MATA KULIAH
PENGAUDITAN I
SASARAN AUDIT, BUKTI AUDIT, DAN
KERTAS KERJA
KELOMPOK 5
1. JOKO SUHARDIMAN
2. THEOBALDO WILYANTARA
A31114306
A31114317
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
.
1.2RUMUSAN MASALAH
.
1.3TUJUAN
.
BAB II
PEMBAHASAN
3
audit yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak diperlukan untuk mencapai suatu tingkat
risiko deteksi yang rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang tinggi. Sebagai contoh,
seorang auditor dapat mengirim permintaan konfirmasi sebanyak 50% dari akun yang ada
dalam akun piutang usaha atau hanya 10% saja dari akun-akun yang ada.
2.2.4
2.3.1
2.3.2
2.3.3
kepemilikan (ownership), kesesuaian atas hak entitas terhadap aktiva, serta hak kepemilikan
yang jelas terhadap aktiva. Apabila ingin mempertimbangkan kelangsungan usaha dan arus
kas, auditor akan mengukur resiko kemungkinan klien telah menggadaikan atau menjual
piutang dan selanjutnya merencanakan untuk melakukan pengujian atas hak kepemilikan yang
sesuai.
2.3.4
2.3.5
dapat mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kompetensi bukti audit adalah relevansi,
sumber, ketepatan waktu, dan objektivitas.
2.4.1
mencapai tujuan audit spesifik, auditor harus mempertimbangkan sifat bukti yang akan
diperoleh. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi yang
mendasari dan informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Komponen dasar dari data akuntansi yang mendasari (underlying accounting data)
adalah jurnal, buku besar, kertas kerja, rekonsiliasi dan sebagainya. Buku-buku ayat jurnal
awal, buku besar dan buku pembantu, catatan dan kertas kerja, serta spreadsheets yang
mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi, semuanya tergolong sebagai bukti
yang mendukung laporan keuangan.
Selain itu, auditor harus merancang suatu prosedur audit untuk memperoleh bukti
penguat (corroborating evidence) guna mendukung data akuntansi yang mendasari tersebut,
karena data akuntansi yang mendasari saja tidak cukup mendukung laporan keuangan.
Bukti dokumenter (documentary evidence) telah digunakan secara luas dalam auditing
dan dapat dikaitkan dengan setiap tujuan audit spesifik, tergantung pada situasi yang ada.
Dokumen yang dimaksud dapat berasal dari luar entitas, dari dalam entitas dengan
pengesahan atau tanda tangan dari pihak luar, atau berasal dari dalam dan tidak beredar di luar
organisasi.
2.4.2
Standar Ketiga
Pekerjaan Lapangan
BAHAN BUKTI
KOMPETEN YANG
MENCUKUPI
2.4.3
Jenis Bukti
Penguat
Contoh
Sifat: Perbandingan dengan harapan yang Perbandingan saldo atau rasiodikembangkan berdasarkan pengalaman, rasio kunci klien dengan
anggaran,
Bukti Analitis
data
industri,
Kendalan:
Dokumen-dokumen yang
Bukti
Dokumenter
dokumen,
seperti
Elektronik
bukti elektronik.
Sifat:
Suatu jenis
khusus
pelanggan
Persediaan dalam gudang
kustodian
Hutang obligasi dari
perwalian
Persyaratan sewa guna
usaha dari pihak yang
menyewakan (lessor)
Bagian saham biasa yang
keuangan.
Bukti Fisik
Bukti
yang
diperoleh
Total jurnal
Buku besar
Skedul pendukung
Pembayaran minimum sewa
guna usaha (lease)
Kewajiban dana pensiun
Perhitungan EPS
berwujud.
disetorkan
Persediaan
Aktiva tetap
bukti
fisik,
sehingga
Representasi
Tertulis
pihak luar
Surat representasi klien
10
permintaan keterangan
auditor
Penjelasan atas perlakuan
akuntansi.
tertentu terjadi dalam tahap perencanaan audit. Efektivitas prosedur dalam memenuhi tujuan
11
audit spesifik dan biaya pelaksanaan prosedur tersebut harus dipertimbangkan dalam
pemilihan prosedur yang akan digunakan.
2.5.1PROSEDUR ANALITIS
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan di antara data.
Prosedur ini meliputi, perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana; analisis vertikal
atau laporan persentase; perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau
anggaran; serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi. Analisis
regresi dapat melibatkan penggunaan data nonkeuangan (seperti data jumlah karyawan)
maupun data keuangan. Prosedur analitis seringkali meliputi juga pengukuran kegiatan bisnis
yang mendasari operasi serta membandingkan ukuran-ukuran kunci ekonomi yang
menggerakkan bisnis dengan hasil keuangan terkait. Prosedur analitis umumnya digunakan
dalam pendekatan top-down untuk mengembangkan harapan atas akun laporan keuangan dan
untuk menilai kelayakan laporan keuangan dalam konteks tersebut.
2.5.2
INSPEKSI
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan
sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi seringkali
digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bootom-up maupun top-down.
Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan
dalam faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi
tersebut. Pada saat yang sama, auditor seringkali mempertimbangkan implikasi bukti dalam
konteks pemahaman faktor-faktor ekonomi dan persaingan entitas. Sebagai contoh, pada saat
auditor memeriksa kontrak sewa guna usaha, ia melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi
yang digunakan untuk sewa guna usaha, mengevaluasi bagaimana sewa guna usaha ini
berpengaruh
pada
kegiatan
pembiayaan
dan
investasi
entitas,
dan
akhirnya
mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi kemampuan entitas
untuk menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh transaksi ini atas struktur biaya tetap
entitas.
2.5.3
KONFIRMASI
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan
auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di luar organisasi
12
klien. Dalam kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada pihak luar secara
tertulis, namun auditor yang mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut.
Permintaan tersebut juga harus meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima untuk
mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Konfirmasi menyediakan
bukti bottom-up penting dan digunakan dalam auditing karena bukti tersebut biasanya objektif
dan berasal dari sumber yang independen.
2.5.5
PERMINTAAN KETERANGAN
Permintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis oleh
2.5.6
PERHITUNGAN
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah perhitungan fisik sumber
daya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada dan akuntansi seluruh dokumen
dengan nomor urut yang telah dicetak. Yang pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi
bukti fisik tentang jumlah yang ada, sedangkan yang kedua dapat dipandang sebagai
penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui bukti yang
objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi. Teknik perhitungan ini menyediakan bukti
audit bottom-up, namun auditor seringkali terdorong untuk memperoleh bukti topdown terlebih dahulu guna mendapatkan konteks ekonomi dari prosedur perhitungan.
2.5.7
PENELUSURAN
Dalam penelurusan (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang,
auditor memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan dan menentukan
bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam
catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen
menuju ke catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui
sistem akuntansi. Karena proesdur ini memberikan keyakinan bahwa data yang berasal dari
dokumen sumber pada akhirnya dicantumkan dalam akun, maka secara khusus data ini sangat
13
berguna untuk mendeteksi terjadinya salah saji berupa penyajian yang lebih rendah dari yang
seharusnya (understatement) dalam catatan akuntansi.
2.5.8
catatan akuntansi, dan mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai
dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi.
Dalam
melakukan vouching,
arah
pengujian
berlawanan
dengan
yang
digunakan
dalam tracing. Prosedur vouching digunakan secara luas untuk mendeteksi adanya salah saji
berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang seharusnya (overstatement) dalam catatan
akuntansi.
2.5.9
PENGAMATAN
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan
pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis
transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang
melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan.
Pengamatan terutama penting untunk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal.
Auditor juga dapat mengamati kecermatan seorang karyawan klien dalam melaksanakan
pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan yanf terakhir ini memberikan peluang
untuk membedakan antara mengamati dan menginspeksi.
up lainnya, auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit
tersebut.
menggunakan
teknik
audit
berbantuan
computer
(computer-asssited
audit
2.6.1
Pada kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk saldo buku besar tahun
berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit), penyesuaian, saldo setelah
penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah diaudit). Kertas kerja neraca saldo
merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam audit karena:
a. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item item
yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
b. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual.
c. Mengidentifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukti audit bagi setiap item
laporan keuangan.
2. Skedul dan Analisis
Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas kerja (working
paper analysis) digunakan secara bergantian untuk menggambarkan setiap kertas kerja
yang memuat bukti- bukti yang mendukung item item dalam kertas kerja neraca
saldo. Apabila beberapa buku akun besar digabungkan untuk tujuan pelaporan, maka
harus disusun skedul kelompok (group schedule) atau sering juga disebut
sebagai skedul utama (lead schedule).Selain menunjukkan akun masing-masing buku
besar yang ada dalam kelompok tersebut, skedul utama juga mengidentifikasi skedul
atau analisis dalam kertas kerja individu yang memuat bukti audit yang diperoleh
untuk masing-masing akun dalam kelompok tersebut.
3. Memoranda Audit dan Informasi Penguat
Memoranda Audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang disusun oleh
auditor dalam bntuk naratif. Memoranda meliputi komentar-komentar atas
pelaksanaan prosedur-prosedur audit yang meliputi lingkup pekerjaan, temuantemuan, dan kesimpulan audit. Auditor juga dapat menyusun memoranda audit untuk
mendokumentasikan informasi penguat sebagai berikut :
a) Salinan risalah rapat dewan direksi
b) Representasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari luar
organisasi
c) Salinan kontrak-kontrak penting.
4. Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi
Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi atas kesalahan klien
sebagai akibat pengabaian atau salah penerapan GAAP. Oleh karena itu, pada akhirnya
16
ayat jurnal penyesuaian secara sendiri- sendiri atau bersama sama akan dianggap
material dengan harapan, akan dicatat oleh klien sehingga saldo buku besar dapat
sisesuaikan. Sebaliknya, ayat jurnal reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan
keuangan yang benar dengan saldo akun yang sesuai.
Setiap ayat jurnal yang dianggap material oleh auditor dan diusulkan dalam kertas
kerja harus ditunjukkan dalam :
a) Skedul atau analisis dari setiap akun yang mempengaruhi,
b) Setiap skedul utama yang dipengaruhi,
c) Ikhtisar terpisah dari ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal reklasifikasi yang
diusulkan, dan
d) Kertas kerja neraca saldo.
2.6.2
antara lain:
a) Judul (heading). Setiap kertas ikerja harus memuat nama klie, judul deskriptif yang
dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut.
b) Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja harus diberi nomor indeks atau
nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan.
c) Referensi Silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang diambil dari kertas
kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus diberi referensi silang.
Pada umumnya, program microcomputer yang digunakan untuk menyusun kertas
kerja memiliki kemampuan untuk memberikan referensi silang dan menghubungkan
kertas kerja secara elektronik.
d) Tanda koreksi (tick maks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti tanda
pengecekan yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan bahwa auditor telah
melaksnakan sejumlah prosedur pada item-item dimana tanda pengecekan tersebut
diberikan. Keterangan tentang kertas kerja tersebut harus dapat menjelaskan tentang
sifat dan luasnya pekerjaan yang disajikan oleh setiap tanda koreksi atau dapat
memberikan informasi tambahan bagi item- item yang deberi tanda koreksi tersebut.
e) Tanda tangan dan tanggal (signatures and dates). Setelah menyelesaikan masingmasing tugasnya, penyusun maupun pe-review kertas kerja tersebut harus
membubuhkan paraf dan tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini diperlukan untuk
menetapkan tanggung jawab atas pekerjaan dan review yang dilaksanakan.
2.6.3
Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas kerja dalam syatu kantor
CPA. Review tingkat pertama dilakukan oleh supervisor dari penyusun seperti atasan dan
manajernya. Reviewdilakukan apabila pekerjaan pada segmen tertentu dalam suatu audit telah
diselesaikan. Pihak yang melakukan review terutama menekankan perhatian pada lingkup
pekerjaan yang dilakukan, bukti dan temuan yang diperoleh, serta kesimpulan yang telah
dicapai oleh penyusun. Review lainnya dilakukan atas kertas kerja apabila pekerjaan lapangan
telah diselesaikan.
2.6.4
2.6.5
Namun hak kepemilikan oleh kantor akuntan tersebut masih tunduk pada pembatasan
pembatasan yang diatur dalam kode etik profesi auditor itu sendiri. Peraturan 301, Code of
Profesional Conduct dari AICPA menentukan bahwa seorang CPA dilarang untuk
mengungkapkan setiap informasi rahasia yang diperoleh selama pelaksanaan penugasan
profesional tanpa seizin klien, kecuali untuk kondisi tertentu sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan.
Penyimpangan kertas kerja terletak pada tangan auditor, di mana ia bertanggung jawab
untuk menyimpannya dengan aman. Kertas kerja yang tergolong sebagai file permanen akan
disimpan untuk waktu yang tak terbatas. Sedangkan kertas kerja yang tergolong sebagai file
18
tahun berjalan akan disimpan selama file tersebut diperlukan oleh auditor untuk melayani
klien atau diperlukan untuk memenuhi persyaratan hukum sebagai referensi catatan.
Ketentuan mengenai batasan waktu penyipanan jarang yang melampaui waktu enam tahun.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
.
3.2 SARAN
.
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C.,Johnson, Raymond N., & Kell, Walter G. 2003. Modern Accounting 7th
Edition, Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
20