Anda di halaman 1dari 28

Rangkuman Audit Tujuan Pengauditan dan Tanggungjawab Auditor

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengauditan

Dosen Pengampu Ibu Dhyah Setyorini, M.Si., Ak., CA

Disusun Oleh:
1. Mega Bunga Krysnawati (17809134042)

2. Fadilah Aditiya Saputra (17809134053)

3. Brigelia Qintari J D (17809134058)

4. Wiji Bekti Utami (17809134063)

5. Dimas Hakim Sutrisno (17809134064)

6. Nurul Arum Dhani (17809134069)

7. Vidsta Al Mucharomah (17809134071)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI D3


JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018/2019
Slide 3

TUJUAN PENGAUDITAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Standar Audit 200 (Paragraf 3) berbunyi :


Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan keyakinan pengguna laporan keuangan yang di
tuju. Hal itu dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah laporan
keuangan di susun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.

Pada umumnya, kerangka pelaporan keuangan dengan tujuan umum, opini tersebut
menyatakan apakah laporan di sajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, atau
memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai kerangka pelaporan keuangan.

Suatu audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar audit dan persyaratan etika
yang relevan, memungkinkan auditor memberikan memberikan pendapat. Auditor
mengumpulkan bukti untuk memperoleh kesimpulan apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar atau
tidak mungkin mencapai kesimpulan karena bukti tidak mencukupi, maka auditor
bertanggung jawab untuk menyatakan hal tersebut kepada pengguna laporan keuangan dalam
laporan audit.

Slide 4
Tahapan yang di tempuh auditor dalam mengembangkan tujuan audit adalah sebagai
berikut :

1. Memahami tujuan dan tanggung jawab suatuaudit


2. Membagi laporan keuangan menjadi siklussiklus
3. Memahami asersi asersi manajemen tentang laporankeuangan
4. Memahami tujuan umum audit
5. Memahami tujuan khusus audit
Slide 5

TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN

Tanggung jawab Manajemen merupakan tanggung jawab untuk mengadopsi


kebijakan akuntansi yang tepat, menerapkan pengendalian internal yang memadai, dan
membuat penyajian yang wajar dalam laporan keuangan.

Karena manajemen perusahaan mengoperasikan bisnis sehari-hari, mereka


mengetahui lebih banyak tentang transaksi perusahaan, serta aset, kewajiban, dan ekuitas
terkait.

Berdasarkan SA 200 (para A2) menyatakan bahwa :


Suatu audit berdasarkan SA di laksanakan dengan premis bahwa manajemen dan,
jika relevan, pihakyang bertanggung jawab atas tata kelola, mengakui dna memahami bahwa
mereka memiliki tanggung jawab

1) Menyusun laporan keuangan


yang sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, termasuk jika relevan,
penyajian wajar laporan keuangan

2) Menetapkan dan menjalankan pengendalian internal yang di pandang perlu oleh


manajemen

jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk memungkinkan
penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik
yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan
3) Menyediakan hal hal di bawah ini bagi auditor:
a. Akses ke seluruh Informasi yang di sadari oleh manajemen
Jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
relevan dengan penyusunan laporan keuangan seperti catatan
akuntansi dan hal-hal lain
b. Informasi tambahan yang mungkin di minta oleh auditor
Yang diminta oleh auditor dari manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk tujuan audit.
c. Akses tidak terbatas ke orang orang dalam entitas
Yang dimaksud yaitu dalam entitas yang dipandang perlu oleh
auditor untuk memperoleh bukti audit.

Slide 6
TANGGUNG JAWAB AUDITOR

Standar auditing (SA 200 Para 11) menyatakan tujuan ke seluruh auditor sebagai berikut :
Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan , tujuan keseluruhan auditor adalah :
1. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.
Kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan
oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini tentang apakah
laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.
2. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya sebagaimana di
tentukan oleh SA berdasarkan temuan auditor.

Slide 7
Kesalahan Penyajian Material

Sebagai basis untuk opini auditor, SA mengharuskan auditor untuk memperoleh keyakinan
memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan
penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.

Meskipun hal itu tidak mudah, untuk mengkuantifikasi ukuran materialitas, auditor
bertanggung jawab untuk mendapatkan keyakinan memadai bahwa persyaratan materialitas
ini telah terpenuhi. Konsep materialitas diterapkan oleh auditor dalam perencanaan dan
pelaksanaan audit, serta dalam pengevaluasian dampak kesalahan penyajian dalam audit dan
jika ada kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, yang teridentifikasi terhadap laporan
keuangan.

Keyakinan Memadai

Keyakinan memadai merupakan suatu tingkat keyakinan tinggi yang diperoleh ketika auditor
telah mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk menurunkan raiso audit ke suatu
tingkat rendah yang bisa diterima.

Risiko yang dimaksud bahwa auditor menyatakan suatu opini yang tidak tepat ketika laporan
keuangan mengandung kesalahan penyajian material. Keyakinan memadai bukan merupakan
suatu tingkat keyakinan absolut tetapi keyakinan ini menunjukkan bahwa auditor bukanlah
penjamin atau pemberi garansi tentang kebenaran laporan keuangan.

Auditor bertanggung jawab untuk keyakinan memadai, bukan keyakinan absolut dengan
alasan-alasan :
1. Kebanyakan audit diperoleh dari pengujian atas suatu sampel dadi suatu populasi, seperti
misalnya piutang usaha atau persediaan.
2. Akuntansi berisi estimasi yang kompleks, yang secara inheren mengandung ketidakpastian
dan bisa dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di masa datang.
3. Penyajian laporan keuangan yang mengandung kecurangan sangat sulit (atau bahkan
hampir tidak mungkin) untuk dideteksi.

Slide 8

Skeptisisme Professional
Standar auditing mensyaratkan agar suatu audit di rancang untuk mendapatkan keyakinan
memadai untuk mendeteksi kesalahan dan kecurangan material yang terdapat dalam laporan
keuangan.

Untuk mencapai hal tersebut, audit harus dirancang dan dilaksanakan dengan sikap
skeptisisme profesional dalam semua aspek pengauditan. Sedangkan yang dimaksud dengan
sikap skeptisisme profesional adalah suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang selalu
mempertanyakan atau waspada terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan
kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan dan penilaian
penting atas suatu bukti audit.

Aspek Skeptitisme Professional

Skeptitisme professional terdiri dari dua komponen utama, yaitu :

1. Suatu pikiran yang selalu mempertanyakan


2. Sikap waspada atau kritis dalam menilai bukti audit

Walaupun auditor bersikap percaya bahwa organisasi yang telah di terima sebagai klien
memiliki integritas dan jujur, namun dengan selalu berpikiran mempertanyakan akan
membantu auditor dalam menghilangkan bias alami untuk percaya pada klien.

Sikap selalu mempertanyakan adalah pendekatan audit auditor dengan pandangan mental
"percaya tetapi tetap memeriksa" (trust but verify).

Slide 9

Pertimbangan Professional

Paragraf 16 SA200 menetapkan sebagai berikut :


Auditor harus menggunakan pertimbangan professional dalam merencanakan
dan melaksanakan audit atas laporan keuangan.

Pertimbangan profesional merupakan hal penting untuk melakukan audit secara tepat.

Pertimbangan profesional menjadi hal penting karena interpretasi ketentuan


etika dan SA yang relevan, serta keputusan yang telah diinformasikan yang
diharuskan selama audit tidak dapat dibuat tanpa penerapan pengetahuan dan
pengalaman yang relevan pada fakta dan kondisi terkait.

Pertimbangan profesional diperlukan dalam membuat keputusan tentang :


1) Materialitas dan risiko audit
2) Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang digunakan untuk memenuhi keperluan
SA dan mengumpulkan bukti audit
3) Pengevaluasian tentang apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah
diperoleh, dan juga apakah pengevaluasian lebih lanjut dibutuhkan untuk
mencapai tujuan SA serta tujuan keseluruhan auditor
4) Pengevaluasian tentang pertimbangan manajemen dalam menerapkan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku bagi entitas
5) Penarikan kesimpulan berdasarkan bukti yang diperoleh
seperti contoh; penilaian atas kewajaran estimasi yang dibuat oleh
manajemen dalam menyusun laporan keuangan

Karakteristik pertimbangan profesional yang diharapkan dari seorang auditor adalah


pertimbangan yang dibuat oleh seorang auditor yang pelatihan, pengetahuan, dan
pengalamannya telah membantu pengembangan kompetensi yang diperlukan untuk
mencapai pertimbangan-pertimbangan wajar yang dibuatnya.

Slide 10

TANGGUNG JAWAB AUDITOR UNTUK MENEMUKAN KESALAHAN DAN


KECURANGAN MATERIAL

Standar auditing membedakan dua tipe salah saji, yaitu kesalahan dan kecurangan.
Kedua tipe salah saji ini bisa material dan imaterial. Kesalahan merupakan salah saji dalam
laporan keuangan yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan adalah bentuk salah saji yang
disengaja.

Contoh kesalahan misalnya, salah dalam melakukan perkalian antara jumlah unit dengan
harga per unit dalam membuat faktur penjualan, salah dalam menerapkan metode harga wajar
persediaan untuk persediaan yang telah lama tidak laku.

Kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih
dalam manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, karyawan atau pihak
ketiga yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh suatu keuntungan
secara tidak adil atau melanggar hukum.
Kecurangan dibedakan menjadi 2 :
1. Penyalahgunaan aset
2. Pelaporan keuangan yang menggandung kecurangan.

Contohnya kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah secara sengaja membuat lebih
saji penjualan menjelang tanggal neraca untuk meningkatkan laba bersih dalam laporan
keuangan.

Auditor menghabiskan sebagian besar waktu dalam perencanaan dan


pelaksanaan auditnya untuk menemukan kekeliruan tak disengaja yang
dilakukan Oleh pihak manajemen dan karyawan. Auditor menemukan bebagai
jenis kesalahan yang di sebabkan oleh kekeliruan dalam melakukan
perhitungan, pengilangan, kesalahpengertiaan dan kesalahan dalam penerapan
standar akuntansi dan pembuatan ringkasan dan penjelasan yang keliru.
Standar auditing tidak membedakan antara tanggungjawab auditor untuk
mencari kesahalan dan kecurangan, baik untuk kesalahan maupun kecurangan .
Auditor harus mendapat keyakinan memadai tentang segala laporangan
keuangan bebas dari kesalahan penyajian material maupun imaterial.

Slide 11

Karakteristik Kecurangan

Kecurangan terjadi karena :


1. Dorongan (insentif) atau tekanan untuk melakukan pelaporan keuangan yang
mengandung kecurangan.
Hal tersebut dapat timbul ketika manajemen berada dalam tekanan, baik dari
pihak luar maupun di dalam entitas untuk mencapai suatu harapan target laba
atau hasil keuangan, terutama jika konsekuensi bagi manajemen yang gagal
dalam mencapai target keuangan mungkin signifikan.

2. Peluang untuk melakukan kecurangan


Peluang tersebut mungkin ada jika individu percaya bahwa pengendalian internal dapat
diabaikannya
3. Pembenaran atas tindakan tersebut

Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan mencakup kesalahan penyajian


yang disengaja termasuk penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan
keuangan untuk dapat memengaruhi persepsi para pengguna laporan keuangan. Pelaporan
keuangan yang mengandung kecurangan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi
 Pernyataan salah, atau penghilangan secara sengaja atas peristiwa,transaksi atau
indormasi signifikan lain dalam laporan keuangan.
 Penerapan salah yang disengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, penyajian atau pengungkapan.

Slide 12

TANGGUNGJAWAB AUDITOR TENTANG PERTIMBANGAN ATAS


PERUNDANG-UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORANKEUANGAN

Ketentuan dalam beberapa perundang undangan ada yang berdampak langsung


terhadap laporan keuangan yang menentukan jumlah dan pengungkapan yang dilaporkan
dalam laporan keuangan suatu entitas. Beberapa entitas beroperasi dalam industri yang diatur
secara (seperti bank dan perusahaan kimia) sementara entitas lain hanya diatur oleh peraturan
perundang undangan yang terkait dengan aspek umum operasi bisnis.

Slide 13

Tanggungjawab untuk Mematuhi Peraturan Perundang-undangan

Merupakan tanggung jawab manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, untuk memastikan bahwa operasi entitas dijalankan dengan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tanggungjawab Auditor

Karena keterbatasan bawaan yang melekat dalam audit, terdapat risiko yang tidak dapat
dihindari bahwa beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan mungkin tidak
dapat terdeteksi walaupun audit telah direncanakan secara tepat dan dilaksanakan berdasarkan
SA.

Dampak kesalahan penyajian material adalah lebih besar, yang disebabkan beberapa alasan
berikut:
 Ada banyak peraturan perundang-undangan, yang secara prinsip berhubungan dengan
aspek operasi sebuah entitas.
 Ketidakpatuhan dapat melibatkan perilaku yang secara sengaja dirancang untuk
menyembunyikan ketidakpatuhan tersebut.
 Keputusan apakah suatu tindakan merupakan ketidakpatuhan pada akhirnya
merupakan sebuah hal yang harus diputuskan secara hukum oleh pengadilan.

Seperti dalam SA 25 (para. 6) yang membedakan tanggung jawab auditor dalam


kaitannya dengan kepatuhan terhadap dua kategori peraturan perundang-undangan yang
berada dibawah ini:
a. Ketentuan perundangan-undangan secara umum berdampak langsung dalam
menentukan jumlah dan pengungkapan material dalam laporan keuangan, seperti
perundang- undangan pajak dan pensiun
b. Peraturan perundang undangan lain yang tidak mempunyai dampak langsung terhadap
penentuan jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

Slide 14

Prosedur Audit pada Saat Ketidakpatuhan Terindentifikasi atau Diduga Terjadi

Jika auditor mengetahui informasi mengenai suatu kejadian ketidakpatuhan atau


dugaan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, auditor harus memperoleh :

 Pemahaman atas sifat ketidakpatuhan dan kondisi terjadinya ketidakpatuhan; dan


 Evaluasi lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak yang mungkin terjadi terhadap
laporankeuangan.

Auditor harus melakukan evaluasi atas implikasi ketidakpatuhan terhadap aspek-


aspek lain dalam audit, termasuk penilaian resiko yang dilakukan auditor dan keandalan
representasi tertulis.

Pelaporan atas Ketidakpatuhan yang Diidentifikasi atau Diduga Terjadi

Kecuali jika semua pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola ikut terlibat dalam
manajemen entitias, dan oleh karena itu mereka menyadari permasalahan yang terkait dengan
ketidakpatuhan yang terjadi atau diduga terjadi yang sudah dikomunikasikan oleh auditor,
maka auditor harus mengkomunikasikan kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola permasalahan yang berkaitan dengan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang ditemukan auditor selama pelaksanaan audit, kecuali permasalahan tersebut
secara jelas tidak penting.
Jika auditor dihalangi oleh manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola untuk
memperoleh bukti audit cukup dan tepat untuk mengevaluasi apakah ketidakpatuhan yang
mungkin berdampak material terhadap laporan keuangan telah atau kemungkinan telah terjadi,
maka auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atas pernyataan tidak
memberikan opini atas laporan keuangan karena adanya pembatasan ruang lingkup audit.

Slide 15

PENDEKATAN SIKLUS DALAM PENGAUDITAN

Audit atas laporan keuangan biasanya dilakukan dengan cara “memcah” laporan
keuangan menjadi segmen-segmen atau komponen yang lebih kecil. Dengan pemecahan
seperti ini audit menjadi lebih mudah dilaksanakan, dan mempermudah pembagaian tugas
diatara para anggota tim audit. Tim segemen diaudit secara terpisah, tetapi bukan berarti
masing-masing segmen berdiri sendiri. Setelah semua segmen selesai diaudit, termasuk audit
hubungan antar segmen dengan segmen lainnya, maka hasilnya digabungkan. Selanjutnya
ditarik kesimpulan tentang laporan keuangan sebagai keseluruhan.
Terdapat beberapa cara untuk melakukan segmentasi audit. Salah satu cara adalah
dengan memperlakukan setiap akun dalam laporan keuangan sebagai satu segmen tersendiri.
Segmentasi dengan cara semacam itu sudah dianggap kuno dan dipandang tidak efisien.
Dengan cara ini, akun yang berkaitan sangat erat seperti persediaan dan harga pokok
penjualan akan diaudit secara terpisah.

Slide 16

SEGMENTASI AUDIT DENGAN PENDEKATAN SIKLUS

Pendekatan siklus merupakan cara yang lazim untuk memecah suatu audit adalah
dengan menempatkan jenis transaksi dan saldo akun yang berkaitan erat dalam segmen yang
sama.

Sebagai contoh, penjualan, retur penjualan, penerimaan kas, dan penghapusan piutang tak
tertagih adalah empat golongan transaksi yang menyebabkan akun piutang usaha bertambah
atau berkurang.

Oleh karena itu empat transaksi tersebut ditempatkan dalam siklus penjulan dan pendapatan.
Demikian pula, transaksi penggajian dan utang gaji merupakan bagian dari siklus penggajian
dan personalia.

Slide 17

Salah satu siklus yang ditetapkan auditor dalam pengauditan laporan keuangan :

 Siklus penjualan dan pengumpulanbpiutang


 Siklus pembelian dan pembayaran
 Siklus penggajian dan personalia
 Siklus personalia dan penggudangan
 Siklus perolehan modal dan pengembaliannya
Slide 18

HUBUNGAN ANTAR SIKLUS TRANSAKSI

Siklus transaksi merupakan hal yang sangat penting dalam mengorganisasi suatu
audit. Dalam banyak hal, auditor memperlakukan setiap siklus terpisah selama audit
berlangsung. Mengkipun auditor harus memperhatikan siklus-siklus, namun biasanya auditor
memperlakukan setiap siklus secara independen sejauh dimungkinkan agar audit berjalan
efektif.

Slide 19
PENETAPAN TUJUAN AUDIT

Dalam pengauditan laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan siklus,


auditor melakukan hal-hal berikut:

 Pengujian atas transaksi-transaksi yang membentuk saldo-saldo akhirakun,


 Pengujian audit atas saldo akhirakun,
 Pengujian atas pengungkapan saldo akhir dalam laporan keuangan.

Slide 20

Slide 21

ASERSI – ASERSI MANAJEMEN

SA 315 (Para.25) menyatakan sebagai berikut:

Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan pneyajian material pada:

a) Tingkat laporankeuangan
b) Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, untuk
menyediakan suatu basis bagi oerancangan, dan pelaksanaan prosedur audit
lanjutan
Slide 22

Asersi – asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat manajemen secara eksplisit /
implisit tentang golongan transaksi dan saldo akun yang bersangkutan secara pengungkapan
dalam laporan keuangan. Sebagian besar pernyataan manajemen tersebut bersifat implisit.

Asersi – asersi (pernyataan) serupa ada untuk setiap pos aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan,
dan beban dalam laporan keuangan. Asersi – asersi tersebut diterapkan pada golongan
transaksi, saldo akun, serta penyajian dan pengungkapan.

Asersi manajemen berkaitan langsung dengan kerangka pelaporan keuangan yang digunakan
perusahaan (Standar Akuntansi Keuangan Indonesia / IFRS), karena hal itu merupakan bagian
dari kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasi
akuntansi dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pengauditan, auditor
perlu memahami asersi – asersi manajemen yang secara implisit maupun eksplisit melekat pada
laporan keuangan.

Slide 23

SA 315 (Para. A111) mengelompokkan asersi – asersi menjadi 3 kategori:

1. Asersi – asersi tentang golongan transaksi dan kejadian untuk periode yang
diaudit
2. Asersi – asersi tentang saldo akun pada akhir periode
3. Asersi – asersi tentang penyajian dan pengungkapan

Asersi – asersi dikelompokkan sedemikian rupa, sehingga asersi – asersi yang


berkaitan dengan lintas kategori asersi dicantumkan pada baris yang sama.

Tabel 4-2 Asersi – Asersi Manajemen untuk Setiap Kategori Manajemen


Asersi – Asersi tentang
Asersi – Asersi tentang Asersi – Asersi tentang
Penyajian dan
Golongan Transaksi Saldo Akhir Akun
Pengungkapan
Keterjadian—Transaksi dan Keberadaan—Aset, Keterjadian serta hak dan
ekjadian yang telah terbuku – liabilitas, dan ekuitas kewajiban—peristiwa,
buku, telah terjadi dan sungguh – sungguhada transaksi, dan ha – ha lainnya
berkaitan dengan entitas yang diungkapkan, telah
terjadi dan berkaitandengan
entitas
Kelengkapan—Seluruh Kelengkapan—Seluruh aset, Kelengkapan—Seluruh
transaksi dan kejadian yang liabilitas, dan ekuitas yang pengungkapan yang
seharusnya terbukukan, telah seharusnya terbukukan, telah seharusnya tercantum dalam
dicatat dicatat laporan keuangan telah
disajikan
Klasifikasi—Transaksi dari Klasifikasi dan
peristiwa telah dibukukan keterpahaman—Infromasi
dalam akun yang tepat keuangan diasjikan dan
dijelaskan dengantepat, dan
pengungkapan disajikan
dengan jelas
Keakurasian—Jumlah – Penilaian dan Keakurasian dan
jumlah dan data lain yang pengalokasian—Aset, penailaian—Informasi
berkaitan dengan transaksi liabilitas, dan ekuitas keuangan dan informasi
dan peristiwa yang telah tercantum dalam laporan lainnya diungkapkan secara
dibukukan, telah dicatat keuangan dengan jumlah wajar dan pada jumlah
dengan tepat yang tepat dan semua yangtepat
penyesuaian penilaian /
pengalokasian yang terjadi
dibukukan dengan tepat
Pisaah batas—Transaksi dan
periatiwa telah dibukukan
padaperiode
akuntansu yang benar
Hak dan kewajiban—
Entitas memiliki /
mengendalikan hak atas aset,
dan memiliki kewajibanatas
liabilitas

Slide 24

ASERSI – ASERSI TENTANG GOLONGAN TRANSAKSI DAN KEJADIAN

Keterjadian

Asersi keterjadian berhubungan dengan apakah transaksi yang telah dibukukan dan
dicantumkan dalam laporan keuangan sungguh – sungguh terjadi pada periode akuntansi
yangbersangkutan.

Kelengkapan

Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh transaksi yang seharusnya dicantumkan dalam
laporan keuangan benar – benar telah dibukukan.
Asersi kelengkapan mengarah pada kejadian – kejadian yang berlawanan dengan asersi
kejadian. Asersi kelengkapan berhubungan dengan kemungkinan penghilangan transaksi yang
seharusnya dicatat, sedangkan asersi kejadian berhubungan dengan kemungkinan
dimasukkannya transaksi yang tidak seharusnya dicatat.

Slide 25

Keakurasian

Asersi keakurasian berhubungan dengan apakah transkasi – transaksi telah dibukukan dengan
jumlah yang benar.

Contoh pelanggaran terhadap asersi kelengkapan :


Penggunaan harga yang salah untuk mencatat sebuah transaksi penjualan dan suatu kesalahan
dalam membuat perkalian antara harga dengan kuantitas.

Penggolongan

Asersi klasifikasi berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan dalam akun yang
tepat.

Contoh :
Pelanggaran atas asersi klasifikasi. Pencatatan transaksi pembayarn gaji pegawai
bagian administrasi yang dibukukan sebagai harga pokok penjulan.

Slide 26

Pisah Batas

Asersi pisah batas berhubungan dengan apakah transaksi – transaksi dibukukan pada periode
akuntansi yang tepat.

Contoh :
Pelanggaran atas asersi pisah batas. Pencatatan transaksi penjualan di bulan Desember
padahal barang baru dikirim pada bulan Januari

Slide 27

ASERSI – ASERSI TENTANG SALDO AKHIR TAHUN


Keberadaan

Asersi keberadaan berhubungan dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas yang dicantumkan
dalam neraca benar – benar ada pada tanggal neraca.

Contoh :
Manajemen menyatakan bahwa persediaan barang dagangan yang dicantumkan dalam neraca
benar-benar ada dan tersedia untuk dijual pada tanggal neraca.

Kelengkapan

Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh akun dan seluruh jumlah yang seharusnya
dicantumkan dalam laporan keuangan sungguh – sungguh telah tercantum.

Asersi kelengkapan mengarah pada kejadian – kejadian yang berlawanan dengan asersi
keberadaan. Asersi kelengkapan berhubungan dengan kemungkinan penghilangan sesuatu
dari laporan keuangan yang seharusnya dimasukkan, sedangkan asersi keberadaan
berhubungan dengan kemungkinan dimasukkannya suatu jumlah yang seharusnya tidak
dimasukkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelanggaran atas asersi keberadaan berkaitan
dengan lebih saji akun, sedangkan pelanggaran atas asersi kelengkapan berkaitan dengan
kurang saji akun.

Slide 28

Penilaian dan Pengalokasian

Asersi penilaian dan pengalokasian berhubungan dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas
telah dimasukkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang tepat, termasuk semua
penyesuaian penilaian agar jumlah aset mencerminkan nilai bersih direalisasi.

Contoh :
Manajemen menyatakan bahwa properti dicatat sebesar biaya historis dan biaya tersebut
secara sistematis dialokasikan ke periode-periode akuntansi yang sesuai melalui depresiasi.

Hak dan Kewajiban


Asersi ini berhubungan dengan apakah aset adalah hak entitas dan apakah liabilitas
merupakan kewajiban entitas pada tanggal neraca.

Contoh :
Manajemen menyatakan bahwa aset adalah milik perusahaan atau bahwa jumlah kapitalisasi
untuk lease di neraca mencerminkan biaya perolehan dari hak perusahaan atas lease properti
dan bahwa kewajiban lease yang berkaitan mencerminkan kewajiban entitas.

Slide 29

ASERSI – ASERSI TENTANG PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Keterjadian dan Hak & Kewajiban


Asersi ini berhubungan dengan apakah kejadian yang diungkapkan telah terjadi dan
merupakan hak dan kewajiban dari entitas.

Kelengkapan
Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh pengungkapan yang disyaratkan telah
dicantumkan dalam laporan keuangan.

Keakurasian dan Penilaian


Asersi keakurasian dan penilaian berhubungan dengan apakah informasi keuangan telah
diungkapkan denagn wajar dengan jumlah yang tepat.

Klasifikasi dan Keterpahaman


Asersi ini berkaitan dengan apakah jumlah – jumlah telah digolongkan denagn tepat dalam
laporan keuangan dan catatan kaki, dan apakah penjelasam atas saldo dan pengungkapannya
dapat dipahami.

Auditor harus mempertimbangkan relevansi setiap asersi untuk setiap golongan transaksi,
saldo akun, dan penyajian dan pengungkapan yang signifikan. Asersi relevan memiliki
makna karena berpengaruh pada apakah suatu akun ditetapkan secara wajar dan digunakan
dalam menetapkan risiko salah saji material dan dalam merancang serta melaksanakan
prosedur audit.

Slide 30

TUJUAN AUDIT ATAS GOLONGAN TRANSAKSI

Tujuan audit atas golongan transaksi yang ditetapkan auditor, mengikuti dan
berhubungan erat dengan manajemen untuk golongan-golongan transaksi. Ada perbedaan
antara tujuan umum audit golongan transaksi dan tujuan spesifik audit transaksi untuk tiap -
tiap golongan transaksi.

Slide 31

TUJUAN UMUM AUDIT TRANSAKSI

Keterjadian – Transaksi yang dibukukan benar-benar terjadi


Tujuan audit ini berkaitan dengan apakah transaksi yang dibukukan sungguh-sungguh telah
terjadi.

Kelengkapan – Transaksi yang terjadi telah dibukukan


Tujuan audit ini berhubungan dengan apakah semua transaksi yang seharusnya dibukukan ke
dalam jurnal, sungguh-sungguh telah dibukukan.

Tujuan audit keterjadian dan tujuan audit kelengkapan mempunyai sasaran yang
berkebalikan. Keterjadian berkaitan dengan potendi terjadinya lebih saji, sedangkan
kelengkapan berkaitan dengan terjadinya kurang saji.

Keakurasian – Transaksi telah dicatat dengan jumlah yang benar


Tujuan audit ini berkaitan dengan keakurasian informasi untuk transaksi-transaksi akuntansi
dan merupakan satu bagian dari asersi keakurasian untuk golongan transaksi.
Slide 32
Posting dan Pengikhtisaran – Transaksi yang dicatat telah dimasukkan dengan benar ke
dalam Master File dan dibuat ikhtisarnya dengan benar
Tujuan ini berhubungan dengan keakurasian transfer informasi dari catatan transaksi
dalamjurnal ke buku besar dan buku pembantu

Penggolongan – Transaksi yang dicatat dalam jurnal klien telah digolongkan dengan tepat
Tujuan ini berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan dalam akun yang tepat.
Contoh; kesalahan dalam penggolongan, misalnya transaksi penjualan tunai dicatat sebagai
penjualan kredit

Slide 33

TUJUAN SPESIFIK AUDIT TRANSAKSI

Golongan-golongan transaksi spesifik biasanya meliputi penjualan, penerimaan kas,


pembelian barang dan jasa, penggajian, dan sebagainya.

Paling sedikit ada satu tujuan spesifik audit transaksi dapat dimasukkan untuk seriap tujuan
umum audit transaksi, kecuali bila auditor yakin bahwa tujuan audit umum transaksi tidak
relevan atau tidak penting dalam hal yang dihadapi.

Slide 34

TUJUAN AUDIT SALDO AKUN

Tujuan audit saldo akun serupa dengan tujuan audit golongan transaksi. Tujuan audit
ini juga mengikuti asersi-asersi manajemen dan memberi kerangka kerja untuk membantu
auditor dalam mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk saldo-saldo akun yang
bersangkutan.

Ada dua perbedaan antara tujuan audit untuk saldo akun dengan tujuan audit untuk
golongan transaksi.
1. tujuan audit untuk saldo akun diterapkan untuk saldo-saldo akun tertentu.
2. tujuan audit untuk saldo akun terdiri dari delapan tujuan, sedangkan tujuan audit
golongan transaksi hanya enam tujuan.
Slide 35

TUJUAN UMUM AUDIT SALDO AKUN

Keberadaan
Tujuan ini berhubungan dengan apakah semua jumlah yang seharusnya dimasukkan telah
diikutsertakan dengan jumlah yang benar

Keakurasian
Tujuan ini berkaitan dengan apakah jumlah yang dicantumkan telah dinyatakan dengan
jumlah yang benar

Penggolongan
Tujuan ini menyangkut penentuan apakah hal-hal yang dimasukkan dalam daftar oleh klien
telah dimasukkan dalam akun yang benar dalam buku besar

Slide 36

Pisah Batas
Dalam melakukan pengujian tentang pisah batas saldo-saldo akun, tujuan auditor adalah
menentukan apakah transaksi telah dibukukan dan dimasukkan ke dalam saldo akun pada
periode yang tepat

Kecocokan
Tujuan kecocokan berkaitan dengan apakah daftar saldo yang rinci didukung oleh catatan
rinci telah dibuat dengan tepat dan teliti, dijumlah dengan benar, serta cocok dengan saldo di
buku besar

Hak dan Kewajiban


Selain harus ada, sebagian besar aset harus dimiliki sebelum bisa dimasukkan ke dalam
laporan keuangan. Demikian pula, kewajiban harus benar-benar merupakan utang
perusahaan. Hak milik selalu dikaitkan dengan aset, sedangkan kewajiban selalu berkaitan
dengan utang
Slide 37

TUJUAN SPESIFIK AUDIT SALDO AKUN

Paling sedikit, satu tujuan spesifik audit saldo akun harus dimasukkan untuk setiap
tujuan umum audit saldo akun, kecuali bila auditor yakin bahwa tujuan audit saldo akun tidak
relevan atau tidak penting untuk saldo akun tertentu.

HUBUNGAN ANTARA ASERSI MANAJEMEN DENGAN TUJUAN AUDIT SALDO


AKUN

Perlu diperhatikan bahwa berbeda dengan asersi-asersi yang lain, asersi penilaian
dan pengalokasian memiliki berbagai tujuan karena kompleksitas masalah penilaian dan
memerlukan pedoman tambahan untuk pengujian penilaian.

Slide 38

TUJUAN AUDIT ATAS PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Konsep-konsep yang diterapkan pada tujuan audit saldo akun diterapkan pula untuk
tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan.

Tabel 4-4 Asersi-Asersi Manajemen Dan Tujuan Audit Saldo Akun Untuk Persediaan

Asersi Manajemen Tujuan Umum Audit Tujuan Spesifik Saldo


Tentang Saldo Akun Saldo Akun Akun Untuk
Persediaan
Keberadaan Keberadaan Semua persediaan yang
tercantum dalam
laporan benar-benar
ada padatanggal
neraca.
Kelengkapan Kelengkapan Semua persediaan yang
ada telah dihitung dan
tercantum dalam daftar
persediaan.
Penilaian dan Keakurasian Kuantitas persediaan
pengalokasian dalam catatan
perpetual cocok
dengan jumlah fisik
persediaan yang
sesungguhnya ada.
Harga yang digunakan
untuk penilaian
penilaian secara
material besar.
Perkalian harga dengan
kuantitas dilakukan
dengan benar demikian
pula penjumlahannya.

Penggolongan Persediaan
dikelompokkan
menjadi bahan baku,
bahan dalam proses,
dan barang jadi.

Pisahbatas Pisah batas pembelian


pada akhir tahun telah
dilakukan secara tepat.
Pisah batas penjualan
pada akhir tahun telah
dilakukan secara tepat.

Kecocokan Total saldo semua


persediaan yang
tercantum dibuku
pembantu cocok
dengan buku besar.

Nilai bisa direalisasi Persediaan telah


diturunkan nilainya
agar mencerminkan
nilai bersih yang bisa
direalisasi.
Hak dan kewajiban Hak dan kewajiban Perusahaan memiliki
hak kepemilikan atas
semua persediaan yang
tercantum dalam
laporan.

Persediaan tidak
dijadikan jaminan atas
pinjaman.

Tabel 4-5 Asersi Manajemen Dan Tujuan Audit Atas Penyajian Dan Pengungkapan
Utang Wesel

Asersi Manajemen Tujuan Umum Audit Tujuan Spesifik


Tentang Penyajian Atas Penyajian Dan Audit Atas Penyajian
Dan Pengungkapan Pengungkapan Dan Pengungkapan
Keterjadian dan hak dan Keterjadian dan hak dan Utang wesel seperti
kewajiban kewajiban dijelaskan dalam
catatan kaki benar-
benar ada dan
merupakan kewajiban
perusahaan.
Kelengkapan Kelengkapan Semua pengungkapan
yang disyaratkan
tentang utang wesel
telahdicantumkan
dalam catatan kali
laporankeuangan.
Keakurasian dan Keakurasian dan Pengungkapan berupa
penilaian penilaian catatan kaki tentang
utang wesel telah
dilakukan dengan teliti.
Penggolongan dan Penggolongan dan Utang wesel telah
kejelasan kejelasan digolongkan dengan
tepat menjadi
kewajiban jangka
pendek dan kewajiban
jangka panjang dan
pengungkapan
dilaporan keuangan
yang bersangkutan
telah dibuat dengan
jelas.

Slide 39
BAGAIMANA MEMENUHI TUJUAN AUDIT

 Auditor harus mendapat bukti kompeten yang cukup untuk mendukung semua
asersi manajemen dalam laporan keuangan dengan mengumpulkan bukti dalam
mendukung perpaduan sejumlah tujuan audit transaksi dan tujuan audit atas
saldo akun.
 Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus
dikumpulkan untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut untuk setiap audit.
 Auditor harus mengikuti suatu proses audit yaitu metoda yang dirancang dengan
cermat untuk mengorganisasi suatu audit untuk memastikan diperolehnya bukti
bukti kompeten yang cukup dan tercapainya semua tujuan audit yang diperlukan.
Gambar 4-6 Empat Tahapan Dalam Audit Laporan Keuangan

Tahap I Perencanaan dan perancangan suatu pendekatan


audit
Tahap II Pengujian pengendalian dan pengujian subtantif
golongan transaksi
Tahap III Penerapan prosedur analitis dan pengujian rinci
atas saldo
Tahap IV Penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit

Slide 40

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SUATU PENDEKATAN AUDIT (TAHAP


I)

Dua hal penting yang harus selalu dipertimbangkan auditor dalam setiap audit adalah
memilih:

1. Bukti yang cukup dan tepat harus dikumpulkan untuk memenuhi tanggungjawab
profesionalauditor.
2. Biaya pengumpulan bukti harus seminima lmungkin.

Hal pertama adalah yang terpenting, tetapi meminimumkan biaya juga perlu
dilakukan apabila KAP ingin bersaing dan memperoleh laba. Persoalan pengumpulan bukti
yang cukup dan tepat serta pengendalian biaya audit adalah dua hal penting dalam membuat
perencanaan suatu penugasan. Perencanaan harus menghasilkan suatu pendekatan audit yang
efektif pada tingkat biaya yang masuk akal.

- Mendapatkan Pemahaman Tentang Entitas Dan Lingkungannya

Auditor harus memiliki pemahaman yang cukup tentang bisnis klien dan lingkungan
yang bersangkutan termasuk pengetahuan tentang strategi dan proses. Auditor harus
mempelajari strategi bisnis klien, melaksanakan prosedur view analitis dan membuat
perbandingan dengan kompetitor. Auditor juga harus memahami persyaratan akuntansi yang
unik untuk bidang usaha klien.
- Memahami Pengendalian Internal Dan Menetapkan Risiko Pengendalian

Risiko salah saji dapat terkurangi apabila klien memiliki pengendalian yang efektif
atas operasi dan pengolahan transaksi. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal
dan mengevaluasi efektivitasnya, suatu proses yang disebut menetapkan risiko pengendalian.
Apabila pengendalian dinilai efektif, risiko pengendalian bisa diturunkan dan jumlah bukti
audit yang harus dikumpulkan dapat dikurangi secara dibandingkan dengan bilamana
pengendalian internal tidak memadai.

- Menetapkan Risiko Kesalahan Penyajian Material

Auditor menggunakan pemahaman tentang bidang usaha dan strategi bisnis klien,
serta efektifitas pengendalian untuk menetapkan risiko kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan.

Slide 41

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF GOLONGAN


TRANSAKSI (TAHAP II)

Sebelum auditor memutuskan untuk menurunkan risiko pengendalian direncanakan,


seandainya pengendalian dinilai efektif pertama-tama auditor harus menguji efektivitas
pengendalian tersebut. Prosedur ini disebut pengujian pengendalian. Auditor juga menilai
catatan transaksi yang dibuat klien dengan melakukan verifikasi atas jumlah rupiah transaksi
yang disebut dengan proses pengujian substantif transaksi.

Slide 42

PROSEDUR ANALITIS DAN PENGUJIAN RINCI SALDO (TAHAP III)

Terdapat dua kategori umum dalam prosedur tahap III. Prosedur analitis
menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menetapkan apakah saldo-saldo akun dan
data lainnya nampak masuk akal. Pengujian rinci saldo adalah prosedur spesifik yang
dimaksudkan untuk menguji slaah saji material dalam saldo-saldo yang tercantum dalam
laporankeuangan.

PENYELESAIAN AUDIT DAN PENERBITAN LAPORAN AUDIT (TAHAP IV)

Setelah auditor menyelesaikan semua prosedur untuk setiap tujuan audit dan untuk
setiap akun laporan keuangan beserta pengungkapan yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai