Anda di halaman 1dari 18

“MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI

AUDIT AWAL”

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah AUDITING 1

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi & Bisnis

Disusun Oleh:

      Adinda Mawahda                   


      Agnes Permatasari        
      Mika Praise
Miftahul jannah
Regyna M.
Rachmat Arta Wijaya         
     

KELOMPOK 5
Kelas: AK.3

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS TADULAKO
2021

1 | Auditing1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan

makalh ini yang berjudul: “MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT AWAL”

  Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan

dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa serta bantuan berbagai pihak lain untuk itu dalam

kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa proses penyusunan dalam penyelesaian makalah ini

masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,

kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki

sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati

dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan

makalah ini dan juga dalam penyelesaian tugas-tugas serta makalah berikutnya.

Kami sebagai penyusun makalah ini yang berkaitan dengan materialitas, risiko, dan

strategi audit awal, berharap dapat berguna dikemudian hari.

Penulis

     Kelompok 5

2 | Auditing1
DAFTAR ISI

Sampul Depan................................................................................................................... 1

Kata Pengantar................................................................................................................. 2

Daftar Isi............................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 5

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 6

C. Tujuan Penulisan............................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

A. M A T E R I A L I T A S.................................................................................................... 7

A.1 Konsep Materialitas............................................................................................... 7

A.2 Mengapa Konsep Materialitas Penting dalam Audit

atas Laporan keuangan? ........................................................................................ 7

A.3 Pertimbangan Awal tentang Materialitas............................................................... 8

A.4 Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan......................................................... 9

A.5 Materialitas pada Tingkat Saldo Akun................................................................... 10

A.6 Alokasi Materialitas laporan Keuangan ke Akun................................................... 10

B. HUBUNGAN ANTARA MATERIALS DENGAN BUKTI AUDIT................................. 11

C. RISIKO AUDIT.................................................................................................................. 11

C.1 Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan

3 | Auditing1
dan Tingkat Saldo Akun........................................................................................ 11

C.2 Unsur Risiko Audit................................................................................................ 11

C.3 Penggunaan Informasi Risiko Audit...................................................................... 12

C.4 Hubungan antar Unsur Risiko............................................................................... 13

C.5 Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit.............................. 13

D. STRATEGI AUDIT AWAL

D.1 Unsur strategi Audit Awal..................................................................................... 14

D.2 Pendekatan Terutama Substantif........................................................................... 14

D.3 Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah.............................................................. 14

D.4  Pebandingan Dua Strategi Audit Tersebut........................................................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................16

B. Saran ............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................18

4 | Auditing1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kertas kerja merupakan suatu dasar dalam penerapan standar auditing terutama dalam
hal pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Pentingnya konsep materialitas yakni sebagai
pertimbangan seorang auditor dalam menjalankan tugasnya.

Definisi materialitas mengharuskan seorang auditor dalam mempertimbangkan keadaan


baik yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan
kepercayaannya.

Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan


lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau
salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan  perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya,
semakin rendah resiko audit yang auditor bersedia menanggung nya.

Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelakasanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya.
Tujuan ini dicapai dengan mengumpulkan bukti audit tentang asersi yang terdapat dalam
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.

5 | Auditing1
Oleh karena itu pentingnya Materialitas, risiko dan strategi audit awal guna
memeperlancar tugas seorang auditor serta sebagai bahan pertimbangannya untuk selanjutnya
akan dibahas pada bab II makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi rumusan masalah, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Materialitas ?
2. Bagaimana hubungan Materialitas dengan Bukti Audit ?
3. Apa Yang Dimaksud dengan Risiko Audit ?
4. Apakah yang dimaksud dengan Strategi Audit Awal ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan Audit dengan Materialitas, Konsep Materialitas,

Penggunaan Materialitas dalam mengevaluasi Bukti Audit.

2. Untuk mengetahui bagaimana resiko-resiko yang terjadi pada Audit, atar unsure Resiko

Materialitas dan Bukti Audit.

3. Untuk mengetahui tentang strategi Audit awal dan Pendekatan terutama Subtantif.

4. Sebagai salah satu bentuk penyelesaian tugas selaku mahasiswa/i jurusan akuntansi

Universitas Tadulako Palu

6 | Auditing1
BAB II

PEMBAHASAN

A. M A T E R I A L I T A S

Materials secara umum, yaitu sesuatu yag nyata dan terlihat. Jadi, dalam istilah akuntansi
Materialitas merupakan dasar penerapan auditing secara nyata, terutama standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang
mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. SA Seksi 312 Risiko Audit dan
Materialitas Adit dalam Pelaksanaan Audit mengharuskan auditor untuk mempeertimbangkan
materialitas dalam (1) perencanaan audit, dan (2) penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

A.1 Konsep Materialitas :

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya, dapat mengakibatkan perubahan
atas suatu pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap
informasi itu, karena adanya penghilangan atau salah saji itu. Hal itu mengharuskan auditor
untuk mempertimbangkan keadaan yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi
pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.

Contohnya, jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas tertentu mungkin
tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang
berbeda. Maka, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun modal kerja
lebih rendah bagi perusahaan yang berada dalam situasi bangkrut bila dibandingkan dengan
suatu perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1.

7 | Auditing1
A.2 Mengapa Konsep Materialitas Penting dalam Audit atas Laporan keuangan?

Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan
(guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan
auditan adalah akurat. Hal ini karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi
manfaat yang dihasilkan. Karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan
keyakinan berikut ini :

1. Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta


pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi.

2. Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar
memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.

3. Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat


perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar
dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.

Ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:

1. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh
auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.

2. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah
pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.

A.3 Pertimbangan Awal tentang Materialitas

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam


perencanaan auditnya yang disebut materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan
tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam
mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang melingkupi berubah (2) informasi
tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.

Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif


berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara
kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan
salah saji tersebut.

8 | Auditing1
Contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor adalah,

1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan pada pertimbangan
Kuantitatif seperti:
 Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan
 Total aktiva dan ekiutas pemegang saham dalam neraca
. Faktor Kualitatif seperti:
 Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum dan
kecurangan
 Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada
tingkat minimum tertentu.
 Adanya gangguan dalam trend laba
 Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan

Sebagai contoh, auditor memutuskan kombinasi salah saji berjumlah 8 % dari laba
bersih sebelum pajak dipandang material untuk laporan laba-rugi, dengan memperhatikan
faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Oleh karena itu, jika kombinasi salah saji kurang
dari 3 %, auditor akan memandang sebagai salah saji yang tidak material, dengan
memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Salah saji berada diantara 3 %
dan 8 % memerlukan pertimbangan auditor untuk memutuskan materialitasnya. Jika
misalnya, laba bersih sebelum pajak yang dipakai sebagai jumlah kunci berjumlah Rp 100
juta, maka batas materialitas (materiality border) untuk laporan laba-rugi berada dalam
kisaran :

Rp 3.000.000 sampai Rp 8.000.000

Batas bawah dihitung 3% x Rp100.000.000 dan batas dihitung 8% x Rp 100.000.000.

Contoh berikut ini menunjukan batas materialitas yang ditentukan oleh auditor :

1. Untuk total aktiva dalam neraca                                  Rp 41 juta s.d Rp 100 juta
2. Untuk aktiva lancar                                                     Rp 25 juta s.d Rp 60 juta
3. Untuk total ekuitas pemegang saham dalam neraca   Rp 15 juta s.d Rp 45 juta

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
laporan keuangan, karena pendapat auditor atas lapoaran sebagai keseluruhan dan tingkat
saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan
menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.

9 | Auditing1
A.4 Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas yaitu:

Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, dengan membuat


estimasi materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara jumlah dalam laporan
keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang
diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan.
Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.

Contoh panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :


1. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat
salah saji 5 % sampai 10 % dari laba sebelum pajak.
2. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat
salah saji ½ % sampai 1 % dari total aktiva.
3. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat
salah saji 1 % dari total pasiva.

A.5 Materialitas pada Tingkat Saldo Akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat

dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada

tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.

Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep

materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan

pemakai informasi keuangan.

A.6 Alokasi Materialitas laporan Keuangan ke Akun

Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya


salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi
akun tersebut.
Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan dikuatifikasikan,
penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh dengan

10 | A u d i t i n g 1
mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke akun secara individual. Pengalokasian ini
dapat di lakukan baik untuk akun Neraca maupun Laba Rugi.

B. HUBUNGAN ANTARA MATERIALS DENGAN BUKTI AUDIT

Materialitas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan


auditor tentang kecukupan ( kuantitas ) bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara
materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus tetap
diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan
( hubungan terbalik ).

C. RISIKO AUDIT

Resiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang
auditor bersedia menanggungnya. Jika diinginkan tingkat kepastian 99 %, risiko audit yang
auditor bersedia menanggungnya adalah 1 %.

C.1 Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun
Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :

1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan
(sesuai dengan definisi risiko audit yang disajikan diatas).
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.

C.2 Unsur Risiko Audit


Terdapat tiga unsur risiko audit :

1)      Risiko Bawaan. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan
prosedur pengendalian intern yang terkait.

11 | A u d i t i n g 1
2)      Risiko Pengendalian. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji
material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas.

3)      Risiko Deteksi. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat
mendeteksi salah saji materialyang terdapat dalam suatu asersi.

C.3 Penggunaan Informasi Risiko Audit

Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk
menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian
saldo akun tertentu.

Dengan formula sebagai berikut :

Risiko audit individual = risiko bawaan x risiko pengendalian x risiko deteksi

 Resiko Deteksi =  Risiko audit individual / (Risiko bawaan x Risiko pengendalian)

Contoh

Dalam menaksir risiko deteksi dalam audit atas sediaan, auditor melakukan pertimbangan:

1. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko audit individual untuk akun Sediaan pada
tingkat 5 % ( karena risiko audit secara keseluruhan juga diterapkan sebesar 5 % )
2. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko bawaan pada tingkat 60 %, karena akun
Sediaan bersaldo besar, beberapa perhitungan rumit, frekuensi transaksi yang berkaitan
dengan akun Sediaan adalah tinggi.
3. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko pengendalian sebesar 30 % karena
pengendalian klien efektif berdasarkan hasil pengujian pengendalian yang dilakukan
dalam audit tahun yang lalu.
Berdasarkan pertimbangan auditor diatas, risiko deteksi ditentukan sebesar :

=   0,05  
0,60 x 0,30

= 0.28 atau 28%

12 | A u d i t i n g 1
C.4 Hubungan antar Unsur Risiko
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang
disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan
auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan
risiko pengendalian.

Semakin kecil risiko bawaan danr risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor,
semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko
bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima.

C.5 Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit


Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit
digambarkan sebagai berikut :

1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor
harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit
yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu
dari tiga cara berikut ini :
 Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit
yang dikumpulkan.
 Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas
tetap dipertahankan.
 Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.

13 | A u d i t i n g 1
D. STRATEGI AUDIT AWAL

D.1 Unsur strategi Audit Awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat
unsur berikut ini :

1.Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.

2.Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.

3.Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.

4.Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat

yang cukup rendah.

D.2 Pendekatan Terutama Substantif

Auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan menggunakan
pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai
pengendalian intern. Keuntungannya:

o Hanya terdapat sedikit (jika ada) kebijakan atau prosedur pengendalian intern yang

relevan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.

o Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk akun dan

golongan transaksi signifikan tidak efektif.

o Peletakkan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk asersi

tertentu.

D.3 Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah

14 | A u d i t i n g 1
Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh terhadap

pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.

D.4  Pebandingan Dua Strategi Audit Tersebut

Pendekatan Risiko Pengendalian


Pendekatan Terutama Subtantif
Rendah
1. Auditor merencanakan taksiran risiko 1. Auditor merencanakan taksiran risiko

pengendalian pada tingkat maksimum atau pengendalian pada tingkat moderat atau

mendekati maksimum. rendah.


2. Auditor merencanakan prosedur yang 2. Auditor merencanakan prosedur yang

kurang eksensif untuk memperoleh lebih eksensif untuk memperoleh

pemahaman atas pengendalian intern pemahaman atas pengendalian intern


3. Auditor merencanakan sedikit, jika ada, 3. Auditor merencanakan pengujian

pengujian, pengendalian. pengendalian secara luas.


4. Auditor merencanakan akan melakukan 4. Auditor membatasi penggunaan pengujian

pengujian subtantif secara luas. subtantif.

15 | A u d i t i n g 1
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan


lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau
salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan  perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam


perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang sering kali disebut dengan
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan
pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena
keadaan yang melingkupi berubah, informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama
berlangsungnya audit. Kemudian audit yang telah dilaksanakan dapat memastikan bahwa
karena sumber pembelanjaan tersebut, solvabilitas klien dalam periode yang diaudit telah
mengalami peningkatan secara signifikan.

Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitataif.


Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu
dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu
salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena
penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut

Materialiatas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi


pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan
antara materalitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material
harus tetap diperhatikan, karena semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah
bukti yang diperlukan.

16 | A u d i t i n g 1
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.

Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya,
apakah dalam sebuah hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU).

B. SARAN

Dalam bab ini dijelaskan tiga langakah tambahan dalam perencanaan audit, setelah
mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat mengetahui dan mempelajari tentang
auditing: Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Awal. Demikian yang dapat kami jabarkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangannya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan materi makalah ini. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

17 | A u d i t i n g 1
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, 2002. Auditing edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.


http://yuvinella.wordpress.com/2012/10/21/materialitas-risiko-dan-strategi-audit-awal/

18 | A u d i t i n g 1

Anda mungkin juga menyukai