Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MATA KULIAH

PENGAUDITAN I
SASARAN AUDIT, BUKTI AUDIT, DAN
KERTAS KERJA

KELOMPOK 5
1. JOKO SUHARDIMAN
2. THEOBALDO WILYANTARA

A31114306
A31114317

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
1

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
.
1.2RUMUSAN MASALAH
.
1.3TUJUAN
.

BAB II
PEMBAHASAN
3

2.1 AUDIT TOP-DOWN VERSUS AUDIT BOTTOM-UP


Secara simultan, pendekatan auditor berasal dari dua arah. Di satu sisi, auditor
bertolak dari pemahaman mereka atas bisnis dan industri yang dikombinasikan dengan
pemahaman atas keunggulan kompetitif klien untuk mengembangakan harapan yang
berkenaan dengan laporan keuangan. Pada sisi lain, auditor juga mengaudit pencatatan
transaksi-transaksi individual dan kumpulan dari transaksi-transaksi tersebut.
Bukti audit top-down berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman
tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan manajemen, bagaimana manajemen
menggunakan sumber dayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi di
pasaran, proses bisnis inti, serta laba dan arus kas yang dihasilkan. Prosedur audit top-down
memberikan bukti tentang risiko bisnis strategi yang dihadapi klien, bagaimana klien
menghadapi risiko tersebut, dan kelangsungan hidup entitas.
Di sisi lain, bukti audit bottom-up berfokus pada pengujian secara langsung atas
transaksi, saldo akun, serta sistem yang mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya
menghasilkan saldo akun. Bukti buttom-up mencakup beberapa bentuk penarikan sampel
terinci yang mendukung saldo akun dan mengevaluasi kewajaran penyajian dari setiap rincian
yang terakumulasi dalam laporan keuangan.

2.2 KEPUTUSAN PENTING TERKAIT BUKTI AUDIT


Dalam merencanakan audit, auditor harus membuat empat keputusan penting tentang
lingkup dan pelaksanaan audit, yakni:
a) Sifat pengujian yang harus dilakukan
b) Saat pengujian yang harus dilakukan
c) Luas pengujian yang harus dilakukan
d) Penetapan staf untuk melaksanakan audit

2.2.1 SIFAT PENGUJIAN AUDIT


Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit yang akan
dilaksanakan. Prosedur audit tersebut harus dapat memberikan bukti tentang kinerja
kompetitif suatu entitas atau terkait dengan tujuan audit spesifik yang ingin dicapai auditor.
Bukti tersebut harus relevan dengan asersi laporan keuangan manajemen. Auditor juga harus
mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas prosedur dalam kaitannya dengan tujuan
audit yang spesifik. Auditor dapat memilih melaksanakan pengujian guna memperoleh
4

pemahaman yang diperlukan dalam audit, melaksanakan pengujian pengendalian, atau


melaksanakan pengujian substantif. Setiap keputusan tersebut mencerminkan pertimbangan
audit yang penting tentang sifat pengujian audit tersebut.

2.2.2 SAAT PENGUJIAN AUDIT


Saat pengujian audit mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian audit
serta menarik kesimpulan audit. Pengujian audit pada tanggal interim dapat memberikan
pertimbangan awal tentang masalah-masalah signifikan yang dapat mempengaruhi laporan
keuangan pada akhir tahun buku. Sebagai contoh, transaksi-transaksi pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa, selain itu banyak perencanaan audit yang meliputi upaya
memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal, mengukur risiko pengendalian, dan
penerapan pengujian substantif atas transaksi, dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca.
2.2.3

LUAS PENGUJIAN AUDIT


Luas prosedur Audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang berapa banyak bukti

audit yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak diperlukan untuk mencapai suatu tingkat
risiko deteksi yang rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang tinggi. Sebagai contoh,
seorang auditor dapat mengirim permintaan konfirmasi sebanyak 50% dari akun yang ada
dalam akun piutang usaha atau hanya 10% saja dari akun-akun yang ada.
2.2.4

PENETAPAN STAF AUDIT


Auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan dan disupervisi

sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya. Sehingga mereka


dapat mengevaluasi bukti audit yang sedang diperiksa. Auditor dapat menanggapi risiko salah
saji material yang disebabkan oleh kecurangan dengan cara penugasan personel. Tanggung
jawab yang ditetapkan harus disesuaikan dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
personel yang ditugaskan sesuai dengan penilaian auditor atas tingkat risiko yang berkaitan
dengan tnggung jawab tersebut.

2.3 TUJUAN AUDIT SPESIFIK


Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan adalah pedoman bagi
auditor dalam merencanakan pengumpulan bukti audit. Asersi manajemen yang digariskan
dalam GAAS dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar berikut ini :
a)
b)
c)
d)

Keberadaan atau keterjadian


Kelengkapan
Hak dan kewajiban
Penilaian
5

e) Penyajian dan pengungkapan

2.3.1

TUJUAN AUDIT UNTUK KEBERADAAN DAN KETERJADIAN


Berkaitan dengan masalah keberadaan dan keterjadian (existence and occurrence),

auditor akan memastikan hal-hal berikut:


a) Validitas/pisah batas (cutoff): semua transaksi tercatat benar-benar telah terjadi
selama periode akuntansi.
b) Validitas (validity): semua aktiva, kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah dicatat
sebagaimana mestinya dalam neraca.
Ketika auditor memeriksa siklus penjualan dan penagihan, ia harus mengikuti tiga alur
transaksi utama, yaitu: penjualan kredit, penagihan, dan penyesuaian penjualan. Waktu dan
perhatian yang diberikan kepada tujuan audit ini tergantung pada kepentingan dan materialitas
transaksi pada proses bisnis inti entitas.

2.3.2

TUJUAN AUDIT UNTUK KELENGKAPAN


Berkaitan dengan masalah kelengkapan (completeness), auditor biasanya akan

memastikan hal-hal sebagai berikut:


a) Kelengkapan/pisah batas (cutoff): semua transaksi yang terjadi dalam periode itu
telah dicatat.
b) Kelengkapan (completeness): semua saldo yang tercantum dalam neraca meliputi
semua aktiva, kewajiban, dan ekuitas sebagaimana mestinya.
Dalam konteks siklus penjualan dan penagihan, biasanya auditor akan menekankan perhatian
tentang transaksi penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan serta akumulasinya
pada saldo piutang usaha. Masalah pisah batas (cutoff) seringkali di-review oleh para auditor
karena transaksi-transaksi yang tidak tercatat merupakan kesalahan pencatatan pada periode
yang salah.

2.3.3

TUJUAN AUDIT UNTUK HAK DAN KEWAJIBAN


Tentang masalah hak dan kewajiban (right and obligations), auditor menguji

kepemilikan (ownership), kesesuaian atas hak entitas terhadap aktiva, serta hak kepemilikan
yang jelas terhadap aktiva. Apabila ingin mempertimbangkan kelangsungan usaha dan arus
kas, auditor akan mengukur resiko kemungkinan klien telah menggadaikan atau menjual
piutang dan selanjutnya merencanakan untuk melakukan pengujian atas hak kepemilikan yang
sesuai.

2.3.4

TUJUAN AUDIT UNTUK PENILAIAN ATAU ALOKASI


Berkaitan dengan masalah penilaian dan alokasi (valuation allocation), auditor akan

memastikan hal-hal sebagai berikut:


a) Penerapan GAAP (application of GAAP) bahwa saldo telah dinilai sebagaimana
mestinya untuk mencerminkan penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan
alokasi jumlah tertentu antarperiode (seperti penyusutan dan amortisasi).
b) Pembukuan dan pengikhtisaran (posting and summarization). Transaksi telah
dibukukan dan diikhtisarkan sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku besar.
c) Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value). Saldo-saldo telah
dinilai sebagaimana mestinya pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Ada beberapa tujuan pokok audit atas asersi penilaian atau alokasi yang masingmasing mencerminkan jenis salah saji yang berbeda sehingga memerlukan bukti audit yang
berbeda pula. Auditor akan menggunakan pengetahuannya tentang GAAP, pengetahuan
tentang volume kegiatan bisnis, dan pemeriksaan bukti yang mendukung transaksi penjualan
untuk menilai kelayakan penjualan menurut nilai kotornya.

2.3.5

TUJUAN AUDIT UNTUK HAK DAN KEWAJIBAN


Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure),

biasanya auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:


a) Pengklasifikasian (classification). Transaksi dan saldo telah diklasifikasikan
sebagaimana mestinya dalam laporan keuangan.
b) Pengungkapan (disclosure). Semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP
telah tercantum dalam laporan keuangan.
Tujuan audit spesifik dibuat agar sesuai untuk setiap klien. Auditor harus mempertimbangkan
keadaan klien beroperasi, sifat kegiatan ekonominya, dan praktik akuntansi yang unik untuk
industri tersebut. Sebagai contoh, tujuan spesifik tambahan akan diperlukan apabila sebagian
dari transaksi dan piutang entitas dinyatakan dalam valuta asing.

2.4 BUKTI AUDIT


Setelah auditor mengembangkan tujuan audit spesifik untuk saldo akun atau golongan
transaksi yang material, selanjutnya ia akan mengembangkan prosedur audit yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup.
Pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit dipengaruhi oleh meterialitas dan risiko,
faktor-faktor ekonomi, serta ukuran dan karakteristik populasi. Sedangkan faktor-faktor yang
7

dapat mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kompetensi bukti audit adalah relevansi,
sumber, ketepatan waktu, dan objektivitas.

2.4.1

DATA AKUNTANSI DAN INFORMASI PENGUAT


Dalam mengembangkan perencanaan audit serta merancang prosedur audit untuk

mencapai tujuan audit spesifik, auditor harus mempertimbangkan sifat bukti yang akan
diperoleh. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi yang
mendasari dan informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Komponen dasar dari data akuntansi yang mendasari (underlying accounting data)
adalah jurnal, buku besar, kertas kerja, rekonsiliasi dan sebagainya. Buku-buku ayat jurnal
awal, buku besar dan buku pembantu, catatan dan kertas kerja, serta spreadsheets yang
mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi, semuanya tergolong sebagai bukti
yang mendukung laporan keuangan.
Selain itu, auditor harus merancang suatu prosedur audit untuk memperoleh bukti
penguat (corroborating evidence) guna mendukung data akuntansi yang mendasari tersebut,
karena data akuntansi yang mendasari saja tidak cukup mendukung laporan keuangan.
Bukti dokumenter (documentary evidence) telah digunakan secara luas dalam auditing
dan dapat dikaitkan dengan setiap tujuan audit spesifik, tergantung pada situasi yang ada.
Dokumen yang dimaksud dapat berasal dari luar entitas, dari dalam entitas dengan
pengesahan atau tanda tangan dari pihak luar, atau berasal dari dalam dan tidak beredar di luar
organisasi.

2.4.2

KATEGORI DAN JENIS BAHAN BUKTI


Sifat Bahan Bukti

DATA AKUNTANSI YANG MENDASARI


Buku-buku ayat jurnal awal
Buku besar dan bukti pembayaran
Pedoman akuntansi terkait
Catatan informal dan memorandum, seperti kertas kerja,

Standar Ketiga
Pekerjaan Lapangan
BAHAN BUKTI
KOMPETEN YANG
MENCUKUPI

perhitungan, dan rekonsiliasi


INFORMASI PENGUAT
Dokumen-dokumen seperti cek, faktur, kontrak, dan notulen
Konfirmasi dan pernyataan tulisan lain
Informasi yang diperoleh dari permintaan keterangan,
8

pengamatan, inspeksi, dan pemeriksaan fisik.


Informasi lain yang diperoleh atau dikembangkan oleh auditor

2.4.3

SIFAT DAN KEANDALAN BUKTI PENGUAT

Jenis Bukti
Penguat

Sifat dan Keandalan Bukti Penguat

Contoh

Sifat: Perbandingan dengan harapan yang Perbandingan saldo atau rasiodikembangkan berdasarkan pengalaman, rasio kunci klien dengan
anggaran,
Bukti Analitis

data

industri,

pengetahuan Hasil-hasil tahun yang lalu


Anggaran
tentang bisnis dan industri sebelumnya.
Stastistik industri
Keandalan: Tergantung pada relevansi
Harapan lain yang
data
yang
digunakan
dalam
dikembangkan auditor
mengembangkan nilai yang diharapkan
auditor.
Sifat: Klien seringkali memiliki ragam
dokumen yang luas dan dapat diperiksa

selama audit berlangsung.

Kendalan:
Dokumen-dokumen yang

Bukti
Dokumenter

berasal dari luar entitas pada umumnya


lebih dapat diandalkan dibandingkan

dengan dokumen-dokumen yang berasal

dari dalam entitas. Demikian juga dengan


karakteristik

dokumen,

seperti

Risalah rapat dewan direksi


Laporan bank
Kontrak
Konosemen dengan tanda
tangan pengangkut
Faktur-faktur pemasok
Cek-cek yang dibatalkan
Faktur penjualan klien
Laporan yang dihasilkan
komputer

pengesahan, tanda tangan pihak ketiga


atas dokumen intern, atau validasi cek
oleh bank akan meningkatkan keandalan
Bukti

suatu dokumen intern.


Sifat: Informasi yang dihasilkan atau Bukti elektronik yang

Elektronik

dikelola secara elektronik.

diciptakan atau diperoleh

Keandalan: Tergantung pada keandalan melalui media elektronik,


pengendalian atas penciptaan, pemilihan, misalnya scanners, sensors,
dan kelengkapan data serta kompetensi magnetic media, atau pesanalat audit yang digunakan untuk menilai pesan komputer.
9

bukti elektronik.
Sifat:
Suatu jenis

khusus

bukti Konfirmasi atas:

dokumenter yang berbentuk tanggapan


tertulis langsung sesuai yang diketahui

Kas keluar dan masuk bank


Piutang usaha dari

oleh pihak ketiga atas permintaan spesifik

pelanggan
Persediaan dalam gudang

tentang informasi yang sebenarnya.


Konfirmasi

umum dari gudang

Keandalan: Sangat dapat diandalkan,


namun dianggap juga sebagai prosedur
yang mahal.

kustodian
Hutang obligasi dari

perwalian
Persyaratan sewa guna
usaha dari pihak yang

menyewakan (lessor)
Bagian saham biasa yang

dimiliki dari pencatat saham


Sifat: Perhitungan ulang yang dilakukan Menghitung ulang item-item
oleh auditor atas angka dan nilai yang seperti:
Bukti
Matematis

digunakan klien untuk menyusun laporan

keuangan.

Keandalan: Pada umumnya dianggap

dapat diandalkan karena telah diverifikasi


secara independen oleh auditor. Secara

relatif dianggap rendah biaya.


Sifat:

Bukti Fisik

Bukti

yang

diperoleh

Total jurnal
Buku besar
Skedul pendukung
Pembayaran minimum sewa
guna usaha (lease)
Kewajiban dana pensiun
Perhitungan EPS

melalui Pemeriksaan atas:

pemeriksaan fisik atau inspeksi atas aktiva

Penerimaan kas yang belum

berwujud.

disetorkan
Persediaan
Aktiva tetap

Keandalan: Biasanya sangat dapat

diandalkan. Namun, dapat saja auditor


yang melakukannya tidak cukup mampu
menetapkan mutu, kondisi, atau nilai
berdasarkan

bukti

fisik,

sehingga

Representasi

diperlukan bantuan seorang spesialis.


Sifat: Pernyataan yang ditandatangani oleh

Representasi tertulis dari

Tertulis

perorangan yang bertanggung jawab dan

pakar yang berasal dari

dikenal sebagai pihak yang berkaitan

pihak luar
Surat representasi klien

dengan asersi manajemen.

10

Keandalan: Tergantung pada kualifikasi,


reputasi, dan independensi dari yang
membuat pernyataan serta kemampuannya
Bukti Lisan

untuk memperkuat bukti lain.


Sifat: Auditor seringkali menerima bukti

Tanggapan lisan atas

lisan sebagai tanggapan atas sejumlah

permintaan keterangan

permintaan keterangan yang diajukan


langsung kepada para pejabat dan pekerja.

auditor
Penjelasan atas perlakuan

Keandalan: Kurang dapat diandalkan dan

akuntansi atau penilaian

biasanya masih memerlukan bukti penguat

klien atas estimasi

tambahan. Nilai utamanya dalah dapat

akuntansi.

mengarahkan auditor kepada sumber bukti


lainnya.

2.5 PROSEDUR AUDIT


Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten. Pilihan
auditor tentang prosedur audit dipengaruhi oleh faktor dari mana data diperoleh, dikirimkan,
diproses, dipelihara, atau disimpan secara elektronik. Pengolahan komputer juga
mempengaruhi pemilihan prosedur audit. Pembahasan berikut ini akan berfokus
pada review beberapa jenis prosedur yang digunakan oleh para auditor. Prosedur ini dapat
digunakan untuk mendukung pendekatan audit top-down ataupun pendekatan audit bottomup. Auditor akan mempertimbangkan bagaimana setiap prosedur ini akan digunakan ketika
merencanakan audit dan mengembangkan program audit.
Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit yang akan dibahas kemudian:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

Prosedur analitis (analytical procedures)


Inspeksi (inspecting)
Konfirmasi (confirming)
Permintaan keterangan (inquiring)
Perhitungan (counting)
Penelusuran (tracing)
Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
Pengamatan (observing)
Pelaksanaan ulang (reperforming)
Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)
Pemilihan prosedur yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu tujuan audit

tertentu terjadi dalam tahap perencanaan audit. Efektivitas prosedur dalam memenuhi tujuan
11

audit spesifik dan biaya pelaksanaan prosedur tersebut harus dipertimbangkan dalam
pemilihan prosedur yang akan digunakan.

2.5.1PROSEDUR ANALITIS
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan di antara data.
Prosedur ini meliputi, perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana; analisis vertikal
atau laporan persentase; perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau
anggaran; serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi. Analisis
regresi dapat melibatkan penggunaan data nonkeuangan (seperti data jumlah karyawan)
maupun data keuangan. Prosedur analitis seringkali meliputi juga pengukuran kegiatan bisnis
yang mendasari operasi serta membandingkan ukuran-ukuran kunci ekonomi yang
menggerakkan bisnis dengan hasil keuangan terkait. Prosedur analitis umumnya digunakan
dalam pendekatan top-down untuk mengembangkan harapan atas akun laporan keuangan dan
untuk menilai kelayakan laporan keuangan dalam konteks tersebut.

2.5.2

INSPEKSI
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan

sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi seringkali
digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bootom-up maupun top-down.
Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan
dalam faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi
tersebut. Pada saat yang sama, auditor seringkali mempertimbangkan implikasi bukti dalam
konteks pemahaman faktor-faktor ekonomi dan persaingan entitas. Sebagai contoh, pada saat
auditor memeriksa kontrak sewa guna usaha, ia melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi
yang digunakan untuk sewa guna usaha, mengevaluasi bagaimana sewa guna usaha ini
berpengaruh

pada

kegiatan

pembiayaan

dan

investasi

entitas,

dan

akhirnya

mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi kemampuan entitas
untuk menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh transaksi ini atas struktur biaya tetap
entitas.

2.5.3

KONFIRMASI
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan

auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di luar organisasi
12

klien. Dalam kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada pihak luar secara
tertulis, namun auditor yang mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut.
Permintaan tersebut juga harus meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima untuk
mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Konfirmasi menyediakan
bukti bottom-up penting dan digunakan dalam auditing karena bukti tersebut biasanya objektif
dan berasal dari sumber yang independen.

2.5.5

PERMINTAAN KETERANGAN
Permintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis oleh

auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen atau


karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya
prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan dengan keusangan persediaan
atau piutang yang dapat ditagih. Auditor juga dapat langsung meminta keterangan pada pihak
ekstern, seperti permintaan keterangan langsung kepada penasehat hokum klien tentang
kemungkinan hasil litigasi. Hasil permintaan keterangan dapat berupa bukti lisan atau bukti
dalam bentuk representasi tertulis.

2.5.6

PERHITUNGAN
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah perhitungan fisik sumber

daya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada dan akuntansi seluruh dokumen
dengan nomor urut yang telah dicetak. Yang pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi
bukti fisik tentang jumlah yang ada, sedangkan yang kedua dapat dipandang sebagai
penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui bukti yang
objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi. Teknik perhitungan ini menyediakan bukti
audit bottom-up, namun auditor seringkali terdorong untuk memperoleh bukti topdown terlebih dahulu guna mendapatkan konteks ekonomi dari prosedur perhitungan.

2.5.7

PENELUSURAN
Dalam penelurusan (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang,

auditor memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan dan menentukan
bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam
catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen
menuju ke catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui
sistem akuntansi. Karena proesdur ini memberikan keyakinan bahwa data yang berasal dari
dokumen sumber pada akhirnya dicantumkan dalam akun, maka secara khusus data ini sangat
13

berguna untuk mendeteksi terjadinya salah saji berupa penyajian yang lebih rendah dari yang
seharusnya (understatement) dalam catatan akuntansi.

2.5.8

PEMERIKSAAN BUKTI PENDUKUNG


Pemeriksaan bukti (vouching) pendukung meliputi pemilihan ayat jurnal dalam

catatan akuntansi, dan mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai
dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi.
Dalam

melakukan vouching,

arah

pengujian

berlawanan

dengan

yang

digunakan

dalam tracing. Prosedur vouching digunakan secara luas untuk mendeteksi adanya salah saji
berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang seharusnya (overstatement) dalam catatan
akuntansi.

2.5.9

PENGAMATAN
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan

pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis
transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang
melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan.
Pengamatan terutama penting untunk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal.
Auditor juga dapat mengamati kecermatan seorang karyawan klien dalam melaksanakan
pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan yanf terakhir ini memberikan peluang
untuk membedakan antara mengamati dan menginspeksi.

2.5.10 PELAKSANAAN ULANG


Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming)
perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya menghitung ulang total jurnal,
beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan kuantitas
dikalikan harga per unit pada lembar ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung
dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan
transaksi tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan
pengandalian intern yang telah dirumuskan. Sebagai contoh, auditor dapat melaksanakan
ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi penjualan untuk menentukan bahwa
pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat transaksi tersebut diproses.
Pemeriksaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom14

up lainnya, auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit
tersebut.

2.5.11 TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER


Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor
dapat

menggunakan

teknik

audit

berbantuan

computer

(computer-asssited

audit

techniques/CAAT) untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan


sebelumnya. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan perangkat lunak komputer untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut:
Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam prosedur analitis.
a. Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.
b. Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua dokumen yang
berurutan telah dipertanggungjawabkan.
c. Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan (seperti
harga yang tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat harga-harga yang
telah disahkan)
d. Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek
komputer dari pengendalian intern telah berfungsi.
e. Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar pembantu
piutang usaha atau file persediaan.
2.6 KERTAS KERJA AUDIT
Dokumentasi bukti audit disediakan dalam kertas kerja. SAS 41, Working papers (AU
339.03), menguraikan kertas kerja (working papers) sebagai catatan yang disimpan oleh
auditor tentang prosedur audit yang diterapkan pengujian yang dilaksanakan, informasi yang
diperoleh, dan kesimpulan tentang masalah yang dicapai dalam audit. Kertas kerja
memberikan dukungan utama bagi audit, cara untuk melakukan koordinasi dan supervisi audit
dan bukti bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan GAAS

2.6.1

JENIS KERTAS KERJA


Jenis- jenis kertas kerja yang dalam audit meliputi kertas kerja neraca saldo, skedul
dan analisis, memoranda auditdan dokumentasi informasi penguat, da ayat jurnal
penyesuaian dan reklasifikasi
1. Kertas Kerja Neraca Saldo
15

Pada kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk saldo buku besar tahun
berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit), penyesuaian, saldo setelah
penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah diaudit). Kertas kerja neraca saldo
merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam audit karena:
a. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item item
yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
b. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual.
c. Mengidentifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukti audit bagi setiap item
laporan keuangan.
2. Skedul dan Analisis
Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas kerja (working
paper analysis) digunakan secara bergantian untuk menggambarkan setiap kertas kerja
yang memuat bukti- bukti yang mendukung item item dalam kertas kerja neraca
saldo. Apabila beberapa buku akun besar digabungkan untuk tujuan pelaporan, maka
harus disusun skedul kelompok (group schedule) atau sering juga disebut
sebagai skedul utama (lead schedule).Selain menunjukkan akun masing-masing buku
besar yang ada dalam kelompok tersebut, skedul utama juga mengidentifikasi skedul
atau analisis dalam kertas kerja individu yang memuat bukti audit yang diperoleh
untuk masing-masing akun dalam kelompok tersebut.
3. Memoranda Audit dan Informasi Penguat
Memoranda Audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang disusun oleh
auditor dalam bntuk naratif. Memoranda meliputi komentar-komentar atas
pelaksanaan prosedur-prosedur audit yang meliputi lingkup pekerjaan, temuantemuan, dan kesimpulan audit. Auditor juga dapat menyusun memoranda audit untuk
mendokumentasikan informasi penguat sebagai berikut :
a) Salinan risalah rapat dewan direksi
b) Representasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari luar
organisasi
c) Salinan kontrak-kontrak penting.
4. Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi
Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi atas kesalahan klien
sebagai akibat pengabaian atau salah penerapan GAAP. Oleh karena itu, pada akhirnya
16

ayat jurnal penyesuaian secara sendiri- sendiri atau bersama sama akan dianggap
material dengan harapan, akan dicatat oleh klien sehingga saldo buku besar dapat
sisesuaikan. Sebaliknya, ayat jurnal reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan
keuangan yang benar dengan saldo akun yang sesuai.
Setiap ayat jurnal yang dianggap material oleh auditor dan diusulkan dalam kertas
kerja harus ditunjukkan dalam :
a) Skedul atau analisis dari setiap akun yang mempengaruhi,
b) Setiap skedul utama yang dipengaruhi,
c) Ikhtisar terpisah dari ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal reklasifikasi yang
diusulkan, dan
d) Kertas kerja neraca saldo.

2.6.2

MENYUSUN KERTAS KERJA


Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan dalam menyusun kertas kerja yang baik,

antara lain:
a) Judul (heading). Setiap kertas ikerja harus memuat nama klie, judul deskriptif yang
dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut.
b) Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja harus diberi nomor indeks atau
nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan.
c) Referensi Silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang diambil dari kertas
kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus diberi referensi silang.
Pada umumnya, program microcomputer yang digunakan untuk menyusun kertas
kerja memiliki kemampuan untuk memberikan referensi silang dan menghubungkan
kertas kerja secara elektronik.
d) Tanda koreksi (tick maks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti tanda
pengecekan yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan bahwa auditor telah
melaksnakan sejumlah prosedur pada item-item dimana tanda pengecekan tersebut
diberikan. Keterangan tentang kertas kerja tersebut harus dapat menjelaskan tentang
sifat dan luasnya pekerjaan yang disajikan oleh setiap tanda koreksi atau dapat
memberikan informasi tambahan bagi item- item yang deberi tanda koreksi tersebut.
e) Tanda tangan dan tanggal (signatures and dates). Setelah menyelesaikan masingmasing tugasnya, penyusun maupun pe-review kertas kerja tersebut harus
membubuhkan paraf dan tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini diperlukan untuk
menetapkan tanggung jawab atas pekerjaan dan review yang dilaksanakan.

2.6.3

ME-REVIEW KERTAS KERJA


17

Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas kerja dalam syatu kantor
CPA. Review tingkat pertama dilakukan oleh supervisor dari penyusun seperti atasan dan
manajernya. Reviewdilakukan apabila pekerjaan pada segmen tertentu dalam suatu audit telah
diselesaikan. Pihak yang melakukan review terutama menekankan perhatian pada lingkup
pekerjaan yang dilakukan, bukti dan temuan yang diperoleh, serta kesimpulan yang telah
dicapai oleh penyusun. Review lainnya dilakukan atas kertas kerja apabila pekerjaan lapangan
telah diselesaikan.

2.6.4

PENGARSIPAN KERTAS KERJA


Kertas kerja diarsipkan menurut dua kategori antara lain :
a) File Permanen (permanent file) memuat data yang diharapkan tetap bermanfaat bagi
auditordalam banyak perikatan dengan klien di masa mendatang.
b) File tahun berjalan (current file) memuat informasi penguat yang berkenaan dengan
pelaksanaan program audit tahun berjalan saja.
Pada umumnya item item yang ditemui dalam berkas permanen , antara lain :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien.


Bagan akun dan manual atu pedoman prosedur.
Struktur organisasi.
Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk produk utama.
Ketentuan ketentuan dalam modal saham dan penerbitan obligasi.
Salinana kontrak jangka panjang, seperti sewa guna usaha, rencana pensiun, perjanjian

pembagian laba dan bonus.


g) Skedul amortisasi kewajibanjangka panjang serta penyusutan aktiva pabrik.
h) Ikhtisar prinsip prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien.

2.6.5

KEPMILIKAN DAN PENYIMPANAN KERTAS KERJA


Kertas kerja menjadi milik kantor akuntan, bukan milik klien atau pribadi auditor.

Namun hak kepemilikan oleh kantor akuntan tersebut masih tunduk pada pembatasan
pembatasan yang diatur dalam kode etik profesi auditor itu sendiri. Peraturan 301, Code of
Profesional Conduct dari AICPA menentukan bahwa seorang CPA dilarang untuk
mengungkapkan setiap informasi rahasia yang diperoleh selama pelaksanaan penugasan
profesional tanpa seizin klien, kecuali untuk kondisi tertentu sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan.
Penyimpangan kertas kerja terletak pada tangan auditor, di mana ia bertanggung jawab
untuk menyimpannya dengan aman. Kertas kerja yang tergolong sebagai file permanen akan
disimpan untuk waktu yang tak terbatas. Sedangkan kertas kerja yang tergolong sebagai file
18

tahun berjalan akan disimpan selama file tersebut diperlukan oleh auditor untuk melayani
klien atau diperlukan untuk memenuhi persyaratan hukum sebagai referensi catatan.
Ketentuan mengenai batasan waktu penyipanan jarang yang melampaui waktu enam tahun.

19

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
.
3.2 SARAN
.

DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C.,Johnson, Raymond N., & Kell, Walter G. 2003. Modern Accounting 7th
Edition, Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

20

Anda mungkin juga menyukai