Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN MATA KULIAH

TEORI AKUNTANSI
“KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI AKUNTANSI”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5

Nama Anggota Kelompok:


Ida Ayu Febryana Delarthana Sari (11/2007531109)
Ni Komang Nirmala Putri Cahyani (17/2007531147)
Ni Kadek Parissa Prawisanthi (28/2007531245)

Dosen Pengampu: Dr. Gerianta Wirawan Yasa, S.E.,M.Si.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
1. Pendahuluan

Laporan keuangan memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi entitas


pelaporan, klaim terhadap entitas pelaporan, dan dampak transaksi serta peristiwa dan
kondisi lain yang mengubah sumber daya dan klaim tersebut. Beberapa laporan keuangan
juga mencakup materi penjelasan tentang harapan dan strategi manajemen untuk entitas
pelaporan dan jenis informasi berwawasan ke depan lainnya.

Karakteristik kualitatif informasi keuangan yang berguna berlaku untuk informasi


keuangan yang disediakan dalam laporan keuangan, serta informasi keuangan yang
disediakan dengan cara lain. Kriteria yang menjadi pedoman kebijakan akuntansi sangat
erat kaitannya dengan masalah apakah informasi suatu objek bermanfaat untuk
pengambilan keputusan bagi pihak pemakai yang dituju. Kebermanfaatan (usefulness)
merupakan suatu karakteristik yang hanya dapat ditentukan secara kualitatif dalam
hubungannya dengan keputusan, pemakai, dan keyakinan pemakai terhadap informasi.
Oleh karena itu, kriteria ini secara umum disebut karakteristik kualitatif (qualitative
characteristics) atau kualitas (qualities) informasi akuntansi.

2. Karakteristik Kualitatif Fundamental

Karakteristik kualitatif fundamental yang membuat informasi akuntansi berguna


untuk pengambilan keputusan adalah relevance (keberpautan) dan representational
faithfulness (ketepatan penyimbolan).

2.1 Relevance (keberpautan)

Menurut buku Suwardjono, relevance (keberpautan) adalah kemampuan informasi


untuk membantu pemakai pemakai dalam membedakan beberapa alternatif keputusan
sehingga pemakai dapat dengan mudah menentukan pilihan. Bila dihubungkan
dengan tujuan pelaporan keuangan, keberpautan adalah kemampuan informasi untuk
membantu investor, kreditor, dan pemakai lain dalam menyusun prediksi-prediksi
tentang beberapa munculan (outcomes) dari kejadian masa lalu, sekarang, dan masa
datang atau dalam mengonfirmasi atau mengkoreksi harapan-harapannya. Informasi
juga berpaut (relevan) dengan keputusan investasi kalau informasi tersebut mampu
mengkonfirmasi ketidakpastian suatu keputusan yang telah dibuat sehingga keputusan
tersebut tetap dipertahankan atau diubah. Bila dihubungkan dengan pemakai,
Hendriksen dan van Breda (1992, hlm. 134) mengartikan keberpautan dalam tiga
aspek yaitu: keberpautan tujuan (goal relevance) yaitu kemampuan informasi dalam
membantu para pemakai untuk mencapai tujuannya; keberpautan semantik (semantic
relevance) yaitu kemampuan informasi untuk dipahami maknanya oleh para pemakai
sesuai dengan makna yang ingin disampaikan; dan keberpautan keputusan (decision
relevance) yaitu kemampuan informasi untuk memfasilitasi proses pengambilan
keputusan oleh para pemakai. Apabila informasi keuangan dapat memberikan
perbedaan dalam pengambilan keputusan oleh pengguna informasi maka informasi
dapat dikatakan relevan. Informasi yang relevan memiliki kriteria:

a. Predictive value (nilai prediktif), jika informasi tersebut dapat digunakan


sebagai masukan bagi proses yang digunakan pengguna dalam memprediksi
masa depan. Dengan kata lain, nilai prediksi adalah kemampuan informasi
dalam memperbaiki kemampuan atau kapasitas pembuat keputusan untuk
melakukan prediksi. Hendriksen dan van Breda (1992, hlm. 135) mendeskripsi
beberapa cara melakukan nilai prediksi atas dasar bagaimana informasi
membantu proses prediksi. Cara tersebut adalah langsung (direct), misalnya
penyediaan data ramalan manajemen; tidak langsung (indirect), misalnya
dengan peyediaan data aliran kas historis, indikator arah (lead indicators),
misalnya dengan penyediaan data rasio; dan informasi penegas untuk
informasi yang lain dalam laporan yang sama, misalnya dengan penyediaan
data kenaikan modal setoran untuk menegaskan sumber dana pembangunan
gedung baru.
b. Confirmatory Value (Nilai konfirmasi), jika informasi dapat memberikan
umpan balik (feedback) tentang evaluasi sebelumnya atau keduanya. Sebagai
unsur keberpautan, nilai balikan adalah kemampuan informasi untuk
membantu pemakai dalam mengonfirmasi dan mengkoreksi harapan-harapan
pemakai di masa lalu dan dijadikan basis mengevaluasi apakah keputusan-
keputusan masa lalu tepat dengan datangnya informasi tersebut. Sebagai
contoh, informasi dalam statemen keuangan mempunyai nilai balikan kalau
investor dapat mengevaluasi bahwa harga saham dan laba saat statemen
diterbitkan sesuai yang diprediksi sebelumnya.
2.2 Materiality (materialitas)
Merupakan aspek entitas dari relevansi berdasarkan sifat atau item informasi yang
berhubungan dengan konteks entitas individu laporan keuangan. Untuk dilaporkan
melalui statemen keuangan, informasi harus diakui dalam sistem pembukuan sehingga
pengaruhnya terefleksi dalam statemen keuangan. Bila tidak diakui, apakah informasi
tersebut cukup penting untuk dilaporkan melalui media pelaporan yang lain. Namun,
karena perumusan karakteristik kualitatif lebih ditujukan kepada penyusun standar,
masalah yang lebih penting adalah apakah suatu informasi yang telah memenuhi batas
atas (benefit > cost) dan kriteria keberpautan dan keterujian kemudian harus
dilaporkan dalam seperangkat statemen keuangan. Kalau informasi yang memenuhi
kriteria tersebut harus dimasukkan dalam statemen keuangan, statemen keuangan
akan terlalu banyak memuat informasi sehingga akan menjadi sangat tebal. Para
pemakai belum tentu menggunakan semua informasi karena informasi yang berpaut
dengan keputusan dan teruji belum tentu penting bagi mereka. Oleh karena itu,
diperlukan batas bawah untuk menyaring informasi mana yang dianggap penting dan
tidak.

Pada umumnya, penting tidaknya suatu informasi diukur secara kuantitatif.


Ambang batas (threshold) kuantitatif untuk menyaring informasi yang akan diakui
adalah materialitas. Materialitas adalah besar-kecilnya suatu penghilangan atau
penyalahsajian informasi akuntansi yang menjadikan besar kemungkinan bahwa
pertimbangan seorang bijaksana (reasonable person) yang mengandalkan diri pada
informasi tersebut berubah atau terpengaruh oleh penghilangan atau penyalahsajian
tersebut. Untuk menjadi material, magnituda informasi harus dievaluasi bersamaan
dengan kondisi-kondisi yang melingkupi informasi tersebut. Dalam hal ini, FASB
berpendapat bahwa tidak ada standar umum materialitas yang dapat diformulasi
dengan memasukkan semua faktor atau variabel yang masuk dalam suatu
pertimbangan orang berpengalaman. Materialitas merupakan pertimbangan individual
dan hanya dapat dibuat oleh mereka yang mempunyai semua fakta tentang kondisi-
konsisi yang melingkupi suatu keputusan. Pedoman umum yang bersifat rata-rata
tidak dapat mengganti pertimbangan individual yang bersifat khusus atau situasional
walaupun badan autoritatif dapat saja menentukan batas bawah materialitas sebagai
standar.

2.3 Faithful Representation: Completeness, Neutral, Free from Error


Agar berguna, informasi keuangan tidak hanya harus mewakili fenomena yang
relevan, tetapi juga harus dengan setia mewakili fenomena yang dinyatakannya.
Untuk menjadi representasi yang sangat setia, sebuah penggambaran akan memiliki
tiga karakteristik, yaitu lengkap, netral, dan bebas dari kesalahan.

a. Lengkap (Completeness)

Penggambaran lengkap mencakup semua informasi yang diperlukan bagi


pengguna untuk memahami fenomena yang dilukiskan, termasuk semua deskripsi
dan penjelasan yang diperlukan. Misalnya, penggambaran lengkap sekelompok
aset akan mencakup, setidaknya, deskripsi sifat aset dalam grup, penggambaran
numerik dari semua aset dalam grup, dan deskripsi tentang gambaran numerik
mewakili (misalnya, biaya asli, biaya yang disesuaikan, atau nilai wajar). Untuk
beberapa item, penggambaran yang lengkap juga dapat mengandung penjelasan
fakta signifikan tentang kualitas dan sifat barang, faktor dan keadaan yang dapat
mempengaruhi kualitas dan sifat mereka, dan proses yang digunakan untuk
menentukan penggambaran angka.

b. Netral (Neutral)

Penggambaran yang netral adalah tanpa bias dalam pemilihan atau penyajian
informasi keuangan. Penggambaran yang netral tidak miring, berbobot,
ditekankan, tidak ditekankan, atau dimanipulasi untuk meningkatkan
kemungkinan bahwa informasi keuangan akan diterima dengan baik atau tidak
menyenangkan oleh pengguna. Informasi netral tidak berarti informasi tanpa
tujuan atau tanpa pengaruh pada perilaku.

c. Bebas dari Kesalahan (Free from Error)

Bebas dari kesalahan berarti tidak ada kesalahan atau kelalaian dalam
deskripsi fenomena, dan proses yang digunakan untuk menghasilkan informasi
yang dilaporkan telah dipilih dan diterapkan tanpa kesalahan dalam proses. Dalam
konteks ini, bebas dari kesalahan bukan berarti akurat dalam segala hal.
Representasi yang setia, dengan sendirinya, tidak selalu menghasilkan informasi
yang berguna.
Meningkatkan Karakteristik Kualitatif Mendasar

Informasi harus relevan dan terwakili dengan baik jika bermanfaat. Baik representasi
yang setia dari fenomena yang tidak relevan, maupun representasi yang tidak setia
dari fenomena yang relevan, membantu pengguna membuat keputusan yang baik.
Proses yang paling efisien dan efektif untuk menerapkan karakteristik kualitatif
mendasar biasanya adalah (1) identifikasi fenomena ekonomi yang memiliki potensi
untuk berguna bagi pengguna informasi keuangan entitas pelaporan, (2) identifikasi
jenis informasi tentang fenomena itu yang paling relevan jika tersedia dan dapat
diwakili dengan setia, dan (3) tentukan apakah informasi itu tersedia dan dapat
diwakili dengan setia. Jika demikian, proses memuaskan karakteristik kualitatif
mendasar berakhir pada titik itu. Jika tidak, proses ini diulang dengan jenis informasi
yang paling relevan berikutnya.

3. Karakteristik Kualitas Pendukung (Meningkatkan Karakteristik Kualitatif)

Keterbandingan (Comparability), Keterujian (Verifiability), Ketepatanwaktu


(Timeliness), dan Keterpahamian (Understandability) adalah karakteristik kualitatif yang
meningkatkan kegunaan informasi yang relevan dan terwakili dengan setia. Peningkatan
karakteristik kualitatif juga dapat membantu menentukan mana dari dua cara yang harus
digunakan untuk menggambarkan suatu fenomena jika keduanya dianggap sama relevan
dan terwakili dengan setia.

3.1 Keterbandingan (Comparability)

Keterbandingan adalah karakteristik kualitatif yang memungkinkan para pemakai


informasi untuk mengidentifikasi dan memahami persamaan dan perbedaan antara
dua perangkat fenomena ekonomik (misalnya dua perangkat statemen keuangan yang
merepresentasi kegiatan dua badan usaha). Konsistensi meskipun terkait dengan
komparabilitas, namun konsistensi tidak sama. Konsistensi disini mengacu pada
penggunaan metode yang sama untuk item yang sama, baik dari periode ke periode
dalam entitas pelaporan atau dalam satu periode antar entitas. Sedangkan,
komparabilitas adalah tujuan.

Dua hal atau lebih dapat dibandingkan jika mereka mempunyai beberapa
karakteristik bersama (characteristics in common) sebagai basis perbandingan.
Contoh karakteristik bersama dua perusahaan misalnya adalah asset, pertumbuhan
(growth), ukuran (size), cacah pegawai, likuiditas, dan laba. Perbandingan akan
bermakna (meaningful) hanya jika kuantitas (magnitude) karakteristik bersama
dihasilkan dengan dasar, standar, prosedur, atau metoda yang sama. Dalam akuntansi,
bukan hanya unit pengukur yang sama yang disyaratkan melainkan juga definisi yang
sama tentang suatu objek.

Agar suatu informasi dapat diperbandingkan, hal-hal seperti itu harus terlihat
sama dan hal-hal berbeda harus terlihat berbeda. Keterbandingan suatu informasi
keuangan ditingkatkan dengan membuat hal-hal yang terlihat berbeda. Beberapa
tingkat komparabilitas mungkin dicapai dengan memenuhi karakteristik kualitatif
mendasar. Representasi yang setia dari fenomena ekonomi yang relevan harus secara
alami memiliki beberapa tingkat komparatif dengan representasi yang setia dari
fenomena ekonomi relevan yang serupa oleh entitas pelaporan lain. Meski satu
fenomena ekonomi bisa setia direpresentasikan dalam berbagai cara, memungkinkan
metode akuntansi alternatif untuk fenomena ekonomi yang sama mengurangi
komparabilitas.

3.2 Keterujian (Verifiability)

Keterujian (verifiability) sebagai unsur pendukung keterandalan (reliability)


adalah kapabilitas dari sebuah informasi untuk memberikan keyakinan pasti kepada
para pengguna laporan keuangan karena tersedianya sarana bagi para pengguna untuk
menguji secara mandiri (independen) ketepatan pada penyimbolan (kebenaran atau
validitas suatu informasi). Misalnya, penyimbolan “Persediaan senilai Rp500.000”,
penyimbolan ini dapat diverifikasi untuk memberikan keyakinan yang pasti kepada
para pengguna seperti:

a. Apakah persediaan barang tersebut secara fisik memang ada.


b. Apakah nilai Rp500.000 merupakan hasil perhitungan yang benar secara
sistematis (tidak mengandung kesalahan hitung).
c. Apakah Rp500.000 merupakan angka yang obektif (tidak bias).
d. Apakah Rp500.000 benar-benar merupakan kos (sesuai PABU).
e. Apaka semua persediaan barang sudah dimasukkan ke dalam persediaan
tersebut.
f. Apakah tidak ada persediaan barang yang belum dimasukkan.

Proses verifikasi dalam akuntansi sendiri tidak selalu menjamin bahwa suatu
informasi memiliki kualitas ketepatan penyimbolan yang benar karena sebenarnya
ketepatan penyimbolan merupakan ketentuan yang dihasilkan dari pertekayasaan
pelaporan keuangan. Secara sederhana, dapat diartikan bahwa keterujian merupakan
kemampuan dari suatu informasi untum merepresentasi penyimbolan sesuai dengan
konsesus dengan keyakinan bahwa cara pengukuran yang dipilih telah diaplikasikan
tanpa kesalahan atau bias. Dengan demikian, verifikasi tidak dimaksudkan untuk
meyakinkan bahwa dasar pengukuran relevan keputusan yang dituju.

Proses verifikasi dalam akuntansi sendiri tidak selalu menjamin bahwa suatu
informasi memiliki kualitas ketepatan penyimbolan yang benar karena sebenarnya
ketepatan penyimbolan merupakan ketentuan yang dihasilkan dari pertekayasaan
pelaporan keuangan. Secara sederhana, dapat diartikan bahwa keterujian merupakan
kemampuan dari suatu informasi untum merepresentasi penyimbolan sesuai dengan
konsesus dengan keyakinan bahwa cara pengukuran yang dipilih telah diaplikasikan
tanpa kesalahan atau bias. Dengan demikian, verifikasi tidak dimaksudkan untuk
meyakinkan bahwa dasar pengukuran relevan keputusan yang dituju.

3.3 Ketepatwaktuan (Timeliness)


Ketepatanwaktu (timeliness) sebagai aspek pendukung keberpautan (relevance)
adalah ketersediaannya informasi bagi pengambil keputusan pada saat waktu
dibutuhkan sebeluminformasi tersebut kehilangan esensinya dalam pengambilan
keputusan. Secara umum, informasi yang tidak segera digunakan akan mengurangi
nilai kebermanfaatannya dalam pengambilan keputusan. Namun, beberapa informasi
bisa memiliki kebermanfaatan dalam jangka panjang setelah akhir periode pelaporan
karena beberapa pengguna informasi perlu mengidentifikasi dan menilai tren
informasi tersebut.
Pada dasarnya, ketepatanwaktu tidak membuat informasi menjadi berpaut/relevan
tetapi kurangnya aspek ketepatwaktuan dalam ketersediaan informasi ini akan
menghilangkan relevansi yang ada pada informasi tersebut. Pada waktu tertentu,
Ketika mengejar keberpautan dan ketepatwaktuan untuk mencapai kebermanfaatan
maka aka nada kualitas lain yang harus dikorbankan yaitu kualitas keterandalan.
3.4 Keterpahamian (Understandability)
Keterpahamian adalah kemampuan informasi agar bisa dipahami dengan baik oleh
para pengguna informasi. Keterpahamian suatu informasi dipengaruhi oleh dua
faktor yaiut pengguna informasi dan informasi itu sendiri. Dalam analogi yang
diberikan oleh FASB, suatu informasi dianalogikan sebagai alat atau perkakas (tool).
Alat tersebut dapat bermanfaat bagi pemakainya apabila pemakai tersebut memang
membutuhkan alat tersebut dan bersedia untuk mempelajari cara kerja alat tersebut.
Secanggih apapun alat tersebut atau sebermanfaat apapun informasi tersebut apabila
pemakai tidak membutuhkannya dan tidak mengerti cara kerja dari alat atau
informasi tersebut maka alat/informasi tersebut menjadi tidak berguna. Oleh karena
itu, FASB menetapkan tujuan untuk menetapkan kriteria kebermanfaatan atas dasar
karakteristik pemakai dan informasi sekaligus yang tertuang dalam SFAC No. 1
Paragraf 34, yaitu “Tujuan pelaporan keuangan menekankan bahwa pelaporan
keuangan harus memberikan informasi yang dapat digunakan oleh kreditur untuk
mengambil keputusan mengenai kredit dan oleh investor untuk pengambilan
keputusan investasi.”
4. Kendala Manfaat dan Biaya dalam Penggunaan Laporan Keuangan
Biaya merupakan kendala yang luas atas informasi yang dapat disediakan oleh
laporan keuangan. Ada beberapa jenis biaya dan manfaat yang perlu dipertimbangkan
dala pengunaan laporan keuangan agar lebih efektif dan efisien. Penyedia informasi
keuangan mengeluarkan sebagian besar usaha yang terlibat dalam pengumpulan,
pengolahan, memverifikasi, dan menyebarluaskan informasi keuangan, namun para
pengguna akhirnya menanggung biaya-biaya dalam bentuk berkurangnya return.
Pelaporan informasi keuangan yang relevan dan memiliki nilai representasi yang tepat
akan membantu pengguna untuk membuat keputusan dengan lebih yakin dan pasti.
Dalam menerapkan kendala biaya, dewan akan menilai apakah manfaat dari pelaporan
informasi tertentu cenderung untuk membenarkan biaya yang dikeluarkan untuk
menyediakan dan menggunakan informasi tersebut.
Karena subjektivitas yang melekat maka penilaian individu yang berbeda atas biaya
dan manfaat dari pelaporan barang-barang tertentu atas informasi keuagan akan
bervariasi. Oleh karena itu dewan berupaya untuk mempertimbangkan biaya dan manfaat
dalam kaitannya dengan pelaporan keuangan umum dan tidak hanya dalam kaitannya
dengan entitas pelaporan individu.
5. Perbandingan SFAC No. 8 (FASB) dengan KKPK (SAK)

Dalam konteks karakteristik kualitatif infromasi keuangan bermanfaat, terdapat


beberapa perbedaan antara Statement of Finanial Accountuing Concepts (SFAC) No. 8
dari FASB dengan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) dari SAK
Indonesia. Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan perumusan
konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk pengguna
eksternal. Kerangka Konseptual bukan merupakan PSAK sehingga tidak mendefinisikan
standar untuk pengukuran atau isu pengungkapan tertentu. Kerangka Konseptual ini pun
tidak mengungguli PSAK tertentu.

SFAC No. 8 (FASB) KKPK (SAK) 2019

 Karakteristik kualitatif informasi  Karakteristik kualitatif informasi


keuangan bermanfaat terletak pada keuangan bermanfaat terletak pada
BAB 3 BAB 2
 Karakteristik Kualitatif  Karakteristik Kualitatif
Fundamental Fundamental
Relevance: Relevansi
Predictive value, Confirmatory value Materialitas
Materiality Representasi tepat
Faithful Representation: Penerapan karakteristik kualitatif
Completeness, neutral, free from error fundamental
 Karakteristik Kualitas Pendukung  Karakteristik Kualitatif Peningkat
(Meningkatkan karakteristik kualitatif) Keterbandingan
Comparability Keterverifikasian
Verifiability Ketepatwaktuan
Timeliness Keterpahaman
Understandability Penerapan karakteristik kualitatif
peningkat
DAFTAR PUSTAKA

Financial Accounting Standards Board. 2010. Statement of Financial Accounting Concepts


(SFAC) No. 8. Accessed September 2022, 16. https://adoc.pub/statements-of-
financial-accounting-concept-sfac.html.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2019. Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK).


Accessed September 2022, 15. http://iaiglobal.or.id/v03/files/file_berita/DE
%20Kerangka%20Konseptual%20Pelaporan%20Keuangan%20(KKPK).pdf.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta:


BPFE.

Anda mungkin juga menyukai