Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESUME MATERI JUST IN TIME

 Manajemen Persediaan Tradisional


Banyak perusahaan yang masih menggunakan cara tradisional untuk mengelola persediaan
yang dimiliki, misalnya dengan memiliki persediaan minimal yang dimaksudkan untuk
mendukung kelancaran dalam proses produksi. Selain itu, perusahaan juga memperhitungkan
EOQ (Economic Order Quantity) untuk menentukan biaya persediaan yang paling ekonomis.

 Dalam perusahaan manufaktur, terdapat perhitungan 3 macam persediaan yang dihitung


melalui tingkat perputaran (turn overnya), diantaranya:
Bahan B aku yg Digunakan
a. Persediaan bahan baku, dihitung dengan rumus:
Rata−Rata Persediaan Bahan Baku
b. Persediaan barang dalam proses, dihitung dengan rumus:

Harga Pokok Produksi


Rata−Rata Persediaan Barang Dalam Proses
Harga Pokok Penjualan
c. Persediaan barang jadi, dihitung dengan rumus:
Rata−Rata Persediaan Barang Jadi

Hasil Penjualan
atau
Rata−Rata Persediaan Barang Jadi

 Dalam perusahaan dagang, perputaran barang dagangannya dapat dihitung dengan rumus:

Harga Pokok Produksi


atau
Rata−Rata Persediaan Barang Dagangan

Penjualan Bersih
Rata−Rata Persed iaan Barang Dagangan

Hal-hal yang mempengaruhi besar kecilnya nilai dari persediaan bahan baku antara lain:
a. Estimasi dan perencanaan volume penjualan
b. Estimasi dan perencanaan volume produksi
c. Estimasi dan perencanaan kebutuhan bahan baku yg digunakan dalam proses produksi
d. Biaya order pembelian
e. Biaya penyimpanan
f. Harga bahan baku
Dalam mengelola bahan baku dibutuhkan dua unsur biaya variabel utama, yaitu:
a. Biaya pesanan (set up cost), yang terdiri dari biaya proses pemesanan bahan baku, biaya
pengiriman pesanan, biaya penerimaan bahan baku yang dipesan, dan biaya untuk
memproses pembayaran bahan baku yang dibeli.
b. Biaya penyimpanan/penggudangan (carrying cost), yang terdiri dari biaya untuk
mengelola bahan baku (biaya menimbang dan menghitung), biaya sewa gudang, biaya
pemeliharaan dan penyelamatan bahan baku, biaya asuransi, biaya pajak, dan biaya
modal.
Dalam hal ini, perusahaan harus menghitung biaya yang paling ekonomis untuk setiap barang
yang dibeli (dipesan). Penghitungan ini menggunakan rumus EOQ, yaitu:

Contoh Soal:
PT. AGUNG JAYA pada tahun yang akan datang membutuhkan bahan baku sebanyak
120.000 unit. Harga bahan baku per unit adalah Rp1.000. biaya pesan untuk setiap kali
melakukan pemesanan adalah sebesar Rp75.000, sedangkan biaya penyimpanan adalah
sebesar 20% dari nilai rata – rata persediaan.

Ditanya:
a. Berapa jumlah pemesanan paling ekonomis ( EOQ ) ?
b. Berapa kali pemesanan yang harus dilakukan dalam kurun waktu setahun ?

Jawab:
2xRxS
a. EOQ =
√ PxI
2 x 120.000 x Rp 75.000
=
√ Rp 1.000 x 20 %
18.000 .000
=
√ 200
= 300 unit

120.000
b. Pemesanan yang dilakukan perusahaan dalam setahun = = 400 kali pemesanan
300

 Persediaan Model Just In Time (JIT)


Dalam pengelolaan persediaan industri manufaktur, terdapat 2 model yang digunakan, yaitu:
a. Model Just In Time (JIT) atau Tepat Pada Waktunya (TPW), dimana model ini akan
menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis yang sejati karena pemasok ini akan dipasok
bahan bakunya oleh perusahaan
b. Model Tradisional, dimana model ini akan menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis
sementara karena perhitungan laba/ruginya diterapkan pada pemasok yang dapat
mengganggu proses produksi suatu perusahaan.

 Pejelasan JIT
 Jika suatu perusahaan menerapkan model JIT, maka prusahaan tidak perlu lagi
menaggung biaya persediaan karena persediaan akan disimpan oleh pemasok dan akan
datang hanya pada saat perusahaan membutuhkan bahan baku tersebut.
 Perusahaan yang menerapkan JIT juga tidak mempunya persediaan barang jadi karena
perusahaan hanya akan mulai memproduksi apabila terdapat pesanan.
 JIT ini bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan kuliatas perusahaannya (disebut
Company-wide Quality Improvement/CQI) serta mengubah budaya perusahaan yang
masih cenderung tradisional. Peningkatan kualitas ini dapat tercapai saat semua pihak
yang berkaitan dengan perusahaan (baik pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan
seperti stakeholders) sama-sama memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan
perusahaan tersebut. Nah, komitmen ini dapat direalisasikan dengan adanya motivasi
dalam diri masing-masing pihak untuk selalu berpikir kritis-dialektik (dimana terdapat
sebab-akibat dalam setiap kejadian yang harus dicari penyelesaianya dan harus bisa
mencari hubungan antara objek yang satu dengan objek yang lain)

 Prinsip Dasar JIT


Pada dasarnya,jika perusahaan menerapkan JIT, maka perusahaan tidak memiliki persediaan
bahan apapun sehingga dapat menghemat biaya persediaan.
JIT dapat dilaksanakan saat perusahaan bisa merawat dengan baik aset yang dimilikinya
(baik itu berupa peralatan maupun tenaga kerja yang dimiliki). Perusahaan bisa “merawat”
tenaga kerja yang dimiliki dengan cara memberikan penghasilan yang layak sesuai dengan
kemampuannya/skill yang dimiliki. Tenanga kerja juga harus loyal dan memiliki rasa
memiliki terhadap perusahaan tempatnya bekerja.

 Perbedaan Sitem JIT dan Tradisional


Berikut merupakan tabel yang dapat mempermudah pemahaman mengenai perbedaan antara
kedua sistem tersebut:

JIT Tradisional
Persediaan tidak siginifikan Persediann sigifikan
Jumlah pemasok kecil Jumlah pemasok banyak
Kontrak jangka panjang dengan pemasok, Kontrak jangka pendek dengan pemasok,
dimana pemasok merupakan partner yang dimana pemasok merupakan pihak yang
dibina dieksploitir
Tenaga kerja multi ahli Tenaga kerja terspesialisasi
Keterlibatan tenaga kerja tinggi dengan Ketelibatan tenaga kerja rendah dengan tidak
loyalitas yang tinggi, serta bekerja ada loyalitas, serta seringnya pindah tempat
sepanjang masa kerja
Jasa terdesentralisasi Jasa tersentralisasi
Gaya manajemen partisipatif Gaya manajemen otoriter
Pengendalian mutu total Pengendalian mutu terbatas

 Teori Ishikawa Tulang Ikan:


Dalam teori ini dijelaskan bahwa setiap kegagalan pasti ada sebabnya yang dapat ditelusuri
melalui empat aspek, yaitu:
a. Tenaga manusia, dimana hal ini bisa terjadi saat tenaga kerja/karyawan kurang dilatih
atau ditraining sebelumnya, atau bisa juga karena jumlah tenaga kerja yang terlalu
banyak
b. Metode kerja, dimana bisa terjadi karena kurang/tidak adanya kontrol terhadaap bahan
baku maupun pemasok yang ada serta bisa terjadi karena tidak adanya petunjuk dalam
pelaksanaan kerja
c. Mesin atau peralatan, dimana peralatan yang tersedia mungkin sudah usang/kuno/atau
sudah ketinggalan zaman
d. Material atau bahan baku, dimana bisa terjadi karena adanya kesalahan terhadap bahan
baku yang digunakan, atau bisa terjadi saat bahan baku sudah benar, namun adanya
ketidaktepatan dalam penanganannya.

 Contoh Soal
PT. Raya Abadi adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan suku cadang
menggunakan dua sistem biaya yang berbeda yaitu:
1. Sistem Biaya Tradisional
2. JIT
Sistem biaya tradisional membebankan BOP menggunakan pengarah biaya (cost driver)
berbasis unit. Sistem JIT menggunakan pendekatan yang terfokus pada penelusuran biaya
dan penentuan harga pokok berbasis aktivitas untuk biaya yang tidak dapat dihubungkan
secara langsung dengan suatu sel pemanufakturan. Untuk mengetahui perbedaan antara
kedua metode, berikut ini disajikan data biaya produksi untuk bulan Desember 2019:

Elemen Biaya Sistem Biaya


Tradisional (Rp) JIT (Rp)
Bahan Baku 400 400
Tenaga Kerja Langsung 35 50
BOP Variabel Berbasis Unit 45 10
BOP Variabel Berbasis Non Unit - 15
BOP Tetap Langsung 15 15
BOP Tetap Bersama 50 10
Total 545 500

Ditanya:
a. Hitunglah jumlah maksimum dari masing-masing sistem biaya yang harus dibayar
seandainya perusahaan memutuskan untuk membeli pada pemasok luar.
b. Bila diketahui perusahaan berproduksi pada kapasitas 750 unit dengan harga jual
Rp550, susunlah laporan L/R untuk periode yang bersangkutan.

Jawab:
a. Jumlah maksimum yang harus dibayar kepada pemasok luar, biasa dianggap sebagai
biaya terhindarkan yang harus diputuskan oleh perusahaan tersebut, dimana biaya yang
dapat dihindarkan:
- Sistem biaya tradisional = Rp400 + Rp35 + Rp45 + Rp15 = Rp495
- Sistem biaya JIT = Rp400 + Rp50 + Rp15 + Rp10 + Rp15 = Rp490

b. PT RAYA ABADI
LAPORAN LABA/RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2019

Keterangan Sitem Tradisional Sistem JIT


Penjualan :
(Rp550 x 750 unit) Rp412.500 Rp412.500
Biaya Variabel :
 (Rp480* x 750 unit) Rp360.000
 (Rp410* x 750 unit) Rp307.500
Laba Kontribusi Rp52.500 Rp105.000
Biaya Tertelusur:
 Biaya variabel berbasis non unit - *Rp11.250
 Biaya tetap langsung Rp11.250 *Rp48.750
Jumlah Biaya Tertelusur Rp11.250 Rp60.000
Laba Langsung Produk Rp41.250 Rp45.000

Cara Mencari * :
1. Biaya variabel:
- Rp400 + Rp35 + Rp45 = Rp480
- Rp400 + Rp10 = Rp410
2. Biaya Tertelusur:
- Biaya variabel berbasis non unit (Sistem JIT):
Rp15 x 750 unit = Rp11.250
- Biaya tetap langsung (Sistem JIT):
(Rp50 + Rp15) x 750 unit = Rp48.750

Anda mungkin juga menyukai