Anda di halaman 1dari 14

TEORI AKUNTANSI

KARAKTERISTIK KUALITAS INFORMASI

Oleh:

Kelompok 3

Ni Putu Indah Berliana (1807531014)


I Gusti Agung Candrika Mahadewi (1807531017)
Wayan Mila Cahya Sari (1807531027)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
POKOK BAHASAN:
A. Karakteristik Kualitas Informasi
B. Nilai Informasi
C. Kualitas Primer (Fundamental Characteristics)
D. Kualitas Sekunder (Enhancing Characteristics)
E. Materialitas
F. Bobot Keberpautan dan Keterandalan

PEMBAHASAN:
A. KARAKTERISTIK KUALITAS INFORMASI
Rerangka konseptual merupakan pedoman (semacam konstitusi) bagi penyusun
standar (FASB) untuk memutuskan apakah suatu objek atau kejadian harus diwajibkan,
melalui standar akuntansi, untuk dilaporkan oleh badan usaha atau organisasi. Penentuan
apakah suatu objek layak dilaporkan atau tidak dan bagaimana melaporkannya
melibatkan apa yang disebut pilihan/alternatif akuntansi (accounting choices) atau
kebijakan akuntansi (accounting policies) karena tersedianya berbagai alternatif perlakuan
akuntansi Jadi, ada dua level kebijakan akuntansi yaitu penyusun standar dan badan usaha
secara individual. Rerangka konseptual harus memuat kriteria untuk mengevaluasi apakah
suatu objek layak untuk dilaporkan dalam kaitannya dengan tujuan pelaporan keuangan.
Sehingga kebijakan akuntansi yang diputuskan akan tetap mengarah ke pencapaian tujuan
pelaporan.
Kriteria yang menjadi pedoman kebijakan akuntansi sangat erat kaitannya dengan
masalah apakah informasi suatu objek bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi
pihak pemakai yang dituju. Kebermanfaatan merupakan suatu karakteristik yang hanya
dapat ditentukan secara kualitatif dalam hubungannya degngan keputusan pemakai dan
keyakinan pemakai terhada informasi. Oleh karena itu, kriteria ini secara umum disebut
karakteristik kualitatif atau kualitas informasi akuntansi.
Dalam mengidentifikasi dan menetapkan karakteristik kualitatif informasi, FASB
harus berpedoman pada tiga gagasan dan mengaitkannya dengan proses penalaran dan
pertimbangan (judgment) oleh penyusun standar atau penyusun statemen (manajemen)
dalam memilih alternatif atau kebijakan akuntansi. Tiga gagasan tersebut terdiri atas
Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut berpaut dengan keputusan yang
menjadi sasaran informasi, informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut dipahami
dan digunakan oleh pemakai, serta informasi juga akan bermanfaat kalau pemakai
mempercayai informasi tersebut. Dalam menentukan kebijakan akuntansi terdapat
berbagai pertimbangan yang digambarkan melalui bagan berikut:
Proses Pertimbangan dalam Menentukan Kebijakan Akuntansi

Atas dasar tujuan pelaporan, apakah informasi tentang


1 suatu objek perlu disediakan kepada para pemakai?

2 Apakah manfaat informasi melebihi kos penyediaan?

3 Apakah pemakai mampu mencerna informasi tersebut?

4 Apakah pemakai mampu mencerna informasi tersebut?

5 Apakah informasi tersebut memengaruhi keputusan?

Apakah dilaporkan via statemen keuangan atau media


6
pelaporan yang lain?

Pertimbangan 1 berkaitan dengan masalah siapa yang dituju dan bagaimana


kedudukan yang dituju terhadap organisasi atau badan usaha. Dalam hal ini, yang dituju
adalah investor, kreditor, dan pemakai Iain yang tidak mempunyai akses informasi
kecuali dari statemen keuangan. Pemakai informasi akuntansi (users of accounting
inforination) menjadi pertimbangan penting apakah suatu informasi harus disediakan
dalam pelaporan keuangan.
Pertimbangan 2 berkaitan dengan aspek karakteristik dan keterbatasan informasi yang
melandasi tujuan pelaporan keuangan. Aspek ini adalah bahwa penyediaan dan
penggunaan informasi memerlukan atau melibatkan kos. Makin banyak jenis dan
kuantitas informasi yang dianggap dermanfaat makin besar pula kos untuk menyediakan.
Informasi akan dipertim angkan untuk masuk ke dalam pelaporan keuangan kalau
manfaatnya melebihi kas penyediaan.
Pertimbangan 3 dimaksudkan FASB untuk menentukan kualifikasi minimal para
pemakai sehingga suatu informasi terpahami (understandable). Kalau pemakai tidak dapat
mencerna informasi yang disajikan, akhirnya formasi akan menjadi tidak digunakan yang
berarti tidak bermanfaat kalau disedt akan. Oleh karena itu, kualitas informasi juga harus
sepadan dengan kuata pemakai (user-specific qualities). Diharapkan kualifikasi minimal
ini menjadi pertimbangan penentu kebijakan akuntansi pada penyusun standar atau badan
usaha.
Dalam melakukan proses pertimbangan 4 dan 5, perlu dipahami asumsi mengenai
“Bila suatu informasi dapat dipahami pemakai, apakah informasi tersebut akan dipakai?”.
Informasi akan dipakai kalau terdapat. kebermanfaatan keputusan tdecision usefulness)
bagi pemakai. Rerangka konseptual perlu menentukan kualitas informasi spesifik-
keputusan (decision-specific qualities) yang menjadi kriteria kebermanfaatan agar
penentu kebijakan akuntansi mempunyai pedoman untuk melakukan pertimbangan 4 dan
5. FASB merumuskan kualitas spesifik ini dalam dua kategori yaitu:
1. Kualitas Primer (Fundmental Characteristics)
Kulaitas primer (Fundmental Characteristics) terdiri atas:
a. Kerelevanan (Relevance) atau Keberpautan
Unsur relevan ini adalah nilai prediktif, nilai balikan dan ketepatwaktuan.
b. Reliabilitas (Reliability) atau Keterandalan
Unsur reliabilitas ini adalah keterujian atau verifiabilitas (verfiaility) dan
ketepatan penyimbolan (representational faithfulness)
2. Kualitas Sekunder (Enhancing Characteristics)
Kualitas Sekunder (Enhancing Characteristics) terdiri atas:

a. Keterbandingan (Comparability)
b. Konsistensi (Consistency)
c. Kenetralan atau netralitas (Neutrality)
d. Keterpahamian (Understandibility)
Bila semua kriteria kualitas dipenuhi, apakah suatu informasi tentang kejadian atau
objek tetap akan dilaporkan? Dalam kenyataanya, akan banyak informasi yang memenuhi
kriteria di atas termasuk rincian atau elaborasi. Kalau semua informasi dan rincian harus
dilaporkan via statemen keuangan maka statemen keuangan akan menjadi sangat tebal
dan informasi tersebut malahan akan bersifat mengganggu (distracting) daripada
menerangkan (illuminating). Untuk membantu pengambil kebijakan akuntansi melakukan
pertimbangan 6, diperlukan kriteria untuk menyaring informasi mana yang harus
dilaporkan melalui statemen keuangan dan mana yang harus dilaporkan melalui cara lain.
Dengan kata lain, diperlukan suatu penyaring atau ambang pengakuan (threshold for
recognition) informasi untuk masuk ke statemen keuangan. Penyaring ini adalah materi-
alitas (materiality).

B. NILAI INFORMASI
Informasi harus bermanfaat bagi para pemakai mengandung makna bahwa informasi
harus mempunyai nilai. Informasi dapat dikatakan mempunyai nilai (kebermanfaatan
keputusan) apabila informasi tersebut:
1. Menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di masa lalu,
sekarang, atau masa datang.
2. Menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas terealisasinya suatu
harapan dalam kondisi ketidakpastian.
3. Mengubah keputusan atau perilaku para pemakai.

C. KUALITAS PRIMER (FUNDAMENTAL CHARACTERISTICS)


Yang namanya kualitas premer haruslah ada dalam suatu informasi karena kualitas jenis
ini bermanfaat untuk nantinya dipergunakan dalam pengambilan keputusan. Ada 2
karakteristik dari suatu kualitas primer, yaitu:
1. Keberpautan atau Kerelevanan (Relevance)
Merupakan salah satu karakteristik dari suatu kualitas primer dalam suatu
informasi yang merupakan suatu kemampuan informasi dalam membantu
penggunanya untuk membedakan beberapa alternatif keputusan yang ada sehingga
pemakai dapat dengan mudah menentukan satu dari alternatif-alternatif yang ada.
a. Bila dihubungkan dengan tujuan pelaporan, dimana kerelevanan merupakan
kemampuan untuk memberikan suatu informasi kepada pihak eksternal maupun
internal terkait dengan suatu konfirmasi ketidakpastian yang ada sehingga mudah
untuk memutuskan suatu hasil.
b. Sedangkan bila dihubungkan dengan pemakai (Hendriksen dan Van Breda, 1992)
mendefinisikan kerelevanan meliputi 3 aspek, yaitu:
1. Tujuan (Goal Relevance), merupakan kemampuan informasi dalam
Keberpatan membantu pemakainya mencapai tujuan tertentu
2. Keberpautan Semantik (Semantic Relevance), merupakan kemampuan dalam
memberikan makna suatu informasi agar dapat dipahami oleh pemakainya
3. Keberpautan Keputusan (Decision Relevance), merupakan kemampuan
informasi untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh pemakai
Suatu informasi dapat dikatakan memiliki kerelevanan yang baik apabila
memenuhi beberapa kriteria tertentu daam kerelevanan, yaitu:
a. Nilai Prediktif (Predictive Value)
Merupakan kemampuan informasi untuk dapat membantu pemakai untuk
memprediksi hasil-hasil yang akan diperoleh di masa-masa yang akan datang.
Misalnya saja saat kita ingin mengambil keputusan untuk melakukan pembelian
saham di suatu perusahaan, maka kita dapat melihat laporan keuangan historis
perusahaan tersebut (5 tahun terakhir) untuk memprediksi apakah di masa yang
akan datang perusahaan ini masih tetap terjaga eksistensinya ataukan tidak.
b. Nilai Balikan (Feedback Value)
Merupakan suatu kemampuan informasi untuk dapat melakukan koreksi
terhadap harapan pemakai di masa lalu. Jadi dengan kata lain, nilai balikan ini
akan melakukan evaluasi apakah keputusan masa lalu yang diambil oleh pemakai
tersebut tepat ataukah tidak.
c. Ketepatwaktuan (Timeliness)
Sebagai aspek pendukung dalam keberpautan, ketepatwaktuan diartikan
sebagai kemampuan dalam hal menyediakan segala bentuk informasi yang
dibutuhkan oleh pemakai tepat pada waktu (sebelum kehilangan kekuatan untuk
mempengaruhi suatu keputusan yang dibuat).
Antara ketepatwaktuan (timeliness) dengan keakurasian (accurascy) sering
terjadi saling-korban (trade-off) dalam memperoleh suatu kebermanfaatan. Hal ini
karena terkadang dalam mencapai suatu ketepatwaktuan penyaluran informasi
tersebut digunakan suatu data taksiran/prediksi (dibandingkan tidak ada data sama
sekali, maka dipakailan suatu data taksiran). Untuk itu, para pemakailah yang
akan menentukan apakah tetap akan menggunakan data taksiran tersebut ataukan
tidak.
2. Keterandalan (Reliability)
Merupakan suatu kemampuan dari informasi untuk dapat memberikan keyakinan
tentang suatu kevalidan atau kebenaran suatu informasi. Jadi informasi akan
berkualitas tinggi saat pemakainya yakin bahwa informasi tersebut benar, atau
sebaliknya, suatu informasi akan berkuliatas rendah saat pemakainya meragukan
kebenaran informasi tersebut.
Untuk memastikan apakah suatu informasi telah memiliki keterandalan, unsur
yang harus ada dalam suatu infornasi adalah:
a. Keterujian (Verifiability)
Merupakan kemampuan untuk memberi keyakinan pada pemakai bahwa
informasi yang diberikan dapat diuji kebenarannya dengan menggunakan alat uji
tertentu. Namun disini, verifikasi tidak selalu menjamin bahwa suatu informasi
tersebut mempunyai kualitas ketepatan penyimbolan yang tinggi dan lebih
berkaitan dengan meminimalkan suatu bias dalam proses pengukuran. Hal ini
karena ketepatan penyimbolan yang sebenarnya merupakan suatu hasil dari
perekayasaan pelaporan keuangan.
b. Ketepatan Penyimbolan (Representational Faithfullness)
Merupakan kesesuaian atau kecocokan antara deskripsi dengan fenomena
yang dideskripsikan. Dalam akuntansi, fenomena tersebut seperti kondisi fisik,
kondisi keuangan, kewajiban keaungan, maupun bukti transaksi lainnya.

Berikut merupakan penggambaran dari ketepatan penyimbolan tersebut


Dari penggambaran tersebut, dapat terlihat bahwa persediaan perusahaan
berjumlah Rp400.000 (merupakan berbagai barang yang ada di gudang perusahaan).
Nah, dari nominal tersebut, maka akan muncul pertanyaan seperti “apakah persediaan
yang ada di gudang benar-benar sebesar Rp400.000?” karena bisa saja ada persediaan
barang yang sudah rusak. Nah, untuk itu, maka diperlukan adanya ketepatan
penyimbolan dalam akuntansi yang menyangkut ketepatan deskripsi (seperti kas,
piutang, dan kewajiban) dan juga kevalidan (kebenaran) pengukuran yang dilakukan
untuk mengetahui berapa sebenarnya nominal dari akun-akun yang ada dalam laporan
suatu perusahaan.

D. KUALITAS SEKUNDER (ENHANCING CHARACTERISTICS)


1. Keterbandingan
Keterbandingan adalah kemampuan informasi untuk membantu para pemakai
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua fenomena ekonomik, misalnya
antara dua statemen keuangan yang merepresentasi kegiatan dua badan usaha.
Keterbandingan merupakan unsur tambahan yang menjadikan sebuah informasi
bermanfaat. Informasi tentang suatu badan usaha akan bertambah tingkat
kebermanfaatannya bila dapat dibandingkan dengan informasi serupa tentang
beberapa badan usaha yang sama dalam periode yang berbeda. Jadi, informasi tentang
suatu objek akan meningkat jika informasi tersebut dibandingkan dengan suatu patok
duga (benchmark).
Suatu objek dapat dibandingkan dengan objek lain apabila memiliki karakteristik
yang sama, misalnya karakteristik yang sama antara dua perusahaan yaitu aset,
pertumbuhan (growth), ukuran (size), cacah pegawai, likuiditas, dan laba.
Perbandingan dilakukan dengan mengukur karakteristik tersebut secara kuantitatif.
Perbandingan akan bermakna apabila kuantitas dari karakteristik bersama tersebut
dihasilkan dari dasar, standar, prosedur, atau metode yang sama. Dalam akuntansi
bukan saja unit yang sama yang menjadi tolok ukur, namun juga definisi yang sama
tentang suatu objek, artinya pengertian laba antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lain harus sama. Keterandalan hasil perbandingan akan berkurang
atau hilang kalau dua objek tidak dapat diperbandingkan secara bermakna. Contoh:
Dalam membandingkan beban depresiasi sebuah peralatan antara dua perusahaan
harus memiliki dasar dan metode yang sama misalnya sama-sama menggunakan
metode garis lurus agar hasil perbandingan tersebut bermakna.
Standar akuntansi menjamin bahwa keterbandingan antara dua badan usaha
memiliki makna yang tinggi, namun di sisi lain standar akuntansi juga memberi
keleluasan bagi badan usaha untuk memilih perlakuan akuntansi yang paling sesuai
dengan kondisi badan usaha. Maka dari itu terjadi tarik menarik dalam proses
perbandingan antara diperlukannya keseragaman (uniformity) atau keragaman
(duversity) dalam perlakuan akuntansi. Berikut merupakan argumen pendukung dari
kedua sifat tersebut:
a. Pendukung Keseragaman (persamaan):
- Adanya berbagai metode akuntansi yang diperbolehkan menjadikan proses
perbandingan antarperusahaan sulit bahkan tidak mungkin dilakukan.
- Keleluasan untuk memilih metode yang cocok dapat membuka kesempatan
bagi manajemen untuk memanipulasi informasi.
- Keseragaman yang ditentukan sendiri oleh profesi atau sektor swasta akan
lebih bermanfaat dibandingkan keseragaman yang dipaksa oleh autoritas
(SEC/BAPEPAM atau Pemerintah).
b. Pendukung Keragaman (perbedaan):
- Keseragaman akan membatasi kebebasan manajemen untuk menentukan
metode terbaik dalam konteks kegiatan perusahaannya.
- Keseragaman prosedur yang kaku justru akan merugikan perbandingan karena
informasi tidak lagi berpaut dan terandalkan untuk kegiatan nyata tiap
perusahaan (tidak sesuai budaya perusahaan).
- Keseragaman menghalangi perubahan yang memang diperlukan untuk
kemajuan perusahaan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa keseragaman menjamin keterbandingan yang tinggi
tetapi dapat mengurangi relevansi dan reliabilitas informasi badan usaha secara
individual. Oleh karena itu, perlu dicapai suatu keseimbangan antara kebutuhan untuk
mencapai keterbandingan yang tinggi tanpa harus mengorbankan relevansi dan
reliabilitas. FASB menyatakan bahwa diantara metode alternatif yang tersedia, tidak
ada satupun yang paling cocok untuk semua perusahaan, FASB termasuk pendukung
keragaman namun dalam batas-batas yang wajar sehingga keterbandingan yang cukup
bermakna tetap dapat dipercayai.
Kualitas informasi yang erat kaitannya dengan keterbandingan adalah konsistensi.
Konsisten mengikuti standar dari periode ke periode tanpa perubahan kebijakan atau
prosedur. Namun apabila mempertahankan konsistensi secara berlebihan dapat
mengurangi kualitas keberpautan informasi dan menghalangi kemajuan, maka dari itu
perusahaan harus mengimbangi konsistensi dengan fleksibilitas guna menerima
perubahan yang nantinya dapat memajukan perusahaan. Kemajuan dapat diartikan
sebagai perubahan yang meningkatkan keberpautan informasi walaupun
keterbandingan akan terpengaruh.

2. Konsistensi (Consistency)
Konsistensi adalah prinsip akuntansi yang menyatakan bahwa sebuah perusahaan
harus tetap menggunakan dan mempertahankan sistem akuntansi yang telah dipilih
dari periode ke periode selanjutnya dan setiap perubahan sistem akuntansi yang
dilakukan harus benar-benar didokumentasikan perusahaan diharapkan dapat menjaga
konsistensi untuk memastikan bahwa catatan keuangan perusahaan tetap akurat dan
koheren. Prinsip konsistensi menjelaskan bahwa perusahaan harus menggunakan
perlakuan akuntansi yang sama untuk setiap kejadian dan transaksi sejenis dari waktu
ke waktu dengan kata lain perusahaan tidak boleh menggunakan salah satu metode
akuntansi untuk hari ini kemudian besok menggunakan metode akuntansi yang lain
kemudian besok nya lagi beralih kembali ke metoda awal. Transaksi harus dicatat
dengan menggunakan metode akuntansi yang sama dari waktu ke waktu untuk
menciptakan konsistensi dalam informasi keuangan yang diberikan kepada kreditor
dan investor atau pihak lain.
Konsistensi dalam Akutansi adalah dasar yang menyatakan bahwa metode yang
sama untuk mencatat akun-akun transaksi harus digunakan dari tahun ke tahun agar
informasi mengenai keuntungan kerugian dan lain lain dapat dibandingkan.

3. Kenetralan (Neutrality)
Kenetralan adalah ketidakberpihakan pada suatu estimasi atau grup tertentu atau
ketakberbiasan dalam perlakuan akuntansi. Ketakberbiasan berarti bahwa informasi
disajikan tidak untuk mengarahkan grup pemakai tertentu agar bertindak sesuai
dengan keinginan penyedia informasi atau untuk memberi keuntungan/kerugian
kepada grup pemakai tertentu atau menghindari akibat/konsekuensi tertentu bagi
sekelompok pemakai.
Kenetralan lebih mempunyai arti penting bagi penyusun standar dibandingkan
bagi pelaksana standar, akan tetapi makna netral tetap sama bagi kedua pihak. Netral
berarti baik dalam merumuskan ataupun mengimplementasikan standar, perhatian
utama adalah relevansi dan reliabilitas informasi yang dihasilkan bukan pengaruh
(efek) standar tersebut kepada pihak pemakai. Netral bukan berarti tanpa tujuan dan
tidak berarti bahwa informasi akuntansi tidak mempengaruhi perilaku.

4. Keterpahaman (Understandibility)
Keterpahaman adalah kemampuan informasi untuk dapat dicerna atau dipahami
maknanya oleh pemakai. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi pemahaman
informasi, yaitu pemakai dan informasi itu sendiri. FASB menganalogikan bahwa
informasi sebagai alat bagi pemakai. Alat akan bermanfaat apabila alat tersebut cocok
atau tepat dan pemakai bersedia untuk mempelajari cara kerja alat tersebut.
Seberapapun canggih alat tersebut, jika pemakai tidak memahami cara kerja dan
kegunaannya maka alat tersebut menjadi tidak bermanfaat. Dengan demikian sebagai
pembuat kebijakan harus berusaha agar informasi dapat dipahami misalnya dengan
memberikan sharing pengetahuan melalui seminar, lokakarya, atau pelatihan.

E. MATERIALITAS
Apabila seluruh informasi diungkapkan dalam statemen keuangan, informasi harus
diakui dalam sistem pembukuan sehingga pengaruhnya terefleksi dalam statemen
keuangan. Namun keputusan untuk tidak mencantumkan suatu informasi dalam statemen
keuangan dapat disebabkan oleh pertimbangan bahwa investor tidak tertarik dengan
informasi tersebut (masalah keberpautan) atau karena jumlah rupiah informasi akuntansi
terlalu kecil untuk mempengaruhi keputusan. Oleh karena itu diperlukan batas bawah
untuk menyaring informasi mana yang dianggap penting dan tidak penting sehingga perlu
diakui atau tidak. Penting tidaknya suatu informasi biasanya diukur dari besar kecilnya
jumlah rupiah (magnitude) objek informasi dibandingkan dengan besar kecilnya jumlah
rupiah objek keputusan. Pada dasarnya penting tidaknya suatu informasi diukur secara
kuantitatif. Materialitas adalah ambang batas (thresold) kuantitatif untuk menyaring
informasi untuk diakui.
Materialitas adalah besar kecilnya atau magnituda suatu penghilangan atau
penyalahsajian informasi akuntansi yang memungkinkan pertimbangan profesional untuk
menghilangkan atau mengabaikan informasi tersebut. Untuk menjadi material, magnituda
informasi harus dievaluasi bersamaan dengan kondisi-kondisi yang melingkupi informasi
tersebut. Pertimbangan materialitas lebih banyak dihadapi oleh manajemen dan auditor di
tataran badan usaha dibandingkan pada perekayasaan atau penyusunan standar. FASB
berpendapat bahwa tidak ada standar umum materialitas yang dapat diformulasikan
dengan memasukkan semua faktor pertimbangan orang berpengalaman. Namun
materialitas merupakan pertimbangan individual dan hanya dapat dibuat oleh mereka
yang mempunyai semua fakta tentang kondisi-kondisi yang melingkupi suatu keputusan.

F. BOBOT KEBERPAUTAN DAN KETERANDALAN


Keberpautan dan keterandalan harus melekat pada suatu informasi dan dalam
pengakuan informasi untuk disajikan dalam statemen keuangan agar informasi tersebut
bermanfaat. Karena pemakai yang berbeda memiliki kepentingan dan kebutuhan yang
berbeda, maka bobot (relative importance) yang diletakkan pada tiap karakteristik juga
berbeda-beda. Dalam kenyataannya keberpautan maksimum (100%) dan keterandalan
maksimum (100%) untuk suatu objek informasi jarang ditemui atau dicapai. Terkadang
akan terdapat situasi trade-off antara keberpautan dan keterandalan karena pada kondisi
tertentu salah satu karakteristik akan lebih ditekankan dengan mengorbankan karakteristik
yang lain untuk mencapai kebermanfaatan optimal. Sebagai contoh, bila suatu informasi
harus disajikan melalui statemen keuangan, maka keterandalan harus merupakan kualitas
yang harus ditekankan (dengan mengorbankan keberpautan), namun sebaliknya apabila
suatu informasi sebaiknya disajikan melalui media selain statemen keuangan, maka nilai
keberpautan yang akan lebih ditekankan.
Jadi setelah batas atas (benefit>kos) dilewati dan informasi cukup material, ambang
keterandalan minimal harus ditetapkan dengan cukup wajar sehingga statemen keuangan
tetap berisi informasi yang cukup layak berpaut dengan keputusan para pemakai. Dengan
demikian statemen keuangan tentu bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA

Belajar Akuntansi Online. “Pengertian Konsistensi daam Teori Akuntansi” dalam


https://www.belajarakuntansionline.com/pengertian-konsistensi-dalam-teori-
akuntansi/. Diakses pada 27 Februari 2021.

Priharto, Sugi. 2018. “Penjelasan Karakteristik Kualitas Informasi Akuntansi Secara


Terperinci” dalam https://cpssoft.com/blog/akuntansi/karakteristik-kualitas-informasi-
akuntansi/. Diakses pada 27 Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai