifikan, auditor harus memperoleh
suatu pemahaman tentang pengendalian entitas, termasuk aktivitas pengendalian yang relevan
dengan risiko tersebut.
MEMPERKIRAKAN KESALAHAN PENYAJIAN DAN
MEMBANDINGKAN DENGAN KEBIJAKAN AWAL
Ada dua tipe kesalahan penyajian diperkirakan. Pertama adalah kesalahan
penyajian yang timbul dari perbedaan pertimbangan yang dibuat auditor
dengan pertimbangan manajemen dalam menaksir saldo akun.Yang kedua
adalah proyeksi kesalahan penyajian yang didasarkan pada pengujian auditor
atas suatu sampel dari populasi.Kesalahan penyajian dalam kas sebesar
2.000 adalah kesalahan penyajian diketahui yang berasal dari temuan auditor
tentang biaya administrasi bank yang tidak dicatat klien. Berbeda dengan
kas, kesalahan penyajian untuk piutang usaha didasarkan pada sampel.
Perhitungan proyeksi langsung taksiran kesalahan penyajian.
Kesalahan penyajian bersih dalam sampel (3.500) X total nilai populasi
(450.000) : Total sampel (50.000) = 31.500
Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam
Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko yang terjadi
dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin besar
keinginan auditor dalam menyatakan pendapatnya yang benar ,
semakin rendah risiko audit yang akan ia terima.Misalnya
“Jika diinginkan keyakinan 99% maka resiko audit yang akan
ia terima sebesar 1%.”

RISIKO AUDIT
Risiko kesalahan penyajian material didefinisikan dalam standar audit
(SA 200.13. (n) sebagai : risiko bahwa laporan keuangan mengandung
kesalahan penyajian material sebelum audit dilakukan. Risiko
kesalahan penyajian material terjadi di dua tingkat :
a. Tingkat laporan keuangan secara keseluruhan dan
b. Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo,akun,dan
pengungkapan.

MODEL RISIKO AUDIT


Ada 4 (empat) jenis risiko audit, masing-masing jenis risiko audit
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Planned Detection Risk (Risiko Penemuan yang Direncanakan)
2. Acceptable Audit Risk (Risiko Audit yang dapat diterima)
3. Inherent Risk (Risiko Bawaan atau Risiko Melekat)
4. Control Risk (Risiko Pengendalian)

KOMPONEN KOMPONEN MODEL


RISIKO
• Untuk suatu tingkat risiko audit tertentu, terdapat hubungan
terbalik antara tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian
yang diperhitungan untuk suatu asersi, dengan tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima auditor untuk asersi tersebut.
• Risiko bawaan dan risiko pengendalian berhubungan erat dengan
keadaan klien, sedangkan risiko deteksi dapat dikendalikan
(controllable) oleh auditor.

Hubungan Masing-Masing
Resiko Audit
Model risiko audit menyatakan hubungan antara
komponen-komponen risiko audit sebagai berikut;
RA = RB x RP X RD
Dalam model di atas simbol-simbol berarti sebagai berikut;
RA = Risiko Audit.
RB =Risiko Bawaan
RP = Risiko Pengendalian
RD =Risiko Deteksi

MODEL RISIKO AUDIT


Untuk menggambarkan penggunakan model diatas, misalkan
auditor telah membuat perhitungan risiko berikut untuk suatu
asersi tertentu, Misalnya Asersi penilaian atau pengalokasian atas
persediaan: RB = 50%, RP = 50%
Misalkan auditor telah menetapkan risiko audit (RA) keseluruhan
sebesar 5% risiko deteksi dapat ditentukan dengan menggunakan
model untuk RD sebgai berikut:
RD = 0,05 : 0.5 x 0.5 = 0,2 (20%)

CONTOH PERHITUNGAN RISIKO AUDIT


Auditor harus memutuskan risiko audit yang bisa diterima untuk
suatu audit, terutama pada tahap perencanaan audit. Dampak
risiko penugasan terhadap risiko audit bisa diterima yaitu risiko
penugasan adalah risiko yang harus ditanggung auditor atau
kantor akuntan setelah suatu audit diselesaikan, walaupun
laporan audit yang dibuat sudah benar. Perlu dicatat bahwa para
auditor berbeda pendapat tentang apakah risiko penugasan perlu
dipertimbangkan atau tidak dalam perencnaan audit.

MENETAPKAN RISIKO AUDIT BISA


DITERIMA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RISIKO AUDIT BISA DITERIMA
Ada tiga faktor yang mempengaruhi risiko penugasan dan yang
selanjutnya mempengaruhi risiko audit, yaitu
(1) seberapa jauh pengguna laporan eksteren mengendalikan laporan
keuangan auditan
(2) kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit
diterbitkan, dan
(3) integritas manajemen.
Standar Audit (“SA”) 320 berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk menerapkan
konsep materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan.
Tujuan SA ini, materialitas pelaksanaan (performance materiality) adalah suatu jumlah
yang ditetapkan oleh auditor, pada tingkat yang lebih rendah daripada materialitas
untuk laporan keuangan secara keseluruhan, untuk mengurangi ke tingkat rendah
yang semestinya kemungkinan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak
terdeteksi yang secara agregat melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan. Jika berlaku, materialitas pelaksanaan dapat ditetapkan oleh auditor
pada jumlah yang lebih rendah daripada materialitas golongan transaksi, saldo akun
atau pengungkapan tertentu.

Definisi & Tujuan


• Dalam melakukan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan auditor
adalah untuk mendapatkan perikatan yang memberikan keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan
penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan atau
kesalahan, oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan, dalam semua hal yang material, telah
disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan
untuk melaporkan laporan keuangan tersebut serta mengomunikasikan
temuan-temuan auditor sebagaimana disyaratkan oleh SA.
Kerangka pelaporan keuangan sering kali membahas konsep materialitas dalam konteks
penyusunan dan penyajian laporan keuangan, kerangka tersebut secara umum menjelaskan
bahwa:
• Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan penyajian
tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat memengaruhi keputusan
ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan
tersebut;
• Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai kondisi yang
melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan penyajian, atau
kombinasi keduanya; dan
• Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi pengguna laporan keuangan
didasarkan pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum yang
diperlukan oleh pengguna laporan keuangan sebagai suatu grup.

Materialitas Dalam Konteks Audit


Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan profesional, dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para
pengguna laporan keuangan. Dalam konteks ini, adalah masuk akal bagi auditor
untuk mengasumsikan bahwa pengguna laporan keuangan:
• Memiliki suatu pengetahuan dan kemauan
• Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu;
• Mengakui adanya ketidakpastian bawaan
• Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal

Penentuan dan Pertimbangan


Materialitas
Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-
pertimbangan tentang ukuran kesalahan penyajian yang dipandang
material. Pertimbangan-pertimbangan tersebut menyediakan suatu
basis untuk:
• Menentukan sifat, saat dan luas prosedur penilaian risiko;
• Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material;
dan
• Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan.
• Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam
Perencanaan Audit
• Revisi Sejalan dengan Progres Audit
• Dokumentasi

Ketentuan dalam SA 320


Pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus menentukan
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika, dalam kondisi spesifik
entitas, terdapat satu atau lebih golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu
yang mengandung kesalahan penyajian yang jumlahnya lebih rendah daripada materialitas
laporan keuangan secara keseluruhan diperkirakan secara masuk akal akan memengaruhi
keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pengguna berdasarkan laporan keuangan tersebut,
maka auditor harus menetapkan materialitas yang akan diterapkan terhadap golongan
transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu tersebut. Auditor harus menetapkan
materialitas pelaksanaan untuk menilai risiko kesalahan penyajian material dan menentukan
sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan.

Penentuan Materialitas dan Materialitas


Pelaksanaan dalam Perencanaan Audit
• Auditor harus merevisi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
(dan, jika berlaku, materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau
pengungkapan tertentu) pada saat auditor menyadari adanya informasi selama audit
yang mungkin saja menyebabkan auditor menentukan jumlah materialitas yang
berbeda dari jumlah materialitas yang pertama kali ditetapkan. (Ref: Para. A13)
• Jika auditor menyimpulkan bahwa materialitas yang lebih rendah daripada
tingkat materialitas yang ditentukan pertama kali untuk laporan keuangan secara
keseluruhan (dan, jika berlaku, materialitas untuk golongan transaksi, saldo
akun
• atau pengungkapan tertentu) adalah tepat, maka auditor harus menentukan apakah
revisi terhadap materialitas pelaksanaan perlu dilakukan dan apakah sifat, saat dan
luas prosedur audit lebih lanjut masih tepat.

Revisi Sejalan dengan Progres Audit


Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya jumlah-jumlah di
bawah ini beserta faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuannya:
• Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
• Jika berlaku, tingkat materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun
atau pengungkapan tertentu
• Materialitas pelaksanaan ; dan
• Revisi yang dibuat sejalan dengan progres audit

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai