AUDIT AWAL”
Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Kelas: AK.3
1 | Auditing1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa serta bantuan berbagai pihak lain untuk itu dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa proses penyusunan dalam penyelesaian makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki
sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan
makalah ini dan juga dalam penyelesaian tugas-tugas serta makalah berikutnya.
Kami sebagai penyusun makalah ini yang berkaitan dengan materialitas, risiko, dan
Penulis
Kelompok 5
2 | Auditing1
DAFTAR ISI
Sampul Depan................................................................................................................... 1
Kata Pengantar................................................................................................................. 2
Daftar Isi............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
A. M A T E R I A L I T A S.................................................................................................... 7
C. RISIKO AUDIT.................................................................................................................. 11
3 | Auditing1
dan Tingkat Saldo Akun........................................................................................ 11
A. Kesimpulan .................................................................................................................16
B. Saran ............................................................................................................................17
4 | Auditing1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kertas kerja merupakan suatu dasar dalam penerapan standar auditing terutama dalam
hal pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Pentingnya konsep materialitas yakni sebagai
pertimbangan seorang auditor dalam menjalankan tugasnya.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya,
semakin rendah resiko audit yang auditor bersedia menanggung nya.
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelakasanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya.
Tujuan ini dicapai dengan mengumpulkan bukti audit tentang asersi yang terdapat dalam
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
5 | Auditing1
Oleh karena itu pentingnya Materialitas, risiko dan strategi audit awal guna
memeperlancar tugas seorang auditor serta sebagai bahan pertimbangannya untuk selanjutnya
akan dibahas pada bab II makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi rumusan masalah, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Materialitas ?
2. Bagaimana hubungan Materialitas dengan Bukti Audit ?
3. Apa Yang Dimaksud dengan Risiko Audit ?
4. Apakah yang dimaksud dengan Strategi Audit Awal ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan Audit dengan Materialitas, Konsep Materialitas,
2. Untuk mengetahui bagaimana resiko-resiko yang terjadi pada Audit, atar unsure Resiko
3. Untuk mengetahui tentang strategi Audit awal dan Pendekatan terutama Subtantif.
4. Sebagai salah satu bentuk penyelesaian tugas selaku mahasiswa/i jurusan akuntansi
6 | Auditing1
BAB II
PEMBAHASAN
A. M A T E R I A L I T A S
Materials secara umum, yaitu sesuatu yag nyata dan terlihat. Jadi, dalam istilah akuntansi
Materialitas merupakan dasar penerapan auditing secara nyata, terutama standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang
mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. SA Seksi 312 Risiko Audit dan
Materialitas Adit dalam Pelaksanaan Audit mengharuskan auditor untuk mempeertimbangkan
materialitas dalam (1) perencanaan audit, dan (2) penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya, dapat mengakibatkan perubahan
atas suatu pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap
informasi itu, karena adanya penghilangan atau salah saji itu. Hal itu mengharuskan auditor
untuk mempertimbangkan keadaan yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi
pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.
Contohnya, jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas tertentu mungkin
tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang
berbeda. Maka, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun modal kerja
lebih rendah bagi perusahaan yang berada dalam situasi bangkrut bila dibandingkan dengan
suatu perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1.
7 | Auditing1
A.2 Mengapa Konsep Materialitas Penting dalam Audit atas Laporan keuangan?
Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan
(guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan
auditan adalah akurat. Hal ini karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi
manfaat yang dihasilkan. Karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan
keyakinan berikut ini :
2. Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar
memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:
1. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh
auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.
2. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah
pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
8 | Auditing1
Contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor adalah,
1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan pada pertimbangan
Kuantitatif seperti:
Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan
Total aktiva dan ekiutas pemegang saham dalam neraca
. Faktor Kualitatif seperti:
Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum dan
kecurangan
Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada
tingkat minimum tertentu.
Adanya gangguan dalam trend laba
Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan
Sebagai contoh, auditor memutuskan kombinasi salah saji berjumlah 8 % dari laba
bersih sebelum pajak dipandang material untuk laporan laba-rugi, dengan memperhatikan
faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Oleh karena itu, jika kombinasi salah saji kurang
dari 3 %, auditor akan memandang sebagai salah saji yang tidak material, dengan
memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Salah saji berada diantara 3 %
dan 8 % memerlukan pertimbangan auditor untuk memutuskan materialitasnya. Jika
misalnya, laba bersih sebelum pajak yang dipakai sebagai jumlah kunci berjumlah Rp 100
juta, maka batas materialitas (materiality border) untuk laporan laba-rugi berada dalam
kisaran :
Contoh berikut ini menunjukan batas materialitas yang ditentukan oleh auditor :
1. Untuk total aktiva dalam neraca Rp 41 juta s.d Rp 100 juta
2. Untuk aktiva lancar Rp 25 juta s.d Rp 60 juta
3. Untuk total ekuitas pemegang saham dalam neraca Rp 15 juta s.d Rp 45 juta
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
laporan keuangan, karena pendapat auditor atas lapoaran sebagai keseluruhan dan tingkat
saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan
menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
9 | Auditing1
A.4 Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat
dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada
tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep
materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan
10 | A u d i t i n g 1
mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke akun secara individual. Pengalokasian ini
dapat di lakukan baik untuk akun Neraca maupun Laba Rugi.
C. RISIKO AUDIT
Resiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang
auditor bersedia menanggungnya. Jika diinginkan tingkat kepastian 99 %, risiko audit yang
auditor bersedia menanggungnya adalah 1 %.
C.1 Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun
Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :
1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan
(sesuai dengan definisi risiko audit yang disajikan diatas).
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.
1) Risiko Bawaan. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan
prosedur pengendalian intern yang terkait.
11 | A u d i t i n g 1
2) Risiko Pengendalian. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji
material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas.
3) Risiko Deteksi. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat
mendeteksi salah saji materialyang terdapat dalam suatu asersi.
Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk
menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian
saldo akun tertentu.
Contoh
Dalam menaksir risiko deteksi dalam audit atas sediaan, auditor melakukan pertimbangan:
1. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko audit individual untuk akun Sediaan pada
tingkat 5 % ( karena risiko audit secara keseluruhan juga diterapkan sebesar 5 % )
2. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko bawaan pada tingkat 60 %, karena akun
Sediaan bersaldo besar, beberapa perhitungan rumit, frekuensi transaksi yang berkaitan
dengan akun Sediaan adalah tinggi.
3. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko pengendalian sebesar 30 % karena
pengendalian klien efektif berdasarkan hasil pengujian pengendalian yang dilakukan
dalam audit tahun yang lalu.
Berdasarkan pertimbangan auditor diatas, risiko deteksi ditentukan sebesar :
= 0,05
0,60 x 0,30
12 | A u d i t i n g 1
C.4 Hubungan antar Unsur Risiko
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang
disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan
auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan
risiko pengendalian.
Semakin kecil risiko bawaan danr risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor,
semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko
bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima.
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor
harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit
yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu
dari tiga cara berikut ini :
Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit
yang dikumpulkan.
Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas
tetap dipertahankan.
Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.
13 | A u d i t i n g 1
D. STRATEGI AUDIT AWAL
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat
unsur berikut ini :
4.Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat
Auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan menggunakan
pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai
pengendalian intern. Keuntungannya:
o Hanya terdapat sedikit (jika ada) kebijakan atau prosedur pengendalian intern yang
o Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk akun dan
o Peletakkan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk asersi
tertentu.
14 | A u d i t i n g 1
Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh terhadap
pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.
pengendalian pada tingkat maksimum atau pengendalian pada tingkat moderat atau
15 | A u d i t i n g 1
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
16 | A u d i t i n g 1
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya,
apakah dalam sebuah hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU).
B. SARAN
Dalam bab ini dijelaskan tiga langakah tambahan dalam perencanaan audit, setelah
mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat mengetahui dan mempelajari tentang
auditing: Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Awal. Demikian yang dapat kami jabarkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangannya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan materi makalah ini. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
17 | A u d i t i n g 1
DAFTAR PUSTAKA
18 | A u d i t i n g 1