Anda di halaman 1dari 23

---SEBELUM AMANDEMEN--- ---SETELAH AMANDEMEN---

UNDANG-UNDANG DASAR UNDANG-UNDANG DASAR


NEGARA REPUBLIK INDONESIA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945 TAHUN 1945
PEMBUKAAN PEMBUKAAN
(Preambule) (Preambule)

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ia- Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ia-
lah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka lah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, ka- penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, ka-
rena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan rena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan
peri-keadilan. peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan
Indonesia telah sampailah kepada saat yang Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa meng- berbahagia dengan selamat sentausa meng-
antarkan rakyat Indonesia ke depan pintu ger- antarkan rakyat Indonesia ke depan pintu ger-
bang kemerdekaan Negara Indonesia, yang mer- bang kemerdekaan Negara Indonesia, yang mer-
deka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. deka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa
dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya. kemerdekaannya.
Kemudian dari pada itu untuk membentuk Kemudian dari pada itu untuk membentuk
suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melin- suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melin-
dungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh dungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipim- Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipim-
pin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusya- pin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusya-
waratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu waratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. [#]
BATANG TUBUH UNDANG-UNDANG BATANG TUBUH UNDANG-UNDANG
DASAR DASAR

BAB I BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN BENTUK DAN KEDAULATAN
Pasal 1 Pasal 1

(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, (1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan,
yang berbentuk Republik. yang berbentuk Republik. [#]
(2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan (2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan di-
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permus- laksanakan menurut Undang-Undang Dasar.[3]
yawaratan Rakyat. (3) Negara Indonesia adalah negara hukum. [3]

BAB II BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN
RAKYAT RAKYAT
Pasal 2 Pasal 2

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri
atas anggota-anggota Dewan Perwakilan atas anggota-anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Da-
dari daerah-daerah dan golongan-golong- erah yang dipilih melalui pemilihan umum
an, menurut aturan yang ditetapkan dengan dan daitur lebih lanjut dengan undang-
undang-undang. undang. [4]
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang (2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang
sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu
kota negara. kota negara. [#]
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan (3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat ditetapkan dengan suara yang Rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak. terbanyak. [#]

Pasal 3 Pasal 3

Majelis Permusyawaratan Rakyat menetap- (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwe-


kan Undang-Undang Dasar dan garis-garis nang mengubah dan menetapkan Undang-
besar daripada haluan negara. Undang Dasar. [3]
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik
Presiden dan/atau Wakil Presiden. [3] [4]
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya
dapat memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut Undang-Undang Dasar. [3] [4]

BAB III BAB III


KEKUASAAN PEMERINTAHAN KEKUASAAN PEMERINTAHAN
NEGARA NEGARA

Pasal 4 Pasal 4

(1) Presiden Republik Indonesia memegang (1) Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang- kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar. Undang Dasar. [#]
(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden (2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden
dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.[#]
Pasal 5 Pasal 5

(1) Presiden memegang kekuasaan memben- (1) Presiden berhak mengajukan rancangan
tuk undang-undang dengan persetujuan undang-undang kepada Dewan Perwakilan
Dewan Perwakilan Rakyat. Rakyat. [1]
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah (2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah
untuk menjalankan undang-undang seba- untuk menjalankan undang-undang seba-
gaimana mestinya. gaimana mestinya. [#]

Pasal 6 Pasal 6

(1) Presiden ialah orang Indonesia asli. (1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden
(2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh harus seorang warga negara Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan sejak kelahirannya dan tidak pernah mene-
suara yang terbanyak. rima kewarganegaraan lain karena kehen-
daknya sendiri, tidak pernah mengkhianati
negara, serta mampu secara rohani dan
jasmani untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Pre-
siden. [3]
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan
Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan
undang-undang. [3]

Pasal 6A

(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam


satu pasangan secara langsung oleh rakyat.[3]
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Pre-
siden diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik peserta pemilihan
umum sebelum pelaksanaan pemilihan
umum. [3]
(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden yang mendapatkan suara lebih
dari lima puluh persen dari jumlah suara
dalam pemilihan umum dengan sedikitnya
dua puluh persen suara di setiap provinsi
yang tersebar di lebih dari setengah jumlah
provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Pre-
siden dan Wakil Presiden. [3]
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden terpilih dua
pasangan calon yang memperoleh suara
terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara
langsung dan pasangan yang memperoleh
suara rakyat terbanyak dilantik sebagai
Presiden dan Wakil Presiden. [4]
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam
undang-undang. [3]

Pasal 7 Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang Presiden dan Wakil Presiden memegang
jabatannya selama masa lima tahun, dan jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya
sesudahnya dapat dipilih kembali. dapat dipilih kembali dalam jabatan yang
sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. [1]
Pasal 7A

Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat


diberhentikan dalam masa jabatannya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul
Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila
terbukti telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau perbuatan tercela
maupun apabila terbukti tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/
atau Wakil Presiden. [3]

Pasal 7B

(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau


Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permu-
syawaratan Rakyat hanya dengan terlebih
dahulu mengajukan permintaan kepada
Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden tidak lagi meme-
nuhi syarat sebagai Presiden dan/ atau
Wakil Presiden. [3]
(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum tersebut
atau pun telah tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi
pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. [3]
(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan
Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya
dapat dilakukan dengan dukungan seku-
rang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir
dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah ang-
gota Dewan Perwakilan Rakyat. [3]
(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa,
mengadili, dan memutus dengan seadil-
adilnya terhadap pendapat Dewan Perwa-
kilan Rakyat tersebut paling lama sembilan
puluh hari setelah permintaan Dewan
Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahka-
mah Konstitusi. [3]
(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
terbukti melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau……..
terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggara-
kan sidang paripurna untuk meneruskan
usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden kepada Majelis Permusyawaratan
Rakyat. [3]
(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib me-
nyelenggarakan sidang untuk memutuskan
usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut
paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis
Permusyawaratan Rakyat menerima usul
tersebut. [3]
(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat
atas usul pemberhentian Presiden dan/
atau Wakil Presiden harus diambil dalam
rapat paripurna Majelis Permusyawaratan
Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan
disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota yang hadir, setelah Pre-
siden dan/atau Wakil Presiden diberi
kesempatan menyampaikan penjelasan da-
lam rapat paripurna Majelis Permusyawa-
ratan Rakyat. [3]

Pasal 7C

Presiden tidak dapat membekukan dan/atau


membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. [3]

Pasal 8 Pasal 8

Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak (1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhen-
dapat melakukan kewajibannya dalam masa tikan, atau tidak dapat melakukan kewajib-
jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden annya dalam masa jabatannya, ia diganti-
sampai habis waktunya. kan oleh Wakil Presiden sampai habis masa
jabatannya. [3]
(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Pre-
siden, selambat-lambatnya dalam waktu
enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan
Rakyat menyelenggarakan sidang untuk
memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
diusulkan oleh Presiden. [3]
(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya secara bersamaan, pelaksana
tugas kepresidenan adalah Menteri Luar
Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri
Pertahanan secara bersama-sama. Selam-
bat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu,
Majelis Permusyawaratan Rakyat menye-
lenggarakan sidang untuk memilih Presiden
dan Wakil Presiden dari dua pasangan
calon Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh partai politik yang pasangan
calon Presiden dan Wakil Presidennya
meraih suara terbanyak pertama dan………
kedua dalam pemilihan umum sebelumnya,
sampai akhir masa jabatannya. [4]

Pasal 9 Pasal 9

Sebelum memangku jabatannya, Presiden (1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden


dan Wakil Presiden bersumpah menurut dan Wakil Presiden bersumpah menurut
agama, atau berjanji dengan sungguh- agama, atau berjanji dengan sungguh-
sungguh di hadapan Majelis Permusyawa- sungguh di hadapan Majelis Permusyawa-
ratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rak- ratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rak-
yat sebagai berikut: yat sebagai berikut:

Sumpah Presiden (Wakil Presiden): Sumpah Presiden (Wakil Presiden):


“Demi Allah, saya bersumpah akan “Demi Allah, saya bersumpah akan
memenuhi kewajiban Presiden Republik memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia (Wakil Presiden Republik Indo- Indonensia (Wakil Presiden Republik Indo-
nesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil- nesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-
adilnya, memegang teguh Undang-Undang adilnya, memegang teguh Undang-Undang
Dasar dan menjalankan segala undang- Dasar dan menjalankan segala undang-
undang dan peraturannya dengan selurus- undang dan peraturannya dengan selurus-
lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan
Bangsa”. Bangsa”.

Janji Presiden (Wakil Presiden): Janji Presiden (Wakil Presiden):


“Saya berjanji dengan sungguh-sung- “Saya berjanji dengan sungguh-sung-
guh akan memenuhi kewajiban Presiden guh akan memenuhi kewajiban Presiden
Republik Indonesia (Wakil Presiden Repu- Republik Indonesia (Wakil Presiden Repu-
blik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan blik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan
seadil-adilnya, memegang teguh Undang- seadil-adilnya, memegang teguh Undang-
Undang Dasar dan menjalankan segala Undang Dasar dan menjalankan segala
undang-undang dan peraturannya dengan undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa
dan Bangsa”. dan Bangsa”. [1]

(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau


Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat
mengadakan sidang, Presiden dan Wakil
Presiden bersumpah menurut agama, atau
berjanji dengan sungguh-sungguh di hadap-
an pimpinan Majelis Permusyawaratan
Rakyat dengan disaksikan oleh pimpinan
Mahkamah Agung. [1]

Pasal 10 Pasal 10

Presiden memegang kekuasaan yang ter- Presiden memegang kekuasaan yang ter-
tinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut tinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut
dan Angkatan Udara. dan Angkatan Udara. [#]

Pasal 11 Pasal 11

Presiden dengan persetujuan Dewan Per- (1) Presiden dengan persetujuan Dewan Per-
wakilan Rakyat menyatakan perang, mem- wakilan Rakyat menyatakan perang, mem-
buat perdamaian dan perjanjian dengan buat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain. negara lain. [4]
(2) Presiden dalam membuat perjanjian inter-
nasional lainnya yang menimbulkan akibat
yang luas dan mendasar bagi kehidupan
rakyat yang terkait dengan beban keuangan
negara, dan/atau mengharuskan……………
perubahan atau pembentukan undang-
undang harus dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. [3]
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian
internasional diatur dengan undang-undang.[3]

Pasal 12 Pasal 12

Presiden menyatakan keadaan bahaya. Presiden menyatakan keadaan bahaya.


Syarat-syarat dan akibatnya keadaan ba- Syarat-syarat dan akibatnya keadaan ba-
haya ditetapkan dengan undang-undang. haya ditetapkan dengan undang-undang. [#]

Pasal 13 Pasal 13

(1) Presiden mengangkat duta dan konsul. (1) Presiden mengangkat duta dan konsul. [#]
(2) Presiden menerima duta negara lain. (2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden
memperhatikan pertimbangan Dewan Per-
wakilan Rakyat. [1]
(3) Presiden menerima penempatan duta negara
lain dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat. [1]

Pasal 14 Pasal 14

Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi (1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi
dan rehabilitasi. dengan memperhatikan pertimbangan Mah-
kamah Agung. [1]
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat. [1]

Pasal 15 Pasal 15

Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan
lain-lain tanda kehormatan. lain-lain tanda kehormatan yang diatur
dengan undang-undang. [1]

Pasal 16

Presiden membentuk suatu dewan pertim-


bangan yang bertugas memberikan nasihat
dan pertimbangan kepada Presiden, yang
selanjutnya diatur dalam undang-undang. [4]

BAB IV BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG
Pasal 16 --- dihapus ---[4]

(1) Susunan Dewan Pertimbangan Agung


ditetapkan dengan undang-undang.
(2) Dewan ini berkewajiban memberi jawab
atas pertanyaan Presiden dan berhak
memajukan usul kepada pemerintah.
BAB V BAB V
KEMENTERIAN NEGARA KEMENTERIAN NEGARA
Pasal 17 Pasal 17

(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri ne- (1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri ne-
gara.P gara. [#]
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diperhenti- (2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhenti-
kan oleh Presiden. kan oleh Presiden. [1]
(3) Menteri-menteri itu memimpin departemen (3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu
pemerintah. dalam pemerintahan. [1]
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembu-
baran kementerian negara diatur dalam
undang-undang. [3]

BAB VI BAB VI
PEMERINTAH DAERAH PEMERINTAH DAERAH
Pasal 18 Pasal 18

Pembagian daerah Indonesia atas daerah (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
besar dan kecil, dengan bentuk susunan atas daerah-daerah provinsi dan daerah
pemerintahannya ditetapkan dengan undang- provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
undang, dengan memandang dan meng- yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota
ingati dasar permusyawaratan dalam sistem itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
pemerintahan negara, dan hak-hak asal- diatur dengan undang-undang. [2]
usul dalam daerah-daerah yang bersifat (2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah
istimewa. kabupaten, dan kota mengatur dan meng-
urus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan. [2]
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah ka-
bupaten, dan kota memiliki Dewan Perwa-
kilan Rakyat Daerah yang anggota-ang-
gotanya dipilih melalui pemilihan umum. [2]
(4) Gubernur, Bupati dan Walikota masing-
masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah
Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara
demokratis. [2]
(5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintah-
an yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan Pemerintah Pusat. [2]
(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan. [2]
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan
pemerintahan daerah diatur dalam undang-
undang. [2]

Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota atau antara provinsi
dan kabupaten dan kota, diatur dengan
Undang-undang dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman daerah. [2]
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum,
pemanfatan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan dilaksana-
kan secara adil dan selaras berdasarkan
undang-undang. [2]

Pasal 18B

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-


satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan Undang-undang. [2]
(2) Negara mengakui dan menghormati kesa-
tuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta
hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masya-
rakat dan prinsip Negara Kesatuan Repu-
blik Indonesia, yang diatur dalam undang-
undang. [2]

BAB VII BAB VII


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Pasal 19 Pasal 19

(1) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetap- (1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih
kan dengan undang-undang. melalui pemilihan umum. [2]
(2) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedi- (2) Susunan Dewan Perwakilan rakyat diatur
kitnya sekali dalam setahun. dengan undang-undang. [2]
(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedi-
kitnya sekali dalam setahun. [2]

Pasal 20 Pasal 20

(1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki (1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang ke-
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. kuasaan membentuk undang-undang. [1]
(2) Jika sesuatu rancangan undang-undang (2) Setiap rancangan undang-undang dibahas
tidak mendapat persetujuan Dewan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presi-
Perwakilan Rakyat, maka rancangan tadi den untuk mendapat persetujuan bersama. [1]
tidak boleh dimajukan lagi dalam persi- (3) Jika rancangan undang-undang itu tidak
dangan Dewan Perwakilan Rakyat masa mendapat persetujuan bersama, rancangan
itu. undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi
dalam persidangan Dewan Perwakilan Rak-
yat masa itu. [1]
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-
undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang. [1]
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang
telah disetujui bersama tersebut tidak disah-
kan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh
hari semenjak rancangan undang-undang
tersebut disetujui, rancangan undang-un-
dang tersebut sah menjadi undang-undang
dan wajib diundangkan. [2]

Pasal 20A

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi


legislasi, fungsi anggaran dan fungsi peng-
awasan. [2]
(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak
yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-
Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rak-
yat mempunyai hak interpelasi, hak angket,
dan hak menyatakan pendapat. [2]
(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal
lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan
Perwakilan Rakyat mempunyai hak menga-
jukan pertanyaan, menyampaikan usul dan
pendapat, serta hak imunitas. [2]
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan
Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan
Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-
undang. [2]

Pasal 21 Pasal 21

(1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rak- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak
yat berhak memajukan rancangan un- mengajukan usul rancangan undang-un-
dang-undang. dang.[1]
(2) Jika rancangan itu, meskipun disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat, tidak
disahkan oleh Presiden, maka rancangan
tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat
masa itu.

Pasal 22 Pasal 22

(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang me- (1) Dalam hal ihwal kegentingan yang me-
maksa, Presiden berhak menetapkan per- maksa, Presiden berhak menetapkan per-
aturan pemerintah sebagai pengganti un- aturan pemerintah sebagai pengganti un-
dang-undang. dang-undang. [#]
(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat (2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
dalam persidangan yang berikut. dalam persidangan yang berikut. [#]
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka per- (3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka per-
aturan pemerintah itu harus dicabut. aturan pemerintah itu harus dicabut. [#]

Pasal 22A

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara


pembentukan undang-undang diatur dengan
undang-undang. [2]

Pasal 22B

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat


diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-
syarat dan tata caranya diatur dalam
undang-undang. [2]

BAB VIIA
DEWAN PERWAKILAN DAERAH [3]
Pasal 22C

(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih


dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.[3]
(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari
setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah
seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah
itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota
Dewan Perwakilan Rakyat. [3]
(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedi-
kitnya sekali dalam setahun. [3]
(4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwa-
kilan Daerah diatur dengan undang-un-
dang.[3]

Pasal 22D

(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat menga-


jukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat
dan daerah, pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya eko-
nomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah. [3]
(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas
rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah; pengelolaan sum-
ber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta perimbangan keuangan pusat
dan daerah; serta memberikan pertim-
bangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
atas rancangan undang-undang anggaran
pendapatan dan belanja negara dan
rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan, dan agama. [3]
(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat mela-
kukan pengawasan atas pelaksanaan un-
dang-undang mengenai: otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan pengga-
bungan daerah, hubungan pusat dan dae-
rah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja negara,
pajak, pendidikan, dan agama serta me-
nyampaikan hasil pengawasannya itu ke-
pada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai
bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. [3]
(4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat
diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-
syarat dan tata caranya diatur dalam
undang-undang. [3]

BAB VIIB
PEMILIHAN UMUM [3]
Pasal 23E
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara lang-
sung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
setiap lima tahun sekali. [3]
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan
Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. [3]
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
adalah partai politik. [3]
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah
perseorangan. [3]
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh
suatu komisi pemilihan umum yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri. [3]
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan
umum diatur dengan undang-undang. [3]

BAB VIII BAB VIII


HAL KEUANGAN HAL KEUANGAN
Pasal 23 Pasal 23

(1) Anggaran pendapatan dan belanja dite- (1) Anggaran pendapatan dan belanja negara
tapkan tiap-tiap tahun dengan undang- sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
undang. Apabila Dewan Perwakilan negara ditetapkan setiap tahun dengan
Rakyat tidak menyetujui anggaran yang undang-undang dan dilaksanakan secara
diusulkan pemerintah, maka pemerintah terbuka dan bertanggung jawab untuk
menjalankan anggaran tahun yang lalu. sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. [3]
(2) Segala pajak untuk keperluan negara (2) Rancangan undang-undang anggaran pen-
berdasarkan undang-undang. dapatan dan belanja negara diajukan oleh
(3) Macam dan harga mata uang ditetapkan Presiden untuk dibahas bersama Dewan
dengan undang-undang. Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
(4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. [3]
dengan undang-undang. (3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak
(5) Untuk memeriksa tanggung jawab ten- menyetujui rancangan anggaran penda-
tang keuangan negara diadakan suatu patan dan belanja negara yang diusulkan
Badan Pemeriksa Keuangan, yang pera- oleh Presiden, Pemerintah menjalankan
turannya ditetapkan dengan undang- Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
undang. Hasil pemeriksaan itu diberita- tahun yang lalu. [3]
hukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 23A

Pajak dan pungutan lain yang bersifat


memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang. [3]

Pasal 23B

Macam dan harga mata uang ditetapkan


dengan undang-undang. [4]

Pasal 23C

Hal-hal lain mengenai keuangan negara


diatur dengan undang-undang. [3]
Pasal 23D

Negara memiliki suatu bank sentral yang


susunan, kedudukan, kewenangan, tang-
gung jawab, dan independensinya diatur
dengan undang-undang. [4]

BAB VIIIA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN [3]

Pasal 23E

(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tang-


gung jawab tentang keuangan negara
diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan
yang bebas dan mandiri. [3]
(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara dise-
rahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan
kewenangannya. [3]
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti
oleh lembaga perwakilan dan/atau badan
sesuai dengan undang-undang. [3]

Pasal 23F

(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih


oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Per-
wakilan Daerah dan diresmikan oleh Pre-
siden. [3]
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan
dipilih dari dan oleh anggota. [3]

Pasal 23G

(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan


di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan
di setiap provinsi. [3]
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan
Pemeriksa Keuangan diatur dengan un-
dang-undang. [3]

BAB IX BAB IX
KEKUASAAN KEHAKIMAN KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24 Pasal 24

(1) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh (1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekua-
sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain saan yang merdeka untuk menyelenggara-
badan kehakiman menurut undang-un- kan peradilan guna menegakkan hukum
dang. dan keadilan. [3]
(2) Susunan dan kekuasaan badan-badan (2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
kehakiman itu diatur dengan undang- sebuah Mahkamah Agung dan badan
undang. peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan…….
militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi. [3]
(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan
dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undang-undang. [3]

Pasal 24A

(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili


pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang dibe-
rikan oleh undang-undang. [3]
(2) Hakim agung harus memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela, adil, pro-
fesional, dan berpengalaman di bidang
hukum. [3]
(3) Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudi-
sial kepada Dewan Perwakilan Rakyat
untuk mendapatkan persetujuan dan selan-
jutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh
Presiden. [3]
(4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung
dipilih dari dan oleh hakim agung. [3]
(5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan
hukum acara Mahkamah Agung serta ba-
dan peradilan di bawahnya diatur dengan
undang-undang. [3]

Pasal 24B

(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang


berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai wewenang
lain dalam rangka menjaga dan menegak-
kan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim. [3]
(2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai
pengetahuan dan pengalaman di bidang
hukum serta memiliki integritas dan kepri-
badian yang tidak tercela. [3]
(3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden dengan perse-
tujuan Dewan Perwakilan Rakyat. [3]
(4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan
Komisi Yudisial diatur dengan undang-un-
dang. [3]

Pasal 24C

(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili


pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji
undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar, memutus sengketa kewenangan
lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar,
memutus pembubaran partai politik,………
dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum. [3]
(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan
putusan atas pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut
Undang-Undang Dasar. [3]
(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan
orang anggota hakim konstitusi yang
ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan
masing-masing tiga orang oleh Mahkamah
Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. [3]
(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Kon-
stitusi dipilih dari dan oleh hakim konstitusi. [3]
(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas
dan kepribadian yang tidak tercela, adil,
negarawan yang menguasai konstitusi dan
ketatanegaraan, serta tidak merangkap
sebagai pejabat negara. [3]
(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim
konstitusi, hukum acara serta ketentuan
lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur
dengan undang-undang. [3]

Pasal 25 Pasal 25

Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk
diperhentikan sebagai hakim ditetapkan diperhentikan sebagai hakim ditetapkan
dengan undang-undang. dengan undang-undang. [#]

BAB IXA
WILAYAH NEGARA [2]

Pasal 25A [4]

Negara Kesatuan Republik Indonesia ada-


lah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-
batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang. [2]

BAB X BAB X
WARGA NEGARA WARGA NEGARA DAN PENDUDUK [2]

Pasal 26 Pasal 26

(1) Yang menjadi warga negara ialah orang- (1) Yang menjadi warga negara ialah orang-
orang bangsa Indonesia asli dan orang- orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara. undang-undang sebagai warga negara. [#]
(2) Syarat-syarat yang mengenai kewarga- (2) Penduduk ialah warga negara Indonesia
negaraan ditetapkan dengan undang- dan orang asing yang bertempat tinggal di
undang. Indonesia. [2]
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan
penduduk diatur dengan undang-undang. [2]
Pasal 27 Pasal 27

(1) Segala warga negara bersamaan kedu- (1) Segala warga negara bersamaan kedu-
dukannya di dalam hukum dan pemerin- dukannya di dalam hukum dan pemerin-
tahan dan wajib menjunjung hukum dan tahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada ke- pemerintahan itu dengan tidak ada ke-
cualinya. cualinya. [#]
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pe- (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pe-
kerjaan dan penghidupan yang layak bagi kerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. kemanusiaan. [#]
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara. [2]

Pasal 28 Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,


mengeluarkan pikiran dengan lisan dan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebaganya ditetapkan dengan tulisan dan sebaganya ditetapkan dengan
undang-undang. undang-undang. [#]

BAB XA
HAK ASASI MANUSIA [2]
Pasal 28A

Setiap orang berhak untuk hidup serta


berhak mempertahankan hidup dan kehi-
dupannya. [2]

Pasal 28B

(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga


dan melanjutkan keturunan melalui perka-
winan yang sah. [2]
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta ber-
hak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. [2]

Pasal 28C

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri


melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memper-
oleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi mening-
katkan kualitas hidupnya dan demi kesejah-
teraan umat manusia. [2]
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan
dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masya-
rakat, bangsa dan negaranya. [2]

Pasal 28D

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan,


jaminan, perlindungan, dan kepastian hu-
kum yang adil serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum. [2]
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja. [2]
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerin-
tahan. [2]
(4) Setiap orang berhak atas status kewarga-
negaraan. [2]

Pasal 28E

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan


beribadat menurut agamanya, memilih pen-
didikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggal-
kannya, serta berhak kembali. [2]
(2) Setiap orang atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan si-
kap, sesuai dengan hati nuraninya. [2]
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan ber-
serikat, berkumpul, dan mengeluarkan pen-
dapat. [2]

Pasal 28F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi


dan memperoleh informasi untuk mengem-
bangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan me-
nyampaikan informasi dengan mengguna-
kan segala jenis saluran yang tersedia. [2]

Pasal 28G

(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri


pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang di bawah kekua-
saannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi. [2]
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari
penyiksaan dan perlakuan yang merendah-
kan derajat martabat manusia dan berhak
memperoleh suaka politik dari negara lain. [2]

Pasal 28H

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir


dan batin, bertempat tinggal, dan men-
dapatkan lingkungan hidup baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kese-
hatan. [2]
(2) Setiap orang mendapat kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh ke-
sempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan. [2]
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial
yang memungkinkan pengembangan diri-
nya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. [2]
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik
pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh
siapa pun. [2]

Pasal 28I

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,


hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apa pun. [2]
(2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan
yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskrimi-
natif itu. [2]
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan per-
kembangan zaman dan peradaban. [2]
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama peme-
rintah. [2]
(5) Untuk menegakan dan melindungi hak
asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka
pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundangan-undangan. [2]

Pasal 28J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi


manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. [2]
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasan-
nya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan un-
dang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta peng-
hormatan atas hak kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis. [2]
BAB XI BAB XI
AGAMA AGAMA
Pasal 29 Pasal 29

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa. Maha Esa. [#]
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya ma- penduduk untuk memeluk agamanya ma-
sing-masing dan untuk beribadat menurut sing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu. agamanya dan kepercayaannya itu. [#]

BAB XII BAB XII


PERTAHANAN NEGARA PERTAHANAN DAN KEAMANAN
NEGARA [2]
Pasal 30 Pasal 30

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pembelaan negara. ikut serta dalam usaha pertahanan dan
(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur keamanan negara. [2]
dengan undang-undang. (2) Usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Indonesia Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai ke-
kuatan pendukung. [2]
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas
Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Ang-
katan Udara sebagai alat negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memeli-
hara keutuhan dan kedaulatan negara. [2]
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagai alat negara yang menjaga kea-
manan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyara-
kat, serta menegakkan hukum. [2]
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian Negara Republik In-
donesia, hubungan kewenangan Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia di dalam menjalankan
tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan ke-
amanan diatur dengan undang-undang. [2]

BAB XIII BAB XIII


PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN [4]
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN [4]

Pasal 31 Pasal 31

(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat (1) Setiap warga negara berhak mendapat
pengajaran. pendidikan. [4]
(2) Pemerintah mengusahakan dan menye- (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pen-
lenggarakan satu sistem pengajaran nasio- didikan dasar dan pemerintah wajib mem-
nal, yang diatur dengan undang-undang. biayainya. [4]
(3) Pemerintah mengusahakan dan menye-
lenggarakan satu sistem pendidikan………
nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
diatur dengan undang-undang. [4]
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendi-
dikan sekurang-kurangnya dua puluh per-
sen dari anggaran pendapatan dan belanja
negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional. [4]
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejah-
teraan umat manusia. [4]

Pasal 32 Pasal 32

Pemerintah memajukan kebudayaan nasional (1) Negara memajukan kebudayaan nasional


Indonesia. Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan mesyarakat dalam
memelihara dalam mengembangkan nilai-
nilai budayanya. [4]
(2) Negara menghormati dan memelihara ba-
hasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional. [4]

BAB XIV BAB XIV


KESEJAHTERAAN SOSIAL PEREKONOMIAN NASIONAL DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL [4]
Pasal 33 Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha ber- (1) Perekonomian disusun sebagai usaha ber-
sama berdasar atas asas kekeluargaan. sama berdasar atas asas kekeluargaan. [#]
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara. orang banyak dikuasai oleh negara. [#]
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar- negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat. besar kemakmuran rakyat. [#]
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, ke-
mandirian, serta dengan menjaga keseim-
bangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional. [4]
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelak-
sanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.[4]

Pasal 34 Pasal 34

Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar (1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipeli-
dipelihara oleh negara. hara oleh negara. [4]
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan member-
dayakan masyarakat yang lemah dan…….
tidak mampu sesuai dengan martabat ke-
manusiaan.[4]
(3) Negara bertanggung jawab atas penye-
diaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak. [4]
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksa-
naan pasal ini diatur dalam undang-
undang.[4]

BAB XV BAB XV
BENDERA DAN BAHASA BENDERA, BAHASA, DAN
LAMBANG NEGARA, SERTA
LAGU KEBANGSAAN [2]
Pasal 35 Pasal 35

Bendera Negara Indonesia ialah Sang Bendera Negara Indonesia ialah Sang
Merah Putih. Merah Putih. [#]

Pasal 36 Pasal 36

Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia. Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia. [#]

Pasal 36A

Lambang negara ialah Garuda Pancasila


dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. [2]

Pasal 36B

Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya. [2]

Pasal 36C

Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera,


Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan diatur dengan undang-undang. [2]

BAB XVI BAB XVI


PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG
DASAR DASAR
Pasal 37 Pasal 37
(1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar (1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Un-
sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah dang Dasar dapat diagendakan dalam
anggota Majelis Permusyawaratan Rak- sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat
yat harus hadir. apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya
(2) Putusan diambil dengan persetujuan 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permu-
sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah syawaratan Rakyat. [4]
anggota yang hadir. (2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-
Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang
diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-
Undang Dasar, sidang Majelis Permu-
syawaratan Rakyat dihadiri sekurang-ku-
rangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat. [4]
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal
Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh
persen ditambah satu anggota dari seluruh
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. [4]
(5) Khusus mengenai bentuk negara Kesatuan
Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan. [4]

ATURAN PERALIHAN ATURAN PERALIHAN


Pasal I Pasal I

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Segala peraturan perundang-undangan yang


mengatur dan menyelenggarakan kepin- ada masih tetap berlaku selama belum
dahan pemerintahan kepada Pemerintah diadakan yang baru menurut Undang-
Indonesia. Undang Dasar ini. [4]

Pasal II Pasal I

Segala badan negara dan peraturan yang Semua lembaga negara yang ada masih
ada masih langsung berlaku, selama tetap berfungsi sepanjang untuk melak-
belum diadakan yang baru menurut sanakan ketentuan Undang-Undang Dasar
Undang-Undang Dasar ini. dan belum diadakan yang baru menurut
Undang-Undang Dasar ini. [4]

Pasal III Pasal III

Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-
Presiden dipilih oleh Panitia Persiapan lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan
Kemerdekaan Indonesia. sebelum dibentuk segala kewenangannya
dilakukan oleh Mahkamah Agung. [4]

Pasal IV

Sebelum Majelis Permusyawaratan Rak-


yat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Pertimbangan Agung dibentuk menurut
Undang-Undang Dasar ini, segala
kekuasaannya dijalankan oleh Presiden
dengan bantuan sebuah komite nasional.

ATURAN TAMBAHAN ATURAN TAMBAHAN


(1) Dalam enam bulan sesudah akhirnya Pasal I
peperangan Asia Timur Raya, Presiden
Indonesia mengatur dan menyelenggara- Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi
kan segala hal yang ditetapkan dalam untuk melakukan peninjauan terhadap
Undang-Undang Dasar ini. materi dan status hukum Ketetapan Majelis
(2) Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan
Permusyawaratan Rakyat dibentuk, Ma- Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rak-
jelis itu bersidang untuk menetapkan yat untuk diambil putusan pada sidang
Undang-Undang Dasar. Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun
2003.
Pasal II

Dengan ditetapkannya perubahan Undang-


Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.
Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat
paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia ke-6 (lanjutan) tanggal
10 Agustus 2002 Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indone-
sia, dan mulai berlaku pada tanggal di-
tetapkan.

Keterangan:
[#]
Tidak diubah
[1]
Perubahan Pertama
[2]
Perubahan Kedua
[3]
Perubahan Ketiga
[4]
Perubahan Keempat

Catatan: KONSTITUSI YANG BERLAKU DI


INDONESIA:

18 Agt 1945 – 27 Des 1949:


Undang Undang Dasar Tahun 1945
(UUD 1945)

27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950:


Konstitusi Republik Indonesia Serikat

17 Desember 1950 – 5 Juli 1959:


Undang-Undang Dasar Sementara Tahun
1950 (UUDS 1950)

Sejak 5 Juli 1959 diberlakukan kembali:


Undang Undang Dasar Tahun 1945
(UUD 1945)

19 Oktober 1999:
Perubahan Pertama UUD 1945

18 Agustus 2000:
Perubahan Kedua UUD 1945

9 November 2001:
Perubahan Ketiga UUD 1945

10 Agustus 2002:
Perubahan Keempat UUD 1945

Anda mungkin juga menyukai