Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keputusan (decision) adalah suatu pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih
kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan
penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena
pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai
tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih melihat
pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir dari suatu proses
yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses
karena terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai
tindakan bijaksana. Benar kata orang bijak Jika cara anda tepat dalam membuat keputusan,
maka anda akan terbebas dari berbagai persoalan dalam hidup. Manajemen menbutuhkan
Informasi sebagai dasar pengambilan keputusan mereka. Sistem Informasi mempunyai
peranan yang penting dalam menyediakan Informasi untuk manajemen setiap tingkatan.
Tiap-tiap kegiatan dan keputusan manajemen yang berbeda membutuhkan informasi yang
berbeda. Oleh karena itu, untuk dapat menyediakan informasi yang relevan dan berguna bagi
manajemen, maka pengembangan Sistem Informasi harus memahami terlebih dahulu
kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dan tipe keputusannya. Pengambilan keputusan
adalah memilih satu atau lebih diantara sekian banyak alternatif keputusan yang mungkin.
Alternaif keputusan meliputi keputusan ada kepastian, keputusan beresiko, keputusan
ketidakpastian dan keputusan dalam konflik. Keputusan bisa dibuat berulang kali secara rutin
dan dalam bentuk persoalan yang sama sehingga mudah dilakukan keputusan. Keputusan
yang dihadapi mugnkin serupa dengan situasi yang pernah dialami, tetapi ada ciri khusus dari
permasalahan yang baru timbul.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pengambilan keputusan itu?
2. Bagaimana pengambilan keputusan organisasi?
3. Bagaimana pengambilan keputusan oleh pendatang baru versus pakar?
4. Bagaimana peran kepribadian dan gaya kognitif dalam pengambilan keputusan?
5. Bagaimana peran informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan?

1|Page
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk memahami proses pengambilan keputusan itu.
2. Untuk mengetahui pengambilan keputusan organisasi.
3. Untuk memahami pengambilan keputusan oleh pendatang baru versus pakar.
4. Untuk mengetahui peran kepribadian dan gaya kognitif dalam pengambilan
keputusan.
5. Untuk mengetahui peran informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Pengambilan Keputusan

Definisi
Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif.
Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar logika atau
pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan (3)
ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut.
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa
alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti sebagai suatu cara pemecahan masalah yang
terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama didalam organisasi.
Pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses berpikir, mengelola, dan
memecahan masalah. Oleh karena itu, beberapa definisi yang ada, masing-masing digunakan
untuk tujuan tertentu. Dalam pengaturan organisasi, pengambilan keputusan biasanya
didefinisikan sebagai proses memilih dari antara program alternatif tindakan yang
mempengaruhi masa depan.

Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan


1. Pengenalan dan pendefinisian suatu masalah atau suatu peluang.
Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang dirasakan, atau
kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah dan peluang,
pembuat keputusan membutuhkan informasi lingkungan, keuangan, dan operasi.

2. Pencarian atas tindakan alternatif.


Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program alternatif
tindakan dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah ini, sebagai alternatif
praktis sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering dimulai dengan
melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada saat itu. Jika

3|Page
saja dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan diulangi. Jika tidak, pencarian
alternatif tambahan akan diperpanjang.

3. Pemilihan alternatif yang optimal dan memuaskan.


Langkah yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih
salah satu alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan rasional, pilihan
terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta ekonomi.

4. Penerapan dan tindak lanjut.


Keberhasilan atau kegagalan dari pilihan akhir tergantung pada efisiensi dari
pelaksanaannya. Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang memiliki
kontrol atas sumber daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan
(misalnya, uang, orang, dan informasi) benar-benar berkomitmen untuk membuatnya bekerja.

Motif Kesadaran
Motif kesadaran sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena
merupakan sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran
dalam konteks pengambilan keputusan yaitu:
Keinginan akan kestabilan atau kepastian.
Ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian dari konsep
yang cocok satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan
bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau
ketidakpastian informasi.

Motif kompleksitas dan keragaman.


Motif ini menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau
lingkungan.
Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk
membuat prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan :
1. Model keputusan yang diprogram secara sederhana.
Model ini ditandai dengan aturan-aturan prediksi yang tidak kompleks, yang
ditetapkan oleh orang lain yang bukan si pengambil keputusan. Alternatif yang memuaskan,
ketika pertama kali ditemukan, biasanya langsung dipilih. Alternatif-alternatif tersebut dinilai

4|Page
berdasarkan kriteria-kriteria yang sederhana dengan risiko yang minimum, yang
penerapannya dilakukan secara individu.
2. Model keputusan yang tidak diprogram secara sederhana.
Pada model ini, apa pun akan terlihat baik pada saat itu bagi si pengambil keputusan
yang langsung memilih alternatif tersebut. Informasi bersumber dari prasangka melalui
keyakinan-keyakinan umum. Dalam organisasi, informasi juga dapat berasal dari sistem
informasi manajemen dengan akuntansi yang menjadi komponen utama. Alternatif pertama
yang dipilih harus mampu menyesuaikan diri dengan tujuan laba jangka pendek yang
diinginkan dengan mengabaikan risiko yang ada.
3. Model keputusan yang diprogram secara kompleks.
Pada model ini melibatkan perencanaan yang begitu rinci. Masalah dan peluang
diantisipasi dengan skala prioritas yang begitu hati-hati. Alternatif-alternatif yang ada
dievaluasi berdasarkan pertimbangan memaksimalkan manfaat jangka panjang.
4. Model keputusan yang tidak diprogram diprogram secara kompleks
Model ini memiliki ciri khas yaitu partisipasi yang terus-menerus dari semua orang
yang terlibat untuk memaksimalkan perolehan informasi dan koordinasi.

Jenis-jenis dari Model Proses


Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari seorang pengambilan keputusan
dalam suatu organisasi, model-model tersebut adalah:
Model Ekonomi
Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan keputusan
secara sempurna rasional dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada konsistensi antara berbagai
motif dan tujuan. Diasumsikan bahwa semua alternatif adalah dikenal dan bahwa probabilitas
yang terkait dengan alternatif dapat dihitung dengan pasti. Keputusan tidak tergantung pada
preferensi pribadi, tetapi lebih merupakan didikte oleh tujuan yang konsisten dari organisasi.
Model Sosial
Model ini merupakan kebalikan ekstrem dari model ekonomi. Model ini
mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa keputusan dihitung
berdasarkan interaksi sosial. Model ini merasakan bahwa tekanan dan ekspektasi adalah
kekuatan motivasi utama.

5|Page
Satisficing Model
Model ini lebih berguna dan model yang lebih praktis. Hal ini didasarkan pada konsep
Simon pada orang administrasi, di mana manusia dipandang sebagai rasional karena mereka
memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses informasi, membuat pilihan, dan belajar.

2.2 Pengambilan Keputusan Organisasi

1) Perusahaan sebagai Unit Pengambilan Keputusan


Suatu perusahaan dapat dianggap sebagai unit pengambilan keputusan yang serupa
dalam banyak hal dengan seorang individu. Untuk mengatasi kelebihan beban dalam
pengambilan keputusan, organisasi mengembangkan prosedur operasi standar yang formal
atau tidak formal untuk masalah-masalah yang berulang. Cyber dan March menggambarkan
empat konsep dasar relasional sebagai inti dari pengambilan keputusan bisnis:
a. Resolusi Semu dari Konflik
Koalisasi dari individu-individu dengan tujuan yang berbeda yang sering
menimbulkan konflik karena mengambil keputusan melibatkan pemilihan atas satu alternatif
yang sesuai dengan tujuan dan harapan secara keseluruhan.
b. Menghindari Ketidakpastian
Ketika mengambil keputusan, organisasi secara terus menerus akan dihantui oleh
ketidakpastian dalam lingkungan internal maupun eksternalnya.
c. Pencarian masalah
Pencarian masalah adalah proses menemukan suatu solusi atas suatu masalah tertentu
atau sebagai suatu cara untuk bereaksi terhadap peluang.
d. Pembelajaran organisasi
Walaupun organisasi tidak mengalami proses pembelajaran seperti yang dialami oleh
individu, organisasi memperlihatkan perilaku adaptif dari karyawannya. Mereka belajar
untuk mengurus bagian tertentu dari lingkungan tersebut.

2) Manusia-Para Pengambil Keputusan Organisasi


Penting untuk diingat bahwa manusia, dan bukanya organisasi, yang mengenali,
mendefenisikan masalah atau peluang, yang mencari tindakan alternatif secara optimal dan
menerapkanya.

6|Page
Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Kengambilan Keputusan
Manusia merupakan makhluk yang rasional karena memilih kepastian untuk berpikir,
memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena mereka
hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses
informasi yang tersedia secara berurutan. Perilaku rasional dari individu dalam situasi
pengambilan keputusan oleh kerena itu terdiri dari atas pencarian diantara alternatif-alternatif
yang terbatas akan suatu solusi yang masuk akal dalam kondisi dimana konsekuensi dari
tindakan tidaklah pasti.
Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecahan Masalah
Fenomena Pemikiran Kelompok
Pemikiran kelomok (group think) menggambarakan situasi dimana tekanan untuk
mematuhi mencegah anggota-anggota kelompok individual untuk mempresantasikan ide atau
pandangan yang tidak populer. Karena mereka ingin menjadi bagian yang positif dari
kelompok tersebut dan bukan sebagai kekuatan yang disruptif.
Penomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Kelompok)
Pergeseran yang berisiko atau dampak kelompok, merpakan produk sampingan dari
intraksi manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang lebih
agresifberisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin oleh individu-individu jika mereka
bertindak sendiri.
Kesatuan Kelompok
Kesatuan Kelompok didefenisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota kelompok
tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Dengan kesatuan yang kuat
pada umumnyalebih efektifdalam suatu pengambilan keputusan dibandingkan dengan
kelompok ini dimana terdapat banyak konflik internal dan kurangnya semangat kerja sesama
anggota nya.
Pengambilan Keputusan dengan Konsensus vs Aturan Mayoritas
Konsensus dalam konteks pengambilan keputusan didefinisikan oleh Holder (1972)
sebagai kesepakatan semua anggota kelompok dalam pilihan keputusan. Dalam
kebanyakan situasi, konsensus hanya bisa dicapai setelah pertimbangan yang matang serta
evaluasi yang kritis atas lebih atau kurangnya. Pengambilan keputusan dengan konsensus
membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan dengan penambilan keputusan dengan
pengaturan mayoritas.

7|Page
Kontroversi yang Disebabkan oleh Hubungan Atasan Bawahan
Ketika kelompok pengambilan keputusan terdiri atas atasan dan bawahan, kontroversi
tidak bisa di-hindarkan. Atasan mempunyai akses terhadap informasi yang berbeda, sehingga
memiliki pendapat yang berbeda pula dibandingkan dengan bawahannya. Kualitas dari
pilihan keputusan akan sangat bergantung bagaimana atasan menangani kontroversi tersebut.

Pengaruh Dasar Kekuasaan


Dalam situasi pengambilan keputusan, seseorang mampu memengaruhi hasil
keputusan karena we-wenang atau kekuasaan yang diberikan oleh organisasi. Elemen
kekuasaan yang paling sering disebutkan adalah kekuasaan posisi, kekuasaan keahlian,
kekuasaan sumber daya, atau kekuasaan politik.

Dampak dari Tekanan Waktu


Tekanan waktu menyebabkan para anggota kelompok menjadi lebih sering setuju
guna mencapai konsensus kelompok; lebih kurang menuntut dan lebih bersifat mendamaikan
dalam situasi tawar-menawar; lebih membatasi partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan hanya pada relatif sedikit anggota; dan lebih menyukai aturan mayoritas.

2.3 Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs oleh Pakar


Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi
dan pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang
baru ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau informasi keuangan
lainnya.
Pendatang baru mengumpulkan data tanpa melakukan deskriminasi dan menunggu
untuk melihat apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara
diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu.
Untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data dibagi kedalam kedalam
tiga komponen:
Pengujian Informasi
Integrasi pengamatan dan temuan
Pertimbangan

8|Page
1) Pengujian Informasi.
Pengujian didefinisikan sebagai kegiatan menganalisis informasi yang disajikan dan
menyeleksi untuk dipertimbangkan lebih lanjut, hanya informasi yang terlihat sangat relevan
dengan tugas keputusan itu yang harus dilaksanakan. Para pakar lebih banyak mengandalkan
aturan-aturan yang diperoleh berdasarkan pengalaman dibandingkan dengan para pendatang
baru dan mereka juga menguji data dari lebih banyak tahun.
2) Integrasi Pengamatan dan Temuan.
Integrasi melibatkan pengelompokan atas pengamatan, baik berdasarkan hubungan
sebab akibat atau berdasarkan komponen fungsional dari perusahaan. Ketika
mengintegrasikan pengamatan dan temuan, para pendatang baru menghubungkan
pengamatan dan temuan yang menjelaskan satu sama lain dan mengabaikan yang tidak.
Sebaliknya, para pakar menempatkan penekanan khusus pada kontradiksi yang potensial
dalam pengamatan dan temuan sebagai alat untuk mendeteksi masalah yang mendasari.
3) Pertimbangan.
Pertimbangan yang digunakan di sepanjang proses pengambilan keputusan tampak
lebih jelas dalam formulasi hipotesis, pengembangan petunjuk dalam formulasi keputusan
akhir, dan dalam penyusunan ringkasan temuan.

2.4 Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan


Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakina individu, sementara gaya kognitif
mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan, memproses,
serta meneruskan informasi.
Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode yang sama sekali
berbeda ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi. Dalam situasi pengambilan
keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling berintraksi dan mempengaruhi (menambah
atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.

2.5 Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan


Secara defenisi, keputusan manajemen mempengeruhi kejadian atau tindakan masa
depan. Sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu
tidak dngan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal itu
dilakukan melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depan beserta
konsekuensinya ditentukan.

9|Page
Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi fokus
pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta bahwa
proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain
informasi nonkeuangan.

1) Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah


Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui
pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau memlalui informasi
kepada manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang ditentukan
sebelumnya.
Ketika informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka
informasi tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang dapat
dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

2) Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan


Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pilihan akhir sangat
bervariasi. Hal itu bergantung pada samapi sejauh mana hal itu dipandang mengurangi
ketidakpastian yang mengelilingi proses pengambilan keputusan. Data penjualan dan biaya
masa lalu, misalnya, akan digunakan sebagai pendekatan pertama terhadap permintaan masa
depan untuk produk yang di jual pada masa lalu.

Dua elemen lainnya yang mempengaruhi keyakinan yang diberikan pada informasi
akuntansi adalah permintaan dan persaingan. Perusahaan yang menghadapi sedikit persaingan
dan memiliki permintaan yang tidak elastis akan lebih banyak bergantung pada data biaya
yang disediakan oleh sistem akuntansinya ketika membuat keputusan mengenai pasar yang
kompetitif. Telah ditemukan bahwa semakin penting kebutuhan akan suatu keputusan, maka
semakin besar pendekatan yang diberikan pada data akuntansi yang langsung tersedia.
Informasi akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan jangka
pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang, karena
informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan
operasi sekarang. Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih informasi
eksternal jika informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal dibandingkan
dengan data akuntansi yang dikembangkan secara internal.

10 | P a g e
3) Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi
Para pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai ukuran yang tidak
sempurna dengan kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda dengan
nilai yang dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan
tidak dapat dihindari.
Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan dengan
hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia dapat
mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi sebagai dasar
untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak.
Informasi akuntansi adalah salah satu input dalam model pengambilan keputusan.
Input tersebut dapat bersifat keuangan, nonkeuangan, atau bahkan tidak dapat dikuantifikasi.
Bruns (1981) mengelompokkan pengambil keputusan ke dalam tiga kelompok:
Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang mengambil keputusan mengenai operasi
dan sistem akuntansi digunakan untuk menyusun laporan (manajemen puncak).
Para pengambil keputusan dalam perusahaan yang hanya dapat membuat keputusan
mengenai operasi saja (manajer operasi).
Mereka yang berada di luar perusahaan yang membuat keputusan mengenai perusahaan
tersebut yang dapat memengaruhi lingkungan dan operasinya, tetapi yang tidak memiliki
kendali langsung atas operasi perusahaan atau aktivitas apapun yang dilakukannya.

Para peneliti lain mempelajari pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana para


pengambil keputu-san menyesuaikan terhadap perubahan dalam metode dan terminologi
akuntansi. Mereka menemukan bahwa ada dua faktor yang menentukan tingkat penyesuaian,
yaitu: umpan balik dan fiksasi fungsional.
Umpan Balik
Untuk memahami perubahan dalam metode atau istilah akuntansi dan untuk
menyesuaikan aturan pengambilan keputusan sesuai dengan itu, maka pengambil keputusan
harus menerima informasi me-ngenai perubahan tersebut atau memiliki umpan balik tidak
langsung mengenai perubahan tersebut. Jika seseorang mengabaikan dampak jangka pendek
yang mungkin akibat selang waktu antara perubahan dan indikasinya, maka kecil
kemungkinannya bahwa tidak terdapat umpan balik sama sekali.

11 | P a g e
Fiksasi Fungsional
Hal ini merupakan fenomena keperilakuan yang mengimplikasikan ketidakmampuan
di pihak pengguna informasi akuntansi untuk memahami apa yang tersirat di balik label yang
diberikan kepada suatu angka. Ketika mereka menerima suatu pendekatan pengukuran
akuntansi sebagai alat untuk mengelola proses pengambilan keputusan mereka, maka
perilaku mereka jarang sekali akan dipengaruhi oleh perubahan dalam metode akuntansi yang
digunakan. Sebagai suatu atribut dari pengambilan keputusan, fiksasi fungsional bervariasi
tingkatnya dari situasi yang satu ke situasi yang lain, namun tidak pernah tidak ada sama
sekali.

12 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik
dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai
suatu cara pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai
tujuan bersama di dalam organisasi.
Dalam pengambilan keputusan terdapat perbedaan yang sangat menonjol antara
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pendatang baru dengan pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh para pakar. Pendatang baru mengumpulkan data tanpa
melakukan deskriminasi dan menunggu untuk melihat apa yang terjadi. Sebaliknya,
para pakar mengumpulkan data secara diskriminatif guna menindaklanjuti observasi
tertentu.
Dalam situasi pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling
berinteraksi dan mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi
akuntansi.
Adapun pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja
akuntansi fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya
dihubungkan oleh fakta bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data
akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Siegel, Gary. Helene Ramanauskas Marconi. 1989. Behavioral Accounting. United States of
America: South-Western Publishing Co.

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai