Anda di halaman 1dari 5

Notulen kelompok 4

Alberd Boi Samosir (C0C020017)

Alfenius Manurung (C0C020015)

Ikrar (C0C020021)

Bertanya

1. Tyara Putri Ramadhani (C0C020005)

Pertanyaan : Apakah yang harus dipertimbangkan oleh tim audit dalam merencanakan diskusi
tentang risiko kecurangan?

Penjawab (Ikrar C0C020021) :

Yang harus dipertimbangkan oleh tim audit dalam merencanakan diskusi tentang risiko kecurangan
adalah :

• Bagaimana mereka meyakini bahwa laporan keuangan entitas rentan terhadap kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Hal ini mencakup pertimbangan-
pertimbangan tentang factor-faktor eksternal dan internal yang diketahui mempengaruhi
entitas sehingga bisa :
− Menciptakan suatu insentif atau tekanan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan.
− Memberi peluang untuk melakukan kecurangan.
− Mengindikasikan suatu kultur atau lingkungan yang memungkinkan manajemen
membenarkan kecurangan.
• Mengindikasikan suatu kultur atau lingkungan yang memungkinkan manajemen
membenarkan kecurangan.
• Bagaimana seseorang bisa memperlakukan tidak semestinya terhadap asset entitas.
• Bagaimana seseorang bisa memperlakukan tidak semestinya terhadap asset entitas

Menanggapi : (Gilang Saputra Wilis C0C020009)

Sumber informasi yangdigunakan untuk menilai resiko kecurangan ada lima sumber, yaitu:

1. Komunikasi di antara tim audit.

Diskusi dilakukan menyangkut hal-hal sebagai berikut:

− Bagaimana dan di mana kemungkinan letak salah saji yang material akibat

kecurangan.Pertimbangan yangdiperlukan adalah ketiga faktor yang telah dibahas

sebelumnya, yakni: insentif/tekanan, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.

− Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi pelaporan keuangan yang

− Bagaimana seseorang dapat menyalahgunakan aktiva.

− Bagaimana auditor menanggapi kerentanan salah saji yang material akibat


kecurangan

2. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen.

Pertanyaan yang diajukan harus spesifik termasuk kemungkinan manajemen mencurigai adanya

kecurangan. Pertanyaan juga diajuk an kepada pihak lain termasuk komite audit.
3. Faktor-faktor resiko.

Ketiga faktor resiko (insentif/tekanan, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi) perlu dipertimbangkan

dengan semua informasi yang ada.Yang perlu diingat, kecurangan muncul tidak melulu karena adanya

ketiga faktor tersebut secara signifikan.

4. Prosedur analitis

Prosedur analitis dirancang sejak perencanaan audit. Bila hasilnya berbeda dengan ekspektasi, harus

dievaluasi dengan memperhitungkan dengan informasi yang lain.

5. Informasi lain

Informasi ini dapat diperoleh di setiap tahap atau bagian audit ketika menilai resiko kecurangan, dan
kebanyakan dapat mengindikasikan resiko kecurangan yang lebih tinggi.
2. Leonardo Saragi (C0C020027)

Pertanyaan : Ada 2 komponen professional skeptisisme yaitu, sikap selalu mempertanyakan dan
menilai secara kritis bukti audit dan bagaimanakah kedua komponen tersebut membantu auditor
dalam membedakan antara kesalahan penyajian tidak disengaja dan kesalahan penyajian yang
disengaja?

Penjawab (Alberd Boi Samosir C0C020017) :

• Sikap selalu mempertanyakan

Diperlukan pertanyaan secara berkelanjutan tentang apakah informasi dan bukti audit yang telah
diperoleh memberi petunjuk bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan
mungkin terjadi. Hal tersebut meliputi mempertimbangkan keandalan informasi yang akan
digunakan sebagai bukti audit dan pengendalian atas penyiapan dan pemeliharaannya, jika relevan.

• Menilai secara kritis bukti audit

Ketika auditor mengidentifikasi kondisi yang menyebabkan auditor percaya bahwa sebuah dokumen
tidak asli atau hal-hal lain dalam dokumen tersebut telah dimodifikasi tetapi tidak diungkapkan
kepada auditor, maka prosedur yang mungkin dilaksanakan untuk menginvestigasi lebih lanjut hal
tersebut dapat meliputi:

− Mengonfirmasi secara langsung kepada pihak ketiga.


− Menggunakan tenaga ahli untuk menilai keaslian dokumen.

Menanggapi (M.Hengky Anguna Almansyah C0C020001)

Auditor cenderung menerapkan skeptisisme profesional pada

berbagai tahap mulai dari penerimaan klien dan pada berbagai titik

selama proses audit, contoh penerapan sikap skeptisisme

professional:

• Ketika menilai penerimaan perikatan - pada tahap ini

auditor harus mempertimbangkan apakah manajemen klien

audit yang dituju bertindak dengan integritas dan apakah

ada hal-hal yang dapat berdampak pada kemampuan

auditor untuk bertindak dengan skeptisisme profesional jika

mereka menerima perikatan, seperti ancaman etis terhadap

objektivitas.

• Saat melakukan prosedur penilaian risiko - auditor harus

bersikap skeptis saat melakukan prosedur penilaian risiko

pada tahap perencanaan audit. Misalnya, ketika

mendiskusikan hasil prosedur analitis dengan manajemen,

auditor tidak boleh menerima penjelasan manajemen pada

nilai nominal, dan harus memperoleh bukti yang


menguatkan untuk penjelasan yang ditawarkan.

3. Susi Fitrianti (C0C020029)

Pertanyaan : Auditor harus meminta keterangan dari orang-orang dalam perusahaan ketika ia
mengumpulkan informasi untuk menilai kecurangan. Kepada siapa sajakah auditor harus meminta
keterangan untuk tujuan tersebut?

Penjawab (Ikrar C0C020021)

• Meminta Keterangan dari Pihak-pihak Lain dalam Entitas

• Meminta Keterangan dari Auditor Internal

• Pemahaman tentang Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola


Menangapi (Bella Wahyu Rianty C0C020019)
Dikarena Standar audit ( SA 240.17 ) mewajibkan auditor untuk meminta keterangan secara khusus
tentang kecurangan pada setiap audit, yang meliputi:
a). Penilaian manajemen tentang risiko bahwa kemungkinan terjadi kesalahan penyajianmaterial
dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan, termasuk sifat, saat,luas, dan frkuensi
dari penilaian risiko tersebut.
b). Proses yang dilakukan oleh manajemen untuk entitas, termasuk setiap risiko spesifik
ataskecurangan yang telah diidentifikasi oleh manajemen atau yang telah menjadi perhatiannya,
atau golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan yang untuknyamungkin terjadi risiko
kecurangan.
c). Komunikasi manajemen, jika ada, kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelolatentang
proses untuk mengindentifikasi dan merespons risiko kecurangan dalam entitas.
d). Komunikasi manajemen, jika ada, kepada karyawan tentang pandangan manajementerhadap
praktis bisnis dan perilaku etika.

4. Sri Ganda (C0C020031)


Pertanyaan : Sebutkan dan jelaskan 3 teknik utama yang sering digunakan untuk memanipulasi
pendapatan?
Penjawab (Alfenius Manurung C0C020015)
Ada tiga tipe utama manipulasi pendapatan, yaitu :
1. Pendapatan Fiktif
Dalam kasus-kasus manipulasi yang dijumpai akhir-akhir ini hampir semua menyangkut penjualan
fiktif, namun sebenarnya hal itu bukan barang baru. Pelaku kecurangan melibatkan banyak pihak
untuk mendukung pendapatan fiktif.
2. Pengakuan pendapatan prematur
Pengakuan pendapatan prematur adalah pengakuan pendapatan sebelum saat pengakuan
pendapatan sebagaimana ditentukkan dalam standar akuntansi.
3. Manipulasi penyesuaian atas
Penyesuaian yang paling sering dilakukan terhadap pendapatan berkaitan dengan retur dan
pengurangan harga pejualan. Perusahaan bisa juga mengecilkan jumlah beban kerugian piutang
karena diperlukan pertimbangan yang signifikan untuk menentukan jumlah yang benar
Menangapi (Nyiayu Nurfaizah C0C020035)
Financial shenanigans adalah tindakan penipuan yang dilakukan manajemen tentang kinerja keuangan
atau kesehatan ekonomi perusahaan sehingga investor dapat mengira bahwa pendapatan perusahaan
meningkat, arus kas lebih kuat, posisi neraca aman. Beberapa kejahatan atau kecurangan ini dapat
dideteksi dalam angka-angka yang disajikan dengan melihat neraca perusahaan, laporan laba rugi,
maupun laporan arus kas.

Anda mungkin juga menyukai