Disusun Oleh:
1. Mega Bunga Krysnawati (17809134042)
Pada umumnya, kerangka pelaporan keuangan dengan tujuan umum, opini tersebut
menyatakan apakah laporan di sajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, atau
memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai kerangka pelaporan keuangan.
Suatu audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar audit dan persyaratan etika
yang relevan, memungkinkan auditor memberikan memberikan pendapat. Auditor
mengumpulkan bukti untuk memperoleh kesimpulan apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar atau
tidak mungkin mencapai kesimpulan karena bukti tidak mencukupi, maka auditor
bertanggung jawab untuk menyatakan hal tersebut kepada pengguna laporan keuangan dalam
laporan audit.
Slide 4
Tahapan yang di tempuh auditor dalam mengembangkan tujuan audit adalah sebagai
berikut :
jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk memungkinkan
penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik
yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan
3) Menyediakan hal hal di bawah ini bagi auditor:
a. Akses ke seluruh Informasi yang di sadari oleh manajemen
Jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
relevan dengan penyusunan laporan keuangan seperti catatan
akuntansi dan hal-hal lain
b. Informasi tambahan yang mungkin di minta oleh auditor
Yang diminta oleh auditor dari manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk tujuan audit.
c. Akses tidak terbatas ke orang orang dalam entitas
Yang dimaksud yaitu dalam entitas yang dipandang perlu oleh
auditor untuk memperoleh bukti audit.
Slide 6
TANGGUNG JAWAB AUDITOR
Standar auditing (SA 200 Para 11) menyatakan tujuan ke seluruh auditor sebagai berikut :
Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan , tujuan keseluruhan auditor adalah :
1. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.
Kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan
oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini tentang apakah
laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.
2. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya sebagaimana di
tentukan oleh SA berdasarkan temuan auditor.
Slide 7
Kesalahan Penyajian Material
Sebagai basis untuk opini auditor, SA mengharuskan auditor untuk memperoleh keyakinan
memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan
penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
Meskipun hal itu tidak mudah, untuk mengkuantifikasi ukuran materialitas, auditor
bertanggung jawab untuk mendapatkan keyakinan memadai bahwa persyaratan materialitas
ini telah terpenuhi. Konsep materialitas diterapkan oleh auditor dalam perencanaan dan
pelaksanaan audit, serta dalam pengevaluasian dampak kesalahan penyajian dalam audit dan
jika ada kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, yang teridentifikasi terhadap laporan
keuangan.
Keyakinan Memadai
Keyakinan memadai merupakan suatu tingkat keyakinan tinggi yang diperoleh ketika auditor
telah mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk menurunkan raiso audit ke suatu
tingkat rendah yang bisa diterima.
Risiko yang dimaksud bahwa auditor menyatakan suatu opini yang tidak tepat ketika laporan
keuangan mengandung kesalahan penyajian material. Keyakinan memadai bukan merupakan
suatu tingkat keyakinan absolut tetapi keyakinan ini menunjukkan bahwa auditor bukanlah
penjamin atau pemberi garansi tentang kebenaran laporan keuangan.
Auditor bertanggung jawab untuk keyakinan memadai, bukan keyakinan absolut dengan
alasan-alasan :
1. Kebanyakan audit diperoleh dari pengujian atas suatu sampel dadi suatu populasi, seperti
misalnya piutang usaha atau persediaan.
2. Akuntansi berisi estimasi yang kompleks, yang secara inheren mengandung ketidakpastian
dan bisa dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di masa datang.
3. Penyajian laporan keuangan yang mengandung kecurangan sangat sulit (atau bahkan
hampir tidak mungkin) untuk dideteksi.
Slide 8
Skeptisisme Professional
Standar auditing mensyaratkan agar suatu audit di rancang untuk mendapatkan keyakinan
memadai untuk mendeteksi kesalahan dan kecurangan material yang terdapat dalam laporan
keuangan.
Untuk mencapai hal tersebut, audit harus dirancang dan dilaksanakan dengan sikap
skeptisisme profesional dalam semua aspek pengauditan. Sedangkan yang dimaksud dengan
sikap skeptisisme profesional adalah suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang selalu
mempertanyakan atau waspada terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan
kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan dan penilaian
penting atas suatu bukti audit.
Walaupun auditor bersikap percaya bahwa organisasi yang telah di terima sebagai klien
memiliki integritas dan jujur, namun dengan selalu berpikiran mempertanyakan akan
membantu auditor dalam menghilangkan bias alami untuk percaya pada klien.
Sikap selalu mempertanyakan adalah pendekatan audit auditor dengan pandangan mental
"percaya tetapi tetap memeriksa" (trust but verify).
Slide 9
Pertimbangan Professional
Pertimbangan profesional merupakan hal penting untuk melakukan audit secara tepat.
Slide 10
Standar auditing membedakan dua tipe salah saji, yaitu kesalahan dan kecurangan.
Kedua tipe salah saji ini bisa material dan imaterial. Kesalahan merupakan salah saji dalam
laporan keuangan yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan adalah bentuk salah saji yang
disengaja.
Contoh kesalahan misalnya, salah dalam melakukan perkalian antara jumlah unit dengan
harga per unit dalam membuat faktur penjualan, salah dalam menerapkan metode harga wajar
persediaan untuk persediaan yang telah lama tidak laku.
Kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih
dalam manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, karyawan atau pihak
ketiga yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh suatu keuntungan
secara tidak adil atau melanggar hukum.
Kecurangan dibedakan menjadi 2 :
1. Penyalahgunaan aset
2. Pelaporan keuangan yang menggandung kecurangan.
Contohnya kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah secara sengaja membuat lebih
saji penjualan menjelang tanggal neraca untuk meningkatkan laba bersih dalam laporan
keuangan.
Slide 11
Karakteristik Kecurangan
Slide 12
Slide 13
Merupakan tanggung jawab manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, untuk memastikan bahwa operasi entitas dijalankan dengan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tanggungjawab Auditor
Karena keterbatasan bawaan yang melekat dalam audit, terdapat risiko yang tidak dapat
dihindari bahwa beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan mungkin tidak
dapat terdeteksi walaupun audit telah direncanakan secara tepat dan dilaksanakan berdasarkan
SA.
Dampak kesalahan penyajian material adalah lebih besar, yang disebabkan beberapa alasan
berikut:
Ada banyak peraturan perundang-undangan, yang secara prinsip berhubungan dengan
aspek operasi sebuah entitas.
Ketidakpatuhan dapat melibatkan perilaku yang secara sengaja dirancang untuk
menyembunyikan ketidakpatuhan tersebut.
Keputusan apakah suatu tindakan merupakan ketidakpatuhan pada akhirnya
merupakan sebuah hal yang harus diputuskan secara hukum oleh pengadilan.
Slide 14
Kecuali jika semua pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola ikut terlibat dalam
manajemen entitias, dan oleh karena itu mereka menyadari permasalahan yang terkait dengan
ketidakpatuhan yang terjadi atau diduga terjadi yang sudah dikomunikasikan oleh auditor,
maka auditor harus mengkomunikasikan kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola permasalahan yang berkaitan dengan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang ditemukan auditor selama pelaksanaan audit, kecuali permasalahan tersebut
secara jelas tidak penting.
Jika auditor dihalangi oleh manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola untuk
memperoleh bukti audit cukup dan tepat untuk mengevaluasi apakah ketidakpatuhan yang
mungkin berdampak material terhadap laporan keuangan telah atau kemungkinan telah terjadi,
maka auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atas pernyataan tidak
memberikan opini atas laporan keuangan karena adanya pembatasan ruang lingkup audit.
Slide 15
Audit atas laporan keuangan biasanya dilakukan dengan cara “memcah” laporan
keuangan menjadi segmen-segmen atau komponen yang lebih kecil. Dengan pemecahan
seperti ini audit menjadi lebih mudah dilaksanakan, dan mempermudah pembagaian tugas
diatara para anggota tim audit. Tim segemen diaudit secara terpisah, tetapi bukan berarti
masing-masing segmen berdiri sendiri. Setelah semua segmen selesai diaudit, termasuk audit
hubungan antar segmen dengan segmen lainnya, maka hasilnya digabungkan. Selanjutnya
ditarik kesimpulan tentang laporan keuangan sebagai keseluruhan.
Terdapat beberapa cara untuk melakukan segmentasi audit. Salah satu cara adalah
dengan memperlakukan setiap akun dalam laporan keuangan sebagai satu segmen tersendiri.
Segmentasi dengan cara semacam itu sudah dianggap kuno dan dipandang tidak efisien.
Dengan cara ini, akun yang berkaitan sangat erat seperti persediaan dan harga pokok
penjualan akan diaudit secara terpisah.
Slide 16
Pendekatan siklus merupakan cara yang lazim untuk memecah suatu audit adalah
dengan menempatkan jenis transaksi dan saldo akun yang berkaitan erat dalam segmen yang
sama.
Sebagai contoh, penjualan, retur penjualan, penerimaan kas, dan penghapusan piutang tak
tertagih adalah empat golongan transaksi yang menyebabkan akun piutang usaha bertambah
atau berkurang.
Oleh karena itu empat transaksi tersebut ditempatkan dalam siklus penjulan dan pendapatan.
Demikian pula, transaksi penggajian dan utang gaji merupakan bagian dari siklus penggajian
dan personalia.
Slide 17
Salah satu siklus yang ditetapkan auditor dalam pengauditan laporan keuangan :
Siklus transaksi merupakan hal yang sangat penting dalam mengorganisasi suatu
audit. Dalam banyak hal, auditor memperlakukan setiap siklus terpisah selama audit
berlangsung. Mengkipun auditor harus memperhatikan siklus-siklus, namun biasanya auditor
memperlakukan setiap siklus secara independen sejauh dimungkinkan agar audit berjalan
efektif.
Slide 19
PENETAPAN TUJUAN AUDIT
Slide 20
Slide 21
Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan pneyajian material pada:
a) Tingkat laporankeuangan
b) Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, untuk
menyediakan suatu basis bagi oerancangan, dan pelaksanaan prosedur audit
lanjutan
Slide 22
Asersi – asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat manajemen secara eksplisit /
implisit tentang golongan transaksi dan saldo akun yang bersangkutan secara pengungkapan
dalam laporan keuangan. Sebagian besar pernyataan manajemen tersebut bersifat implisit.
Asersi – asersi (pernyataan) serupa ada untuk setiap pos aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan,
dan beban dalam laporan keuangan. Asersi – asersi tersebut diterapkan pada golongan
transaksi, saldo akun, serta penyajian dan pengungkapan.
Asersi manajemen berkaitan langsung dengan kerangka pelaporan keuangan yang digunakan
perusahaan (Standar Akuntansi Keuangan Indonesia / IFRS), karena hal itu merupakan bagian
dari kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasi
akuntansi dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pengauditan, auditor
perlu memahami asersi – asersi manajemen yang secara implisit maupun eksplisit melekat pada
laporan keuangan.
Slide 23
1. Asersi – asersi tentang golongan transaksi dan kejadian untuk periode yang
diaudit
2. Asersi – asersi tentang saldo akun pada akhir periode
3. Asersi – asersi tentang penyajian dan pengungkapan
Slide 24
Keterjadian
Asersi keterjadian berhubungan dengan apakah transaksi yang telah dibukukan dan
dicantumkan dalam laporan keuangan sungguh – sungguh terjadi pada periode akuntansi
yangbersangkutan.
Kelengkapan
Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh transaksi yang seharusnya dicantumkan dalam
laporan keuangan benar – benar telah dibukukan.
Asersi kelengkapan mengarah pada kejadian – kejadian yang berlawanan dengan asersi
kejadian. Asersi kelengkapan berhubungan dengan kemungkinan penghilangan transaksi yang
seharusnya dicatat, sedangkan asersi kejadian berhubungan dengan kemungkinan
dimasukkannya transaksi yang tidak seharusnya dicatat.
Slide 25
Keakurasian
Asersi keakurasian berhubungan dengan apakah transkasi – transaksi telah dibukukan dengan
jumlah yang benar.
Penggolongan
Asersi klasifikasi berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan dalam akun yang
tepat.
Contoh :
Pelanggaran atas asersi klasifikasi. Pencatatan transaksi pembayarn gaji pegawai
bagian administrasi yang dibukukan sebagai harga pokok penjulan.
Slide 26
Pisah Batas
Asersi pisah batas berhubungan dengan apakah transaksi – transaksi dibukukan pada periode
akuntansi yang tepat.
Contoh :
Pelanggaran atas asersi pisah batas. Pencatatan transaksi penjualan di bulan Desember
padahal barang baru dikirim pada bulan Januari
Slide 27
Asersi keberadaan berhubungan dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas yang dicantumkan
dalam neraca benar – benar ada pada tanggal neraca.
Contoh :
Manajemen menyatakan bahwa persediaan barang dagangan yang dicantumkan dalam neraca
benar-benar ada dan tersedia untuk dijual pada tanggal neraca.
Kelengkapan
Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh akun dan seluruh jumlah yang seharusnya
dicantumkan dalam laporan keuangan sungguh – sungguh telah tercantum.
Asersi kelengkapan mengarah pada kejadian – kejadian yang berlawanan dengan asersi
keberadaan. Asersi kelengkapan berhubungan dengan kemungkinan penghilangan sesuatu
dari laporan keuangan yang seharusnya dimasukkan, sedangkan asersi keberadaan
berhubungan dengan kemungkinan dimasukkannya suatu jumlah yang seharusnya tidak
dimasukkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelanggaran atas asersi keberadaan berkaitan
dengan lebih saji akun, sedangkan pelanggaran atas asersi kelengkapan berkaitan dengan
kurang saji akun.
Slide 28
Asersi penilaian dan pengalokasian berhubungan dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas
telah dimasukkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang tepat, termasuk semua
penyesuaian penilaian agar jumlah aset mencerminkan nilai bersih direalisasi.
Contoh :
Manajemen menyatakan bahwa properti dicatat sebesar biaya historis dan biaya tersebut
secara sistematis dialokasikan ke periode-periode akuntansi yang sesuai melalui depresiasi.
Contoh :
Manajemen menyatakan bahwa aset adalah milik perusahaan atau bahwa jumlah kapitalisasi
untuk lease di neraca mencerminkan biaya perolehan dari hak perusahaan atas lease properti
dan bahwa kewajiban lease yang berkaitan mencerminkan kewajiban entitas.
Slide 29
Kelengkapan
Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh pengungkapan yang disyaratkan telah
dicantumkan dalam laporan keuangan.
Auditor harus mempertimbangkan relevansi setiap asersi untuk setiap golongan transaksi,
saldo akun, dan penyajian dan pengungkapan yang signifikan. Asersi relevan memiliki
makna karena berpengaruh pada apakah suatu akun ditetapkan secara wajar dan digunakan
dalam menetapkan risiko salah saji material dan dalam merancang serta melaksanakan
prosedur audit.
Slide 30
Tujuan audit atas golongan transaksi yang ditetapkan auditor, mengikuti dan
berhubungan erat dengan manajemen untuk golongan-golongan transaksi. Ada perbedaan
antara tujuan umum audit golongan transaksi dan tujuan spesifik audit transaksi untuk tiap -
tiap golongan transaksi.
Slide 31
Tujuan audit keterjadian dan tujuan audit kelengkapan mempunyai sasaran yang
berkebalikan. Keterjadian berkaitan dengan potendi terjadinya lebih saji, sedangkan
kelengkapan berkaitan dengan terjadinya kurang saji.
Penggolongan – Transaksi yang dicatat dalam jurnal klien telah digolongkan dengan tepat
Tujuan ini berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan dalam akun yang tepat.
Contoh; kesalahan dalam penggolongan, misalnya transaksi penjualan tunai dicatat sebagai
penjualan kredit
Slide 33
Paling sedikit ada satu tujuan spesifik audit transaksi dapat dimasukkan untuk seriap tujuan
umum audit transaksi, kecuali bila auditor yakin bahwa tujuan audit umum transaksi tidak
relevan atau tidak penting dalam hal yang dihadapi.
Slide 34
Tujuan audit saldo akun serupa dengan tujuan audit golongan transaksi. Tujuan audit
ini juga mengikuti asersi-asersi manajemen dan memberi kerangka kerja untuk membantu
auditor dalam mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk saldo-saldo akun yang
bersangkutan.
Ada dua perbedaan antara tujuan audit untuk saldo akun dengan tujuan audit untuk
golongan transaksi.
1. tujuan audit untuk saldo akun diterapkan untuk saldo-saldo akun tertentu.
2. tujuan audit untuk saldo akun terdiri dari delapan tujuan, sedangkan tujuan audit
golongan transaksi hanya enam tujuan.
Slide 35
Keberadaan
Tujuan ini berhubungan dengan apakah semua jumlah yang seharusnya dimasukkan telah
diikutsertakan dengan jumlah yang benar
Keakurasian
Tujuan ini berkaitan dengan apakah jumlah yang dicantumkan telah dinyatakan dengan
jumlah yang benar
Penggolongan
Tujuan ini menyangkut penentuan apakah hal-hal yang dimasukkan dalam daftar oleh klien
telah dimasukkan dalam akun yang benar dalam buku besar
Slide 36
Pisah Batas
Dalam melakukan pengujian tentang pisah batas saldo-saldo akun, tujuan auditor adalah
menentukan apakah transaksi telah dibukukan dan dimasukkan ke dalam saldo akun pada
periode yang tepat
Kecocokan
Tujuan kecocokan berkaitan dengan apakah daftar saldo yang rinci didukung oleh catatan
rinci telah dibuat dengan tepat dan teliti, dijumlah dengan benar, serta cocok dengan saldo di
buku besar
Paling sedikit, satu tujuan spesifik audit saldo akun harus dimasukkan untuk setiap
tujuan umum audit saldo akun, kecuali bila auditor yakin bahwa tujuan audit saldo akun tidak
relevan atau tidak penting untuk saldo akun tertentu.
Perlu diperhatikan bahwa berbeda dengan asersi-asersi yang lain, asersi penilaian
dan pengalokasian memiliki berbagai tujuan karena kompleksitas masalah penilaian dan
memerlukan pedoman tambahan untuk pengujian penilaian.
Slide 38
Konsep-konsep yang diterapkan pada tujuan audit saldo akun diterapkan pula untuk
tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan.
Tabel 4-4 Asersi-Asersi Manajemen Dan Tujuan Audit Saldo Akun Untuk Persediaan
Penggolongan Persediaan
dikelompokkan
menjadi bahan baku,
bahan dalam proses,
dan barang jadi.
Persediaan tidak
dijadikan jaminan atas
pinjaman.
Tabel 4-5 Asersi Manajemen Dan Tujuan Audit Atas Penyajian Dan Pengungkapan
Utang Wesel
Slide 39
BAGAIMANA MEMENUHI TUJUAN AUDIT
Auditor harus mendapat bukti kompeten yang cukup untuk mendukung semua
asersi manajemen dalam laporan keuangan dengan mengumpulkan bukti dalam
mendukung perpaduan sejumlah tujuan audit transaksi dan tujuan audit atas
saldo akun.
Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus
dikumpulkan untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut untuk setiap audit.
Auditor harus mengikuti suatu proses audit yaitu metoda yang dirancang dengan
cermat untuk mengorganisasi suatu audit untuk memastikan diperolehnya bukti
bukti kompeten yang cukup dan tercapainya semua tujuan audit yang diperlukan.
Gambar 4-6 Empat Tahapan Dalam Audit Laporan Keuangan
Slide 40
Dua hal penting yang harus selalu dipertimbangkan auditor dalam setiap audit adalah
memilih:
1. Bukti yang cukup dan tepat harus dikumpulkan untuk memenuhi tanggungjawab
profesionalauditor.
2. Biaya pengumpulan bukti harus seminima lmungkin.
Hal pertama adalah yang terpenting, tetapi meminimumkan biaya juga perlu
dilakukan apabila KAP ingin bersaing dan memperoleh laba. Persoalan pengumpulan bukti
yang cukup dan tepat serta pengendalian biaya audit adalah dua hal penting dalam membuat
perencanaan suatu penugasan. Perencanaan harus menghasilkan suatu pendekatan audit yang
efektif pada tingkat biaya yang masuk akal.
Auditor harus memiliki pemahaman yang cukup tentang bisnis klien dan lingkungan
yang bersangkutan termasuk pengetahuan tentang strategi dan proses. Auditor harus
mempelajari strategi bisnis klien, melaksanakan prosedur view analitis dan membuat
perbandingan dengan kompetitor. Auditor juga harus memahami persyaratan akuntansi yang
unik untuk bidang usaha klien.
- Memahami Pengendalian Internal Dan Menetapkan Risiko Pengendalian
Risiko salah saji dapat terkurangi apabila klien memiliki pengendalian yang efektif
atas operasi dan pengolahan transaksi. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal
dan mengevaluasi efektivitasnya, suatu proses yang disebut menetapkan risiko pengendalian.
Apabila pengendalian dinilai efektif, risiko pengendalian bisa diturunkan dan jumlah bukti
audit yang harus dikumpulkan dapat dikurangi secara dibandingkan dengan bilamana
pengendalian internal tidak memadai.
Auditor menggunakan pemahaman tentang bidang usaha dan strategi bisnis klien,
serta efektifitas pengendalian untuk menetapkan risiko kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan.
Slide 41
Slide 42
Terdapat dua kategori umum dalam prosedur tahap III. Prosedur analitis
menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menetapkan apakah saldo-saldo akun dan
data lainnya nampak masuk akal. Pengujian rinci saldo adalah prosedur spesifik yang
dimaksudkan untuk menguji slaah saji material dalam saldo-saldo yang tercantum dalam
laporankeuangan.
Setelah auditor menyelesaikan semua prosedur untuk setiap tujuan audit dan untuk
setiap akun laporan keuangan beserta pengungkapan yang bersangkutan.