Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“BUKTI AUDIT DAN TEST TRANSAKSI”

Dosen Pengampu :

Mata Kuliah :

Disusun Oleh :

Nama : Erico Huzaidika


Prodi : Ekonomi Syariah
Semester : IV (Empat)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


YAYASAN PEMBANGUNAN KALIANDA
JL. Lettu Rochani No. 1 Kedaton Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan
TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Bukti Audit dan Test Transaksi” ini tepat pada waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Kalianda, 13 Oktober 2020 


Penulis,

Erico Huzaidika

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Hakekat Bukti Audit............................................................................... 3
B. Keputusan Bahan Bukti Audit................................................................ 4
C. Keadaan Bukti Audit yang Menyimpulkan............................................. 5
D. Tujuan Bukti Audit................................................................................. 9
E. Jenis-jenis Bahan Baku Audit................................................................. 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................... 13
B. Saran.................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik
oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak
menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan
pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang
diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti
dokumenter) juga penting bagi auditor.
Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam
organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena
tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Dalam makalah ini
berbagai tipe bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor selama auditnya dan
berbagai faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengumpulan
bukti audit. Makalah ini diakhiri dengan pembahasan berbagai pengambilan
keputusan yang harus dilakukan oleh auditor dalam proses pengumpulan
bukti audit.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahannya, yaitu:
1. Apa hakekat bukti audit?
2. Bagaimana keputusan bahan bukti audit?
3. Bagaimana keandalan bahan bukti yang menyimpulkan?
4. Apa sajakah tujuan bukti audit?
5. Apa sajakah jenis-jenis bahan bukti audit?

1
C. Tujuan
Adapun penulis dalam pembuatan makalah tentang Bukti Audit ini, yaitu:
1. Mengetahui hakekat bukti audit?
2. Mengetahui keputusan bahan bukti audit?
3. Mengetahuikeandalan bahan bukti yang menyimpulkan?
4. Mengetahuitujuan bukti audit?
5. Mengetahuijenis-jenis bahan bukti audit?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Bukti Audit


Keputusan utama yang harus ditetapkan oleh auditor adalah menyangkut
banyaknya bukti pendukung yang memadai untuk dikumpulkan, agar auditor
merasa yakin bahwasannya unsur-unsur laporan keuangan dan semua laporan
lainnya dari klien dibuat sewajarnya. Pertimbangan ini penting karena
tingginya biaya pemeriksaan dan penilaian seluruh bukti yang tersedia.1
Sebagai dasar menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan,
auditor mengumpulkan bukti audit. Meskipun secara akuntansi menyediakan
bukti audit yang cukup untuk mendukung pendapat auditor, namun catatan
tersebut bukan merupakan satu-satunya bukti audit yang dikumpulkan oleh
auditor. Bahwasannya auditor juga mengumpulkan bukti audit dengan
melakukan pengmatan langsung terhadap penghitungan fisik sediaan,
mengjukan permintaan keterangan dan mendapatkan bukti dari berbagai
sumber dari luar perusahaan klien.2
Adapun pengertian dari bukti audit adalah segala informasi yang
mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan
keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk
menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan
terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating
information) yang tersedia bagi auditor.3

B. Keputusan Bahan Bukti Audit


1 Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu Pendekatan Terpadu, (Jakarta:
ERLANGGA, 1995), h. 180.
2 Mulyadi, Auditing, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 71.
3 Ibid., h. 74.

3
Keputusan auditor mengenai bukti pendukung audit dapat dipisahkan
menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut;4
1. Prosedur audit mana yang akan digunakan.
2. Jumlah sampel yang akan dipilih untuk suatu prosedur tertentu.
3. Item (transaksi) mana yang akan dipilih dari keseluruhan data/populasi.
4. Kapan prosedur-prosedur itu akan dilaksanakan.
Prosedur audit. Prosedur audit adalah petunjuk terinci mengenai
pengumpulan jenis bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada suatu saat
selama proses audit. Contoh, bukti seperti penghitungan fisik pesediaan,
perbandingan antara cek-cek yang telah diuangkan dengan pengeluaran kas,
ayat-ayat jurnal dan perincian dikumen pengiriman yang semuanya
dikumpulkan dengan menggunakan prosedur audit.Dalam merancang
prosedur audit, biasanya perlu perumusan dengan menggunakan istilah-istilah
yang cukup jelas agar prosedur tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk
dalam pelaksanaan audit.
Ukuran sampel.  Setelah prosedur audit dipilih, adalah mungkin bagi
auditor untuk mengubah ukuran sampel dari satu sampai seluruh bagian
populasi yang sedang diuji. Dalam prosedur audit, misalkan terdapat 6.000
cek yang tercatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor dapat memilih
ukuran sampel sebanyak 200 untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran
kas. Kemudian, auditor harus membuat keputusan tentang berapa banyak item
yang harus diuji untuk setiap prosedur audit. Adapun ukuran sampel untuk
suatu prosedur dapat berubah-ubah dari satu audit ke audit lainnya.
Item-item yang dipilih. Sesudah ukursn sampel ditentukan untuk suatu
prosedur audit tertentu, maka masih perlu diputuskan item-item tertentu yang
harus diperiksa. Misalnya, jika auditor memilih 200 cek yang dibatalkan dari
populasi 6.600 sebagai perbandingan dengan jurnal pengeluaran kas, berbagai
metode yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek-cek tertentu yang
akan diperiksa. Auditor dapat (1) memilih satu minggu dan memilih 200 cek
pertama; (2) memilih 200 cek dengan jumlah yang terbesar; (3) memilih cek-
cek secara acak; atau (4) memilih cek-cek yang menurut pendapat auditor

4 Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu..., h. 180.

4
mengandung kekeliruan. Atau menggunakan kombinas dari metode-metode
yang sudah dijelaskan di atas.
Pengaturan waktu (timing). Audit laporan keuangan biasanya meliputi
jangka waktu misalnya satu tahun, dan audit tersebut biasanya akan
diselesaikan sampai lewat beberapa minggu atau beberapa bulan setelah akhit
periode. Pengaturan waktu peosedur audit dapat berkisar dari awal periode
akuntan yang panjang sampai periode itu berakhir. Dalam mengaudit laporan
keuangan, biasanya klien menginginkan agar audit diselesaikan satu samapai
tiga bulan setelah akhir tahun.
Program audit.  Uraian terperinci mengenai hasil-hasil dari keempat
golongan keputusan dengan bukti audit tertentu disebut program audit.
Program audit selalu memuat daftar prosedut audit. Biasanya dinyatakan juga
ukuran sampel, item-item tertentu yang dipilih dan pengaturan waktu
pengujian. Lazimnya, terdapat bagian program audit untuk setiap komponen
audit. Oelh sebab itu, akan terdapat bagian program audit untuk piutang
usaha, untuk penjualan dan lainnya.

C. Keadaan Bukti Audit yang Menyimpulkan


Standar ketiga kerja lapangan mensyaratkan bahwa auditor harus
menumpulkan bukti yang kompeten untuk mendukung pendapat yang
dikeluarkan. Karena hakikatnya bukti audit dan pertimbangan biaya
pelaksanaan audit itu sendiri, yidak memungkinkan bagi auditor untuk yakin
seratus persen bahwa pendapat yang dikeluarkannya adalah benar. Namun,
seorang auditor harus memiliki pendirian bahwasannya pendapatnya adalah
benar tanpa ada keragu-raguan sedikit pun. Dengan menggabungkan seluruh
bukti audit secara keseluruhan, auditor dapat memutuskan untuk
mengeluarkan laporan audit juka sudah tidak ada lagi keraguan dipihaknya.5
Ada tiga faktor penentu dari bukti yang meyakinkan adalah kompetensi,
kecukupan dan ketepatan waktu. Perhatikan bahwa faktor yang disebutkan
terdahulu diambil langsung dari standar ketiga kerja lapangan.6
1. Kompetensi

5 Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu..., h. 182.


6 Ibid., h. 182-185.

5
Kompetensi merupakan tingkatan samapai di mana suatu bukti
dianggap kompeten sekali. Bukti tersebut akan banyak membantu auditor
dalam menyakinkan bahwasannya laporan keuangan disajikan dengan
wajar. Sebagai contoh, jika seorang auditor menghitung persediaan, maka
bukti yang ditemukannya akan lebih kompeten daripada jika memejemen
memberikan auditor angka-angkanya sendiri. Kebanyakan auditor
menggunakan istilah dapat dipercayakan bukti sebagai sinonim dari
kompetensi.
Kompetensi bukti hanya menyangkut prosedur-prosedur audit yang
dipilih. Kompetensi tidak dapat ditingkatkan dengan memilih sampel
yang lebih besar atau pemilihan item (transaksi) lain dari populasi.
Kompetensi hanya dapat ditingkatkan dengan memiliki prosedur audit
yang bermutu tinggi dari salah satu atau lebih dari keenam ciri-ciri bukti
yang kompeten, yaitu;
a. Relevansi
Bukti harus berhubungan atau relevan denga tujuan yang sedang
diuji oleh auditor sebelum dapat dianggap meyakinkan. Misalnya,
anggaplah auditor menduga bahwa seorang klien tidak menagih
pelanggan atas pengiriman barang (tujuan kelengkapan). Jika auditor
memilih sampel salinan fuktur penjualan dan menelusuri masing-
masing faktur ke dokumen pengiriman yang bersangkutan, maka bukti
yang diperoleh tidak akan relevan dengan tujuan kelngkapan.
Prosedur yang relevan seharusnya membandingkan sampel dikumen
pengiriman dengan salinan faktur penjualan yang bersangkutan untuk
menetapkan bahwa masing-masing pengiriman telah ditagih.

b. Independensi pemberi bukti


Bukti yang diperoleh dari sumber di luar perusahaan adalah lebih
dapat dipercaya daripada yang didapat dari perusahaan. Sebagai
contoh, bukti eksternal seperti yang diperoleh dari bank, pengacara,
atau pelanggan biasanya dapat lebih dipercaya daripada jawaban yang

6
diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan terhadap klien dan dari
dokumen yang bukan organisasi klien.

c. Keefektifan struktur pengendalian internal klien


Apabila struktur pengendalian internal klien efektif, bukti yang
didapat dari klien akan lebih dapat dipercaya daripada jika
pengendalian internalnya lemah. Sebagai contoh, jika pengendalian
internal terhadap penjualan dan penagihan efektif, auditor dapat
memperoleh bukti yang kompeten dari faktir penjualan dan
dikumentasi pengiriman daropada jika pengendaliannya tidak
memadai.

d. Penegtahuan langsung dari auditor


Bukti yang didapat secara langsung oleh auditor melalui
pemeriksaan fisik, observasi, penghitungan dan pengawasan adalah
lebih kompeten dari marjin kotor sebagai persentase penjualan dan
membandingkannya dengan periode-periode sebelumnya., bukti yang
ditemukannya akan lebih dapat dipercaya daripada jika auditor
percaya pada perhitungan yang dibuat oleh kontroler.

e. Kualifikasi orang-orang yang memberikan informasi


Meskipun sumber informasi adalah independen, bukti tidak akan
dapat dipercaya kecuali jika orang yang memberikannya benar-benar
mematuhi persyaratan untuk itu. Karena itu, konfirmasi pengacara dan
bank lebih dihargai daripada konfirmasi piutang usaha yang berasal
dari orang-orang yang tidak akan dapat dipercaya jika dia tidak
berpengalaman dalam dunia usaha. Selain itu juga, bukti yang
didapatkan langsung oleh auditor tidak akan dapat dipercaya jika
auditor tidak memenuhi persyaratan untuk mengevaluasi bukti itu.
Misalnya, pemeriksaan penyediaan berupa berlian oleh seorang
auditor yang tidak dididik untuk membedakan antara berlian dan kaca

7
biasa, maka tidak akan menghasilkan bukti yang dapat dipercaya
mengenai keberadaan berlian tersebut.

f. Tingkat obyektivitas
Bukti yang obyektif akan lebih dapat diandalkan daropada bukti
yang banyak membutuhkan pertimbangan untuk memutuskan apakah
bukti itu benar. Contoh bukti yang obyektif adalah konfirmasi
mengenai piutang usaha dan saldo bank, usaha untuk mencek apakah
jumlahnya sama dengansaldo dalam buku besar.

2. Kecukupan Bukti
Kuantitas bukti yang diperoleh akan menentukan apakah bukti itu
cukup. Karena itu, ukuran sampel yang dipilih oleh auditor adalah penting
dalam menentukan kecukupan bukti. Untuk prosedur audit tertentu, bukti
yang diperoleh dari sampel sebanyak dua ratus umumnya akan lebih
memadai daripada sampel sebanyak seratus.
Disamping ukuran sampel, transaksi (item) tertentu yang diuji akan
mempengaruhi kecukupan bukti. Sampel yang terdiri dari transaksi (item)
dengan jumlah rupiah yang besar, dengan kemungkinan kekeliruan yang
tinggi, dan item yang mewakili keseluruhan data biasanya dianggap
cukup. Dilain pihak, kebanyakan auditor menganggap bahwa sampel yang
hanya terdiri dari transaksi (item) dengan jumlah rupiaah terbanayk dari
populasi adalah tidak cukup.

3. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu dari bukti audit dapat menyangkut saat dicakup
oleh audit. Biasanya bukti audit untuk perkiraan neraca akan lebih
meyakinkan apabila bukti itu didapat sedekat mungkin dengan tanggal
neraca. Contohnya, penghitungan auditor atas surat-surat berharga yang
dapat dipasarkan pada tanggal neraca akan lebih meyakinkan daripada
penghitungan dua bulan sebelumnya. Kemudian, untuk perkiraan
perhitungan rugi-laba, bukti akan lebih menyakinkan jika ada sampel dari

8
seluruh periode yang dicakupaudit daripada hanya sebagian periode.
Misalnya, suatu sampel acak dari transaksi penjualan untuk keseluruhan
tahun akan lebih meyakinkan daripada sampel dari hanya enam bulan
pertama.

4. Hasil Gabungan
Masalah menyakinkan bukti hanya dapat dievaluasi setelah
mempertimbangkan gabungan dari kompetensi, kecukupan dan ketepatan
waktu. Sempel dari bukti yang sangat kompeten tidak meyakinkan kecuali
jika bukti itu juga tepat waktu. Demikian juga, sampel yang besar dari
bukti yang tidak dapat dipercaya adalah tidak meyakinkan.

5. Masalah Biaya dan Meyakinkan Bukti


Pengambilan keputusan mengenai bukti untuk audit tertentu, baik
biaya dan masalah meyakinkannya bukti harus dipertimbangkan. Jarang
terjadi bahwa hanya ada satu macam bukti untuk pengujian informasi.
Biaya dan meyakinkannya bukti dari semua alternatif yang ada harus
dipertimbangkan sebelum memilih jenis-jenis bukti yang terbaik. Tujuan
auditor adalah untuk mendapatkan bukti yang tepat waktu dan dapat
dipercaya dalam jumlah yang cukup, yang dapat diterapkan pada
informasi yang sedang diuji dan melaksanakannya dengan biaya total
yang serendah mungkin.

D. Tujuan Bukti Audit


Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk meyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia. Sebab, kewajaran laporan keuangan sangatlah ditentukan integritas
berbagai asersi manajmen yang terkandung dalam laporan keuangan, maka
hubungan antara asersi manajemen dengan tujuan umum audit dapat
digambarkan pada bagan dibawah ini;7

7 Mulyadi, Auditing..., h. 73-74.

9
Asersi Mnaajemen Tujuan Umum Audit
Keberadaaan atau keterjadian Aktiva dan kewajiban entitas ada
pada tanggal tertentu dan transaksi
pendapatan serta biaya terjadi
dalam periode tertentu.
Kelengkaoan Semua transaksi dan akun yang
seharusnya telah disajikan dalam
laporaan keuangan.
Hak dan kewajiban Aktiva adalah hak entitas dan utang
adalah kewajiban entitas pada
tanggal tertentu.
Penilaian dan alokasi Komponen aktiva, kewajiban,
pendapatan dan biaya telah
disajikan dalam laporan keuangan
pada jumlah yang semestinya.
Penyajian dan pengungkapan Komponen tertentu laporan
keuangan telah digolongkan,
digambarkan dan ditungkan secara
semestinya.

E. Jenis-jenis Bahan Baku Audit


Dalam memutuskan prosedur audit aman yang akan digunakan, ada tujuh
kategori umum bukti audit yang dapat dipilih oleh auditor. Kategori ini yang
disebut juga jenis, yaitu sebagai berikut; 8
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan atau perhitungan oleh
dihubungkan dengan persediaan dan kas, tetapi dapat juga ditetapkan
dalam verifikasi surat-surat berharga, wesel tagihan dan aktifa tetap
berwujud. Pemeriksaan fisik yang merupakan cara langsung untuk
menguji apakh aktiva memang benar-benar ada, biasanya dipandang
sebagai salah satu jenis bukti audit yang paling dapat dipercaya dan
berguna. Umumnya, pemeriksaan fisik merupakan cara obyektif untuk
mengecek kuantitas maupun keterangan ,engenai aktiva. Dalam beberapa

8 Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu..., h. 185-189.

10
kasus, pemeriksaan fisik juga merupakan metode yang bermanfaat untuk
mengevaluasi kondisi atau kualitas aktiva. Akan tetapi, pemeriksaan fisik
bukan merupakan bukti yang cukup untuk menguji bahwa aktiva yang
benar-benar dimiliki oleh kalien, dan dalam banyak kasus auditor tidak
mampu meniali faktor-faktor kualitatif, seperti masalah keusangan atau
keaslian. Penilaian yang wajar untuk tujuan laporan kuangan biasanya
juga tidak dapat ditetapkan dengan pemerikasan fisik.

2. Konfirmasi
Konfirmasi adalah penerimaan jawaban tertulis dari pihak ketiga
yang independen, yang menguji ketetapan informasi yang diminta auditor.
Karena konfirmasi datang dari sumber yang independen dan klien,
konfirmasi ini sayang dihargai dan merupakan jenis bukti yang seringkali
digunakan. Namun, konfirmasi akan menelan biaya dan dapat
menyulitkan/mengganggu bagi orang yang diminta untuk
memberikannya. Karena itu, konfirmasi tidak selalu digunakan dalam
setiap kesempatan meskipun dapat dilakukan.

3. Dokumentasi
Dokumentasi atau yang sering disebut vouching adalah
pemeriksaan auditor atas dokumen-dokumen dan catatan-catatan klien
untuk melengkapi/membuktikan informasi yang dicantumkan atau harus
dicantumkan dalam laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh
auditor adalah catatan yang digunakan klien untuk mengumpulkan
informasi dalam pengelolaan usahanya secara terorganisir. Karena setiap
transaksi dalam perusahaan, klien biasanya didukung oleh paling sedikit
satu dokumen dan akan ada banyak jenis bukti semacam ini yang tersedia.

4. Observasi
Observasi adalah penggunaan indera untuk menilai kegiatan-
kegiatan tertentu. Selama proses audit berjalan terdapat banyak
kesempatan untuk menggunakan penglihatan, pendengaran, perasaan dan
penciuman untuk menilai berbagai macam hal.

11
5. Pertanyaan Terhadap Klien
Pertanyaan adalah usaha untuk memperoleh informasi tertulis atau
lisan dari klien sebagai jawaban atas pertanyaan auditor. Meskipun
banyak bukti diperoleh dari klien melalui pertanyaan, namun bukti
tersebut biasanya tidak dapat dianggap meyakinkan karena sumbernya
tidak independen dan dapat besifat berat sebelah, yaitu menguntungkan
klien.

6. Ketepatan Mekanis
Pengujian ketepatan mekanis menyangkut penelitian kembali
terhadap sampel perhitungan dan pemindahan informasi yang dibuat oleh
klien selama periode yang diaudit. Penelitian mencakup prosedur seperti
pengalihan kembali faktur penjuaan dan penjualan, penjumlahan angka-
angka jurnal dan buku tambahan serta penegcekan kalkulasi beban
penyusutan dan beban yang dibayar di muka.

7. Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan berbagai perbandingan dan
hubungan untuk menentukan apakah saldo-saldo perkiraan tampak wajar.
Perhitungan auditor sendiri umumnya merupkan informasi yang dipakai
untuk prosedur analitis, prosedur analitis harus dilaksanakan pada tahap
awal audit untuk membantu memutuskan perkiraan-perkiraan mana yang
tidak membutuhkan verifikasi lanjut, di mana bukti lain dapat dikurangi
dan bidang audit mana yang harus diselidiki lebih teliti.

BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau
informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan

12
oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan
pendapatnya.Kemudian, Keputusan auditor mengenai bukti pendukung audit
dapat dipisahkan menjadi empat golongan, yaitu; (1) Prosedur audit mana
yang akan digunakan; (2) Jumlah sampel yang akan dipilih untuk suatu
prosedur tertentu; (3) Item (transaksi) mana yang akan dipilih dari
keseluruhan data/populasi; dan (4) Kapan prosedur-prosedur itu akan
dilaksanakan.
Ada tiga faktor penentu dari bukti yang meyakinkan adalah kompetensi,
kecukupan dan ketepatan waktu. Perhatikan bahwa faktor yang disebutkan
terdahulu diambil langsung dari standar ketiga kerja lapangan, yaitu hasil
gabungan serta masalah biaya dan meyakinkannya bukti.
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk meyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis meminta kritik dan saran bagi
pembaca terutama pada dosen mata Kuliah, karena di dalam penulisan
makalah ini penulis masih merasa banyak terdapat kekurangan dan
kekeliruan. Bak kata pepatah ‘tidak ada gading yang tidak retak’. Oleh karena
saran dan kritik sangat diperlukan untuk kemajuan penulis dalam menulis
makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alvin A. Arens, James K. Loebbecke.Auditing Suatu Pendekatan Terpadu.


Jakarta: ERLANGGA. 1995.
Mulyadi.Auditing. Jakarta: Salemba Empat. 2002.
Mulyadi. Auditing. Edisi ke-6 Jakarta: PT Salemba Empat, 2011

13
IBK. Bayangkara, S.E.,M.M, Manegement Audit AUDIT MANAJEMEN prosedur
Sdan implementasi, Jakarta: Salemba, Empat, 2008

14

Anda mungkin juga menyukai