Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT

Prosedur-Prosedur Penilaian Risiko

Standar audit (SA 315) mewajibkan auditor untuk memperoleh pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan klien. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam standar
audit (SA 315.5) yang berbunyi sebagai berikut: "Auditor harus melaksanakan prosedur
penilaian risiko untuk menyediakan suatu dasar bagi pengidentifikasian dan penilaian risiko
kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan dan asersi.

PROSEDUR AUDIT LEBIH LANJUT

Sebagai respons atas penilaian risiko kesalahan penyajian material tersebut, auditor
melakukan prosedur audit lebih lanjut yang terdiri dari pengujian pengendalian, pengujian
substantif golongan transaksi, prosedur analitis substantif, dan pengujian rinci atas saldo.
Kombinasi keempat prosedur audit lebih lanjut tersebut merupakan dasar bagi pendapat
auditor. Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan penilaian risiko
pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur analitis substantif dan pengujian
rinci saldo untuk memenuhi risiko deteksi direncanakan. Pengujian substantif golongan
transaksi mempengaruhi pengujian pengendalian dan risiko deteksi direncanakan, karena
menguji efektivitas pengendalian internal dan jumlah rupiah transaksi.

Dalam merancang prosedur audit lebih lanjut, standar audit (SA 330.7) menetapkan bahwa
auditor harus:

(a) Mempertimbangkan dasar penilaian yang dilakukan atas risiko kesalahan penyajian
material pada tingkat asersi untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan, termasuk:
(i) Kemungkinan kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh
karakteristik tertentu yang relevan dengan golongan transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan (contoh risíko inheren), dan
(ii) Apakah penilaian risiko memperhitungkan pengendalian yang relevan (contoh,
risiko pengendalian), dan dengan demikian menuntut auditor untuk
memperoleh bukti audit untuk menentukan apakah pengendalian berjalan
efektif (contoh, auditor bermaksud untuk mengandalkan efektivitas operasi
pengendalian dalam menentukan sifat, saat dan luas prosedur substantif)

1
(b) Memperoleh bukti yang lebih meyakinkan ketika auditor menilai risiko yang lebih
tinggi.

JENIS-JENIS PENGUJIAN DALAM PROSEDUR AUDIT LEBIH LANJUT

Dalam mengembangkan suatu strategi audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis
pengujian untuk menentukan apakah laporan kouangan telah disajikan secara wajar. Seperti
telah diuraikan di atas. auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menilai risko
kesatahan penyajian material. Empat jenis pengujian lainnya merupakan prosedur audit lebih
lanjut yang dilakukan sebagai tanggapan atas risiko yang teridentifikasi. Empat jenis
pengujian tersebut terdiri dari:

(1) pengujian pengendalian,


(2) pengujian substantif golongan transaksi,
(3) prosedur analitis substantif, dan
(4) pengujian rinci saldo.

PENGUJIAN PENGENDALIAN

Pemahaman auditor tentang pengendaiian internal digunakan untuk menilai risiko


pengendalian untuk setiap tujuan audit transaksi. Sebagai contoh adalah penetapan tujuan
ketelitian untuk transaksi penjualan yang ditetapkan rendah dan tujuan keberadaan yang
ditetapkan moderat. Apabila kebijakan dan prosedur pengendalian diyakini dirancang dengan
efektif, auditor menilai risiko pengendalian pada level yang mencerminkan relatif efektifnya
pengendalian tersebut. Pengujian pengendalian, baik secara manual atau pun secara otomatis,
mencakup jenis-jenis bukti di bawah ini (Catatan: Tiga prosedur pertama adalah sama dengan
prosedur-prosedur un!uk mendapatkan pemahaman tentang pengendalian internal)

 Mengajukan pertanyaan kepadapersonel klien yang sesuai.


 Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan.
 Melakukan pengamatan atas aktivitas pengendalian terkait.
 Melakukan-ulang prosedur-prosedur klien.

Auditor melakukan transaction walkthrough (mengikuti jejak transaksi) sebagai bagian


dari prosedur untuk memperoleh pemahaman yang dapat membantunya dalam
menentukan apakah pengendalian telah dijalankan. Mengikuti jejak transaksi biasanya
dilakukan pada satu transaksi atau sejumlah kecil transaksi mencakup keseluruhan proses.
Jumlah bukti tambahan untuk pengujian pengendalian tergantung pada dua hal:

2
1. Banyaknya bukti yang diperoleh dalam memperoleh pemahaman tentang
pengendalian internal.
2. Rencana pengurangan risiko pengendalian.

Tabel Ilustrasi Pengujian Pengendalian

Contoh Pengendalian Kunci Pengujian Pengedalian


Persetujuan kredit dilakukan secara otomatis Periksalah suatu sampel faktur penjualan, dan
dengan menggunakan komputer dengan cara bandingkan pesanan dari pembeli ke batas
membandingkannya ke limit kredit (PI) kredit yang telah ditetapkan perusahan
(prosedur melakukan - ulang)
Penjualan yang dicatat dalam pembukuan Periksalah suatu sampel faktur penjualan
didukung dengan dokumen pengiriman untu memastikan bahwa semuanya didukung
barang yang telah diotorisasi dan pesanan dengan dokumen pengiriman barang yang
dari pembeli yang telah mendapat telah diotorisasi dan pesanan dari pembeli
persetujuan (P2) yang telah mendapat persetujuan
(dokumentasi)
Terdapat pemisahan tugas antara pembuat Lakukan pengamatan untuk memastikan
faktur, pencatat penjualan, dan penenganan bahwa personel yang bertanggungjawab
penerimaan kas (P3) menerima kas tidak merangkap tugas sebagai
pencatat akuntansi dan ajukan pertanyaan
tentang tugas mereka masing-masing
(observasi dan mengajukan pertanyaan)
Dokumen pengiriman barang dikirimkan Lakukan pengamatan untuk memastikan
secara elektronis setiap hari ke bagian bahwa dokumen pengiriman barang
pembuat faktur dan faktur dibuat pada hari dikirimkan setiap hari ke bagian pembuat
berikutnya (P4) faktur dan amati juga kapan faktur dibuat
(observasi)

PENGUJIAN SUBSTANTIF GOLONGAN TRANSAKSI

Pengujian substantive adalah suatu prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi
kesalahan penyajian material pada tingkat asersi. Prosedur pengujian substantive terdiri dari:
(1) pengujian substantive golongan transaksi, (2) prosedur analitis substantive, (3) pengujian
rinci saldo akun.

3
Pengujian substantive golongan transaksi diunakan untuk menentukan apakah keenam
tujuan audit transaksi telah terpenuhi untuk setiap golongan transaksi. Du diantara tujuan-
tujuan mtersebut untuk transaksi penjualan adalah bahwa transaksi penjualan yang telah
dicatat benar-benar ada (tujuan keterjadian) dan transaksi yang ada telah dicatat dengan
lengkap (tujuan kelengkapan).

PROSEDUR ANALITIS

Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 5, prosedur analitis adalah:

“Pengevaluasian terhadap informasi keuangan yang dilakukan melalui analisi


hubungan antara data keuangan dan data non keuangan”.

Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan atas fluktasi atau
hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain, atau yang
berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan.

Dua tujuan terpenting prosedur analitis substantive dalam audit atas saldo-saldo akun adalah:

1. Menunjukkan kemungkinan kesalahan pengajian dalam laporan keuangan


2. Menghasilkan bukti substantive.

PENGUJIAN RINCI SALDO

Pengujian rinci saldo berfokus pada saldo akhir akun-akun buku besar, baik akun neraca
maupun akun laba rugi. Tekanan utama kebanyakan pengujian rinci saldo adalah pada akun-
akun neraca (akun riil). Sebagai contoh adalah konfirmasi saldo akun debitur pada audit
piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan atas laporan piutang yang
diterima dari para pemasok pada audit atas utang usaha.

RINGKASAN JENIS-JENIS PENGUJIAN

Pengujian pengendalian membantu auditor dalam menilai apakah pengendalian atas transaksi
dalam siklus efektif untuk mendukung pengurangan penilaian resiko pengendalian dan
dengan demikian memungkinkan dilakukan pengurangan pengujian substantive.

Pengujian substantife atas transaksi digunakan untuk memeriksa transaksi yang dicatat dalam
jurnal dan postingnya ke buku besar. Prosedur analitis menekankan pada kewajaran transaksi
dan saldo akun di buku besar.

PEMILIHAN JENIS PENGUJIAN YANG AKAN DILAKUKAN

4
Pada umumnya auditor menggunakan kelima jenis pengujian untuk melakuan audit atas
laporan keuangan, tetapi jenis pengujian tertentu mungkin lebih ditekankan, tergantung pada
situasi yang dihadapi. Ingat, prosedur penilaian resiko diwajibkan pada setiap audit untuk
menilai risiko kesalahan penyajian material, sedangkan keempat jenis pengujian lainnya
dilakukan sebagai respon terhadap risiko yang didentifikasi yang akan menjadi dasar bagi
pendapat auditor.

KETERSEDIAAN JENIS- JENIS BUKTI UNTUK PELAKSANAAN PROSEDUR


AUDIT LEBIH LANJUT

Setiap jenis prosedur audit lenih lanjut hanya menyangkut jenis bukti tertentu (konfirmasi,
dokumentasi, dan sebagainya). Prosedur penilaian risiko termasuk prosedur untuk
memperoleh pemahaman informasi pengendalian internal, tidak semahal biaya pengujian
internal lainnya, karena auditor dapat dengan mudah meminta keterangan pada klien dan
melakukan pengamatan serta melakukan prosedur analitis. Demikian pula memeriksa
solumen yang meringkas operasi bisnis klien, manajemen, proses serta struktur tata kelola
lebih murah dari pengujian audit lainnya.

Pengujian pengendalian yang meliputi permintaan keterangan, pengamatan, dan inspeksi


biasanya lebih murah dari pengujian substantif. Namun demikian, pengujian pengendalian
relatif lebih mahal dibandingkan prosedur penilaian risiko yang dilakukan auditor karena
perlu diakukan sejumlah pengujian yang memperoleh bukti bahwa pengendalian berjalan
dengan efktif, terutama. Pengujian substantif golongan transaksi lebih mahal dari pengujian
pengendalian yang tidak meliputi pengerjaan ulang karena pengujian substantif sering
membutuhkan rekalkulasi dan penelusuran. Namun diemikian, dalam lingkungan
berkomputer, auditor sering dapat maelakukan pengujian substantif golongan transaksi
dengan cepat atas sejumlah sampel transaksi yang ukurannya besar.

HUBUNGAN ANTARA PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN


SUBSTANTIF

Adanya suatu penyimpangan dalam pengujian pengendalian hanya indikasi kemungkinan


adanya esalahan penyajian yang berpengaruh terhadap nilai rupiah dalam laporan keuangan,
sedangkan suatu penyimpangan yang dijumpai dalam pengujian substantif golongan transaksi
atau pengujian rinci saldo adalah suatu kesalahan penyajian laporan keuangan.
Penyimpangan dalam pengujian pengendalian sering disebut deviasi pengujian pengendalian
( control test deviation ).

5
Pada umumnya, auditor akan meyakini bahwa terdapat kesalahan penyajian rupiah dalam
laporan keuangan apabila deviasa pengujian oengendalian merupakan defisiensi signifikan
atau kelemahan material.

HUBUNGAN ANTARA PROSEDUR ANALITIS DENGAN PENGUJIAN


SUBSTANTIF

prosedur analitis juga hanya merupakan indikasi tentang kemungkinan kesalahan penyajian
yang mempengaruhi nilai rupiah dalam laporan keuangan. Apabila prosedur analitis memberi
indikasi terjadinya fluktuasi tidak biasa, auditor harus melakukan pengujian substantif
golongan transaksi atau pengujian rinci saldo untuk memastikan rupiah kesalahan penyajian
sungguh telah terjadi. Apabila auditor melakukan prosedur analitis substantif dan yakin
bahwa kemungkinan kesalahan penyajian rendah, maka penyajian sustantif lainnya bisa
dikurangi.

Risiko inheren dapat juga diperluas ke setiap tujuan audit saldo. Sebagai contoh, kondisi
ekonomi yang memburuk dalam usaha klien akan membuat auditor berkesimpulan adanya
risiko tinggi untuk kerugian piutang tak tertagih (tujuan nilai bersih bisa direalisasi).

Tetapkan Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penerimaan Piutang

Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian diterapkan baik untuk penjualan


maupun untuk penerimaan kas dalam pengauditan piutang usaha. Pengendalian yang efektif
akan mengurangi risiko pengendaiian, dan hal ini berpengaruh pada bukti yang diperlukan
untuk pengujian substantif golongan transaksi dan penguiian rinci saldo. Pengendalian yang
tidak memadai akan menaikkan bukti substantif yang diperlukan.

Rancang dan Lakukan Pengujian Pengendalian dan Penguiian Substantif Golongan


Transaksi untuk Siklus Peniualan dan Penerimaan Piutang.

Pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi dirancang dengan


ekspektasi bahwa hasil tertentu akan dicapai. Prediksi ini, akan berpengaruh pada rancangan
pengujian rinci saldo. Sebagai contoh, auditor biasanya merencanakan untuk melakukan
pengujian yang ekstensif apabila risiko pengendalian ditetapkan rendah. Hal ini akan
menyebabkan pengujian substantif saldo piutang usaha bisa dikurangi.

Rancang dan Lakukan Prosedur Analitis untuk Saldo Piutang Usaha

6
Auditor melakukan prosedur analitis substantif untuk suatu akun seperti misalnya piutang
usaha dengan dua tujuan, yaitu: untuk mengidentifikasi kemungkinan kesalahan penyajian
dalam saldo akun dan untuk mengurangi pengujian audit rinci. Hasil dari prosedur analitis
substantif berpengaruh langsung pada luasnya pengujian rinci saldo.

Rancang Pengujian Rinci Saldo Piutang Usaha untuk Memenuhi Tujuan Audit Saldo

Perencanaan pengujian rinci saldo meliputi prosedur-prosedur audit, ukuran sampel, unsur
yang dipilih, dan saat pengujian. Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan
setiap tujuan audit saldo pada setiap akun.

Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang pengujian rinci saldo adalah
perlunya dilakukan prediksi atas hasil pengujian pengendalian. pengujian substantif golongan
transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum hal-hal tersebut dikerjakan.

HUBUNGAN ANTARA TUJUAN AUDIT TRANSAKSI DENGAN TUJUAN AUDIT


SALDO DAN TUJUAN AUDIT PENYAJIAN & PENGUNGKAPAN

Di atas telah disebutkan bahwa pengujian audit saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan
audit saldo untuk setiap akun dan luas pengujian ini dapat dikurangi apabila tujuan audit
transaksi telah terpenuhi oleh pengujian pengendaiian atau pengujian substantif golongan
transaksi. Anda juga harus mernahami bagaimana setiap tujuan audit transaksi berkaitan
dengan setiap tujuan audit saldo.

Hubungan antara Tujuan Audit Transaksi dengan Tujuan Audit Saldo

Tujuan Audit Tujuan Audit Saldo Sifat Hubungan Penjelasan


Transaksi
Keterjadian Keberadaan atau Langsung Terdapat hubungan langsung antara
Kelengkapan tujuan audit transaksi keterjadian
dengan tujuan audit saldo
keberadaan apabila transaksi
menaikkan saldo akun yang
bersangkutan
Kelengkapan Kelengkapan atau Langsung Lihat komentar untuk tujuan
Keberadaan keberadaan di atas.
Ketelitian Ketelitian Langsung
Posting dan Kecocokan Saldo Langsung
Peringkasan

7
Penggolongan Penggolongan Langsung
Saat Pisah Batas Langsung
Nilai bisa direalisasi Tidak ada Hanya sedikit pengendalian tentang
nilai bisa direalisasi yang
berhubungan dengan golongan
transaksi, tetapi proses pemberian
otoritasi kredit memengaruhi luas
pengujian.
Hak dan Kewajiban Tidak ada Hanya sedikit pengendalian internal
tentang hak dan kewajiban yang
berhubungan dengan golongan
transaksi.
RINGKASAN TERMINOLOGI BUKTI

Tujuan Audit

Ini adalah tujuan-tujuan audit yang harus dicapai sebelum auditor dapat
menyimpulkan bahwa suatu golongan transaksi atau saldo akun telah disajikan secara wajar.
Ada enam tujuan audit transaksi, delapan tujuan audit saldo, dan empat tujuan audit
pengujian dan pengungkapan yang semua tertuang dalam tabel 10-6. Perhatikan bahwa
semua tujuan audit transaksi terutama dilaksanakan pada tahap II, tujuan audit saldo pada
tahap III, dan tujuan audit pengajian dan pengungkapan pada tahap IV.

Jenis Pengujian

Lima jenis pengujian sebagaimana telah dijelaskan di muka yang digunakan auditor
untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar tercantum pada
kolom ke tiga tabel 10-6. Perhatikan bahwa prosedur analitis dilaksanakan pada tahap III dan
tahap IV. Jangan lupa, prosedur analitis untuk perencanaan harus dilaksanakan sebagai bagian
dari prosedur penilaian risiko pada tahap I. Ingat pula bahwa prosedur analitis harus
dilakukan pada tahap penyelesaian audit, sehingga hal itu tercantum pada tahap IV.

Keputusan Pengumpulan Bukti

Empat sub-kategori keputusan yang dibuat auditor dalam mengumpulkan bukti


tercantum pada kolom empat tabel 10-6. Kecuali untuk prosedur analitis, keempat keputusan
pengumpulan bukti diterapkan pada setiap jenis pengujian.

Jenis Bukti

8
IKHTISAR PROSES AUDIT

Gambar 10-8 menggambarkan empat tahapan dalam keseluruhan proses pengauditan.

Gambar 10-8 Ikhtisar Proses Pengauditan

Tahap I Merencanakan dan merancang suatu pendekatan audit

Penerimaan klien dan menyusun perencanaan awal


Memahami bisnis dan bidang usaha klien
Menilai risiko bisnis klien
Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit bisa diterima dan risiko inheren
Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
Mengembangkan strategi audit keseluruhan dan program audit
Tahap II Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi

Merencanakan untuk mengurangi tingkat risiko pengendalian


Melaksanakan pengujian pengendalian
Melaksanakan pengujian substantive transaksi
Menilai kemungkinan kesalahan penyajian dalam laporan keuangan
Tahap II Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rinci saldo

Rendah Medium Tinggi atau tidak diketahui

Melaksanakan prosedur analitis

Melaksanakan pengujian unsur-unsur kunci

Melaksanakan tambahan pengujian rinci saldo

Tahap IV Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit

Melaksanakan pengujian tambahan untuk penyajian dan pengungkapan


Mengumpulkan bukti final
Mengevaluasi hasil
Menerbitkan laporan audit
Komunikasi dengan manajemen dan pihak-pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
Tahap I: Merencanakan dan merancang suatu pendekatan audit

9
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian risiko yang
berhubungan dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami bisnis dan bidang
usaha klien, menilai risiko bisnis klien, dan melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
terutama untuk menilai risiko inheren dan risiko audit bisa diterima.

Tahap II: Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi

Pada tahap ini auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive
transaksi. Tujuan tahap II ini adalah:

1. Memperoleh bukti untuk mendukung pengendalian spesifik yang memberi kontribusi


terhadap penilaian risiko pengendalian yang dilakukan auditor (yakni, menurunkan
risiko pengendalian pada suatu batas tertentu di bawah maksimum)
2. Memperoleh bukti untuk mendukung koreksi moneter transaksi.

Tujuan pertama bisa dicapai dengan melaksanakan pengujian pengendalian, dan tujuan kedua
bisa dipenuhi dengan melakukan pengujian substantive.

Tahap III: Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rinci saldo

Tujuan tahap III ini adalah untuk memperoleh tambahan bukti yang cukup untuk
menentukan apakah saldo akhir dan pengungkapan dalam laporan keuangan telah ditetapkan
dengan wajar. Sifat dan luasnya pekerjaan akan sangat tergantung pada temuan dalam dua
tahapan sebelumnya. Dua kategori umum pada prosedur-prosedur tahap III adalah:

1. Prosedur analitis substantive yang menilai kewajaran menyeluruh dari transaksi dan
saldo.
2. Pengujian rinci saldo yaitu prosedur audit yang menguji kesalahan penyajian moneter
dalam saldo di laporan keuangan.

Tabel 10-7 Saat Pengujian

Tahap Kegiatan Saat


Tahap I - Merencanakan dan merancang 31-8-2013
pendekatan audit.
- Memutahirkan pemahaman
pengendalian internal.
- Memutahirkan program audit.
- Melakukan prosedur analitis
pendahuluan.

10
Tahap II - Melaksanakan pengujian pengendalian 30-9-2013
dan pengujian substantive transaksi
selama 9 bulan pertama tahun yang
diaudit.
Tahap III - Konfirmasi piutang usaha. 31-10-2013
- Observasi persediaan.
- Melakukan pengujian pisah batas.
- Kirim konfirmasi lainnya.
- Melakukan prosedur analitis,
menyelesaikan pengujian
pengendalian dan pengujian
31-12-2013 tanggal neraca
substantive transaksi, dan selesaikan
pengujian rinci.
7-1-2014 penutupan buku
Tahap IV - Melaksanakan prosedur-prosedur
untuk mendukung tujuan audit
penyajian dan pengungkapan,
meringkas hasil, menggumpulkan 15-2-2014 tanggal akhir
bukti final (termasuk prosedur pekerjaan lapangan
analitis), dan menyelesaikan audit.
- Menerbitkan laporan audit.
25-2-2014

Tabel 10-7 melukiskan prosedur analitis yang dilakukan sebelum dan sesudah tanggal neraca,
tabel ini juga menunjukkan bahwa pengujian rinci saldo biasanya dilakukan terakhir.

Tahap IV: Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit

Setelah tiga tahapan di atas diselesaikan, auditor harus mengumpulkan tambahan


bukti yang berkaitan dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, meringkas temuan,
menerbitkan laporan audit, dan melakukan komunikasi lainnya.

Melakukan Pengujian Tambahan untuk Penyajian dan Pengungkapan

Pada bab 4 telah disebutkan bahwa auditor harus mengumpulkan bukti yang berkaitan
dengan tujuan penyajian dan pengungkapan. Prosedur-prosedur yang dilakukan auditor untuk
mendukung tujuan penyajian dan pengungkapan adalah serupa dengan prosedur-prosedur
yang dilakukan unuk mendukung tujuan audit transaksi dan tujuan audit saldo.

Mengumpulkan Bukti Final

11
Selain bukti yang diperoleh untuk setiap siklus selama tahap I dan II, auditor harus
mengumpulkan bukti-bukti berikut untuk laporan keuangan sebagai keseluruhan selama
tahap penyelesaian:

 Melaksanakan prosedur analitis final.


 Mengevaluasi asumsi going concern.
 Minta surat pernyataan dari klien.
 Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk memastikan bahwa informasi
tersebut konsisten dengan laporan keuangan.

Menerbitkan Laporan Audit

Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung paada bukti yang dikumpulkan dan
temuan audit. Laporan yang tepat untuk berbagai keadaan bisa dipelajaran pada bab 2.

Komunikasi dengan Manajemen dan Pihak yang Bertanggung-jawab atas Tata Kelola

Standar audit mewajibkan auditor untuk mengomunikasikan defisiensi signifikan


dalam pengendalian internal kepada manajemen dan kepada pihak yang bertanggungjawab
atas tata kelola (termasuk di dalamnya komite audit) segera setelah audit selesai, atau bisa
juga lebih dini. Walaupun tidak diwajibkan, auditor seringkali juga memberi saran-saran
kepada manajemen untuk memperbaikin kinerja bisnis.

DAFTAR PUSTAKA

Al Haryono Yusuf. 2014. Auditing Pengauditan Berbasis ISA. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.

12

Anda mungkin juga menyukai