PENDAHULUAN
1|Page
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk memahami proses pengambilan keputusan itu.
2. Untuk mengetahui pengambilan keputusan organisasi.
3. Untuk memahami pengambilan keputusan oleh pendatang baru versus pakar.
4. Untuk mengetahui peran kepribadian dan gaya kognitif dalam pengambilan
keputusan.
5. Untuk mengetahui peran informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan.
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif.
Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar logika atau
pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan (3)
ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut.
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa
alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti sebagai suatu cara pemecahan masalah yang
terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama didalam organisasi.
Pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses berpikir, mengelola, dan
memecahan masalah. Oleh karena itu, beberapa definisi yang ada, masing-masing digunakan
untuk tujuan tertentu. Dalam pengaturan organisasi, pengambilan keputusan biasanya
didefinisikan sebagai proses memilih dari antara program alternatif tindakan yang
mempengaruhi masa depan.
3|Page
saja dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan diulangi. Jika tidak, pencarian
alternatif tambahan akan diperpanjang.
Motif Kesadaran
Motif kesadaran sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena
merupakan sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran
dalam konteks pengambilan keputusan yaitu:
Keinginan akan kestabilan atau kepastian.
Ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian dari konsep
yang cocok satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan
bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau
ketidakpastian informasi.
4|Page
berdasarkan kriteria-kriteria yang sederhana dengan risiko yang minimum, yang
penerapannya dilakukan secara individu.
2. Model keputusan yang tidak diprogram secara sederhana.
Pada model ini, apa pun akan terlihat baik pada saat itu bagi si pengambil keputusan
yang langsung memilih alternatif tersebut. Informasi bersumber dari prasangka melalui
keyakinan-keyakinan umum. Dalam organisasi, informasi juga dapat berasal dari sistem
informasi manajemen dengan akuntansi yang menjadi komponen utama. Alternatif pertama
yang dipilih harus mampu menyesuaikan diri dengan tujuan laba jangka pendek yang
diinginkan dengan mengabaikan risiko yang ada.
3. Model keputusan yang diprogram secara kompleks.
Pada model ini melibatkan perencanaan yang begitu rinci. Masalah dan peluang
diantisipasi dengan skala prioritas yang begitu hati-hati. Alternatif-alternatif yang ada
dievaluasi berdasarkan pertimbangan memaksimalkan manfaat jangka panjang.
4. Model keputusan yang tidak diprogram diprogram secara kompleks
Model ini memiliki ciri khas yaitu partisipasi yang terus-menerus dari semua orang
yang terlibat untuk memaksimalkan perolehan informasi dan koordinasi.
5|Page
Satisficing Model
Model ini lebih berguna dan model yang lebih praktis. Hal ini didasarkan pada konsep
Simon pada orang administrasi, di mana manusia dipandang sebagai rasional karena mereka
memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses informasi, membuat pilihan, dan belajar.
6|Page
Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Kengambilan Keputusan
Manusia merupakan makhluk yang rasional karena memilih kepastian untuk berpikir,
memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena mereka
hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses
informasi yang tersedia secara berurutan. Perilaku rasional dari individu dalam situasi
pengambilan keputusan oleh kerena itu terdiri dari atas pencarian diantara alternatif-alternatif
yang terbatas akan suatu solusi yang masuk akal dalam kondisi dimana konsekuensi dari
tindakan tidaklah pasti.
Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecahan Masalah
Fenomena Pemikiran Kelompok
Pemikiran kelomok (group think) menggambarakan situasi dimana tekanan untuk
mematuhi mencegah anggota-anggota kelompok individual untuk mempresantasikan ide atau
pandangan yang tidak populer. Karena mereka ingin menjadi bagian yang positif dari
kelompok tersebut dan bukan sebagai kekuatan yang disruptif.
Penomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Kelompok)
Pergeseran yang berisiko atau dampak kelompok, merpakan produk sampingan dari
intraksi manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang lebih
agresifberisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin oleh individu-individu jika mereka
bertindak sendiri.
Kesatuan Kelompok
Kesatuan Kelompok didefenisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota kelompok
tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Dengan kesatuan yang kuat
pada umumnyalebih efektifdalam suatu pengambilan keputusan dibandingkan dengan
kelompok ini dimana terdapat banyak konflik internal dan kurangnya semangat kerja sesama
anggota nya.
Pengambilan Keputusan dengan Konsensus vs Aturan Mayoritas
Konsensus dalam konteks pengambilan keputusan didefinisikan oleh Holder (1972)
sebagai kesepakatan semua anggota kelompok dalam pilihan keputusan. Dalam
kebanyakan situasi, konsensus hanya bisa dicapai setelah pertimbangan yang matang serta
evaluasi yang kritis atas lebih atau kurangnya. Pengambilan keputusan dengan konsensus
membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan dengan penambilan keputusan dengan
pengaturan mayoritas.
7|Page
Kontroversi yang Disebabkan oleh Hubungan Atasan Bawahan
Ketika kelompok pengambilan keputusan terdiri atas atasan dan bawahan, kontroversi
tidak bisa di-hindarkan. Atasan mempunyai akses terhadap informasi yang berbeda, sehingga
memiliki pendapat yang berbeda pula dibandingkan dengan bawahannya. Kualitas dari
pilihan keputusan akan sangat bergantung bagaimana atasan menangani kontroversi tersebut.
8|Page
1) Pengujian Informasi.
Pengujian didefinisikan sebagai kegiatan menganalisis informasi yang disajikan dan
menyeleksi untuk dipertimbangkan lebih lanjut, hanya informasi yang terlihat sangat relevan
dengan tugas keputusan itu yang harus dilaksanakan. Para pakar lebih banyak mengandalkan
aturan-aturan yang diperoleh berdasarkan pengalaman dibandingkan dengan para pendatang
baru dan mereka juga menguji data dari lebih banyak tahun.
2) Integrasi Pengamatan dan Temuan.
Integrasi melibatkan pengelompokan atas pengamatan, baik berdasarkan hubungan
sebab akibat atau berdasarkan komponen fungsional dari perusahaan. Ketika
mengintegrasikan pengamatan dan temuan, para pendatang baru menghubungkan
pengamatan dan temuan yang menjelaskan satu sama lain dan mengabaikan yang tidak.
Sebaliknya, para pakar menempatkan penekanan khusus pada kontradiksi yang potensial
dalam pengamatan dan temuan sebagai alat untuk mendeteksi masalah yang mendasari.
3) Pertimbangan.
Pertimbangan yang digunakan di sepanjang proses pengambilan keputusan tampak
lebih jelas dalam formulasi hipotesis, pengembangan petunjuk dalam formulasi keputusan
akhir, dan dalam penyusunan ringkasan temuan.
9|Page
Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi fokus
pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta bahwa
proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain
informasi nonkeuangan.
Dua elemen lainnya yang mempengaruhi keyakinan yang diberikan pada informasi
akuntansi adalah permintaan dan persaingan. Perusahaan yang menghadapi sedikit persaingan
dan memiliki permintaan yang tidak elastis akan lebih banyak bergantung pada data biaya
yang disediakan oleh sistem akuntansinya ketika membuat keputusan mengenai pasar yang
kompetitif. Telah ditemukan bahwa semakin penting kebutuhan akan suatu keputusan, maka
semakin besar pendekatan yang diberikan pada data akuntansi yang langsung tersedia.
Informasi akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan jangka
pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang, karena
informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan
operasi sekarang. Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih informasi
eksternal jika informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal dibandingkan
dengan data akuntansi yang dikembangkan secara internal.
10 | P a g e
3) Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi
Para pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai ukuran yang tidak
sempurna dengan kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda dengan
nilai yang dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan
tidak dapat dihindari.
Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan dengan
hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia dapat
mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi sebagai dasar
untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak.
Informasi akuntansi adalah salah satu input dalam model pengambilan keputusan.
Input tersebut dapat bersifat keuangan, nonkeuangan, atau bahkan tidak dapat dikuantifikasi.
Bruns (1981) mengelompokkan pengambil keputusan ke dalam tiga kelompok:
Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang mengambil keputusan mengenai operasi
dan sistem akuntansi digunakan untuk menyusun laporan (manajemen puncak).
Para pengambil keputusan dalam perusahaan yang hanya dapat membuat keputusan
mengenai operasi saja (manajer operasi).
Mereka yang berada di luar perusahaan yang membuat keputusan mengenai perusahaan
tersebut yang dapat memengaruhi lingkungan dan operasinya, tetapi yang tidak memiliki
kendali langsung atas operasi perusahaan atau aktivitas apapun yang dilakukannya.
11 | P a g e
Fiksasi Fungsional
Hal ini merupakan fenomena keperilakuan yang mengimplikasikan ketidakmampuan
di pihak pengguna informasi akuntansi untuk memahami apa yang tersirat di balik label yang
diberikan kepada suatu angka. Ketika mereka menerima suatu pendekatan pengukuran
akuntansi sebagai alat untuk mengelola proses pengambilan keputusan mereka, maka
perilaku mereka jarang sekali akan dipengaruhi oleh perubahan dalam metode akuntansi yang
digunakan. Sebagai suatu atribut dari pengambilan keputusan, fiksasi fungsional bervariasi
tingkatnya dari situasi yang satu ke situasi yang lain, namun tidak pernah tidak ada sama
sekali.
12 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik
dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai
suatu cara pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai
tujuan bersama di dalam organisasi.
Dalam pengambilan keputusan terdapat perbedaan yang sangat menonjol antara
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pendatang baru dengan pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh para pakar. Pendatang baru mengumpulkan data tanpa
melakukan deskriminasi dan menunggu untuk melihat apa yang terjadi. Sebaliknya,
para pakar mengumpulkan data secara diskriminatif guna menindaklanjuti observasi
tertentu.
Dalam situasi pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling
berinteraksi dan mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi
akuntansi.
Adapun pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja
akuntansi fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya
dihubungkan oleh fakta bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data
akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Siegel, Gary. Helene Ramanauskas Marconi. 1989. Behavioral Accounting. United States of
America: South-Western Publishing Co.
14 | P a g e