Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

PENGUKURAN KINERJA UNIT-UNIT BISNIS, DAN TRANSFER PRICING

Kelompok 2

Disusun oleh:

1. Alvin Gormantara (A031191067)


2. Yansen Pratama Kohar (A031191170)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
A. Tujuan Penentuan Harga Transfer
Jika dua atau lebih pusat laba bertanggungjawab bersama atas pengembangan,
pembuatan, dan pemasaran suatu produk, maka masing-masing harus membagi
pendapatan yang dihasilkannya ketika produk tersebut sudah terjual. Harga transfer
merupakan penentuan harga barang/jasa yang ditransfer kepada antar pusat
pertanggungjawaban dalam satu organisasi tanpa memandang bentuk pusat
pertanggungjawabnya.
Harga transfer yang terjadi antar unit bisnis harus mampu mencapai beberapa
tujuan, antara lain:
a. Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk
menentukan timbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
b. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita (meningkatkan laba unit
usaha namun juga dapat meningkatkan laba perusahaan.)
c. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha secara individual.
d. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.

B. Metode Penentuan Harga Transfer


Harga transfer merupakan nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa
dalam suatu transaksi di mana setidaknya salah satu dari kedua belah pihak yang terlibat
adalah pusat laba. Harga semacam itu biasanya melibatkan suatu elemen laba karena suatu
perusahaan yang independent tidak akan mentransfer barang dan jasa ke perusahaan
independent lain sebesar biaya produksi atau lebih rendah dari itu.
a. Prinsip Dasar
Prinsip dasar penentuan harga transfer adalah bahwa harga transfer
sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut
dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Sistem harga transfer dapat
bervariasi dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, tergantung dari sifat
usahanya.
Ketika suatu pusat laba di suatu perusahaan membeli produk dari, dan
menjual ke, satu sama lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap
produk adalah:
 Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau
membelinya dari pemasok luar? Hal ini merupakan keputusan outsourcing.
 Jika diproduksi secara internal, pada tingkat harga berapakah produk tersebut
akan ditransfer antarpusat laba? Hal ini merupakan keputusan harga transfer.

1
b. Situasi Ideal
Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan
cita-cita jika kondisi-kondisi dibawah ini ada. Dalam praktiknya, kondisi-kondisi
tersebut jarang ada. Oleh karena itu, daftar tersebut tidak menetapkan kriteria-kriteria
yang harus dipenuhi untuk memilki harga transfer. Melainkan, daftar tersebut
menyarankan suatu cara untuk memandang suatu situasi, guna melihat perubahan-
perubahan apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki operasi mekanisme
harga transfer.
1. Orang-orang yang kompeten, idealnya para manajer harus memperhatikan
kinerja jangka panjang dari pusat tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja
jangka pendeknya.
2. Atmosfer yang Baik, para manajer harus menjadikan profitabilitas, sebagaimana
diukur dalam laporan laba rugi mereka, sebagai cita-cita yang penting dan
pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja mereka. Mereka juga harus
memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
3. Harga Pasar, harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal
dan mapan dari produk identik yang sedang ditransfer. Harga pasar tersebut
dapat diturunkan untuk mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam
perusahaan.
4. Kebebasan Memperoleh Sumber Daya, Alternatif dalam memperoleh sumber
daya haruslah ada, dan para manajer sebaiknya diizinkan untuk memilih
alternative yang paling baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas untuk
memilih membeli dari pihak luar, dan manajer penjualan harus bebas untuk
menjual ke pihak luar.
5. Infomasi Penuh, para manajer harus mengetahui semua alternative yang ada,
serta biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut.
6. Negosiasi, Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar untuk melakukan
negosiasi “kontrak” antar unit usaha.

c. Hambatan-hambatan Dalam Sumber Daya


Idealnya, seorang manajer pembelian bebas untuk mengambil keputusan
mengenai perolehan sumber daya. Demikian halnya manajer penjualan, harus bebas
untuk menjual produknya ke pasar yang paling menguntungkan. Meskipun demikan,
dalam kehidupan nyata, kebebasan dalam perolehan sumber daya tidak selalu
mungkin dilakukan atau, jika hal itu mungkin terjadi, dibatasi oleh kebijakan-

2
kebijakan korporat. Sekarang akan dipertimbangkan situasi dimana manajer pusat
laba tidak memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan tersebut dan akibat-
akibat yang terjadi dengan adanya hambatan dalam perolehan sumber daya pada
kebijakan harga transfer yang ada.
1. Pasar yang Terbatas
Beberapa perusahaan, pasar bagi pusat laba penjual atau pembeli dapat saja
sangat terbatas. Ada beberapa alasan akan hal ini.
Pertama, keberadaan kapasitas internal mungkin membatasi pengembangan
penjualan eksternal.
Kedua, jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang
terdeferensiasi, tidak ada sumber daya dari luar.
Ketiga, jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar, maka
perusahaan cenderung tidak akan menggunakan sumber daya dari luar kecuali
harga jual di luar mendekati biaya variabel perusahaan, di mana hal ini jarang
sekali terjadi Untuk tujuan-tujuan praktis, produk yang diproduksi adalah menarik.
Bagaimana suatu perusahaan dapat mengetahui tingkat harga kompetitif jika
perusahaan tersebut tidak membeli atau menjual produknya ke pasar bebas?
Inilah beberapa cara:
 Jika ada harga pasar yang diterbitkan, maka harga tersebut dapat digunakan
untuk menentukan harga transfer.
 Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran (bid). Hal ini
umumnya dapat dilakukan hanya jika penawar terendah masih memiliki
peluang untuk memenangkan bisnis tersebut.
 Jika pusat laba produksi menjual produk yang serupa di pasar bebas, maka
pusat laba tersebut sering kali meniru harga kompetitif berdasarkan harga di
luar.
2. Jika pusat laba pembelian membeli produk yang serupa dari pasar luar/bebas,
maka pusat laba tersebut dapat meniru harga kompetitif untuk produk-produk
eksklusifnya. Kelebihan atau Kekurangan Kapasitas Industri
Misalnya jika pusat laba penjualan tidak dapat menjual seluruh produk ke pasar
bebas, dengan kata lain, pusat laba tersebut memiliki kapasitas yang berlebih,
Perusahaan mungkin tidak akan mengoptimalkan labanya jika pusat laba
pembelian membeli produk dari pemasok luar sementara kapasitas produksi di
dalam masih memadai.
Sebaliknya, andaikan jika pusat laba pembelian tidak dapat memperoleh produk
yang diperlukan dari luar sementara pusat laba penjualan menjual produknya ke
pihak luar. Situasi tersebut terjadi ketika terdapat kekurangan kapasitas produksi

3
di dalam industri. Dalam kasus ini, output dari pusat laba pembelian terhalang
dan kembali, laba perusahaan tidak dapat optimal.
Singkatnya, meskipun ada hambatan dalam perolehan sumber daya, harga
pasar tetap merupakan harga transfer yang baik. Jika harga pasar tersedia atau
dapat diperkirakan maka gunakanlah itu. Meskipun demikian, jika tidak ada cara
untuk memperkirakan harga kompetitit, pilihan lainnya acalah mengembangkan
harga transfer berdasarka biaya (cost-based transfer price) Hal tersebut akan
dibahas pada bagian berikutnya,
Dalam menentukan harga transter, perusahaan biasanya mengeliminasi unsur
iklan, pendanaan, atau pengeluaran lain yang tidak dikeluarkan oleh pihak
penjual dalam suatu transaksi internal. Hal ini sama seperti ketika dua
perusahaan sampai pada suatu tingkat harga. Pihak pembeli tidak akan
membayar komponen biaya yang tidak ada berlaku untuk kontrak tersebut.

d. Harga Transfer Berdasarkan Biaya


Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transter dapat ditentukan
berdasakan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat rumit
untuk dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga
berdasarkan pasar. Dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga transfer
berdasarkan biaya :
1. bagaimana menentukan besarnya biaya dan
2. bagaimana menghitung markup laba.
Dasar Biaya
Dasar yang umum adalah biaya standar Biaya aktual tidak boleh digunakan
kare faktor inefisiensi produksi akan diteruskan ke pusat laba pembelian. fika biaya
standar yang digunakan, maka dibutuhkan suatu insentif untuk menetapkan standar
yang ketat dan untuk meningkatkan standar tersebut.
Markup Laba
Dalam menghitung markup laba. juga terdapat dua keputusan: (1) apa dasar
markup laba tersebut dan (2) tingkat laba yang diperbolehkan.
Dasar yang palíng mudah dan umum dipergunakan adalah persentase dari
biaya. Meskipun demikian, jika dasar tersebut digunakan maka tidak ada
pertimbangan atas modal yarng diperlukan. Dasar yang secara konsep lebih baik
adalah persentase dari investasi, tetapi untuk menghitung investasi yang akan
dikenakan ke setiap produk yang dihasilkan dapat mernimbulkan permasalahan
teknis.
Masalah kedua dalam penyisihan laba adalah besarnya jumlah laba.

4
Persepsi manajemen senior atas kinerja keuangan dari suatu pusat laba akan
dipengaruhi oleh laba yang ditunjukkan oleh pusat laba tersebut. Konsekuensi, jika
mungkin, penyisihan laba harus dapat mendekati tingkat pengembalian yang akan
diperoleh seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independen yang
menjual produknya ke konsumen luar.
Biaya Tetap dan Laba Hulu
Penetapan harga transfer dapat menimbulkan permasalahan yang cukup
serius dalam perusahaan yang terintegrasi. Pusat laba yang pada akhirnya menjual
produk ke pihak luar mungkin tidak menyadari jumlah biaya tetap dan laba bagian
hulu yang terkandung di dalam harga pembelian internal. Bahkan jika pusat laba
terakhir menyadari adanya biaya telap dan laba tersebut, pusat laba itu mungkin
enggan untuk mengurangi labanya guna mengoptimalkan laba perusahaan.
Persetujuan Antarunit Usaha
Beberapa perusahaan membuat mekanisme formal di mana wakil-wakil dari
unit pembelian dan penjualan bertemu secara berkala untuk memutuskan harga
penjualan ke pihak luar dan pembagian laba untuk produk-produk dengan biaya
tetap dan laba bagian hulu yang signifikan. Mekanisme ini hanya bekerja bila proses
peninjauannya terbatas pada keputusan-keputusan yang melibatkan jumlah bisnis
yang signifikan bagi paling tidak satu pusat laba, sebab bila tidak demikian halnya,
negosiasi ini akan sia-sia.
Dua Langkah Penentuan Harga
Cara lain untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat harga
transfer yang meliputi dua beban. Pertama, untuk setiap unit yang terjual,
pembebanan biaya dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya variabel
standar produksi. Kedua pembebanan biaya berkala (biasanya setiap bulan)
dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya tetap yang berkaitan dengan
fasilitas yang disediakan untuk unit permbelian. Salah satu atau kedua komponen
tersebut harus memasukkan margin laba. Sebagai contoh, asumsikan kondisi pada
Tampilan 6.2.

5
(1.200 .000/ 12) ×0,10
10 % of monthly investment per unit=
5.000
Dalam metode ini, harga transfer sebesar $11 per unit merupakan biaya variabel
selama hanya Unit Y diperhitungkan. Tetapi, biaya variabel perusahaan untuk produk
A adalah sebesar $5 per unit, Dengan demikian, Unit Y tidak memiliki intormasi yang
benar untuk membuat keputusan pemasaran jangka pendek yang tepat. Jika Unit Y
mengetahui biaya variabel perusahaan, misalnya, maka Unit Y dapat dengan aman
memberikan harga yang lebih rendah daripada harga normal dalan kondisi tertentu.
Penentuan harga dua langkah akan mengoreksi permasalahan ini dengan
mentransfer biaya variabel per unit dan mentransfer biaya tetap serta laba secara
lump sum. Dengan metode ini, harga transfer untuk produk A adalah sebesar $5
untuk setiap unit yang dibeli oleh Unit Y, ditambah biaya tetap sebesar $20.000 per
bulan, serta ditambah lagi laba sebesar $10.000 per bulan:
1.200.000
=0,10
12
Jika transfer produk A dalam satu bulan tertentu diperkirakan berjumlah 5.000
unit, maka dengan metode dua langkah, Unit Y akan membayar biaya variabel
sebesar $25.000 (5.000 unit x $5 per unit), ditambah $30.000 untuk biaya tetap dan
laba-total keseluruhan sebesar $55.000. Ini merupakan jumlah yang sama dengan
jumlah yang harus dibayar oleh Unit X jika harga transfernya adalah sebesar $11 unit
(5.000 x $11 $55.000). Jika transfer pada bulan lain jumlahnya lebih kecil,
katakanlah, 4.000 unit-Unit Y harus membayar sebesar $50.000 ([4.000 x $5]+
$30.000) dengan metode dua langkah, dibandingkan dengan jumlah sebesar
$44.000 yang harus dibayarnya jika harga transfernya adalah $11 per unit (4.000 x
$11). Selisih tersebut merupakan penalti karena tidak menggunakan sebagian
kapasitas Unit X yang disediakan untuknya. Sebaliknya, Unit Y harus membayar
lebih rendah dengan metode dua langkah jika jumlah transfernya di atas 5.000 unit
dalam bulan vang sama. Hal ini mencerminkan penghematan bagi Unit X karena
dapat memproduksi unit tambahan tanpa menimbulkan tambahan biaya tetap

6
Perhatikanlah bahwa dengan metode dua langkah, biaya variabel
perusahaan untuk produk A identik dengan biaya variabel Unit Y untuk produk ini,
dan Unit Y akan membuat keputusan pemasaran jangka pendek yang tepat. Unit Y
juga memiliki informasi atas biaya tetap dan laba bagian hulu yang berhubungan
dengan produk A, dan ia dapat menggunakan data-data tersebut untuk keputusan
jangka Panjang
Perhitungan biaya tetap dalam metode penentuan harga dua langkah adalah
berdasarkan kapasitas yang tersedia untuk memproduksi produk A yang dijual ke
Unit Y. Investasi yang tercermin dari kapasitas tersebut dialokasikan ke produk A.
Tingkat pengembalian investasi ROI yang diperoleh Unit X dari produk kompetitif
(dan, jika mungkin, dapat dibandingkan) dihitung dan dikalikan dengan investasi
yang ditujukan untuk produk tersebut.
Dalam contoh di atas, penyisihan laba dihitung sebagai jumlah yang tetap
setiap bulannya. Dalam kondisi tertentu, akan lebih tepat jika investasi dibagi
kedalam komponen variabel (seperti piutang dan persediaan) dan tetap (seperti,
pabrik). Kemudian, penyisihan laba berdasarkarn tingkat pengembalian atas aktiva
variabel (return on variable assets) akan ditambahkan ke biaya variabel standar
untuk setiap unit yang terjual.
Berikut ini merupakan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
menerapkan metode penentuan harga dua langkah:
1. Pembebanan biaya per bulan untuk biava tetap dan laba harus dinegosiasikan
secara berkala dan bergantung dari kapasitas yang digunakan oleh unit
pembelian.
2. Pertanyaan mungkin akan timbul mengenai keakuratan alokasi investasi dan
biaya. Dalam beberapa situasi, mengalokasikan binya dan aset kepada produk
secara individual tidaklah sulit. Dalam kejadian manapan, keakuratan yang
mendekati adalah cukup memadai Permasalahan utama bukan terletak pada
teknik alokasi, melainkan pada keputusan mengenai jumlah kapasitas yang akan
disediakan untuk berbagai produk.
3. Dengan sistem penentuan harga ini, kinerja laba dari unit produksi tidak
dipengaruhi volume penjualan dari unit final. Hal ini menyelesaikan masalah yang
muncul ketika usaha pemasaran oleh unit usaha lain mempengaruhi kinerja laba
dari unit produksi murni.
4. Mungkin terdapat konflik antara kepentingan dari unit produksi dengan
kepentingan perusahaan. Jika kapasitas terbatas, unit produksi dapat
meningkatkan laba dengan cara menggunakan kapasitasnya untuk memproduksi
bagian untuk dijual ke pihak luar, jika hal tersebut menguntungkan. (Kelemahan

7
ini diatasi dengan menentukan bahwa unit pemasaran memilki prioritas utama
dalam menggunakan kapasitas tersebut).

Pembagian Laba
Jika sistem penentuan harga dua langkah yang baru saja diperlihatkan tidak
dapat digunakan, maka sistem pembagian laba (profit sharing) dapat digunakan
untuk memastikan keselarasan antara kepentingan unit usaha dan perusahaan.
Sistem tersebut beroperasi dengan cara sebagai berikut:
1. Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada biaya variabel standar.
2. Setelah produk tersebut terjual, unit-unit usaha membagi kontribusi yang
dihasilkan, yang merupakan harga penjualan dikurangi biaya variabel produksi
dan pemasaran.

Metode penentuan harga ini mungkin tepat jika permintaan akan produk yang
dihasilkan tidak cukup stabil untuk menjamin lokasi fasilitas secara permanen,
seperti dalam metode dua langkah. Pada umumnya, metode ini benar-benar
membuat kepentingan unit pemasaran seläras dengan kepentingan perusahaan.

Dua Kelompok Harga


Dalam metode ini, pendapatan unit produksi akan dikreditkan pada harga jual
ke luar dan unit pembelian dibebankan dengan total biaya standar. Selisihnya
dibebankn ke dalam akun kantor pusat dan dieliminasi ketika laporan keuangan unit
usaha dikonsolidasikan. Metode penentuan harga transfer ini terkadang digunakan
ketika ada konflik antara unit pembelian dan penjualan yang tidak dapat diselesaikan
oleh metode yang lain. Baik unit pembelian maupun penjualan memperoleh manfaat
dan metode ini.
Tetapi, ada beberapa kelemahan dari sistem yang menggunakan dua
kelompok harga. Pertama, jumlah laba unit usaha akan lebih besar dari laba
perusahaan secara keseluruhan. Pihak manajemen senior harus menyadari situasi
ini ketika mereka menyetujui anggaran untuk unit-unit usaha dan harus mengadakan
evaluasi secara berkala atas kinerja dari anggaran tersebut. Kedua, sistem ini
menciptakan suatu ilusi bahwa unit usaha menghasilkan uang, sementara pada
kenyataannya perusahaan secara keseluruhan mengalami kerugian karena debit ke
kantor pusat. Ketiga, sistem ini dapat memicu unit usaha untuk hanya berkonsentrasi
pada transfer.internal karena terpaku pada markup yang bagus dengan
mengorbarnkan penjualan ke luar. Keempat, ada tambahan pembukuan yang terlibat
dalam pendebitan akun kantor pusat setiap kali ada transfer dan kemudian eliminasi
atas akun ini ketika laporan keuangan unit usaha dikonsolidasi. Kelima, fakta bahwa

8
konflik di antara unit bisnis akan berkurang dalam sistem tersebut dapat dilihat
sebagai kelemahan. Kadang-kadang konflik mengenai harga transfer menandakan
adanya permasalahan di dalam organisasi atau dalam sistem manajemen.

C. Penentuan Harga Jasa Korporat


Pada bagian ini akan digambarkan beberapa masalah yang berkaitan dengan
pembebanan unit usaha atas jasa-jasa yang disediakan oleh unit staf korporat. Biaya
dari unit staf jasa pusat di mana unit usaha tidak memiliki kendali (seperti, akuntansi
pusat, hubungan masyarakat, administrasi dikeluarkan). Jika seluruh biaya ini
dibebankan, maka semua biaya tersebut akan dialokasikan, dan alokasi tidak
memasukkan komponen laba. Alokasi juga bukan merupakan harga transfer.
Terdapat dua jenis transfer:
1. Untuk jasa pusat yang harus diterima oleh unit penerima di mana unit penerima
dapat mengendalikan jumlah yang digunakan paling tidak secara parsial.
2. Untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan
digunakannya atau tidak.

Pengendalian atas Jumlah Jasa


Unit usaha mungkin diharuskan untuk menggunakan staf korporat untuk jasa-jasa
seperti teknologi informasi serta riset dan pengembangan. Dalam situasi seperti ini, manajer
unit usaha tidak dapat mengendalikan efisiensi kinerja dari kegiatan tersebut, namun ia
dapat mengendalikan jumlah jasa yang diterimanya. Ada tiga teori pemikiran mengenai jasa-
jasa seperti ini.
Teori pertama menyatakan bahwa suatu unit usaha harus membayar biaya variabel
standar dari jasa yang diberikan. Jika membayar kurang dari itu, maka unit usaha akan
termotivasi untuk menggunakan jasa-jasa dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang
dibenarkan secara ekonomis. Di lain pihak, jika para manajer unit usaha diharuskan untuk

9
membayar lebih dari biaya variabelnya, maka mereka mungkin tidak akan menggunakan
jasa-jasa yang dipandang perlu oleh manajemen senior dari sudut pandang perusahaan.
Kemungkinan ini dapat terjadi ketika manajemen senior memperkenalkan jasa baru,
misalnya sebuah program analisis proyek baru. Harga rendah serupa dengan harga
perkenalan yang terkadang digunakan oleh perusahaan untuk memperkenalkan produk
baru.
Contoh. Selama bertahun-tahun, para manajer dari departemen Corporate Data
Processing Services (CDPS) di Boise Cascade Corporation tidak mengalokasikan biaya
pendukung personal computer (PC), seperti pembelian, pemasangan, dan bantuan aplikasi,
ke para pengguna PC karena mereka ingin mendorong penggunaan PC. Biaya-biaya
tersebut dibebankan ke seluruh pengguna lain CDPS, terutama konsumen dari sumber daya
mainframe computer. Meskipun ketika biaya pendukung PC menjadi signifikan dan pantas
untuk dibebankan, para manajer CDPS tetap memilih tidak membebankannya dengan
tingkat biaya penuh. Mereka menetapkan beban biaya sebesar $100 per bulan per PC, dan
bukan sebesar $121 per bulan seperti yang diestimasikannya untuk tahun ini.
Teori pemikiran yang kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variabel
standar ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap standar—yaitu, biaya penuh (full cost).
Pendukung teori ini beragumentasi bahwa jika unit usaha tidak mempercayai bahwa jasa
tersebut bernilai sebesar itu, maka ada sesuatu yang salah dalam kualitas atau efisiensi dari
unit jasa tersebut. Biaya penuh mencerminkan biaya jangka panjang dari perusahaan, dan
inilah jumlah yang harus dibayar.
Teori pemikiran yang ketiga menyarankan harga yang sama dengan harga pasar,
atau biaya penuh standar (standard full cost) ditambah dengan margin labanya. Harga pasar
akan digunakan jika memungkinkan (misalnya, biaya yang dibebankan oleh biro jasa
computer); jika tidak, maka harga sebesar biaya penuh ditambah ROI yang akan digunakan.
Logikanya adalah bahwa modal yang digunakan oleh unit jasa sebaiknya memperoleh
tingkat pengembalian atas modal yang digunakan sebagaimana dengan unit produksi.
Selain itu, unit-unit usaha harus mengeluarkan investasi tambahan jika mereka
menggunakan jasa mereka sendiri.

Pilihan Penggunaan Jasa


Dalam beberapa kasus, pihak manajemen mungkin memutuskan bahwa unit-unit
usaha dapat memilih apakah akan menggunakan unit jasa sentral atau tidak. Unit-unit bisnis
dapat memperoleh jasa tersebut dari pihak luar, mengembangkan kemampuan mereka,
atau memilih untuk tidak menggunakan jasa ini sama sekali. Perjanjian semacam ini sering
ditemukan untuk aktivitas-aktivitas seperti teknologi informasi, kelompok konsultasi internal,
dan pekerjaan perawatan. Pusat-pusat jasa ini independent; yaitu harus berdiri sendiri. Jika

10
pelayanan internal tidak kompetitif dibandingkan dengan penyedia jasa dari luar, maka
ruang lingkup dari aktivitas mereka akan dikontrakkan atau jasa-jasa mereka
sepenuhnyandidapat dari luar perusahaan.
Contoh. Commodore Business Machines memberikan salah satu kegiatan jasa
sentral-layanan konsumen—ke Federal Express. James Reeder, wakil presiden
Commodore bidang kepuasan konsumen mengatakan, “Pada saat itu kami tidak memiliki
reputasi yang baik dalam hal pelayanan dan kepuasan pelanggan.” Tetapi inilah keahlian
yang dimiliki FedEx, yang menangani lebih dari 300.000 panggilan setiap harinya,
Commodore mengadakan perjanjian dengan FedEx untuk menangani seluruh operasi
layanan telepon konsumen dari markas FedEx di Memphis.
Setelah mengalami kerugian online sebesar $29 juta tahun lalu, Borders Group
beralih ke saingannya, Amazon.com untuk mengelola penjualannya secara omline. Borders
dapat mempertahankan saluran penjualan Internet serta meraih efektivitas operasional yang
diberikan oleh Amazon.com, dan pada waktu yang sama juga dapat memperhatikan
pertumbuhan bisnis tokonya.
Dalam situasi ini, para manajer unit usaha mengendalikan baik jumlah maupun
efisiensi dari jasa pusat. Pada kondisi ini, kelompok pusat tersebut merupakan pusat laba.
Harga transfernya harus berdasarkan pada pertimbangan yang sama dengan pertimbangan
yang mengendalikan harga transfer yang lain.

Kesederhanaan dari Mekanisme Harga


Harga yang dibebankan untuk jasa korporat tidak akan mencapai tujuan yang
dimaksudkan, kecuali jika metode untuk menghitungnya dapat dimengerti dan dipahami
dengan cukup mudah oleh para manajer unit usaha. Para ahli computer sudah terbiasa
dengan persamaan-persamaan yang rumit, dan komputer sendiri juga menyediakan
informasi detik demi detik dengan biaya rendah. Oleh karena itu, kadang ada
kecenderungan untuk membebani para pengguna komputer berdasarkan peraturan yang
begitu rumit, sehingga pengguna tidak dapat mengerti apa dampaknya terhadap biaya, jika
mereka memutuskan untuk menggunakan komputer untuk aplikasi tertentu atau,
alternatifnya, utnuk menghentikan aplikasi yang sekarang. Peraturan-peraturan semacam ini
merupakan sesuatu yang kontraproduktif.

D. Administrasi Harga Transfer


1. Negosiasi
Pada sebagian besar perusahaan, unit-unit usaha menegosiasikan harga transfer
satu sama lain. Penentuan harga transfer tidak selamanya ditentukan oleh kelompok

11
staf pusat. Unit-unit usaha harus mengetahui aturan dasar yang dijadikan patokan
dalam melakukan negosiasi harga tersebut. Dimana aturan harus mengatur
sedemikian rupa supaya penentuan harga transfer tidak semata-mata ditentukan
oleh keahlian individu dalam bernegosiasi. Tanpa adanya aturan semacam ini,
manajer yang paling keras kepala akan melakukan negosiasi dengan harga yang
menurut ia paling pantas.
2. Arbitrase dan Penyelesaian Konflik
Bagaimanapun rincinya peraturan penentuan harga (pricing rules), mungkin ada
kasus dimana unit-unit usaha tidak dapat menyetujui harga tertentu. Untuk alasan
tersebut, suatu prosedur harus dibuat untuk menangani arbitrase harga transfer.
Terdapat tingkat formalitas yang luas dalam arbitrase harga transfer. Contoh
ekstremnya adalah menyerahkan tugas untuk menangani arbitrase kepada seorang
eksekutif (wakil presiden keuangan/wakil presiden eksekutif) yang berbicara kepada
para manajer unit usaha yang terlibat dan kemudian menetapkan harga.
Ketika jalan arbitrase tersebut tidak bisa menemukan solusinya, maka cara lain
adalah membentuk suatu komite yang khusus menangani arbitrase ini. Komite ini
biasanya memiliki 3 (tiga) tanggungjawab, yaitu :
 Menyelesaikan arbitrase harga transfer
 Meninjau alternative perolehan sumber daya yang mungkin ada
 Mengubah peraturan harga transfer bila perlu
Arbitrase dalam dilakukan dengan beberapa cara. Dalam sistem yang formal, kedua
pihak menyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak penengah/pendamai
(arbitrator). Arbitrator akan meninjau posisi mereka masing-masing dan memutuskan
harga yang akan ditetapkan, kadang kala dengan bantuan staf kantor yang lainnya.
Selain tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan
juga mempengaruhi efektivitas suatu system harga transfer. Terdapat 4 (empat) cara
untuk menyelesaikan konflik, diantaranya :
a. Memaksa (forcing)
b. Membujuk (smoothing)
c. Menawarkan (bargaining)
d. Penyelesaian Masalah (problem solving)
3. Klasifikasi Produk
Beberapa perusahaan mengklasifikasikan produknya kedalam 2 (dua) kelas:
 Kelas I
Meliputi seluruh produk yang mana manajemen senior ingin mengendalikan
perolehan sumber daya. Produk ini biasanya merupakan produk-produk yang

12
bervolume besar; produk-produk yang tidak memiliki sumber dari luar; dan
produk-produk yang produksinya tetap ingin dikendalikan oleh pihak manajemen
demi alasan kualitas atau alasan tertentu.
 Kelas II
Meliputi seluruh produk lainnya. Secara umum, produk-produk yang dapat
diproduksi di luar perusahaan tanpa adanya gangguan terhadap operasi yang
sedang berjalan; produk-produk yang volumenya relative kecil diproduksi dengan
peralatan umum (general-purpose equipment). Produk-produk kelas II ditransfer
pada harga pasar.

Perolehan sumber daya untuk produk Kelas I dapat diubah hanya dengan izin dari
manajemen pusat. Sedangkan perolehan sumber daya untuk produk Kelas II
ditentukan oleh unit-unit usaha yang terlibat. Unit-unit penjual dan pembeli dapat
dengan bebas bertransaksi dengan pihak dalam ataupun luar perusahaan.

13

Anda mungkin juga menyukai