Anda di halaman 1dari 12

A.

TUJUAN PENGENDALIAN INTERNAL


SA 315.4 (c) mendefinisikan pengendalian internal sebagai berikut: Proses yang
dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara oleh pihak yang bertanggungjawab atas
kelola, manajemen, dan personel lain untuk menyediakan keyakinan memadai tentang
pencapaian tujuan entitas yan berkaitan dengan keandalan peaporan keuagan, efesiensi
dan efektivitas perasi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Pada umumnya manajemen meiliki tiga tujuan umum dalam merancang suatu
sistem pengendalian internal yang efektif, yaitu :
a. Keandalan pelaporan keuangan entitas. Tujuan pengendalian internal yang efektif
atas pelaporan keuangan adalah untuk memenuhi tanggungjawab pelaporan keuangan
ini.
b. Efektivitas dan efesisensi operasi entitas. Tujuan pengendalian ini adalah untuk
memberi informasi keuangan dan non keuangan yang akurat tentang operasi entitas
untuk pengambilan keputusan.
c. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan-peraturan. Suatu entitas
memiliki kewajiban untuk mentaati suatu undang-udang dan peraturan-peraturan yang
ada.
B. TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN DAN TANGGUNGJAWAB AUDITOR ATAS
PENGENDALIAN INTERNAL
Manajemen dan auditor memilki tanggungjawab yang berbeda atas pengendalian
internal. Manajemen bertanggungjawab untuk menetapkan dan memelihara pengendalian
internal entitas. Sedangkan auditor berkewajiban untuk memahami dan melakukan
pengujian pengendalian internal untuk peelaporan keuangan.
TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN UNTUK MENETAPKAN PENGENDALIAN
INTERNAL
Manajemen bukan auditor, berkewajiban untuk menyusun laoran keuangan sesuai
dengan standar akuntansi yang ditetapkan oleh IAI dan IFRS. Ada dua konsep yang
melandasi rancangan dan penerapan pengendalian internal oleh manajemen, yaitu:
a. Keyakinan memadai. Entitas harus mengemangkan pengendalian internal yag
memberi keyakinan memadai (bukan keyakinan mutlak) bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar. Konsep ini tidak memberi jaminan bahwa kesalahan penyajian
material akan bisa dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian
internal.
b. Keterbatasan inheren. Manajemen dapat merancag system yang ideal, naun
efektivitasnya tergantung pada kompetensi dan kejujuran orang-orang yang
menggunakannya.

TANGGUNGJAWAB

AUDITOR

UNTUK

MEMAHAMI

PENGENDALIAN

INTERNAL
SA 315.12 menyatakan tanggungjawab auditor yang berkaitan dengan
pengendalian internal entitas sebagai berikut : Auditor harus memperoleh suatu
pemahaman atas pengendalian internal yang relevan dengan audit. Meskipun sebagian
besar pengendalian yang relevan dengan audit kemungkinan berhubungan dengan
pelaporan keuangan, namun tidak semua pengendalian yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan relevan dengan audit. Ini merupakan hal yang berkaitan dengan
pertimbangan profesional auditor apakah suatu pengendalian, secara individual atau
bersama-sama dengan yang lain, merupakan hal yang relevan dengan audit.
Suatu pemahaman atas pengedalian internal membantu auditor

dalam

mengidentifikasi tipe-tipe kesalahan penyajian yang potensial dan factor-faktor yang


memengaruhi risiko kesalahan penyajian material serta dalam meraancang sifat, saat, dan
luas prosedur audit lebih lanjut.
Materi penerapan pengedalian internal yang harus dipahami oleh auditor meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a. Sifat dan karakteristik umum pengendalian internal
Pengendalian internal dirancang, diemplementasikan, dan dipelihara untuk
merespon risiko bisnis yang teridentifikasi yang mengancam pencapaian tujuan
entitas yang berkaitan dengan:
Keandalan pelaporan keuangan entitas
Efektivitas dan efesiensi operas entitas
Kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan yang
b. Pengendalian yang relevan dengan audit
Faktor-faktor yang relevan Denman pertimbangan auditor tentang apakah
suatu pengendalian, baik secara individu maupun bersama-sama dengan pengendalian
lain, adalah relevant dengan audit dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
Materialitas
Signifikansi risiko yang terkait
Ukuran entitas
Sifat bisnis entitas, termasuk karateristik organisasi dan kepemilikannya
Keberagaman dan kompleksitas operasi entitas
Ketentuan hukumdan peraturan yang berlaku
Kondisi dan komponen pengendalian internal yang berlaku
Sifat dan kompleksitas sistem yang merupakan bagian pengendalian internal
entitas, termasuk organisasi jasa

Apakah, bagaimana, suatu pengandalian tertentu, baik secara individu atau


Bergsma dengan pengendalian lain, mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi,
kesalahan penyajian material
Pengendalian terhadap kelengkapan dan keakuratan informasi yang dihasilkan

oleh entitas dapat menjadi relevan dengan audit jika auditor bermaksud untuk
menggunakan informasi tersebut dalam merancang dan melaksanakan prosedur
lanjutan. Pengendalian yang berkaitan dengan tujuan operas dan kepatuhan dapat jug
menjadi relevan dengan audit jika pengendalian tersebut berkaitan dengan data yang
dievaluasi atau yang digunakan oleh auditor dalam menerapkan prosedur audit.
c. Sifat dan luas pemahaman atas pengendalian relevan
Pengevaluasian atau rancangan suatu pengendalian melibatkan pertimbangan atas
apakah pengendalian tersebut baik secara individu maupun bersama dengan
pengendalian lain, dapat secara efektif mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi,
kesalahan penyajian material.
d. Komponen pengendalian internal
Komponen pengendalian internal akan dijelaskan pada subbab selanjutnya.
C. KOMPONEN-KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL
SA 315.A51 menyebutkan terdapat lima komponen pengendalian internal yang

bermanfaat bagi auditor untuk mempertimbangkan bagaimana berbagai aspek pegedalia


internal yang berbeda pada entitas daoat mempegaruhi audit. Kelima komponen ini dapat
dilihat pada gambar di atas. Untuk lebih rincinya, akan dijelaskan pada table di bawah ini:
Komponen
Lingkungan pengendalian

PENGENDALIAN INTERNAL
Deskripsi Komponen
Subkomponen
Tindakan, kebijakan, dan
Subkomponen lingkungan
prosedur yang mencermin- pengendalian :
Integritas dan nilai
kan perilaku manajemen
etika
puncak, dewan komisaris,

Komitmen terhadap
dan pemilik entitas tentang
kompetensi
pengendalian iteral dan arti
Partisipasi pihak yang
penting pengendalian

internal

Proses penilaian risiko


entitas

Informasi dan komunikasi

Identifikasi dan analisis


oleh manajemen tentang
risiko yang relevan dengan
penyusunan laporan keuangan yan sesuai dengan
SAK-IAI

Metoda yang digunakan


untuk menginisiasi, mencatat, mengolah dan melaporkan transaksi perusahaan dan untuk menjaga
akuntabilitas atas asset-aset
yang bersangkutan

bertanggungjawab atas
tata kelola (dewan
komisaris dan komite
audit)
Falsafah dan gaya operasi manajemen
Struktur organisasi
Pemberian wewenang
dan tanggungjawab
Kebijakan dan praktik
ttg sumber daya
manusia
Proses penilaian risiko :
Mengidentifikasi
faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko
Menilai signifikansi
risiko dan kemungkinn
terjadina
Menentukan tindakan
yang diperlukan untuk
mengelola risiko
Kategori asersi manajemen
yang harus dipenuhi:
Aersi-aasersi tentang
golongan transasksi dan
kejadian lainnya
Asersi-aersi tentang
saldo akun
Asersi-asersi tentang
penyajian dan pengungkapan
Mengidentifikasi dan
mencatat seluruh transaksi yang valid
Mendeskripsikan transaksi
Mengukur nilai transaksi
Menentukan periode
terjadinya transaksi
Menyajikan transaksi
dan pengungkapan

Aktivitas pengendalian

Kebijakan dan prosedur


yang ditetapkan manajemen untuk memenuhi tujuan pelaporan keuangan

Pemantuan pengendalian

Penilaian yang dilakukan


manajemen secara terus
menerus dan periodic ttg
kinerja pengedalian
internal untuk memastikan
apakah peengendalian
berjalan sebagai-mana
dikehendaki dan dimodifikasi bila dibutuhkan

terkait
Jenis-jenis aktivitas pengendalian spesifik :
Otorissasi penelaahan
kinerja
Pengolahan informasi
Pengendalian fisik
Pemisahan tugas

D. MENDAPATKAN DAN MENDOKUMENTASIKAN PEMAHAMAN TENTANG


PENGENDALIAN INTERNAL
Gambar dibawah ini merupakan proses mendapatkan pemahaman pengendalian
internal dan penilaian risiko pengendalian.

MENDAPATKAN DAN MENDOKUMENTASIKAN PEMAHAMAN TENTANG


PENGENDALIAN INTERNAL

SA 315.13 menyebutkan bahwa Pada waktu memperoleh peahama tetang


pengendalian yang relevan dengan audit, auditor harus mengevaluasi rancangan
pengendalian dan menentukan apakah pengendalian tersebut telah diimplementasikan,
dengan melaksanakan prosedur sebagai tambahan terhadap permintaan keterangan dari
personel entitas.
Auditor biasanya menggunakan tiga jeis dokumen untuk mendapatkan dan
mendokumentasikan pemahamannya tentang rancangan pengendalian internal, yaitu :
1. Naratif, adalah deskripsi tertulis tentang pengendalian internal yang berlaku pada
entitas klien. Narasi yang baik menjelaskan empat hal berikut:
a) Sumber dari semua dokumen dan laporan dalam sistem.
b) Semua pengloahan data yang dilakukan.
c) Disposisi setiap dokumen dan catatan dalam system.
d) Indikasi pengendalian yang relevan dengan penilaian risiko pengendalian.
2. Bagan alir (flow chart), adalah suatu diagram dai dokumen-dokumen klie da urutan
alirannya dalam organisasi. Dibandingkan dengan naratif, bagan alir memiliki dua
keunggulan, yaitu mudah dibaca dan mudah direvisi untuk dimutakhirkan.
3. Daftar pertanyaan pengendalian internal, menananyakan serangkaian pertanyaan
tentang pengendalian pada setiap bidang yang diaudit sebagai ara untuk
mengidentifikasi defisiensi pengendalian internal. Terdapat dua kelemahan daftar
pertanyaann, yaitu tidak dapat memberi gambaran keseluruhan siste dan tidak dapat
diterapkan pada bidang-bidag audit tertentu, terutama pada entitas kecil. Namun,
penggunaan daftar pertanyaan dan bagan alir secara bersama berguna untuk
mendapatkan pemahaan tentang rancangan pengendalian iternal klien dan untuk
mengidentifiki defesiensi pengendalian internal. Dimana baga alir memberikan
gambaran tentang system secara umum sedangkan daftar pertanyaan sebagai checklist
untuk mengingatkan auditor akan berbagai macam jenis pengendalian internal yang
harus ada.
PENILAIAN IMPLEMENTASI PENGENDALIAN INTERNAL
Dalam praktik, proses mendapatkan pemahaman rancangan dan penerapan
seringkali dilakka secara bersamaan. Prosedur penilaian risiko untuk memperoleh bukti
audit tentang rancangan dan implementasi pengendalian yang relevan dapat mencakup:
(SA 315.67)
1.
2.
3.
4.

Memutakhirkan dan mengevaluasi pengalaman masa lalu auditor dengan klien.


Meminta keterangan dari personel entitas.
Menginspeksi dokumen dan laporan.
Megamati penerapan pengendalian tertentu.

5. Menelusuri transaksi melalui system informasi yang relevan dengan pelaporan


keuangan.
E. PENILAIAN RISIKO PENGENDALIAN
Auditor mendapatkan pemahaman tentang rancangan dan penerapan pengendalian
internal agar dapat melakukan penilaian awal risiko pengendalian sebagai bagian dari
penilaian menyeluruh risiko kesalahan penyajian material. Oleh karena itu, sebelum
melakukan penilaian awal risiko pengendalian untuk setiap golongan transaksi yang
material, auditor pertama-tama harus memutuskan apakah entitas bisa diaudit atau tidak.
MENETAPKAN APAKAH LAPORAN KEUANGAN BISA DIAUDIT ATAU
TIDAK
Ada dua faktor yang mempengaruhi apakah laporan keuangan bisa diaudit atau
tidak, yaitu: integritas manajemen dan kecukupan catatan akuntansi. Apabila integritas
manajemen diragukan, kebanyakan auditor akan menolak untuk melakukan audit pada
entitas dengan manajemen seperti itu. Catatan akuntansi adalah sumber utama bukti audit
untuk sebagian besar tujuan audit. Apabila catatan akuntansi tidak memadai, bukti audit
yang diperlukan biasanya tidak akan tersedia.
MENETAPKAN RISIKO PENGENDALIAN DENGAN DIDUKUNG OLEH
PEMAHAMAN YANG DIPEROLEH
Setelah menapat pemahamn tentang pengendalian internal, auditor melakukan
penilaian awal risiko pengendalian sebagai bagian dari penilaian menyeluruh risiko
kesalahan penyajian material. Penilaian ini merupakan ukuran tentang ekspektasi auditor
bahwa pengendalian internal akan dapat mencegah terjadinya kesalahan penyajian material
atau mendeteksi dan membetulkannya jika hal itu terjadi. Kebanyakan auditor mengawali
kegiatan ini dengan menetapkan pengendalian level-entitas. Setelah auditor menentukan
bahwa pengendalian level-entitas telah dirancang dan dilajalankan, selanjutnya auditor
membuat penilaian awal untuk setiap tujuan audit transaksi bagi setiap transaksi utama
dalam setiap siklus transaksi.
MENGGUNAKAN MATRIX RISIKO PENGENDALIAN UNTUK MENETAPKAN
RISIKO PENGENDALIAN
Dalam praktiknya auditor menggunakan format matrix risiko pengendalian yang
sama untuk menetapkan risiko pengendalian bagi tujuan audit saldo dan penyajian serta
pengungkapan dibawah ini akan diuraikan pembuatan matrix tersebut :
a. Mengidentifikasi Tujuan Audit

Langkah pertama dalam penilaian risiko pengendalian adalah mengidentifikasi


tujuan audit untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, dan penyajian serta
pengungkapan yang akan ditetapkan risiko pengendaliannya.
b. Mengidentifikasi Pengendalian yang Ada
Langkah kedua auditor menggunakan informasi yang telah dibahas pada
bagian awal bab ini yaitu pada tahap mendapatkan dan mendokumentasikan
pengendalian internal untuk mengidentifikasi pengendalian-pengendalian yang
mempunyai kontribusi untuk mencapai tujuan audit transaksi. Salah satu cara yang
dilakukan auditor untuk melakukan hal ini adalah mengidentifikasi pengendalian yang
memenuhi tujuan audit. Auditor harus mengidentifikasi dan hanya memasukkan
pengendalian-pengendalian yang diperkirakan memiliki pengaruh paling besar dalam
memenuhi tujuan audit transaksi. Hal ini disebut sebagai pengendalian kunci. Alasan
mengapa hanya memasukkan pengendalian kunci adalah pengendalian-pengendalian
tersebut telah memadai untuk mencapai tujuan audi transaksi dan demi efisiensi audit,
sebagaimana disebukan dalam SA 315.20 : suatu audit tidak membutuhkan suatu
pemahaman tentang seluruh aktivitas pengendalian yang terkait dengan setiap
golongan transaksi signifikan, saldo akun, dan pengungkapan dalam laporan
keuangan, atau setiap arsesi yang relevan dengannya.
c. Mengaitkan Pengendalian dengan Tujuan Audit yang bersangkutan
Setiap pengendalian memenuhi satu atau beberapa tujuan audit tertentu.
Matrix digunakan untuk menunjukkan bagaimana pngendalian berkontribusi untuk
mencapai satu atau lebih tujuan audit transaksi. Matrix risiko pengendalian serupa
bisa dibuat untuk tujuan audit saldo dan tujuan audit penyajian dan pengungkapan.
d. Mengidentifikasi dan Mengevaluasi Defisiensi Pengendalian, Defisiensi
Signifikan dan Defisiensi Material
Sebagaimana telah disebutkan di atas, auditor harus mengidentifikasi dan
menilai risiko kesalahan penyajian material pada (a) Tingkat laporan keuangan dan (b)
Tingkat arsesi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, untuk
menyediakan suatu basis bagi perancangan dan pelaksanaan prosedur audit lanjutan
(SA 315.25). Untuk tujuan ini SA 315.26 mengharuskan auditor untuk :
(a) Mengidentifikasi risiko sepanjang proses pemerolehan pemahaman tentang
entitas dan lingkungannya.
(b) Menilai dan mengidentifikasi risiko.
(c) Menghubungkan risiko yang diidentifikasi dengan apa yang bisa menjadi salah
(what can go wrong) pada tingkat arsesi.
(d) Mempertimbangkan kemungkinan kesalahan penyajian.

Dengan kata lain auditor harus mengevaluasi apakah pengendalian kunci tidak
terdapat dalam rancangan pengendalian internal untuk pelaporan keuangan sebagai
bagian dari penilaian risiko pengendalian dan kemungkinan terjadinya kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan.
1

Defisiensi

pengendalian

terjadi

apabila

rancangan

atau

pengoperasian

pengendalian tidak memungkinkan personel entitas untuk mencegah atau


mendeteksi kesalahan penyajian secara tepat waktu dalam kondisi normal
pelaksanaan

fungsi-fungsi.

Defisiensi

rancangan

terjadi

apabila

suatu

pengendalian yang diperlukan tidak ada atau tidak dirancang dengan tepat.
Defisiensi pengoperasian terjadi apabila suatu pengendalian yang telah dirancang
dengan baik tidak dioperasikan sebagaimana dirancang atau apabila orang yang
2

melaksanakan pengendalian tidak cukup qualified.


Defisiensi signifikan terjadi apabila terdapat defisiensi pada satu atau lebih
pengendalian yang kelemahannya tidak begitu besar bila dibandingkan dengan

kelemahan material.
Kelemahan material terjadi apabila terdapat terdapat suatu defisiensi signifikan
atau sejumlah defisiensi signifikan, yang mengakibatkan terbukanya kemungkinan
bahwa pengendalian internal tidak akan dapat mencegah atau mendeteksi
kesalahan penyajian material dalam pelaporan keuangan secara tepat waktu.
Di bawah ini menggambarkan kemungkinan kesalahan penyajian yang
diakibatkan

oleh

defisiensi

signifikan,

sedangkan

garis

vertikal

menggambarkan signifikannya :
SIGNIFIKANSI
Material
KEMUNGKINAN
TERJADI

Kelemahan material

Kemungkinan kecil

Kemungkinan besar

Tidak Material
MENGIDENTIFIKASI

DEFISIENSI,

DEFISIENSI

SIGNIFIKAN,

KELEMAHAM MATERIAL
Untuk melakukan hal tersebut bisa melalui pendekatan lima tahap berikut ini :

DAN

Mengidentifikasi pengendalian yang ada. Karena defisiensi dan kelemahan material


adalah ketiadaan pengendalian yang memadai, auditor pertama-tama harus mengetahui

pengendalian mana yang ada.


Mengidentifikasi pengendalian kunci yang tidak ada. Daftar pertanyaan pengendalian
internal, bagian alir, dan naratif berguna untuk mengidentifikasi pengendalian mana
yang tidak ada dan oleh karenanya kemungkinan kesalahan penyajian menjadi

meningkat.
Mempertimbangkan kemungkinan adanya pengendalian pengganti. Suatu pengganti
adalah sesuatu yang terdapat dalam sistem yang dapat menggantikan ketiadaan suatu

pengendalian kunci.
Menentukan apakah terdapat defisiensi signifikan atau kelemahan material.
Kemungkinan terjadinya kesalahan penyajian dan tingkat materialitasnya digunakan

untuk mengevaluasi apakah terdapat defisiensi signifikan atau kelemahan material.


Menentukan kesalahan penyajian potensial yang bisa terjadi. Tahap ini dimaksudkan
untuk mengidentifikasi kesalahan penyajian spesifik sebagai akibat defisiensi
signifikan atau kelemahan material.

Mengaitkan Defisiensi Signifikan dan Kelemahan Material dengan Tujuan Audit


yang Bersangkutan
Seperti halnya untuk pengendalian, setiap defisiensi signifikan atau kelemahan
material dapat diterapkan pada satu atau lebih tujuan audit. Pada gambar Matrix Risiko
Pengendalian Penjualan di atas dimisalkan terdapat dua defisiensi signifikan dan masing
masing hanya dapat diterapkan pada satu tujuan audit transaksi. Defisiensi signifikan
diberi tanda dengan huruf D pada kolom tujuan yang sesuai.
Menetapkan Risiko Pengendalian untuk Setiap Tujuan Audit yang Bersangkutan
Setelah defisiensi pengendalian, defisiensi signifikan dan kelemahan material
diidentifikasi dan dikaitkan dengan tujuan audit transaksi, auditor dapat menetapkan risiko
pengendalian untuk tujuan audit transaksi. Hal ini merupakan keputusan yang kritikal
dalam proses penilaian pengendalian internal. Auditor menggunakan semua informasi
yang telah kita bahas di atas untuk membuat keputusan tentang risiko pengendalian secara
subyektif untuk setiap tujuan. Dalam hal ini, sekali lagi matrix risiko pengendalian
merupakan alat yang berguna untuk membuat penilaian. Sebelum membuat penilaian akhir
pada akhir audit, auditor akan melakukan pengujian pengendalian dan melakukan
pengujian substantif. Prosedur-prosedur ini bisa mendukung penilaian awal atau bisa juga
menyebabkan auditor harus melakukan perubahan.

PENGOMUNIKASIAN KEPADA PIHAK YANG BERSANGKUTAN DENGAN


TATA KELOLA DAN KEPADA MANAJEMEN
Auditor harus menentukan apakah berdasarkan pekerjaan audit yang telah
dilakukan, auditor telah mengidentifikasi satu atau lebih defisiensi dalam pengendalian
internal.
Komunikasi Kepada Pihak yang Bersangkutan dengan Tata Kelola
SA 265.9 menetapkan sebagai berikut: Auditor harus mengomunikasikan secara
tertulis tentang defisiensi signifikan dalam pengendalian internal yang diidentifikasi
selama audit kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola secara tepat waktu.
Auditor harus mengomunikasikan defisiensi signifikan dalam pengendalian
internal secara tertulis harus menyatakan tentang (SA 265.11)
(a) Deskripsi serta penjelasan dampak potensial atas defisiensi tersebut: dan
(b) Informasi yang cukup untuk memungkinkan pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola dan manajemen dalam memahami konteks komunikasi tersebut. Auditor harus
menjelaskan bahwa :
(i)
Tujuan audit adalah untuk auditor dapat menyatakan opini atas laporan
(ii)

keuangan;
Audit mencakup pertimbangan atas pengendalian internal yang relevan
terhadap penyusunan laporan keuangan dan merancang prosedur audit yang
tepat sesuai dengan kondisi, namun tidak bertujuan untuk menyatakan opini

(iii)

atas efektivitas pengendalian internal; dan


Hal hal yang dilaporkan terbatas pada defisiensi yang diidentifikasi oleh
auditor selama audit dan auditor telah menyimpulkan bahwa hal-hal tersebut
cukup penting untuk dilaporkan kepada pihak yang bertanggungjawab atas
tata kelola.

Komunikasi kepada Manajemen


Auditor juga harus mengomunikasikan kepada manajemen pada tingkat
tanggungjawab yang tepat secara tepat waktu (SA 265.10) :
(a) Secara tertulis, defisiensi signifikan dalam pengendalian internal yang oleh auditor
telah dikomunikasikan kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, kecuali
jika hal itu tidak tepat untuk dikomunikasikan secara langsung kepada manajemen
dalam kondisi tersebut, dan
(b) Defisiensi lain dalam pengendalian internal yang diidentifikasi selama audit yang
belum dikomunikasikan oleh pihak lain kepada manajemen dan yang menurut
pertimbangan professional auditor adalah cukup penting untuk mendapatkan perhatian
manajemen.

Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor dalam menentukan tingkat


kerincian komunikasi mencakup :

Sifat entitas
Ukuran dan kompleksitas entitas
Sifat defisiensi signifikan yang diidentifikasi oleh auditor
Komposisi tata kelola entitas
Ketentuan peraturan perundang-undangan tetang komunikasi
DAFTAR REFERENSI

Jusup, Al. Haryono.2011.Auditing Edisi II. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.
Mulyadi. 2013. Auditing Edisi 6 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai