Anda di halaman 1dari 10

Nama : I Gusti Agung Candrika Mahadewi

NIM/Absen : 1807531017/10
Mata Kuliah : Pengauditan I (EKA 439 A1)
Dosen Pengampu : Drs. Made Mertha, M.Si,Ak,CA,CPA.

Tugas Bab 10 (Buku Al Haryono Jusup)

1. Sebutkan lima jenis pengujian yang digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan
keuangan disajikan secara wajar. Tunjukkan pengujian mana yang dilakukan untuk
mengurangi risiko pengendalian dan pengujian mana yang dilakukan untuk mengurangi
risiko deteksi direncanakan.
Jawab:
Lima jenis pengujian yang digunakan auditor diantaranya:
a. Prosedur penilaian risiko
b. Pengujian pengendalian
c. Pengujian substantif golongan transaksi
d. Prosedur analitis substantif
e. Pengujian rinci saldo
Pengujian yang dilakukan untuk mengurangi risiko pengendalian adalah pengujian
pengendalian, sedangkan pengujian yang dilakukan untuk mengurangi risiko deteksi
direncanakan adalah pengujian substantif golongan transaksi

2. Apakah tujuan prosedur penilaian risiko dan apakah perbedaannya dari empat jenis
pengujian audit lainnya.
Jawab:
Prosedur penilaian risiko ini sebagai dasar bagi pengidentifikasin dan penilaian risiko
kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan dan asersi yang bertujuan
untuk menilai risiko kesalahan penyajian material, yang dicerminkan oleh perpaduan
risiko inheren dan risiko pengendalian. Sedangkan keempat jenis pengujian lainnya
merupakan prosedur audit lebih lanjut yang dilakukan sebagai tanggapan atas risiko yang
teridentifikasi.
3. Apakah tujuan pengujian pengendalian? Tunjukkan akun-akun dalam laporan keuangan
yang terpengaruh oleh pelaksanaan pengujian pengendalian untuk siklus pembelian dan
pembayaran.
Jawab:
Tujuan pengujian pengendalian adalah untuk menilai risiko pengendalian pada setiap
tujuan audit transaksi.
Terdapat tiga akun yang terpengaruh oleh pengujian pengendalian untuk siklus pembelian
dan pembayaran, yaitu: pembelian barang dan jasa, pengeluaran kas, retur dan cadangan
pembelian serta potongan pembelian.

4. Bedakan antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi.


Beriah masing-masing dua buah contoh.
Jawab:
Dalam pengujian pengendalian, penyimpangan yang ditemukan hanya indikasi tentang
kemungkinan adanya kesalahan pengujian dan berpengaruh terhadap nilai rupiah dalam
laporan keuangan. Sedangkan pada pengujian substantif golongan transaksi,
penyimpangan yang dijumpai adalah suatu kesalahan penyajian laporan keuangan.
Contoh Pengujian Pengendalian:
a. Penetapan tujuan ketelitian untuk transaksi penjualan yang ditetapkan rendah dan
tujuan keberadaan yang ditetapkan moderat.
b. Pemeriksaan 50 transaksi penjualan yang terjadi di awal sampai akhir tahun oleh
auditor guna menentukan apakah persetujuan kredit diberikan sebelum pengiriman
barang dilakukan.
Contoh Pengujian Substantif Golongan Transaksi:
a. Memastikan bahwa transaksi penjualan yang telah dicatat oleh suatu perusahaan
memang benar-benar terjadi.
b. Auditor menerapkan pengujuan pengendalian yang meliputi prosedur dokumentasi
dan melakukan ulang pada transaksi yang sama untuk memeriksa ada tidaknya
kesalahan penyajian.
5. Sebutkan prosedur audit pengujian pengendalian untuk menguji efektivitas pengendalian
berikut: Untuk menghitung pendapatan pegawai digunakan tarif upah yang telah
ditetapkan perusahaan. Sebutkan prosedur audit pengujian substantif transaksi untuk
menentukan apakah tarif upah yang ditetapkan perusahaan benar-benar digunakan di
dalam menghitung pendapatan pegawai.
Jawab:
Prosedur audit pengujian pengendalian untuk menguji efektivitas pengendalian untuk
menghitung pendapatan pegawai digunakan tarif upah yang telah ditetapkan perusahaan
dilakukan dengan:
a. Meminta keterangan dari karyawan klien departemen penggajian dengan karyawan
klien yang dipilih acak dari setiap department.
b. Memeriksa dokumen dan catatan berkaitan dengan sistem penggajian dan pendapatan
serta memeriksa laporan keuangan klien.
c. Mengamati aktivitas yang berkaitan dengan kinerja karyawan.
d. Melaksanakan ulang prosedur klien.

Prosedur audit pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan apakah tarif upah
yang ditetapkan perusahaan benar-benar digunakan di dalam menghitung pendapatan
pegawai dilakukan dengan:
a. Hitung ulang jam kerja dari catatan waktu
b. Bandingkan tarif upah dengan kontrak kerja, persetujuan dari dewan komisaris atau
pihak lainnya.
c. Hitung ulang pendapatan kotor
d. Periksa pemotongan-pemotongan dengan mengacu pada tarif pajak dan formulir
pengesahan dalam file sumber daya manusia
e. Hitung ulang pendapatan bersih
f. Periksa bukti pengeluaran check atau bukti transfer dengan jurnal penggajian untuk
memeriksa kebenaran jurnalnya.
6. Demi kepraktisan, sebagian besar pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi sering dilakukan secara bersamaan. Akan tetapi prosedur pengujian substantif
transaksi dan ukuran sample, untuk sebagian, tergantung pada hasil pengujian
pengendalian. Bagaimana auditor memecahkan masalah inkonsistensi ini?
Jawab:
Auditor dapat melakukan pengujian pengendalian secara terpisah dari semua pengujian
lainnya, namun sering kali lebih efisien untuk melakukan bersamaan dengan pengujian
substantif transaksi. Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan
baik pada penjualan maupun penerimaan kas dalam audit piutang dagang. Pengendalian
yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian, sehingga dengan demikian pula
jumlah bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif transaksi dan pengujian
terperinci saldo akan berkurang. Sebaliknya, pengendalian yang tidak memadai akan
menaikkan jumlah bukti substantif yang diperlukan.

7. Jelaskan bagaimana perhitungan dan perbandingan ke persentase laba kotor tahun lalu
dan rasio piutang usaha terhadap penjualan berhubungan dengan konfirmasi piutang
usaha serta pengujian ketelitian piutang usaha.
Jawab:
Perhitungan dan perbandingan laba kotor tahun lalu dan rasio piutang usaha terhadap
penjualan merupakan data-data yang diperlukan auditor dalam prosedur penilaian risiko
ketertagihan piutang usaha dan penerimaan klien. Ketika auditor akan menguji saldo
akhir, auditor akan menghitung ulang rasio piutang usaha dan persentase laba kotor
dengen menggunakan data setahun penuh. Apabila auditor yakın bahwa prosedur analitis
memberi indikasi kemungkinan adanya kesalahan penyajian, auditor bisa melakukan
prosedur analitis tambahan atau memutuskan untuk memodifikası pengujian rinci saldo.
Melalui perhitungan dan perbandingan ke persentase laba kotor tahun lalu dapat diketahui
adanya perubahan yang signifikan dari laba kotor dari periode sebelumnya tersebut,
sehingga auditor harus mengumpulkan bukti yang lebih banyak untuk akun-akun yang
berpengaruh terhadap penentuan laba kotor yang salah satunya adalah dengan melakukan
konfirmasi terhadap akun piutang yang berhubungan dengan penjualan. Sehingga dari hal
tersebut menjadikan auditor harus lebih teliti dalam mengecek kembalı akun piutang
tersebut untuk mendapat keyakinan memandai terhadap bukti yang diperoleh.
8. Bedakan pengujian substantif golongan transaksi dengan pengujian rinci saldo. Berikan
contoh untuk keduanya dalam siklus pembelian dan pembayaran.
Jawab:
Pengujian substantif golongan transaksi adalah perosedur yang digunakan untuk menguji
kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung memengaruhi
kebenaran saldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut sering disebut dengan salah saji
moneter (dalam satuan mata uang) yang merupakan indikasi yang jelas terjadinya salah
saji dalam saldo laporan keuangan. Contoh:
a. Memeriksa ketelitian penulisan dengan menotal jurnal dan menelusuri posting ke
buku besar dan ke master file utang usaha dan pembelian
b. Membandingkan penggolongan dengan daftar akun dengan mengacu ke faktur
penjual
Sedangkan pengujian rinci saldo berfokus pada saldo akhir akun-akun buku besar, baik
akun neraca maupun akun laba-rugi. Tekanan utama kebanyakan pengujian rinci saldo
adalah pada akun-akun dalam neraca (akun riil). Pengujian rinci saldo memerlukan jenis
bukti lebih banyak daripada pengujian substantif golongan transaksi. Contoh:
a. Telusur dari daftar utang usaha ke faktur penjual dan laporan dari pemasok
b. Konfirmasi utang usaha, terutama untuk yang berjumlah besar dan tidak biasa.

9. Untuk kedelapan tipe bukti audit yang telah dibahas pada Bab 5, tunjukkan apakah bisa
diterapkan untuk prosedur penilaian risiko, pengujian pengendalian, pengujian substantif
golongan transaksi, prosedur analitis, dan pengujian rinci saldo.
Jawab:
Untuk prosedur penilaian risiko ini untuk menilai kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan yang kemudian akan direspon atau dilakukan penilaian risiko kesalahan
penyajian material oleh auditor dengan melakukan prosedur audit lebih lanjut yang akan
dibahas melalui tabel berikut ini.
Prosedur Jenis Bukti
Penga Perminta Prosed
Audit Pemeri Konfir Doku- Pelaksana
matan an ur Rekal-
Lebih ksaan - mentas an
(Obse Keterang Analiti kulasi
Lanjut Fisik masi i Ulang
rvasi) an s
Pengujian
Pengen- √ √ √ √
dalian
Pengujian
√ √ √ √
Substantif
Prosedur
√ √
analitis
Pengujian
Rinci √ √ √ √ √ √
Saldo

Tabel diatas menunjukkan hal-hal sebagai berikut :


a. Pengujian rinci saldo membutuhkan jenis bukti paling banyak (enam jenis)
dibandingkan dengan jenis pengujian lainnya.
b. Hanya pengujian rinci saldo yang membutuhkan jeni bukti pemeriksaan fisik dan
konfirmasi.
c. Permintaan keterangan kepada klien digunakan pada semua jenis pengujian.
d. Dokumentasi digunakan pada setiap jenis pengujian, kecuali prosedur analitis.
e. Pelaksanaan ulang dilakukan pada setiap jenis pengujian, kecuali prosedur analitis.
Auditor bisa mengerjakan-ulang suatu pengendalian sebagai bagian dari prosedur
mengikuti jejak transaksi (transaction walkthrough) atau pengujian pengendalian yang
tidak didukung oleh bukti dokumen yang memadai.
f. Rekalkulasi digunakan untuk memeriksa ketelitian perhitungan pada waktu
melakukan pengujian substantif golongan transaksi dan saldo akun pada waktu
melakukan pengujian rinci saldo.

10. Sebutkan empat langkah untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi.
Jawab:
Empat langkah untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi, yaitu:
a. Memberlakukan tujuan audit transaksi untuk golongan transaksi yang diaudit, seperti
penjualan.
b. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang akan mengurangi risiko pengendalian
untuk setiap tujuan audit transaksi.
c. Menetapkan pengujian pengendalian yang tepat untuk seluruh pengendalian internal
guna mengurangi penetapan awal resiko pengendalian di bawah maksimum
(pengendalian kunci).
d. Untuk jenis salah saji potensial yang berkaitan dengan setiap tujuan audit transaksi,
dirancang pengujian subtantif transaksi yang tepat, dengan mempertimbangkan
defisiensi dalam pengendalian internal dan hasil pengujian pengendalian yang
diharapkan pada langkah sebelumnya.

11. Mengapa perancangan pengujian rinci saldo sebaiknya dibuat sebelum pelaksanaan
pengujian pengendalian dan pengujan substantif golongan transaksi. Sebutkan asumsi-
asumsi yang harus dibuat auditor dalam melakukan hal tersebut. Apa yang harus
dilakukan auditor jika ternyata asumsi-asumsi tersebut salah.
Jawab:
Perancangan pengujian rinci saldo sebaiknya dibuat sebelum pelaksanaan pengujian
pengendalian dan pengujan substantif golongan transaksi karena pada saat merancang
program audit untuk pengujian ini, terdapat hal-hal penting yang dibahas, salah satunya
adalah merancang melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan
transaksi untuk siklus penjualan dan penerimaan piutang. Jadi, dalam perancangan
pengujian rinci saldo pun sudah dibahas mengenai pelaksanaan pengujian pengendalian
dan pengujan substantif golongan transaksi. Dalam perencanaan pengujian rinci saldo,
auditor biasanya memprediksi penyimpangan dalam pengujian pengendalian, pengujian
substantif golongan transaksi, dan prosedur analitis substantif. Apabila hasil pengujian
pengendalian, pengujian substantif golongan transaksi, dan prosedur analitis substantif
tidak konsisten dengan prediksi, auditor perlu mengubah pengujian rinci saldo dalam
perjalanan audit selanjutnya.
Asumsi-asumsi yang harus dibuat auditor dalam melakukan hal tersebut adalah asumsi
tentang risiko inheren, risiko pengendalian, dan hasil pengujian pengendalian, pengujian
substantif golongan transaksi, dan prosedur analitis substantif.

Yang harus dilakukan auditor jika ternyata asumsi-asumsi tersebut salah adalah merevisi
rencana program audit tersebut dalam perjalanan audit selanjutnya.

12. Sebutkan hubungan antara materialitas kinerja, risiko inheren, dan risiko pengendalian
dengan pengujian rinci saldo direncanakan.
Jawab:
Hubungan antara materialitas kinerja, risiko inheren, dan risiko pengendalian dengan
pengujian rinci saldo yang direncanakan:
- Pengujian rinci saldo erat kaitannya dengan risiko deteksi. Risiko deteksi ini
berhubungan terbalik dengan risiko inheren dan risiko pengendalian. Apabila risiko
inheren dan risiko pengendalian tinggi, maka risiko deteksinya rendah begitu pula
sebaliknya. Apabila risiko deteksi tinggi, maka auditor cukup menggunakan
dokumen intern dan melakukan hanya sedikit prosedur audit. Apabila risiko deteksi
sangat rendah, auditor akan menggunakan dokumen yang diperoleh langsung dari
bank dan melaksanakan  prosedur audit yang ekstensif. Jadi, materialitas kinerja,
risiko inheren, dan risiko pengendalian berpengaruh terhadap pengujian rinci saldo.
- Materialitas kenerja/materialitas pelaksanaan ini diperlukan karena auditor
mengumpulkan bukti per segmen dan tingkat materialitas kinerja/materialitas
pelaksanaan membantu mereka dalam menentukan berapa banyak bukti audit secara
tepat yang harus dikumpulkan (dimana materialitas kinerja/materialitas pelaksanaan
berhubungan terbalik dengan jumlah bukti yang harus dikumpulkan). Nah,
selanjutnya, bukti ini berbanding lurus dengan risiko inheren dan risiko
pengendalian.

13. Sebutkan delapan tujuan audit saldo dalam pemeriksaan atas saldo akhir persediaan dan
tetapkan satu prosedur audit yang berguna untuk setiap tujuan tersebut.
Jawab:
Delapan tujuan audit saldo dalam pemeriksaan atas saldo akhir persediaan yaitu:
a. Keberadaan - jumlah yang dicatat memang benar-benar ada
b. Kelengkapan - Jumlah yang Ada Telah Dicatat.
c. Akurasi - jumlah yang dimasukkan dinyatakan dalam jumlah yang benar
d. Klasifikasi - jumlah yang dimasukkan pada daftar milik klien telah diklasifikasikan
dengan benar.
e. Pisah Batas - transaksi mendekati tanggal neraca dicatat dalam periode yang benar.
f. Keterikatan - perincian saldo akun sesuai dengan jumlah di arsip utama yang tekait,
sesuai dengan jumlah total saldo akun dan sesuai dengan jumlah total di buku besar.
g. Nilai Terealisasi - aset dicatat pada estimasi jumlah yang dapat terealisasi.
h. Hak dan Kewajiban.
Satu prosedur audit yang berguna untuk setiap tujuan tersebut adalah prosedur substantif.

14. Mengapa auditor lebih menyukai melakukan pengujian sepanjang tahun dan tidak hanya
menunggu sampai akhir tahun? Sebutkan lima contoh bukti yang bisa dikumpulkan
sebelum akhir tahun.
Jawab:
Auditor lebih menyukai melakukan pengujian sepanjang tahun dan tidak hanya
menunggu sampai akhir tahun karena bertujuan untuk mengidentifikasi transaksi
signifikan atau transaksi tidak biasa dan menentukan apakah ada perubahan yang telah
dilakukan atas program komputer klien. Selain itu, apabila auditor melakukan pengujian
sepanjang tahun dan tidak hanya menunggu sampai akhir tahun, maka auditor akan
mempunyai banyak waktu intuk mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan untuk
keperluan auditnya pada perusahaan klien.

Contoh bukti yang bisa dikumpulkan sebelum akhir tahun diantaranya:


a. Konfirmasi eksternal yang didapat dari pihak ketiga klien (baik dalam bentuk kertas,
elektronik, maupun media lainnya)
b. Observasi oleh auditor dengan melihat langsung pelaksanaan aktivitas pengendalian.
c. Faktur penjualan untuk setiap kali pengiriman barang/pesanan kepada pelanggan
d. Keterangan yang diberikan oleh pihak internal perusahaan (seperti manajemen),
dimana responnya akan dijadikan dasar bagi auditor untuk melakukan prosedur audit
tambahan
e. Catatan waktu kerja pegawai sehari-harinya

Anda mungkin juga menyukai