Standar audit (SA 315) mewajibkan auditor untuk memperoleh pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan klien. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam standar
audit (SA 315.5) yang berbunyi sebagai berikut: "Auditor harus melaksanakan prosedur
penilaian risiko untuk menyediakan suatu dasar bagi pengidentifikasian dan penilaian risiko
kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
Sebagai respons atas penilaian risiko kesalahan penyajian material tersebut, auditor
melakukan prosedur audit lebih lanjut yang terdiri dari pengujian pengendalian, pengujian
substantif golongan transaksi, prosedur analitis substantif, dan pengujian rinci atas saldo.
Kombinasi keempat prosedur audit lebih lanjut tersebut merupakan dasar bagi pendapat
auditor. Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan penilaian risiko
pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur analitis substantif dan pengujian
rinci saldo untuk memenuhi risiko deteksi direncanakan. Pengujian substantif golongan
transaksi mempengaruhi pengujian pengendalian dan risiko deteksi direncanakan, karena
menguji efektivitas pengendalian internal dan jumlah rupiah transaksi.
Dalam merancang prosedur audit lebih lanjut, standar audit (SA 330.7) menetapkan bahwa
auditor harus:
(a) Mempertimbangkan dasar penilaian yang dilakukan atas risiko kesalahan penyajian
material pada tingkat asersi untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan, termasuk:
(i) Kemungkinan kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh
karakteristik tertentu yang relevan dengan golongan transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan (contoh risíko inheren), dan
(ii) Apakah penilaian risiko memperhitungkan pengendalian yang relevan (contoh,
risiko pengendalian), dan dengan demikian menuntut auditor untuk
memperoleh bukti audit untuk menentukan apakah pengendalian berjalan
efektif (contoh, auditor bermaksud untuk mengandalkan efektivitas operasi
pengendalian dalam menentukan sifat, saat dan luas prosedur substantif)
1
(b) Memperoleh bukti yang lebih meyakinkan ketika auditor menilai risiko yang lebih
tinggi.
Dalam mengembangkan suatu strategi audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis
pengujian untuk menentukan apakah laporan kouangan telah disajikan secara wajar. Seperti
telah diuraikan di atas. auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menilai risko
kesatahan penyajian material. Empat jenis pengujian lainnya merupakan prosedur audit lebih
lanjut yang dilakukan sebagai tanggapan atas risiko yang teridentifikasi. Empat jenis
pengujian tersebut terdiri dari:
PENGUJIAN PENGENDALIAN
2
1. Banyaknya bukti yang diperoleh dalam memperoleh pemahaman tentang
pengendalian internal.
2. Rencana pengurangan risiko pengendalian.
Pengujian substantive adalah suatu prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi
kesalahan penyajian material pada tingkat asersi. Prosedur pengujian substantive terdiri dari:
(1) pengujian substantive golongan transaksi, (2) prosedur analitis substantive, (3) pengujian
rinci saldo akun.
3
Pengujian substantive golongan transaksi diunakan untuk menentukan apakah keenam
tujuan audit transaksi telah terpenuhi untuk setiap golongan transaksi. Du diantara tujuan-
tujuan mtersebut untuk transaksi penjualan adalah bahwa transaksi penjualan yang telah
dicatat benar-benar ada (tujuan keterjadian) dan transaksi yang ada telah dicatat dengan
lengkap (tujuan kelengkapan).
PROSEDUR ANALITIS
Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan atas fluktasi atau
hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain, atau yang
berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan.
Dua tujuan terpenting prosedur analitis substantive dalam audit atas saldo-saldo akun adalah:
Pengujian rinci saldo berfokus pada saldo akhir akun-akun buku besar, baik akun neraca
maupun akun laba rugi. Tekanan utama kebanyakan pengujian rinci saldo adalah pada akun-
akun neraca (akun riil). Sebagai contoh adalah konfirmasi saldo akun debitur pada audit
piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan atas laporan piutang yang
diterima dari para pemasok pada audit atas utang usaha.
Pengujian pengendalian membantu auditor dalam menilai apakah pengendalian atas transaksi
dalam siklus efektif untuk mendukung pengurangan penilaian resiko pengendalian dan
dengan demikian memungkinkan dilakukan pengurangan pengujian substantive.
Pengujian substantife atas transaksi digunakan untuk memeriksa transaksi yang dicatat dalam
jurnal dan postingnya ke buku besar. Prosedur analitis menekankan pada kewajaran transaksi
dan saldo akun di buku besar.
4
Pada umumnya auditor menggunakan kelima jenis pengujian untuk melakuan audit atas
laporan keuangan, tetapi jenis pengujian tertentu mungkin lebih ditekankan, tergantung pada
situasi yang dihadapi. Ingat, prosedur penilaian resiko diwajibkan pada setiap audit untuk
menilai risiko kesalahan penyajian material, sedangkan keempat jenis pengujian lainnya
dilakukan sebagai respon terhadap risiko yang didentifikasi yang akan menjadi dasar bagi
pendapat auditor.
Setiap jenis prosedur audit lenih lanjut hanya menyangkut jenis bukti tertentu (konfirmasi,
dokumentasi, dan sebagainya). Prosedur penilaian risiko termasuk prosedur untuk
memperoleh pemahaman informasi pengendalian internal, tidak semahal biaya pengujian
internal lainnya, karena auditor dapat dengan mudah meminta keterangan pada klien dan
melakukan pengamatan serta melakukan prosedur analitis. Demikian pula memeriksa
solumen yang meringkas operasi bisnis klien, manajemen, proses serta struktur tata kelola
lebih murah dari pengujian audit lainnya.
5
Pada umumnya, auditor akan meyakini bahwa terdapat kesalahan penyajian rupiah dalam
laporan keuangan apabila deviasa pengujian oengendalian merupakan defisiensi signifikan
atau kelemahan material.
prosedur analitis juga hanya merupakan indikasi tentang kemungkinan kesalahan penyajian
yang mempengaruhi nilai rupiah dalam laporan keuangan. Apabila prosedur analitis memberi
indikasi terjadinya fluktuasi tidak biasa, auditor harus melakukan pengujian substantif
golongan transaksi atau pengujian rinci saldo untuk memastikan rupiah kesalahan penyajian
sungguh telah terjadi. Apabila auditor melakukan prosedur analitis substantif dan yakin
bahwa kemungkinan kesalahan penyajian rendah, maka penyajian sustantif lainnya bisa
dikurangi.
Risiko inheren dapat juga diperluas ke setiap tujuan audit saldo. Sebagai contoh, kondisi
ekonomi yang memburuk dalam usaha klien akan membuat auditor berkesimpulan adanya
risiko tinggi untuk kerugian piutang tak tertagih (tujuan nilai bersih bisa direalisasi).
6
Auditor melakukan prosedur analitis substantif untuk suatu akun seperti misalnya piutang
usaha dengan dua tujuan, yaitu: untuk mengidentifikasi kemungkinan kesalahan penyajian
dalam saldo akun dan untuk mengurangi pengujian audit rinci. Hasil dari prosedur analitis
substantif berpengaruh langsung pada luasnya pengujian rinci saldo.
Rancang Pengujian Rinci Saldo Piutang Usaha untuk Memenuhi Tujuan Audit Saldo
Perencanaan pengujian rinci saldo meliputi prosedur-prosedur audit, ukuran sampel, unsur
yang dipilih, dan saat pengujian. Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan
setiap tujuan audit saldo pada setiap akun.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang pengujian rinci saldo adalah
perlunya dilakukan prediksi atas hasil pengujian pengendalian. pengujian substantif golongan
transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum hal-hal tersebut dikerjakan.
Di atas telah disebutkan bahwa pengujian audit saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan
audit saldo untuk setiap akun dan luas pengujian ini dapat dikurangi apabila tujuan audit
transaksi telah terpenuhi oleh pengujian pengendaiian atau pengujian substantif golongan
transaksi. Anda juga harus mernahami bagaimana setiap tujuan audit transaksi berkaitan
dengan setiap tujuan audit saldo.
7
Penggolongan Penggolongan Langsung
Saat Pisah Batas Langsung
Nilai bisa direalisasi Tidak ada Hanya sedikit pengendalian tentang
nilai bisa direalisasi yang
berhubungan dengan golongan
transaksi, tetapi proses pemberian
otoritasi kredit memengaruhi luas
pengujian.
Hak dan Kewajiban Tidak ada Hanya sedikit pengendalian internal
tentang hak dan kewajiban yang
berhubungan dengan golongan
transaksi.
RINGKASAN TERMINOLOGI BUKTI
Tujuan Audit
Ini adalah tujuan-tujuan audit yang harus dicapai sebelum auditor dapat
menyimpulkan bahwa suatu golongan transaksi atau saldo akun telah disajikan secara wajar.
Ada enam tujuan audit transaksi, delapan tujuan audit saldo, dan empat tujuan audit
pengujian dan pengungkapan yang semua tertuang dalam tabel 10-6. Perhatikan bahwa
semua tujuan audit transaksi terutama dilaksanakan pada tahap II, tujuan audit saldo pada
tahap III, dan tujuan audit pengajian dan pengungkapan pada tahap IV.
Jenis Pengujian
Lima jenis pengujian sebagaimana telah dijelaskan di muka yang digunakan auditor
untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar tercantum pada
kolom ke tiga tabel 10-6. Perhatikan bahwa prosedur analitis dilaksanakan pada tahap III dan
tahap IV. Jangan lupa, prosedur analitis untuk perencanaan harus dilaksanakan sebagai bagian
dari prosedur penilaian risiko pada tahap I. Ingat pula bahwa prosedur analitis harus
dilakukan pada tahap penyelesaian audit, sehingga hal itu tercantum pada tahap IV.
Jenis Bukti
8
IKHTISAR PROSES AUDIT
9
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian risiko yang
berhubungan dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami bisnis dan bidang
usaha klien, menilai risiko bisnis klien, dan melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
terutama untuk menilai risiko inheren dan risiko audit bisa diterima.
Pada tahap ini auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive
transaksi. Tujuan tahap II ini adalah:
Tujuan pertama bisa dicapai dengan melaksanakan pengujian pengendalian, dan tujuan kedua
bisa dipenuhi dengan melakukan pengujian substantive.
Tujuan tahap III ini adalah untuk memperoleh tambahan bukti yang cukup untuk
menentukan apakah saldo akhir dan pengungkapan dalam laporan keuangan telah ditetapkan
dengan wajar. Sifat dan luasnya pekerjaan akan sangat tergantung pada temuan dalam dua
tahapan sebelumnya. Dua kategori umum pada prosedur-prosedur tahap III adalah:
1. Prosedur analitis substantive yang menilai kewajaran menyeluruh dari transaksi dan
saldo.
2. Pengujian rinci saldo yaitu prosedur audit yang menguji kesalahan penyajian moneter
dalam saldo di laporan keuangan.
10
Tahap II - Melaksanakan pengujian pengendalian 30-9-2013
dan pengujian substantive transaksi
selama 9 bulan pertama tahun yang
diaudit.
Tahap III - Konfirmasi piutang usaha. 31-10-2013
- Observasi persediaan.
- Melakukan pengujian pisah batas.
- Kirim konfirmasi lainnya.
- Melakukan prosedur analitis,
menyelesaikan pengujian
pengendalian dan pengujian
31-12-2013 tanggal neraca
substantive transaksi, dan selesaikan
pengujian rinci.
7-1-2014 penutupan buku
Tahap IV - Melaksanakan prosedur-prosedur
untuk mendukung tujuan audit
penyajian dan pengungkapan,
meringkas hasil, menggumpulkan 15-2-2014 tanggal akhir
bukti final (termasuk prosedur pekerjaan lapangan
analitis), dan menyelesaikan audit.
- Menerbitkan laporan audit.
25-2-2014
Tabel 10-7 melukiskan prosedur analitis yang dilakukan sebelum dan sesudah tanggal neraca,
tabel ini juga menunjukkan bahwa pengujian rinci saldo biasanya dilakukan terakhir.
Pada bab 4 telah disebutkan bahwa auditor harus mengumpulkan bukti yang berkaitan
dengan tujuan penyajian dan pengungkapan. Prosedur-prosedur yang dilakukan auditor untuk
mendukung tujuan penyajian dan pengungkapan adalah serupa dengan prosedur-prosedur
yang dilakukan unuk mendukung tujuan audit transaksi dan tujuan audit saldo.
11
Selain bukti yang diperoleh untuk setiap siklus selama tahap I dan II, auditor harus
mengumpulkan bukti-bukti berikut untuk laporan keuangan sebagai keseluruhan selama
tahap penyelesaian:
Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung paada bukti yang dikumpulkan dan
temuan audit. Laporan yang tepat untuk berbagai keadaan bisa dipelajaran pada bab 2.
Komunikasi dengan Manajemen dan Pihak yang Bertanggung-jawab atas Tata Kelola
DAFTAR PUSTAKA
Al Haryono Yusuf. 2014. Auditing Pengauditan Berbasis ISA. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.
12