Adanya risiko inheren ke dalam model resiko audit membuat auditor memprediksi
kesalahan penyajian yang mungkin dan mana yang paling kecil kemungkinannya dalam laporan
keuangan.
Auditor harus menilai faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko dan memodifikasi bukti
audit untuk dipertimbangkan. Adapun faktor-faktor tersebut, seperti:
Untuk risiko kecurangan pelaporan keuangan dan risiko penyalahgunaan aset, auditor
fokus pada bidang yang berisiko kecurangan tinggi dan merancang prosedur audit atau mengubah
keseluruhan tindakan audit untuk menanggapi risiko tersebut. Tanggapan khusus terhadap risiko
kecurangan yang teridentifikasi bisa berupa revisi atas penetapan risiko diteksi bisa diterima, risiko
inheren, dan risiko pengendalian.
Auditor harus mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren dan menetapkan
tingkat risiko inheren untuk setiap siklus, dan untuk setiap tujuan audit. Dalam standar audit (SA
200. A38) disebutkan bahwa risiko inheren dapat lebih tinggi untuk beberapa asersi dan golongan
transaksi, saldo akun, serta pengungkapan tertentu. Risiko bawaan lebih tinggi untuk perhitungan
yang kompleks atau untuk akun yang terdiri amgka yang berasal dari estimasi akuntansi yang
tergantung pada ketidakpastian estimasi signifikan.
Auditor memulai penetapan risiko inheren pada tahap perencanaan dan memutahirkan
penetapan tersebut selama audit berlangsung. Mengingat bahwa pengujian dilakukan saat audit
berlangsung, auditor bisa memperoleh informasi tambahan yang mempengaruhi penilaian awal
risiko inheren.
Auditor menanggapi risiko dengan mengubah luasnya pengujian dan jenis prosedur audit,
termasuk pula dengan memadukan hal-hal tak terduga dalam prosedur audit yang digunakan.
Adapun cara lain yang dapat diubah auditor untuk menanggapi risiko, yaitu:
a) Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman. Diperlukan staf yang
lebih berpengalaman dengan penekanan pada pentingnya skeptisisme profesional.
b) Penugasan harus di-review lebih cermat.
Risiko inheren dan risiko pengendalian tidak ditetapkan untuk audit sebagai keseluruhan,
melainkan ditetapkan untuk setiap siklus, akun dan tujuan. Risiko audit bisa diterima biasanya
ditetapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan tidak bisa berubah untuk setiap siklus dan
akun. Sejumlah auditor menggunakan risiko audit bisa diterima yang sama untuk semua segmen
berdasarkan keyakinan bahwa pada akhir audit, pengguna laporan keuangan akan mempunyai
tingkat keyakinan dan sama untuk semua segmen laporan keuangan. Seperti halnya risiko
pengendalian dan risiko inheren, risiko deteksi direncanakan dan bukkti audit yang diperlukan bisa
berbeda-beda untuk setiap siklus, setiap akun, dan setiap tujuan.
Dalam praktik, lazim untuk menetapkan risiko inheren dan risiko pengendalian untuk
setiap tujuan audit saldo akun, namun tidak lazim untuk mengalokasikan materiallitas pada tujuan
tersebut. Auditor akan lebih efektif untuk menggunakan risiko yang berbeda-beda untuk tujuan
yang berbeda dan biasanya tidakklah sulit untuk menghubungkan risiko dengan satu atau dua
tujuan.
Keterbatasan Pengukuran
Salah satu keterbatasan paling besar dalam penerapan model risiko audit adalah adanya
kesulitan dalam pengukuran komponen-komponen dalam model. Dalam menerapkan model risiko
audit, auditor biasanya lebih khawatir akan terjadinya “kurang-audit” dibandingkan dengan “lebih-
audit” karena auditor mungkin akan berhadapan dengan tuntutan hukum dankehilangan reputasi
profesionalnya. Maka auditor pada umumnya akan menetapkan risiko secara konservatif.
Konsep materialitas dan risiko dalam pengauditan berhubungan erat satu sama lain dan
tidak bisa dipisahkan. Risiko adalah pengukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas adalah
pengukuran besarnya atau ukurannya. Namun apabila keduanya digabungkan akan mengukur
besaran ketidakpastian dari suatu jumlah tertentu. Kesalahan dalam penyajian bisa ditoleransi
bukan merupakan bagian dari model risiko audit, tetapi perpaduan antara kesalahan penyajian bisa
ditoleransi dan faktor-faktor model risiko audit menentukan bukti audit direncanakan.
Dalam SA 315. 31 menegaskan bahwa penilaian risiko auditor atas risiko kesalahan
penyajian material dapat berubah selamapelaksanaan audit, sejalan dengan diperolehnya bukti
audit tambahan. Auditor harus cermat dalam memutuskan, berdasarkan bukti yang terkumpul,
apakah penetapan awal risiko pengendalian dan risiko inheren telah dilakukan terlalu rendah, atau
risiko audit bisa diterima telah ditetapkan terlalu tinggi. Dalam situasi demikian, auditor dapat
melakukan dua tahap pendekatan, yaitu:
RISIKO SIGNIFIKAN
Risiko signifikan adalah suatu risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan
dinilai yang, dalam pertimbangan auditor, memerlukan pertimbangan audit khusus (SA 315. 4 (e)).
Risiko kesalahan penyajian material mungkin lebih besar untuk transaksi nonrutin yang signifikan
yang disebabkan oleh hal-hal seperti:
Dalam melakukan pertimbangan atas penentuan suatu risiko sebagai risiko signifikan, auditor
harus mempertimbangkan paling tidak hal-hal seperti apakah risiko tersebut merupakan suatu
risiko kecurangan, kompleksitas transaksi, dll. Jika auditor telah menentukan bahwa terdapatsuatu
risiko signifikan, auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian entitas, termasuk
aktivitas pengendalian yang relevan dengan risiko tersebut.