Anda di halaman 1dari 11

PENGAUDITAN I

SRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT


Al. Haryono Jusup

OLEH :

NI PUTU IKA WAHYUDIANA PUTRI 1807531127 / 09

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
10-1 Sebutkan lima jenis pengujian yang digunakan auditor untuk menentukan apakah
laporan keuangan disajikan secara wajar. Tunjukkan pengujian mana yang
dilakukan untuk mengurangi risiko pengendalian dan pengujian mana yang
dilakukan untuk mengurangi risiko deteksi direncanakan
Jawaban :
Lima jenis pengujian terdiri dari :
1. Prosedur Penilaian Risiko
2. Pengujian Pengendalian
3. Pengujian Substantif Transaksi
4. Prosedur Analitis Substantif
5. Pengujian Rinci Saldo Akun

Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan penilaian risiko


pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur analitis substantive dan
pengujian rinci saldo mengurangi risiko deteksi risiko deteksi direncanakan.
Pengujian substantive golongan transaksi mempengaruhi risiko pengendalian dan
risiko deteksi direncanakan, karena menguji efektivitas pengendalian internal dan
jumlah rupiah transaksi.

10-2 Apakah tujuan prosedur penilaian risiko dan apakah perbedaannya dari empat jenis
pengujian audit lainnya.
Jawaban :
Prosedur penilaian risiko bertujuan untuk menilai risiko kesalahan penyajian
material yang tercermin dari perpaduan risiko inheren dan risiko pengendalian.
10-3 Apakah tujuan pengujian pengendalian? Tunjukkan akun-akun dalam laporan
keuangan yang terpengaruh oleh pelaksanaan pengujian pengendalian untuk siklus
pembelian dan pembayaran.
Jawaban :
Tujuan dari pengujian pengendalian adalah untuk menentukan efektivitas
kebijakan dan operasi pengendalian intern atau prosedur pengendalian yang
diterapkan untuk menilai control risk (risiko pengendalian). Terdapat tiga akun
yang memiliki dampak dari pengujian pengendalian untuk siklus pembelian dan
pembayaran yaitu :
1. Pembelian barang dan jasa
2. Pengeluaran kas
3. Retur dan cadangan pembelian serta potongan pembelian
10-4 Bedakan antara pengujian pengendalian dan pengujian substantive golongan
transaksi. Berilah masing-masing dua buah contoh.
Jawaban :
Pengujian pengandalian adalah prosedur audit yang digunakan untuk menentukan
efektivitas kebijakan dan operasi pengendalian intern atau prosedur pengendalian
yang diterapkan untuk menilai control risk (risiko pengendalian). Sedangkan
pengujian substantif (Substantive Test) golongan transaksi adalah perosedur yang
digunakan untuk menguji kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang
langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut
sering disebut dengan salah saji moneter (dalam satuan mata uang) yang
merupakan indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam saldo laporan keuangan.
Perbedaan yang terletak pada prosedur audit yang dipakai adalah :
1. Pengujian Pengendalian
Dengan pengajuan pertanyaan, observasi, inspeksi, pelaksanaan kembali
pekerjaan, dan teknik audit berbantu komputer.
2. Pengujian Substantive Golongan Transaksi
Sama hal-nya dengan pengujian pengendalian dan ditambah prosedur analitis,
perhitungan, konfirmasi, penelusuran, dan pemeriksaan.
Contoh dari Pengujian Pengendalian :
1. Menyamakan invoice supplier dengan purchase order dan receiving report
sebelum menyetujui pembayaran invoice.
2. Memeriksa kartu absensi karyawan sebelum menyetujui pembayaran uang
lembur.

Contoh dari Pengujian Substantive Golongan Transaksi :


1. Memeriksa fisik persediaan pada tanggal neraca sebagai bukti bahwa
persediaan yang disajikan dalam catatan akuntansi yang benar-benar ada
(penegasan validitas)
2. Mengatur pemasok untuk mengkonfirmasi secara tertulis rincian dari jumlah
yang terhutang pada tanggal neraca sebagai bukti bahwa hutang usaha adalah
lengkap (asersi kelengkapan)
3. Membuat pemanggilan terhadap manajemen mengenai kolektibilitas piutang
nasabah sebagai bukti bahwa piutang usaha adalah akurat untuk penilaiannya
10-5 Sebutkan prosedur audit pengujian pengendalian untuk menguji efektivitas
pengendalian berikut : Untuk menghitung pendapatan pegawai digunakan tarif
upah yang telah ditetapkan perusahaan. Sebutkan prosedur audit pengujian
substantive transaksi untuk menentukan apakah tarif upah yang ditetapkan
perusahaan benar-benar digunakan di dalam menghitung pendapatan pegawai.
Jawaban :
Prosedur audit pengujian pengendalian untuk menghitung pendapatan pegawai
digunakan tarif upah yang telah ditetapkan perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Periksa petunjuk adanya verifikasi internal
2. Periksa paraf pemeriksa data atas total per batch (bandingkan total dengan
laporan)
3. Periksa petunjuk adanya otorisasi dalam catatan penggajian
4. Periksa otorisasi dalam file sumber daya manusia

Prosedur audit pengujian substantive transaksi untuk menentukan apakah tarif


upah yang ditetapkan perusahaan benar-benar digunakan di dalam menghitung
pendapatan pegawai adalah sebagai berikut :

1. Hitung ulang jam kerja dari catatan waktu


2. Bandingkan tarif upah dengan kontrak kerja, persetujuan dari dewan komisaris
atau pihak lainnya.
3. Hitung ulang pendapatan kotor
4. Periksa pemotongan-pemotongan dengan mengacu pada tarif pajak dan
formulir pengesahan dalam file sumberdaya manusia
5. Hitung ulang pendapatan bersih
6. Periksa bukti pengeluaran check atau bukti transfer dengan jurnal penggajian
untuk memeriksa kebenaran jurnalnya
10-6 Demi kepraktisan, sebagian besar pengujian pengendalian dan pengujian
substantive transaksi sering dilakukan secara bersamaan. Akan tetapi prosedur
pengujian substantive transaksi dan ukuran sample, untuk sebagian, tergantung
pada hasil pengujian pengendalian. Bagaimana auditor memecahkan masalah
inkonsistensi ini?
Jawaban :
Auditor dalam menyelesaikan inkonsistensi ini dapat dilakukan dengan cara
auditor memilah sample yang dapat diselesaikan terlebih dahulu dalam pengujian
pengendalian yang akan digunakan untuk prosedur pengujian substantive atas
transaksi,setelah itu auditor baru menyelesaikan sisa pengujian pengendalian yang
belum dilakukan serentak bersamaan dengan sisa pengujian substantive atas
transaksi yang belum diselesaikan.
10-7 Jelaskan bagaimana perhitungan dan perbandingan ke persentase laba kotor tahun
lalu dan rasio piutang usaha terhadap penjualan berhubungan dengan konfirmasi
piutang usaha serta pengujian ketelitian piutang usaha.
Jawaban :
Dalam perhitungan piutang mengukur rasio perputaran berapa kali suatu bisnis
dapat mengumpulkan nilai rata-rata piutang selama satu tahun. Rasio ini
menggambarkan seberapa efisien perusahaan untuk mengumpulkan penjualan
kredit dari pelanggan. Dalam beberapa hal rasio perputaran piutang dapat
dikatakan sebagai rasio likuiditas. Perusahaan yang lebih likuid akan mengetahui
rahasia piutang mereka menjadi uang tunai. Sebagian perusahaan mengelompokan
piutang mereka dari pelanggan di 60 hari, sementara lainnya memakan waktu
hingga 4 bulan untuk mengumpulkan dari pelanggan. Dalam perputaran hutang-
piutang dapat dihitung dengan cara membagi penjualan kredit bersih dengan akun
rata-rata piutang untuk periode yang telah ada.
10-8 Bedakan pengujian substantive golongan transaksi dengan pengujian rinci saldo.
Berikan contoh untuk keduanya dalam siklus pembelian dan pembayaran.
Jawaban :
Pengujian substantif (Substantive Test) adalah perosedur yang digunakan untuk
menguji kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung
mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut sering
disebut dengan salah saji moneter (dalam satuan mata uang) yang merupakan
indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam saldo laporan keuangan sedangkan
pengujian rinci saldo berfokus pada saldo akhir akun-akun buku besar, baik akun
neraca maupun akun laba-rugi. Tekanan utama kebanyakan pengujian rinci saldo
adalah pada akun-akun dalam neraca (akun riil). Pengujian rinci saldo memerlukan
jenis bukti lebih banyak daripada pengujian substantive golongan transaksi.
Contoh pengujian substantive golongan transaksi:
1. Memeriksa ketelitian penulisan dengan mentotal jurnal dan menelusur posting
ke buku besar dan ke master file utang usaha dan pembelian
2. Membandingkan penggolongan dengan daftar akun dengan mengacu ke faktur
penjual

Contoh pengujian rinci saldo:

1. Telusur dari daftar utang usaha ke faktur penjual dan laporan dari pemasok
2. Konfirmasi utang usaha, terutama untuk yang berjumlah besar dan tidak biasa.
10-9 Untuk kedelapan tipe bukti audit yang telah di bahas pada Bab 5, tunjukkan
apakah bisa diterapkan untuk prosedur penilaian risiko, pengujian pengendalian,
pengujian substantif golongan transaksi, dan pengujian rinci saldo.
Jawaban :
Penerapan prosedur audit pada kedelapan tipe bukti audit :
1. Pengujian Pengendalian
a) Dokumentasi
b) Pengamatan (Observasi)
c) Permintaan Keterangan
d) Pelaksanaan Ulang
2. Pengujian Subtantif
a) Dokumemtasi
b) Permintaan Keterangan
c) Pelaksanaan Ulang
d) Rekalkulasi
3. Prosedur Analitis
a) Permintaan Keterangan
b) Prosedur Analitis
4. Pengujian Rinci Saldo
a) Pemeriksaan Fisik
b) Konfirrmasi
c) Dokumentasi
d) Permintaan Keterangan
e) Pelaksanaan Ulang
f) Rekalkulasi

Pada penerapan diatas menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pengujian rinci saldo membutuhkan jenis bukti paling banyak (enam jenis)
dibandingkan dengan jenis pengujian lainnya.
2. Hanya pengujian rinci saldo yang membutuhkan jenis bukti pemeriksaan fisik
dan konfirmasi.
3. Permintaan keterangan kepada klien digunakan pada semua jenis pengujian.
4. Dokumentasi digunakan pada setiap jenis pengujian, kecuali prosedur analitis.
5. Pelaksanaan-ulang dilakukan pada setiap jenis pengujian, kecuali prosedur
analitis. Auditor bisa mengerjakan-ulang suatu pengendalian sebagai bagian
dari prosedur mengikuti jejak transaksi (transaction walkthrough) atau
pengujian pengendalian yang tidak didukung oleh bukti dokumen yang
memadai.
6. Rekalkulasi digunakan untuk memeriksa ketelitian perhitungan pada waktu
melakukan pengujian substantif golongan transaksi dan saldo akun pada waktu
melakukan pengujian rinci saldo.
10-10 Sebutkan empat langkah untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substantive transaksi.
Jawaban :
Berikut merupakan pendekatan empat langkah untuk merancang pengujian
pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi, yaitu :
1. Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada kelas
transaksi yang diuji, seperti penjualan.
2. Mengidentifikasi pengendlian kunci yang dapat mengurangi risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
3. Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat bagi semua pengendalian
internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian pendahuluan atas resiko
pengendalian di bawah maksimum.
4. Untuk jenis salah saji potensial yang berkaitan dengan transaksi, rancanglah
pengujian subtantif atas transaksi yang tepat, dengan mempertimbangkan
defisiensi dalam pengendalian internal dan hasil yang diharapkan dari
pengujian pengendalian pada langkah tiga.
10-11 Mengapa perancangan pengujian rinci saldo sebaiknya dibuat sebelum
pelaksanaan pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi.
Sebutkan asumsi-asumsi yang harus dibuat auditor dalam melaksanakan hal
tersebut. Apa yang harus dilakukan auditor jika ternyata asumsi-asumsi tersebut
salah.
Jawaban :
10-12 Sebutkan hubungan antara materialitas kinerja, risiko inheren, dan risiko
pengendalian dengan pengujian rinci saldo yang direncanakan.
Jawaban :
Pengujian rinci saldo erat kaitannya dengan risiko deteksi. Risiko deteksi ini
berhubungan terbalik dengan risiko inheren dan risiko pengendalian. Apabila
risiko inheren dan risiko pengendalian tinggi, maka risiko deteksinya rendah
begitu pula sebaliknya. Apabila risiko deteksi tinggi, maka auditor cukup
menggunakan dokumen intern dan melakukan hanya sedikit prosedur audit.
Apabila risiko deteksi sangat rendah, auditor akan menggunakan dokumen yang
diperoleh langsung dari bank dan melaksanakan prosedur audit yang ekstensif.
Jadi, materialitas kinerja, risiko inheren, dan risiko pengendalian berpengaruh
terhadap pengujian rinci saldo.
10-13 Sebutkan delapan tujuan audit saldo dalam pemeriksaan atas saldo akhir
persediaan dan tetapkan satu prosedur audit yang berguna untuk setiap tujuan
tersebut.
Jawaban :
Delapan tujuan audit terkait saldo mengacu pada daftar yang disediakan klien atau
data elektronik. Berikut merupakan tujuan audit terkait saldo :
1. Keberadaan - Jumlah yang Dicatat Memang Benar-Benar Ada.
Tujuan ini terkait dengan apakah jumlah yang dimasukkan dalam laporan
keuangan memang semestinya dimasukkan ke dalam laporan keuangan
tersebut. Tujuan ini merupakan pelengkap dari asersi manajemen terhadap
keberadaan untuk saldo akun.
2. Kelengkapan - Jumlah yang Ada Telah Dicatat.
Tujuan ini terkait dengan apakah semua jumlah yang semestinya dimasukkan,
sudah benar-benar dimasukkan. Tujuan ini merupakan pelengkap dari asersi
manajemen terhadap kelengkapan untuk saldo akun.
3. Akurasi - Jumlah yang Dimasukkan Dinyatakan dalam Jumlah yang
Benar.
Tujuan akurasi mengacu pada jumlah yang dimasukkan pada perhitungan
matematis yang benar. Akurasi adalah salah satu bagian dari asersi penilaian
dan alokasi untuk saldo akun.
4. Klasifikasi - Jumlah yang Dimasukkan pada Daftar Milik Klien Telah
Diklasifikasikan dengan Benar.
Klasifikasi melibatkan penentuan apakah yang dimasukkan pada daftar milik
klien dimasukkan dengan benar ke dalam akun buku besar. Klasifikasi juga
bagian dari asersi penilaian dan alokasi klasifikasi tujuan audit terkait saldo
terkait era dengan tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan, tapi
berhubungan dengan bagaimana saldo-saldo diklasifikasikan di dalam buku
besar sehingga mereka bisa disajikan dan diungkapkan dengan benar dalam
laporan keuangan.
5. Pisah Batas - Transaksi Mendekati Tanggal Neraca Dicatat dalam Periode
yang Benar.
Untuk menguji pisah batas saldo akun, tujuan auditor adalah menentukan
apakah transaksi dicatat dan dimasukkan ke dalam saldo akun pada periode
yang benar. Uji pisah batas dapat dianggap sebagai bagian dari pengujian akun-
akun neraca atau transaksi terkait lainnya, namun untuk tujuan kemudahan,
auditor biasanya melakukan hal itu sebagai bagian dari pengauditan atas akun-
akun neraca. Tujuan penetapan waktu untuk transaksi terkait dengan waktu
yang tepat dalam pencatatan transaksi di sepanjang tahun, sedangkan tujuan
pisah batas untuk tujuan audit terkait saldo hanya berhubungan dengan
transaksi-transaksi yang mendekati akhir tahun.
6. Keterikatan - Perincian Saldo Akun Sesuai dengan Jumlah di Arsip Utama
yang Tekait, Sesuai dengan Jumlah Total Saldo Akun dan Sesuai dengan
Jumlah Total di Buku Besar.
Tujuan keterikatan rincian menekankan bahwa rincian dalam daftar telah
disusun secara akurat, dijumlahkan dengan benar, dan sama dengan buku besar.
Keterikatan rincian adalah juga bagian dari asersi penilaian dan alokasi untuk
saldo akun.
7. Nilai Terealisasi - Aset Dicatat pada Estimasi Jumlah yang Dapat
Terealisasi.
Tujuan ini menekankan apakah saldo akun sudah dikurangi dengan penurunan
biaya historis ke nilai terealisasi bersih. Tujuan ini hanya diterapkan pada akun-
akun aset dan juga menjadi bagian dari asersi penilaian dan alokasi untuk saldo
akun.
8. Hak dan Kewajiban.
Selain eksistensi, kebanyakan aset harus dimiliki sebelum dapat diterima untuk
dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Demikian pula, liabilitas harus
merupakan kewajiban entitas. Hak selalu dihubungkan dengan aset dan
kewajiban dengan liabilitas. Tujuan ini adalah pelengkap asersi manajemen
tentang hak dan kewajiban untuk saldo akun.
10-14 Mengapa auditor lebih menyukai melakukan pengujian sepanjang tahun dan tidak
hanya menunggu sampai akhir tahun? Sebutkan lima contoh bukti yang bisa
dikumpulkan sebelum akhir tahun.
Jawaban :

Anda mungkin juga menyukai