Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“MASYARAKAT MADANI”

DISUSUN OLEH:
RACHMAT ARTA WIJAYA
MASTANG
NOPE

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai teori atau konsep, civil society sebenarnya sudah lama dikenal sejak masa Aristoteles pada
zaman Yunani Kuno, Cicero, pada zaman Roma Kuno, pada abad pertengahan, masa pencerahan dan
masa modern. Dengan istilah yang berbeda-beda, civil society mengalami evolusi pengertian yang
berubah dari masa ke masa. Di zaman pencerahan dan modern, isttilah tersebut dibahas oleh tokoh-
tokoh ilmu-ilmu sosial

Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar merefitalisasikan
adab dan tradisi masyarakat lokal, tetapi lebih dari itu adalah membangun masyarakat yang berbudaya
agamis sesuai keyakinan individu, masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai
nilai-nilai kemanusian. Ungkapan lisan dan makalah tentang masyarakat madani semakin marak akhir-
akhir ini seiring dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia.

Proses ini ditandai dengan munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde Baru yang
berusaha mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo menjadi tatanan masyarakat yang
madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Namun,
memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut komitmen masing-masing warga bangsa ini
untuk mereformasi diri secara total dan konsisten dalam suatu perjuangan yang gigih.

Supaya tercipta pemahaman yang menyeluruh tentang masyarakat madani, penulis ingin membahas
konsep masyarakat madani yang lebih kompleks mencakup pengertian, karakteristik, dan perwujudan
masyarakat madani serta posisi dan peran umat islam Indonesia. Maka dari itu, penulis mengangkat
judul “Konsep Masyarakat Madani” dalam makalah ini dalam rangka pemenuhan tugas Pendidikan
Agama Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tesebut di atas, makalah ini secara khusus akan membahas permasalahan:

Apa pengertian masyarkat madani ?

Bagaimana karakteristik masyarakat madani ?

Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mewujudkan masyarakat madani?


Apa posisi dan peran umat islam Indonesia dalam mewujudkan masyarakat madani ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tesebut di atas, makalah ini secara khusus memiliki tujuan sebagai
berikut:

Untuk mengetahui pengertian masyarkat madani

Untuk mengetahui karakteristik masyarakat madani

Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mewujudkan masyarakat madani

Untuk mengetahui posisi dan peran umat islam Indonesia dalam mewujudkan masyarakat madani

D. Manfaat Penulisan

Manfaat bagi penulis

– Mendapatkan ilmu pengetahuan baru

– Dapat mengkaji materi mata kuliah pendidikan agama islam

– Mendapat kesempatan untuk tampil dalam mempertahankan pendapat atau gagasan

Manfaat bagi mahasiswa dan masyarakat

– Dapat lebih memahami dan menerapkan konsep masyarakat madani.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, maju
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu dalam sejarah filsafat, sejak filsafat
Yunani sampai masa filsafat islam juga dikenal istilah madinah atau polis, yang berarti kota, yaitu
masyarakat yang maju, berperadaban dan lebih mementingkan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi.
Dalam al-Qur’an Allah memberikan instruksi masyarakat ideal, sebagai gambaran dari masyarakat
madani dengan firman-Nya:“ (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang
Maha Pengampun”. (Saba:15)

Kata madani merupakan penyifatan terhadap kota madinah, yaitu sifat yang ditunjukkan oleh kondisi
dan system kehidupan yang berlaku di kota madinah. Kondisi dan system kehidupan out menjadi
popular dan dianggap ideal untuk menggambarkan masyarakat yang islami, sekalipun penduduknya
terdiri dari berbagai macam keyakinan. Mereka hidup rukun, saling membantu, taat hukum dan
menunjukkan kepercayaan penuh terhadap pimpinan. Al-Qur’an menjadi konstitusi untuk
menyelesaikan berbagai persoalan hidup yang terjadi di antara penduduk Madinah.

Ada dua masyarakat dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani, yaitu:

Masyarakat negeri Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman AS. Keadaan masyarakat Saba’ yang
dikisahkan dalam al-Qur’an itu mendiami negeri yang baik, subur, dan nyaman. Di tempat itu terdapat
kebun dengan tanaman yang subur, tesedia rizki yang melimpah, terpenuhi kebutuhan hidup
masyarakat. Oleh karena itu, Allah memerintahkan masyarakat Saba’ untuk bersyukur kepada Allah yang
telah menyediakan kebutuhan hidup mereka. Tapi sayangnya, setelah beberapa waktu berlalu,
penduduk negeri ini kemudian ingkar (kafir) dan maksiat kepada Allah, sehingga mereka mengalami
kebinasaan. ( Qs. Saba’:16).

tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua
kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan
sedikit dari pohon Sidr

Masyarakat kota Yastrib setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara Rasullullah SAW beserta
umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus
dan Khazraj. Madinah adalah nama kota di negara Arab Saudi, sebagai nama baru kota Yastrib, tempat
yang didiami oleh Rasulullah SAW sampai akhir hayat beliau sesudah hijrah. Perjanjian Madinah berisi
kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan
sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan
ketaatan penuh terhadap keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya
untuk memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

B. Karakteristik Masyarakat Madani

Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:

Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses penuh terhadap setiap
kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik.

Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi


sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan demokratisasi dibutuhkan
kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan
untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang lain.
Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi yang meliputi:

a) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

b) Pers yang bebas

c) Supremasi hukum

d) Perguruan Tinggi

e) Partai politik

Toleransi, sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang
atau kelompok lain. Tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh Allag sebagai
kebebasan manusia.

Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang proporsiaonal antara hak dan
kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap lingkungannya

Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang mengakui
adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.

Damai, artinya masing-masing kelompok masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok
menghormati pihka lain secara adil.

Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat mengurangi
kebebasannya.

Berperadaban tinggi, yaitu masyarakat tersebut memiliki kencintaan terhadap ilmu pengetahuan dan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengtahuan untuk memberikan kemudahan dan meningkat harkat
martabat manusia.

Berakhlak Mulia.

Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan. Keadilan harus
diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama
tanpa kecuali. Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia
diantaranya :

Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum merata.

Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat.


Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisi moneter.

Tingginya angkatan kerja yang belum teserap karena lapangan kerja yang terbatas.

Pemutusn Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar.

Kondisi sosial politik yang belum pasca reformasi.

Mewujudkan Masyarakat Madani

Dalam QS. Ali Imran: 110, Allah menyatakan bahwa umat islam adalah umat yang terbaik dari semua
kelompok umat manusia yang Allah ciptakan. Diantara aspek kebaikan umat islam itu adalah keunggulan
kualitas SDMnya dibanding umat non islam.

kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.

Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang ekslusif dan dipandang sebagai dokumen usang. Ia
merupakan konsep yang senantiasa hidup dan dapat berkembang dalam setiap ruang dan waktu.
Mengingat landasan dan motivasi utama dalam masyarakat madani adalah Alquran. Prinsip terciptanya
masyarakat madani bermula sejak hijrahnya Nabi Muhammad Saw. beserta para pengikutnya dari
Makah ke Yatsrib. Hal tersebut terlihat dari tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan
akidah dan sebuah sikap optimisme dalam mewujudkan cita-cita membentuk yang madaniyyah
(beradab).

Pembangunan yang dilakukan oleh Rasulullah adalah pembangunan yang mengacu pada sistem ilahi,
dan dikerjakan secara bertahap, yaitu:

Tahap Persiapan. Membersihkan mental masyarakat dari kemusyrikan, kezaliman, dan kebodohan.
Yakni memantapkan keyakinan atau aqidah atau kepercayaan kepada Allah. Maka manusia akan
bersikap jujur, adil, berwibawa, tegas dan sopan santun. Kalau kebenaran sudah dijungkir balikan,
hukum diinjak-injak, mereka akan bangkit membelanya. Allah menyatakan : (Surat Al-Fath/48:29 ).

Ó‰£Jpt’C ãAqß™ 4 #$!« ‘§tûïÏ%©!$#ur ÿ¼çmyètB âä!#£‰Ï©r’ &n?tã Í‘¤$ÿä3ø9$# âä!$uHxqâ‘


öNæhuZ÷•t/

“ Muhammad dan orang-orang yang bersamanya itu tegas terhadap orang-orang kafir (yang
mengganggunya), tetapi kasih sayang terhadap sesamanya”.
Tahap Penggalangan. Rasulullah SAW tiba di yastrib pada hari Jum’at tanggal 12 Rabiul Awal tahun
pertama Hijriah. Pada hari itu juga Yatrib diganti namanya menjadi Madinah. Langkah yang ditempuh
adalah:

Menyatukan visi dan misi yang diikat dengan persaudaraan.

Menanamkan rasa kasih sayang dan persamaan derajat atau tingkatan, tidak ada perbedaan antara satu
dengan yang lain, kecuali takwanya.

Mengadakan perjanjian perdamaian, kerukunan umat beragama.


Toleransi dalam menjalankan keyakinan agama atau kepercayaan, tidak adanya paksaan dalam
beragama.
Menata sistem hukum, pranata perundang-undangan.
Tahap Pemberdayaan. Menerapkan diberikannya kepada mereka kebebasan melakukan kegiatan, tetapi
harus di dalam koridor peraturan yang ada. Semangat iman, dan semangat disiplin itulah yang
mengantarkan manusia menjadi muttaqiin. Jiwa iman dan taqwa inilah yang melandasi orang dalam
setiap kegitaannya, apapun pekerjaan dan profesinya. Rasulullah memberikan motivasi kepada setiap
orang, bahwa apa yang dikerjakan itu pasti akan mendapat balasan, tidak hanya berupa upah di dunia
tetapo pahala juga di akherat. Bekerjalah setiap perkerjaan akan dimudahkan Allah. Beliau bersabda:
“ Dari Ali Bin Abi Thalib r.a berkata: datang seseorang kepada Rasulullah SAW dan berkata: apakah tidak
sebaiknya kita berserah diri kepada Allah? Rasul SAW menjawab: tidak, bekerjalah kamu segala sesuatu
itu dimudahkan, kemudian membaca ayat: “maka barangsiapa yang memberi dan bertaqwa serta
membenarkan adanya pahala kebaikan pasti akan kami mudahkan baginya”.
Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman maka perlu ditekankan untuk
mewujudkan masyarakat madani selain apa yang sudah dilakukan oleh Rasulullah SAW, antara lain:
Membangkitkan semangat islam melalui pemikiran islamisasi ilmu pengetahuan, islamisasi kelembagaan
ekonomi melalui lembaga ekonomi dan perbankan syariah dan lain-lain.
Kesadaran untuk maju dan selalu bersikap konsisten terhadap moral atau akhlak islami.
Menegakkan hukum islam dan ditegakkannya keadilan dengan disertai komitmen yang tinggi.
Ketulusan ikatan jiwa, sikap yang yakin kepada adanya tujuan hidup yang lebih tinggi daripada
pengalaman hidup sehari-hari di dunia ini
Adanya pengawasan sosial.
Menegakkan nilai-nilai hubungan sosial yang luhur dan prinsip demokrasi ( musyawarah ).

Posisi dan Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam terjadi pada masa
Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu
pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam
menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu,
seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain. Oleh karena itu dalam
menghadapi perkembangan dan perubahan zaman pemberdayaan civil society perlu ditekankan, antara
lain melalui peranannya:

Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan dan pendidikan.

Sebagai advokasi bagi masyarakat yang “teraniaya”, tidak berdaya membela hak-hak dan kepentingan
mereka (masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok buruh yang digaji atau di PHK secara
sepihak dan lain-lain).

Sebagai kontrol terhadap negara.

Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan (pressure group).

Masyarakat madani pada dasarnya merupakan suatu ruang yang terletak antara negara di satu pihak
dan masyarakat di pihak lain. Dalam ruang lingkup tersebut terdapat sosialisasi warga masyarakat yang
bersifat sukarela dan terbangun dari sebuah jaringan hubungan di antara assosiasi tersebut, misalnya
berupa perjanjian, koperasi, kalangan bisnis, Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan bentuk organisasi-
organsasi lainnya.

a. Kualitas SDM Umat Islam

Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik
dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah
keunggulan ku

b. Posisi Umat Islam

SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang unggul. Karena itu dalam percaturan
global, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu
menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam lebih dari 85%, tetapi karena
kualitas SDM nya masih rendah, juga belum mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum
positif yang berlaku di negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum
dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, maju
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

Karakteristik masyarakat madani adalah Free public sphere, demokratisasi, toleransi, bertuhan, damai,
tolong menolong, keseimbangan antara hak dan kewajiban, berperadaban tinggi dan berakhlak mulia
serta supremasi hukum.

Cara mewujudkan masyarakat madani adalah; a) Membangkitkan semangat islam melalui pemikiran
islamisasi ilmu pengetahuan, islamisasi kelembagaan ekonomi melalui lembaga ekonomi dan perbankan
syariah dan lain-lain. b) Kesadaran untuk maju dan selalu bersikap konsisten terhadap moral atau akhlak
islami.c) Menegakkan hukum islam dan ditegakkannya keadilan dengan disertai komitmen yang tinggi.d)
Ketulusan ikatan jiwa, sikap yang yakin kepada adanya tujuan hidup yang lebih tinggi daripada
pengalaman hidup sehari-hari di dunia ini e)Adanya pengawasan sosial. f) Menegakkan nilai-nilai
hubungan sosial yang luhur dan prinsip demokrasi ( musyawarah ).

Posisi dan perat umat islam Indonesia dalam masyarakat madani adalah a)Pengembangan masyarakat
melalui upaya peningkatan pendapatan dan pendidikan. b)Sebagai advokasi bagi masyarakat yang
“teraniaya”, tidak berdaya membela hak-hak dan kepentingan mereka, c) Sebagai kontrol terhadap
negara. d) Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan (pressure group). e)
sosialisasi warga masyarakat yang bersifat sukarela dan terbangun dari sebuah jaringan hubungan di
antara assosiasi tersebut, misalnya berupa perjanjian, koperasi, kalangan bisnis, Rukun Warga, Rukun
Tetangga, dan bentuk organisasi-organsasi lainnya.

B. Saran
Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat mewujudkan masyarakat
madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya
manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya
Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan
bangsa ini secara perlahan.

DAFTAR PUSTAKA:

1. Aman, Saifuddin. 2000. Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: Al Mawardi Prima.

2. http://otoynfriends.blogspot.com/2012/05/masyarakat-madani-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai