Anda di halaman 1dari 16

RESUME AUDIT I

Pt. 12 KESELURUHAN RENCANA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT

Dosen : Delfi Panjaitan, S.E.,M.Si.,Ak.,BKP., CA.,CPA.,CLI.,ASEAN CPA.


Nama : Natachia Novridi A.
NIM : 2121083
Kelas : SA401

Jenis Pengujian

Dalam mengembangkan suatu rencana audit secara keselurunan, auditor menggunakan lima jenis
pengujian (types of tests) untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar. Auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menilai risiko salah saji yang
material, yang merupakan gabungan dari risiko inheren dan risiko pengendalian. Keempat jenis
pengujian lainnya merupakan prosedur audit selanjutnya yang dilaksanakan sebagai respons
terhadap risiko yang diidentifikasi. Setiap prosedur audit termasuk dalam salah satu, dan
kadang-kadang lebih dari satu, dari kelima kategori tersebut.

Prosedur Penilaian Risiko

Prosedur penilaian risiko dilaksanakan untuk menilai risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan. Auditor melaksanakan pengujian penahanan, pengujian substantif atas
transaksi, prosedur analitis, dan pengujian atas rincian saldo sebagai tanggapan terhadap
penilaian auditor atas risiko salah saji yang material, sebagaimana yang disyaratkan oleh SAS
110. Sebagian besar prosedur penilaian risiko yang dilakukan auditor untuk memahami
pengendalian internal.

Pengujian Pengendalian

Pemahaman auditor atas pengendalian internal digunakan untuk menilai risiko pengendalian bagi
setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Contohnya adalah penilaian tujuan
keakuratan untuk transaksi penjualan sebagai nilai rendah dan tujuan keterjadian sebagai nilai
sedang. Apabila kebijakan dan prosedur pengendalian yang dianggap telah dirancang secara
efektif, auditor akan menilai pengendalian pada tingkat yang mencerminkan keefektifan relatif
pengendalian tersebut. Untuk mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi untuk mendukung
penilaian itu, auditor menggunakan pengetesan pengendalian. Pengujian pengendalian, baik
secara manual maupun terotomatisasi, dapat mencakup jenis – jenis bukti berikut.
1. Meminta keterangan dari personil klien yang tepat
2. Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan
3. Mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian
4. Melaksanakan ulang prosedur klien

Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah pengendalian tersebut efektif
dan biasanya mencakup pengujian atas sampel transaksi. Prosedur untuk memahami
pengendalian internal biasanya tidak memberikan bukti yang tepat yang mencukupi bahwa
pengendalian telah beroperasi secara efektif. Suatu hal dapat dilakukan untuk pengendalian yang
terotomatisasi karena kinerjanya sudah konsisten. Prosedur yang ditempuh auditor untuk
menentukan apakah pengendalian yang terotomatisasi telah diimplementasikan juga berlaku
sebagai pengujian atas pengendalian tersebut, jika auditor menentukan ada risiko yang minimal
bahwa pengendalian yang terotomatisasi telah diubah sejak pemahaman yang diperoleh. Jadi,
tidak ada pengujian tambahan yang diperlukan. Jumlah bukti tambahan yang diperlukan untuk
pengujian pengujian tergantung pada dua hal :

1. Bukti luas yang diperoleh dalam pemahaman pengendalian internal


2. Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan

Jika auditor memverifikasi bahwa transaksi penjualan dan penerimaan kas telah dicatat dengan
benar dalam catatan akuntansi dan diposting ke buku besar, mereka dapat menyimpulkan bahwa
saldo akhir piutang usaha dan penjualan sudah benar. Salah satu cara yang dapat ditempuh auditor
untuk memverifikasi pencatatan transaksi ini adalah dengan melakukan pengetikan beban. Jika
pengendalian telah dilakukan atas transaksi penjualan dan penerimaan kas, auditor dapat
melakukan pengujian penembakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi telah dipenuhi untuk siklus itu. Pengujian substantif atas transaksi, yang akan kita
pelajari pada bagian berikut, juga mempengaruhi audit assurance untuk transaksi penjualan dan
penerimaan kas.
Pengujian substantif

Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji dolar (sering
disebut salah saji moneter) yang secara langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan
kuangan. Auditor dapat mengandalkan pada tiga jenis pengujian substantif : pengujian substantif
atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian rincian saldo.

- Pengujian substantif atas transaksi (substantive test of transactions) digunakan untuk


menentukan apakah keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi
setiap kelas transaksi. Dua dari tujuan untuk transaksi penjualan itu adalah ada transaksi
penjualan (tujuan keterjadian) dan transaksi penjualan yang ada telah dicatat (tujuan
kelengkapan).

Auditor dapat melaksanakan pengujian pengendalian secara terpisah dari semua pengujian
lainnya, tetapi sering kali lebih efisien melakukannya secara bersamaan dengan pengujian
substantif atas transaksi. Sebagai contoh, biasanya auditor dapat menerapkan pengujian
pengendalian yang melibatkan dokumentasi dan pelaksanaan ulang pada transaksi yang
sama, yang diuji untuk salah saji moneter.

- Prosedur analitis (analytical procedures) melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat


dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Standar auditing mengharuskan hal it
dilakukan selama tahap perencanaan dan penyelesaian audit. Meskipun tidak disyaratkan,
prosedur analitis juga dapat dilaksanakan pada audit saldo akun. Dua tujuan yang paling
penting dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah
1. Menunjukkan salah saji yang mungkin dalam laporan keuangan
2. Memberikan bukti substantive

Prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap perencanaan biasanya berbeda dengan
yang dilaksanakan dalam tahap pengujian. Apabila auditor mengembangkan ekspetasi
dengan menggunakan prosedur analitis dan menyimpulkan bahwa saldo akhir akun tertentu
terlihat layak, pengujian rincian saldo tertentu mungkin diabaikan atau ukuran sampel
dikurangi. Standar auditing menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan jenis pengujian
substantif, apabila dilaksanakan untuk memberikan bukti tentang saldo akun.
- Pengujian rincian saldo (tests of details of balances) berfokus pada saldo akhir buku besar
baik untuk akun neraca maupun laporan laba-rugi. Penekanan utamanya dalam sebagian
besar pengujian rincian saldo adalah pada neraca. Contonya meliputi konfirmasi saldo
pelanggan menyangkut piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan
laporan vendor tentang utang usaha. Pengujian atas saldo akhir in sangat penting karena
bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen dengan klien, dan dianggap sangat
dapat dipercaya. Hampir sama dengan semua transaksi, pengujian rincian saldo yang
dilakukan auditor harus memenuhi semua tujuan audit yang berkaitan dengan saldo bagi
masing-masing akun neraca yang signifikan.
Pengujian detail saldo dapat membantu dalam menetapkan kebenaran moneter akun – akun
yang berhubungan dan karenanya merupakan pengujian substantif. Sebagai contoh,
konfirmasi menguji salah saji keuangan piutang usaha dan karenanya merupakan pengujian
substantif. Demikian pula, perhitungan persediaan dan kas yang ada di tangan juga
merupakan pengujian substantif.

Memilih jenis pengujian yang akan dilaksanakan


Beberapa faktor dapat memperngaruhi pilihan auditor atas jenis pengujian yang akan dipilih,
termasuk ketersediaan 8 jenis bukti, biaya relative dari setiap jenis pengujian, efektivitas
pengendalian internal, dan risiko inheren.

Ketersediaan jenis bukti untuk prosedur audit selanjutnya, Mengikhtisar hubungan antara
prosedur audit selanjutnya dan jenis bukti. Kita dapat melakukan beberapa pengamatan yaitu :
Lebih banyak jenis bukti, enam jumlahnya, yang digunakan untuk pengujian rincian saldo
ketimbang jenis pengujian lainnya.
Hanya pengujian rincian saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.
Dokumentasi digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis.
Pelaksanaan ulang digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis, dengan
satu pengecualian. Apabila auditor memeriksa dokumentasi sebagai bagian dari walkthrough
mereka atas transaksi untuk memahami pengendalian internal, mereka sering melakukan
"pelaksanaan ulang" atas pengendalian itu untuk memastikan bahwa hal itu telah
dimplementasikan.
Rekalkulasi digunakan untuk memverifikasi keakuratan matematis transaksi apabila
melaksanakan penjualan substantif atas transaksi dan saldo akun ketika melaksanakan
pengujian rincian saldo.

Biaya relatif, Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian mana yang akan dipilih untuk
memperoleh bukti yang tepat yang mencukupi, biaya bukti itu merupakan pertimbangan yang
penting. Jenis pengujian yang tercantum berikut ini disusun menurut peningkatan biayanya :

 Prosedur analitis, dianggap paling mudah karena relatif mudah dihitung dan dibandingkan.
Seringkali informasi yang cukup banyak tentang salah saji yang potensial dapat diperoleh
dengan hanya membandingkan 2 atau 3 angka.
 Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk memahami pengendalian internal. Tidak
semahal pengujian audit lainnya karena auditor dengan mudah dapat melakukan Tanya jawab
dan pengamatan serta melaksanakan prosedur analitis perencanaan.
 Pengujian pengendalian, melibatkan pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, pengamatan,
dan inspeksi, biaya relatifnya juga lebih rendah disbandingkan dengan pengujian substantif.
 Pengujian substantif atas transaksi, lebih mahal dibandingkan pengujian pengendalian yang
tidak mencakup pelaksanaan ulang, karena sering kali memerlukan rekalkulasi dan
penelusuran.
 Pengujian rincian saldo, hampir selalu lebih mahal dibandingkan jenis prosedur lain karena
biaya prosedur misalnya untuk mengirimkan konfirmasi dan menghitung persediaan.

Hubungan antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif, suatu pengecualian


dalam pengujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang
mempengaruhi nilai dolar laporan keuangan, sedangkan pengecualian dalam pengujian substantif
atas transaksi atau pengujian rincian saldo merupakan salah daji laporan keuangan.

Hubungan antara prosedur analitis dan pengujian substantif, Prosedur analitis hanya
menunjukkan indikasi kemungkinan salah saji yang berpengaruh padanilai/saldo pada laporan
keuangan. Fluktuasi/varians yang tidak biasa dalam hubungan sebuah akundengan akun lainnya,
atau dengan data/informasi non keuangan, dapat mengindikasikan adanyakemungkinan
terjadinya salah saji. Ketika prosedur analitis tersebut mengindentifikasikan fluktuasiyang tidak
biasa, auditor harus melakukkan pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperincisaldo
untuk menentukan apakah salah saji rupiah benar-benar telah terjadi. Jika auditor
melakukan prosedur analitis subtantif dan meyakini bahwa kemungkinan terjandinya salah saji
itu kecil, pengujiansubtantif lainnya dapat dikurangi.

Trade-Off antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif, selama perencanaan,


auditor harus memutuskan apakah akan menilai risiko pengendalian dibawah maksimum. Jika
mereka melakukannya, mereka kemudian harus melakukan pengujian pengendalian untuk
menentukan apakah tingkat risiko pengendalian yang dinilai tersebut dapat dibenarkan.
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal dilakukan sebagai suatu bagian dari prosedur
pengukuran risiko yang memberikan dasar prosedur pengukuran risiko yang memberikan dasar
bagi penilaian awal auditor terhadap pengendalian internal klien.

Dampak teknologi informasi terhadap pengujian audit

1. Memberikan pedoman bagi auditor entitas yang mengirimkan, memroses, memelihara, atau
mengakses informasi penting secara elektronis.
2. Standar auditing mengakui bahwa jika ada sejumlah besar bukti audit dalam format
elektronik, mungkin tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi
hingga tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantif.
3. Konsistensi yang melekat dalam pemrosesan TI auditor mungkin dapat mengurangi luas
pengujian atas pengendalian yang terotomatisasi.

Untuk menguji pengendalian atau data yang terotomatisasi, auditor mungkin harus menggunakan
teknik audit berbantuan komputer atau menggunakan laporan yang dihasilkan TI untuk menguji
efektivitas operasi pengujian umum TI, seperti pengendalian pengubahan program dan
pengendalian akses. Ketika menguji pengendalian manual yang mengandalkan laporan yang
dihasilkan TI, auditor harus mempertimbangkan baik efektifitas manajemen tinjauan maupun
pengendalian atas keakuratan informasi dalam laporan terkait.
Bauran bukti

Memilih jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa ekstensif pengujian itu harus
dilaksanakan dapat sangat bervariasi antara audit dengan tingkat efektivitas pengendalian
internal dan risiko bawaan yang berbeda. Bahkan dalam audit tertentu, variasi dapat terjadi dari
satu siklus ke siklus lain. Untuk mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi sebagai
tanggapan terhadap risiko yang diidentifikasi melalui prosedur penilaian, auditor menggunakan
kombinasi dari empat jenis pengendalian yang selanjutnya.

Perancangan program audit

Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan yang tepat
pada masing-masing dari empat jenis pengujian lainnya, program audit khusus untuk setiap jenis
harus dirancang. Prosedur audit ini kemudian digabungkan untuk membentuk program audit.
Pada sebagian besar audit, auditor yang bertanggung jawab atas penugasan itu
merekomendasikan bauran bukti kepada manajer penugasan. Setelah bauran bukti tersebut
disetujui, auditor yang bertanggung jawab lalu menyusun program audit atau memodifikasi
program yang sudah ada agar memenuhi semua tujuan audit, dengan mempertimbangkan hal –
hal seperti materialitas, bauran bukti, risiko inheren, risiko pengendalian, dan setiap risiko
kecurangan yang teridentifikasi, serta kebutuhan akan audit yang terintegrasi bagi sebuah
perusahaan publik. Auditor yang bertanggung jawab juga cenderung mendapatkan persetujuan
dari manajer sebelum melaksanakan prosedur audit atau mendelegasikan pekerjaannya kepada
asisten.

Setiap siklus transaksi mungkin akan dievaluasi dengan menggunakan serangkaian program sub-
audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan, misalnya, auditor dapat
menggunakan :

1. Program audit pengujian pengujian dan pengujian substantif atas transaksi untuk penjualan
dan penerimaan kas.
2. Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan siklus.
3. Program audit pengusangan rincian saldo untuk kas, piutang usaha, beban piutang tak
tertagih, penyisihan untuk piutang tak tertagih, dan piutang usaha rupa – rupa.

Prosedur Audit

Ketika merancang pengujian pengujian dan pengujian substantif atas transaksi , tekanan auditor
pada pemenuhan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi yang dikembangkan. Auditor
mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi risiko pengendalian yang diperkirakan :

- Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada kelas transaksi yang diuji,
seperi penjualan
- Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian untuk
setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
- Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat bagi semua pengendalian internal yang
digunakan untuk mengurangi penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian di bawah
maksimum
- Untuk jenis salah saji potensial yang berkaitan dengan setiap tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi, rancanglah pengujian substantif atas transaksi yang tepat, dengan
mempertimbangkan defisiensi dalam pengendalian internal dan hasil yang diharapkan dari
pengujian pengendalian pada langkah 3

Metodologi untuk merancang pengujian rincian saldo

- Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha


- Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren untuk piutang usaha
- Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan
- Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas
transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan
- Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha
- Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitang dengan saldo
Salah satu bagian yang paling menantang dalam audit adalah menerapkan dengan tepat faktor-
faktor yang mempengaruhi pengujian rincian saldo. Setiap faktor itu bersifat subjektif. Lebih
lanjut, dampak setiap faktor terhadap pengujian rincian saldo juga sama subjektifnya. Sebagai
contoh, jika risiko inheren dikurangi dari sedang ke rendah, ada kesepakatan bahwa pengujian
rincian saldo dapat dikurangi. Auditor harus menggunakan banyak pertimbangan profesional
dalam memutuskan pengaruh spesifik dari perubahan semacam itu terhadap prosedur audit,
ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu.

Apabila audit terus berlangsung, auditor mungkin akan menggunakan informasi itu ketika
membuat keputusan tentang pengujian rincian saldo. Demikian pula, pertama auditor akan
menilai risiko kecurangan untuk audit secara keseluruhan, dan kemudian mempertimbangkan
apakah ada risiko kecurangan yang dapat mempengaruhi penilaian risiko kecurangan pada akun -
akun khusus dan prosedur audit, serta ukuran sampel untuk pengiriman rincian saldo ke akun -
akun yang dipengaruhi.

Program audit ilustratif

Program audit dikembangkan setelah mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi


pengujian rincian saldo dan didasarkan beberapa asumsi tentang risiko inheren, risiko
pengendalian , dan hasil dari pengukuhan pengukuhan , pengujian substantif atas transaksi , serta
prosedur analitis substantif seperti yang telah ditunjukkan , jika Asumsi tersebut salah secara
material, program audit yang direncanakan mungkin akan memerlukan revisi. Sebagai contoh ,
prosedur analitis yang dilaksanakan pada akhir audit dapat menunjukkan salah saji yang
potensial bagi beberapa tujuan audit yang berkaitan dengan saldo .

Program audit sering kali terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana adalah mengetik audit
program pada pengolah kata (word processor) dan menyimpannya dari satu tahun ke tahun
berikutnya untuk mempermudah pengubahan serta pemutakhiran. Pendekatan yang lebih
canggih adalah menggunakan perangkat lunak audit, yang akan membantu auditor berpikir
melalui pertimbangan perencanaan audit dan memilih prosedur yang sesuai dari database
prosedur audit. Prosedur ini kemudian disusun menjadi program audit.
Hubungan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo serta penyajian dan pengungkapan.

Pengujian rincian saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo bagi setiap akun, dan luas pengujian tersebut dapat dikurangi apabila tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi oleh pengujian pengendalian atau pengujian substantif
atas transaksi. Perlu juga dipahami bagaimana setiap tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi berhubungan dengan setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.

Merevisi Program Audit untuk mencapai efisiensi yang lebih besar.

Program audit harus direview dengan cermat selama tahap perancanaan audit untuk menentukan
apakah ada prosedur audit yang harus ditingkatkan atau dihilangkan. Deborah Lambert, CPA,
menyarankan agar penilaian risiko harus mempengaruhi prosedur audit. Penilaian risiko harus
menghasilkan pengurangan pengujian diarea yang berisiko-rendah dan lebih berfokus pada titik-
titik masalahnya.

Tony Lynn juga menemukan bahwa kantor akuntan sering melakukan audit yang berlebihan
(overaudit) dan tidak mengetahui mengapa. Setiap kali ia selalu menanyakan tujuan dari skedul
audit. Auditor sering menjawab “Saya tidak tahu, kami selalu mengerjakaannya dengan cara
demikian.” Dan Lynn menegaskan “Jika Anda tidak dapat mengatakan mengapa Anda
melakukan sesuatu, Anda seharusnya menyingkirkannya.” Perencanaan dan review yang cermat
atas program audit dapat menghasilkan penghematan waktu yang besar.

Fase Proses Audit Keempat

Fase proses audit dalam kolom pertama merupakan cara utama audit itu diorganisasi. Pada
Gambar 13-9 menunjukkan komponen penting dari keempat fase proses audit tersebut. Fase
pertama yaitu merencanakan dan merancang pendekatan audit. Fase kedua, melaksanakan
pengujian, pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Fase ketiga, melaksanakan
prosedur analisis dan pengujian rincian saldo. Dan fase keempat, menyelesaikan audit dan
mengeluarkan laporan audit.

Tujuan Audit.

Tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu kelas
transaksi atau saldo akun tertentu telah dinyatakan secara wajar. Ada enam tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi yaitu Keterjadian, Kelengkapan, Keakuratan, Posting dan Ikhtisar,
Klasifikasi, dan Penetapan Waktu. Delapan yang berkaitan dengan saldo yaitu Eksistensi,
Kelengkapan, Keakuratan, Klasifikasi, Cutoff, Detail tie-in, Nilai yang dapat direalisasikan, serta
Hak dan Kewajiban. Dan terakhir ada empat yang berkaitan dengan penyajian dan
pengungkapan yaitu Keterjadian serta hak dan kewajiban, Kelengkapan, Keakuratan dan
Penilaian, Klasifikasi dan dapat dipahami. Namun harus diperhatikan bahwa semua tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi ditangani dalam fase kedua, tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo pada fase ketiga, serta tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan
dalam fase keempat.

Jenis Pengujian.

Jenis pengujian yang digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
dinyatakan secara wajar yaitu Prosedur penilaian risiko pada Fase Pertama yang terdiri dari
Prosedur untuk memahami bisnis dan industri klien, Prosedur untuk memahami pengendalian
internal, dan Perencanaan prosedur analitis. Pada fase kedua ada Prosedur untuk memperoleh
pemahaman dan pengujian pengendalian, dan pengujian substantif atas transaksi. Dan pada fase
ketiga dan keempat, ada Prosedur analitis dan Pengujian rincian Saldo. Perencanaan prosedur
analitis ini juga dilaksanakan sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko dalam Fase pertama.
Ingat kembali bahwa prosedur analitis juga diperlukan pada saat menyelesaikan audit, yang
menjadi sebab mengapa hal itu dimasukkan dalam fase keempat.
Keputusan Bukti

Empat subkategori keputusan yang dibuat auditor dalam mengumpulkan bukti audit adalah
sebagai berikut.

- Fase pertama ada prosedur audit dan penetapan waktu dengan jenis bukti berupa
Dokumentasi, Tanya jawab dengan klien, serta Prosedur Analitis.
- Fase kedua ada Prosedur audit, Ukuran Sampel, Item yang dipilih, dan penetapan Waktu
dengan jenis bukti berupa Dokumentasi, Pengamatan, Tanya jawab dengan klien, dan
Rekalkulasi.
- Fase ketiga pada Prosedur analitis ada prosedur audit dan penetapan waktu dengan jenis
bukti berupa Pemeriksaan Fisik, Konfirmasi, dan Dokumentasi. Dan pada Pengujian rincian
saldo, ada Prosedur audit, Ukuran Sampel, Item yang dipilih dan penetapan waktu dengan
jenis bukti berupa Tanya jawab dengan klien, Pemeriksaan ulang, Prosedur analitis, dan
Rekalkulasi.
- Fase keempat pada prosedur analitis ada Prosedur audit dan penetapan waktu. Dan pada
pengujian rincian saldo ada prosedur auditm ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan
waktu dengan jenis bukti berupa Prosedur analitis, Dokumentasi, dan Tanya jawab dengan
klien.

Kecuali untuk prosedur analitis, keempat keputusan bukti berlaku untuk setiap jenis pengujian
yang terdiri dari Prosedur Audit, Ukuran Sampel, Item yang dipilih, dan Penetapan Waktu.

Fase 1: Merencanakan dan Merancang Pendekatan Audit

Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian risiko yang berkaitan
dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, pemahaman bisnis dan industri klien, penilaian
risiko bisnis klien, dan pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan terutama untuk menilai risiko
inheren dan risiko audit yang dapat diterima. Auditor menggunakan penilaian atas materialitas,
risiko audit yang dapat diterima, risiko inheren, risiko pengendalian, dan setiap risiko
kecurangan yang diidentifikasi guna mengembangkan keseluruhan rencana audit dan program
audit secara keseluruhan. Pada akhir dari fase pertama, auditor harus memiliki rencana audit
yang disusun dengan baik dan program audit khusus untuk keseluruhan audit.

Fase 2: Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujain Substantif atas Transaksi

Auditor melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi selama ini
dengan tujuan untuk:

- Memperoleh bukti untuk mendukung pengendalian khusus yang berkontribusi pada penilaian
risiko pengendalian oleh auditor (yaitu, bila dikurangi dibawah maksimum) bagi audit
laporan keuangan dan audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan perusahaan
publik.
- Memperoleh bukti untuk mendukung ketepatan moneter transaksi.

Tujuan pertama dipenuhi dengan melakukan pengujian pengendalian, dan tujuan kedua dipenuhi
dengan melakukan pengujian substantif atas transaksi. Kedua jenis pengujian ini sering kali
dilakukan secara serentak atas transaksi yang sama. Apabila pengendalian dianggap tidak efektif
atau bila auditor menemukan penyimpangan, pengujian substantif dapat diperluas dalam fase ini
atau dalam fase ketiga dengan mempertimbangkan implikasi bagi laporan auditor tentang
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Karena hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi merupakan
determinan utama dari luas pengujian rincian saldo, pengujian itu sering kali dilakukan 2 atau 3
bulan sebelum tanggal neraca. Ini membantu auditor dalam merevisi program audit pengujian
rincian saldo atas hasil yang tidak diharapkan pada pengujian sebelumnya, dan untuk
menyelesaikan audit secepat mungkin setelah tanggal neraca. Pendekatan ini juga digunakan
dalam audit atas perusahaan publik agar memungkinkan manajemen mempunyai kesempatan
untuk memperbaiki defisiensi pengendalian pada waktunya guna memungkinkan auditor
melakukan pengujian atas pengendalian yang baru diimplementasikan sebelum akhir tahun.

Untuk sistem akuntansi terkomputerisasi, sering kali auditor melaksanakan pengujian


pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi selama tahun berjalan untuk
mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa atau signifikan, dan menentukan apakah telah
dilakukan perubahan pada program komputer klien. Pnedekatan ini sering kali disebut sebagai
audit yang berlanjut dan sering digunakan dalam audit yang terintegrasi atas laporan keuangan
dan pengendalian internal perusahaan publik.

Fase 3: Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo

Tujuan dari fase ketiga adalah untuk memperoleh bukti tambahan yang mencukupi guna
menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki atas laporan keuangan telah dinyatakan secara
wajar. Sifat dan luas pekerjaan akan sangat tergantung pada temuan dari dua fase sebelumnya.

Dua kategori umum dari prosedur fase ketiga adalah:

- Prosedur analitis substantif yang menilai kelayakan transaksi dan saldo secara keseluruhan.
- Pengujian rincian saldo, yang merupakan prosedur audit untuk menguji salah satu moneter
dalam saldo laporan keuangan.

Tabel 13-7 memperlihatkan prosedur analitis yang dilakukan baik sebelum maupun setelah
tanggal neraca. Karena biaya rendah, prosedur analitis biasa digunakan apabila hal itu relevan.
Prosedur ini sering dilaksanakan lebih awal, dengan menggunakan data pendahuluan sebelum
akhir tahun, sebagai sarana untuk merencanakan dan mengarahkan pengujian audit lainnya ke
bidang yang lebih khusus. Namun manfaat terbesar dari menghitung rasio dan melakukan
perbandingan baru diperoleh setelah klien selesai menyusun laporan keuangannya. Idealnya,
prosedur analitis ini dilakukan sebelum pengujian rincia saldo sehingga prosedur itu segera dapat
digunakan untuk menentukan seberapa luas pengujian saldo. Prosedur itu juga digunakan sebagai
bagian dari pelaksanaan pengujian saldo dan selama tahap penyelesaian audit.

Pada beberapa audit, semuanya dilaksanakan setelah tanggal neraca. Apabila klien ingin
mengeluarkan laporan setelah tanggal neraca, pengujian rincian saldo yang lebih memakan
waktu akan dilaksanakan pada tanggal interim sebelum akhir-tahun, dengan pekerjaan tambahan
dilakukan untuk “me-roll-forward” saldo tanggal-interim yang telah diaudit ke akhir-tahun.
Pengujian substantif atas saldo yang dilakukan sebelum akhir tahun akan memberikan assurance
yang lebih kecil dan biasanya hanya dilakukan bila pengendalian internal efektif.
Fase 4: Menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit.

Setelah tiga fase pertama diselesaikan, auditor harus mengumpulkan bukti tambahan yang
bersangkutan dengan tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan,
mengikhtisarkan hasilnya, mengeluarkan laporan audit, dan melaksanakan bentuk komunikasi
lainnya. Pada fase ini memiliki beberapa bagian.

Melaksanakan pengujian tambahan untuk penyajian dan pengungkapan

Ingatlah bahwa auditor mengumpulkan bukti yang bersangkutan dengan tujuan audit yang
berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan. Prosedur yang dilaksanakan auditor untuk
mendukung empat tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan serupa
dengan proses audit yang dilaksanakan untuk mendukung tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi dan yang berkaitan dengan saldo. Sebagai contoh, manajemen mengimplementasikan
pengendalian internal untuk memastikan bahwa semua pengungkapan catatan kaki yang
disyaratkan sudah dibuat, dan jumlah serta informasi lainnya yang diungkapkan sudah akurat.
Pengujian yang dilakukan auditor atas pengendalian itu memberikan bukti yang mendukung
kelengkapan dan keakuratan tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian serta pengungkapan.
Auditor juga melaksanakan pengujian substantif untuk mendapatkan bukti yang tepat yang
mencukupi bahwa informasi yang diungkapkan dalam catatan kaki mencerminkan transaksi dan
saldo aktual yang telah terjadi, dan merupakan kewajiban klien untuk mendukung tujuan
keterjadian serta hak dan kewajiban. Sebagian besar pengujian auditor yang bersangkutan
dengan tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan dilaksanakan selama
tiga fase pertama, tetapi pengujian tambahan dilaksanakan pada fase keempat.

Selama fase terakhir ini, auditor melaksanakan prosedur audit yang berkaitan dengan kewajiban
kontinjen dan peristiwa setelah tanggal neraca. Kewajiban kontinjen adalah kewajiban potensial
yang harus diungkapkan dalam catatan kaki klien. Auditor harus memastikan bahwa
pengungkapannya lengkap dan akurat. Peristiwa setelah tanggal neraca merupakan peristiwa
yang kadang-kadang terjadi setelah tanggal neraca, tetapi sebelum dikeluarkannya laporan
keuangan dan laporan auditor yang mempengaruhi laporan keuangan. Prosedur review khusus
dirancang agar perhatian auditor tertuju pada peristiwa setelah tanggal neraca yang
mempengaruhi laporan keuangan.

Mengumpulkan bukti akhir

Selain bukti yang diperoleh untuk masing-masing siklus selama fase pertama dan kedua, dan
untuk masing-masing akun selama fase ketiga, auditor harus mengumpulkan bukti berikut untuk
laporan keuangan secara keseluruhan selama fase penyelesaian:

- Melaksanakan prosedur analitis terakhir


- Mengevaluasi asumsi going-concern
- Mendapatkan surat representasi klien
- Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk memastikan bahwa hal itu konsisten
dengan laporan keuangan.

Mengeluarkan Laporan Audit

Jenis laporan audit yang akan dikeluarkan tergantung pada bukti yang dikumpulkan dan temuan
audit.

Berkomunikasi dengan komite audit dan manajemen

Auditor diwajibkan untuk mengomunikasikan defisiensi yang signifikan dalam pengendalian


internal kepada komite audit atau manajemen senior. Standar auditing juga mengharuskan
auditor untuk mengomunikasikan berbagai hal tertentu lainnya kepada pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, seperti komite audit atau badan serupa yang ditunjuk setelah penyelesaian
audit, atau lebih cepat. Meskipun tidak diharuskan, auditor sering juga memberi saran kepada
manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis.

Anda mungkin juga menyukai