Anda di halaman 1dari 32

PERTEMUAN 2

Penyusunan Rencana Audit Pendahuluan; Praktik Penggunaan Software Auditing

A. Jenis-Jenis Pengujian Audit


Dalam mengembangkan rencana audit secara keseluruhan, auditor menggunakan lima
jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar.
1. Prosedur penilaian risiko
Prosedur penilaian risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam
laporan keuangan. Auditor melaksanakan pengujian pengendalian, pengujian
substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian rincian saldo sebagai
tanggapan atas penilaian auditor atas risiko salah saji material.
2. Pengujian Pengendalian
Ketika kebijakan dan prosedur pengendalian diyakini dirancang secara efektif, auditor
menilai risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminkan keefektifan relatif dari
pengendalian tersebut. Untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk
mendukung penilaian tersebut, auditor melaksanakannya tes kontrol.
3. Pengujian substantif
Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji kesalahan
penyajian dolar (sering disebut salah saji moneter) yang secara langsung
mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Auditor mengandalkan tiga jenis
pengujian substantif: pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis substantif,
dan pengujian rincian saldo. Tes transaksi yang substantif digunakan untuk
menentukan apakah keenam tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi untuk setiap
kelas transaksi. Dua dari tujuan transaksi penjualan tersebut adalah mencatat transaksi
penjualan yang ada (tujuan terjadinya) dan transaksi penjualan yang ada dicatat
(tujuan kelengkapan).
4. prosedur analitis
prosedur analitis melibatkan perbandingan jumlah tercatat dengan ekspektasi yang
dikembangkan oleh auditor. Standar audit mengharuskannya dilakukan selama
perencanaan dan penyelesaian audit. Meskipun tidak disyaratkan, prosedur analitis
juga dapat dilakukan untuk mengaudit saldo akun. Dua tujuan terpenting dari
prosedur analitis dalam audit saldo akun adalah untuk:
1) Tunjukkan kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
2) Memberikan bukti substantif
5. Pengujian rincian saldo
Pengujian rincian saldo fokus pada saldo buku besar akhir untuk akun neraca dan
laporan laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar tes rincian saldo adalah
pada neraca. Contohnya termasuk konfirmasi saldo pelanggan untuk piutang,
pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan laporan vendor untuk hutang dagang.

B. Memilih jenis pengujian audit yang sesuai


Dalam memilih jenis pengujian audit yang sesuai, auditor harus mempertimbangkan:
1. Ketersediaan Jenis Bukti untuk Prosedur Audit selanjutnya
Beberapa faktor yang memengaruhi pilihan auditor atas jenis pengujian yang akan
dipilih, termasuk ketersediaan delapan jenis bukti, biaya relatif dari setiap jenis
pengujian, efektivitas pengendalian internal,
2. Biaya Relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian yang akan dipilih untuk
memperoleh bukti yang cukup dan tepat, biaya bukti tersebut merupakan
pertimbangan penting. Jenis tes yang tercantum di bawah ini untuk meningkatkan
biaya:
- Prosedur analitis
- Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk memperoleh pemahaman
tentang pengendalian internal
- Tes kontrol
- Tes transaksi yang substantif
- Tes rincian saldo
3. Hubungan antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Pengecualian pada pengujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan
salah saji yang mempengaruhi nilai dolar laporan keuangan, sedangkan
pengecualian dalam pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo
merupakan salah saji laporan keuangan. Pengecualian dalam pengujian
pengendalian disebut deviasi pengujian pengendalian.
Prosedur audit pengendalian adalah untuk memeriksa sampel jenis bukti atau
dokumen (seperti faktur penjualan) apakah sudah diparaf oleh orang yang
memverifikasi informasi tersebut atas pelaporan keuangan. Jika dokumen yang
tidak diberi paraf secara memadai, auditor harus mempertimbangkan
implikasinya bagi audit pengendalian internal atas laporan keuangan, dan
menindaklanjuti dengan pengujian substantif untuk audit laporan keuangan.
Sebagai contoh, memperluas faktur penjualan duplikat dengan menyertakan
verifikasi harga, perkalian dan footing (pengujian substantif atas transaksi), atau
dengan meningkatkan ukuran sampel.
4. Hubungan antara Prosedur Analitis dan Pengujian Substantif
Prosedur analitis juga hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang
mempengaruhi nilai mata uang dalam laporan keuangan. Seperti fluktuasi yang
tidak biasa dalam hubungan antara satu akun dengan akun lainnya, dapat
mendindikasian kemungkinan yang meningkat bahwa ada salah saji yang
material tanpa harus menyediakan bukti langsung tentang salah yang meterial
itu. Jika dalam kasus tersebut terjadi, maka auditor harus melaksanakan
pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo untuk
menentukan apakah salah saji mata uang telah benar benar terjadi. Jika auditor
melaksanakan prosedur analitis dan yakin bahwa kemungkinan salah saji yang
material bernilai kecil, maka pengujian substansif lainnya dapat dikurangi.
5. Trade-Off Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Ada trade-off antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif. Selama
perencanaan, auditor memutuskan apakah akan menilai risiko pengendalian di bawah
maksimum. Ketika mereka melakukannya, mereka kemudian harus melakukan
pengujian pengendalian untuk menentukan apakah tingkat risiko pengendalian yang
dinilai didukung. (Mereka harus selalu melakukan pengujian pengendalian dalam
audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan.)

C. Teknologi informasi mempengaruhi pengujian audit


Standar audit memberikan panduan bagi auditor entitas yang mengirimkan, memproses,
memelihara, atau mengakses informasi penting secara elektronik. Contoh bukti elektronik
termasuk catatan transfer dana elektronik dan pesanan pembelian yang dikirimkan
melalui pertukaran data elektronik (EDI). Bukti kinerja pengendalian otomatis, seperti
perbandingan komputer dari pesanan penjualan yang diusulkan dengan batas kredit
pelanggan, mungkin juga hanya dalam bentuk elektronik..

D. konsep bauran bukti dan bagaimana hal itu harus bervariasi dalam berbagai
keadaan
Pilihan jenis pengujian yang akan digunakan dan seberapa luas pengujian tersebut perlu
dilakukan dapat sangat bervariasi di antara audit untuk berbagai tingkat efektivitas
pengendalian internal dan risiko yang melekat. Bahkan dalam audit tertentu, variasi dapat
terjadi dari siklus ke siklus. Untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat dalam
menanggapi risiko yang diidentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor
menggunakan kombinasi dari empat jenis pengujian yang tersisa. Kombinasi ini sering
disebut dengan campuran bukti.

E. Perancangan program audit


Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan
yang tepat pada masing-masing dari pengujian lainnya, program audit khusus bagi
setiap jenis harus dirancang untuk membentuk program bukti ]. Pada sebagian besar
audit, auditor yang bertanggung jawab atas penugasan itu merekomendasikan bauran
bukti kepada manajer penugasan. Setelah bauran tersebut disetujui, auditor yang
bertanggung jawab lalu menyusun program audit atau memodivikasi program yang
sudah ada agar memenuhi semua tujuan audit.
Setelah bauran bukti disetujui, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan program audit
atau memodifikasi program yang ada untuk memenuhi semua tujuan audit, dengan
mempertimbangkan hal-hal seperti materialitas, risiko inheren, risiko pengendalian, dan
risiko kecurangan yang teridentifikasi, serta kebutuhan untuk audit terintegrasi untuk
perusahaan publik yang lebih besar. Penanggung jawab juga kemungkinan besar
mendapatkan persetujuan dari manajer sebelum melakukan prosedur audit atau
mendelegasikan kinerjanya kepada asisten.
Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Transaksi
- Memahami pengendalian internal
- Nilai yang direncanakan mengendalikan risiko
- Menentukan sejauh mana kontrol pengujian
- Pengujian desain pengendalian dan pengujian substantif transaksi bertemu terkait
transaksi tujuan audit.

F. Ikhtisar Proses Audit


Fase I merencanakan dan merancang pendekatan audit
1. Menerima klien dan melaksanakan perencanaan awal
2. Memahami bisnis dan industri klien
3. Menilai risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima serta
risiko inheren
6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan

Fase II melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian snbstantif atas


transaksi
1. Merencanakan unruk mengurangi penilaian tingkat risiko pengendalian
2. Melaksanakan penujian pengendalian
3. Melaksanakan pengujian substantif atas transaksi
4. Menilai kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan

Fase Ill melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo, rujuan
dari fase I ll adalah untuk memperoleh bukti tambahan yang mencukupi guna
menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki alas laporan keuangan telah
dinyatakan secara wajar.
1. Melaksanakan prosedur analitis
2. Melaksanakan pengujian rincian saldo tambahan

Fase IV melaksanakan pengujian atas pos-pos yang penting


1. Menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit
2. Melaksanakan pengujian tambahan atas penyajian dan pengungkapan
3. Mengumpulkan bukti akhir
4. Mengevaluasi hasil
5. Mengeluarkan laporan audit
6. Mengomunikasikan kepada komite audit dan manajemen
PERTEMUAN 3

Audit Siklus Penjualan dan Penerimaan;

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi

A. Akun Dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Penjualan Dan Penerimaan


Terdapat lima kelas dari transaksi dalam siklus penjualan dan penerimaan, diantaranya:
1. Penjualan
2. Pemerimaan kas
3. Retur dan pengurangan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Estimasi beban piutang tak teritagih

B. Fungsi Bisnis Dalam Siklus Dan Dokumen Serta Catatan Terkait


Siklus penjualan dan penerimaan melibatkan keputusan dan proses untuk mengalihkan
kepemilikan barang dan jasa ke pelanggan.
1. Pemrosesan Pesanan Pelanggan
Pesanan pelanggan adalah permintaan akan barang dagang yang diajukan oleh
pelanggan, yang sering kali diikuti dengan pembuatan pesanan penjualan, yaitu
dokumen untuk mengomunikasikan deskripsi, kuantitas, dan informasi tentang barang
yang dipesan.
2. Pemberian Kredit
Pihak berwenang harus menyerujui kredit bagi pelanggan yang akan melakukan
pembelian secara kredit. Praktik persetujuan kredit harus kuat, jika tidak, maka akan
menghasilkan piutang ragu-ragu dan piutang usaha yang tidak dapat tertagih.
3. Pengiriman Barang
Dokumen pengirirnan, yang sering kali berupa bill of landing, sangat penting untuk
mengawali pengiriman barang. Bill of landing merupakan kontrak tertulis antara
pengirim dan penjual, berisi informasi mengenai deskripsi barang, kuantitas, dan data
lainnya.
4. Penagihan Pelanggan dan Pencatatan Penjualan
Dalam sebagian besar sistem, penagihan pelanggan mencakup:
a. Menyiapkan salinan faktur penjualan, merupakan metode untuk menunjukkan
jumlah penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayaran yang harus dilunasi oleh
pelanggan.
b. Memperbarui file transaksi penjualan mencantumkan nama pelanggan, tanggal,
jumlah, klasifikasi akun, tenaga penjual, tingkat komisi, retur, dan pengurangan
penjualan.
c. Memperbarui file induk piutang usaha,
d. Memperbarui file induk buku besar umum untuk penjualan dan piutang usaha
lnformasi diatas digunakan untuk membuatjurnal penjualan, yang nantinya bersamaan
dengan penerimaan kas dan kredit rupa-rupa, membuat neraca saldo piutang usaha.
5. Pemrosesan dan Pencatatan Penerimaan Kas
Pemrosesan dan pencatatan penerirnaan kas meliputi penerimaan, penyetoran, dan
pencatatan kas yang mencakup uang tunai, cek,dan transfer dana elektronik. File yang
digunakan dalam proses ini, antara lain remillance advice merupakan dokumen yang
dikirirnkan ke pelanggan dan dikembalikan ke penjual beserta uang pembayaran.
Kedua, apabila seseorang yang menerima kas tidak memiliki tanggung jawab untuk
mencatat penjualan, piutang usaha atau kas, dan tidak merniliki akses ke catatan
akuntansi dapat rnernbuat daftar, yaitu prelisting penerimaan kas. Terakhir, file
transaksi penerimaan kas yang dihasilkan komputer, biasanya mencantumk an semua
transaksi penerimaan kas selama satu periode.
6. Pemrosesan dan Pencatatan Retur dan Pengurangan Penjualan
Jika seorang pelanggan tidak puas dengan barang yang dibeli, maka penjual akan
menerima pengembalian (retur) barang atau memberikan potongan harga. Oleh karena
itu, penjual akan menerbitkan memo kredit yang mengindikasikan pengurangan
jumlah atau harga barang.
7. Penghapusan Pintang Usaha Tak Tertagih
Jika pelanggan sudah mengajukan kebangkrutan atau penagihan piutangnya
diserahkan kepada agen penagihan, maka dapat disimpulkan bahwa suatu jumlah
tidak dapat ditagih. Oleh karena itu, perusahaan harus menghapusnya dengan
menggunakan formulir otorisasi piutang tak tertagih.
8. Penyediaan Piutang Tak Tertagih
Perusahaan harus mecatat beban piutang tak tertagih sebesar ju mlah yang
diperkirakan tidak dapat tertagih.
C. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
atas Transaksi Penjualan
1. Memahami Pengendalian Internal - Penjualan
Dalam memahami pengendalian internal, seorang auditor dapat menggunakan 3 cara
yaitu memahani flowchart, memberikan kuesioner, dan melaksanakan pengujian
penjualan walkthrough.
2. Menilai Risiko Pengendalian yang Direncanakan - Penjualan
Terdapat 4 langkah untuk menilai risiko pengendalian :
- Auditor memerlukan kerangka untuk menilai risiko pengendalian.
- Auditor harus mengidentifikasi kunci pengendalian internal dan kelemahannya
bagi penjualan.
- Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya maka auditor dapat
mengaitkannya dengan tujuan.
- Auditor menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengeva luasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan. Selain itu, menguji aktivitas
pengendalian untuk penjualan juga rnembantu dalam mengidentifikasi
pengendalian kunci dan kelemahannya, seperti pemisahan tugas yang memadai,
otoritas yang tepat, dokumen dan catatan yang mernadai, dokumen yang telah
dipranomori , laporan bulanan, dan prosedur verifikasi internal.
3. Mencantukan Luas Pengujian Pengendalian
Luas penguj ian pengendalian dalam audit perisahaan nonpublik tergantung pada
keefektifan pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat
diandalkan untuk mengurangi risiko ppengendalian.
4. Merancang Pengujian Pengendalian untuk Penjualan
Untuk setiap pengujian pengendalian harus dirancang untuk memverifikasi
keefektifannya. Dan dalam sebagian audit, relative rnudah menentukan sifat
pengujian pengendalian dari sifat pengendalian tersebut.
5. Merancang Pengujian Substantif atas Transaksi Penjualan
Pengujian substantif atas transaksi sering menggunakan beberapa prosedur bagi setiap
audit tanpa memandang siniasinya, sementara yang lainnya tergantung pada
kelayakan pengendalian dan hasil pengujian pengendalian. Menyajikan prosedur
pengujian substantif alas transaksi berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi penjualan. Adapun langkah pengujian substantif atas transaksi penjualan
sesuai dengan tujuan audit, yaitu :
- Mencatat penjualan yang terjadi,
- Transaksi penjualan yang ada telah dicatat,
- Arah pengujian,
- Penjualan dicatat dengan akurat,
- Transaksi penjualan dimasukkan dengan benar dalam file induk dan diikhtisarkan
dengan benar,
- Penjualan yang dicatat diklarifikasikan dengan benar, dan
- Penjualan dicatat pada tanggal yang benar.
6. lkhtisar Metodologi Penjualan
- Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi berasal dari kerangka kerja yang
disajikan dengan setiap tujuan dipisahkan unruk memfasilitasi penilaian risiko
pengendalian yang lebih baik.
- Pengendalian kunci yang berasal dari matriks risiko pengendalian auditor.
Rancangan pengendalian internal yang telah dibuat oleh menejemen agar
mencapai enam tujuan audit atas transaksi. Namun, apabila salah satu tujuan audit
tidak tercapai maka, memungkinkan salah saji yang terkait akan meningkat tanpa
memandang pengenda lian unruk tujuan lainnya.
- Pengujian pengendalian. Auditor merancang pengujian pengendalian untuk
menverifikasi keefektifannya.
- Defisiensi. defisiensi yang telah diidentifikasi oleh auditor mengindikasikan tidak
adanya pengendalian yang efektif
- Pengujian substantif atas transaksi. Pengujian ini akan membantu auditor untuk
menentukan apakah ada salah saji moneter dalam transaksi penjualan.
7. Prosedur Audit Format Perancangan dan Kinerja
Prosedur-prosedur audit yang telah direncanakan akan membantu membuat program
audit yang efektif san efisien. Namun, tidak efisien apabila prosedur audit dilakukan
sesuai dengan format perancangan . Sehingga dapat dilakukan penggabungan program
audit format perancangan menjadi program audit format kinerja. Adapun hal-hal yang
akan terjadi jika penggabungan tersebut tercapai:
- Mengeliminasi prosedur duplikat
- Memastkan bahwa dokumen tertentu diperiksa
- Memungkinkan auditor melakukan prosedur yang lebih efektif

D. Retur dan Pengurangan Penjualan


Tujuan dan metodologi audit pada retur dan pengura ngan penjua lan sama dengan tujuan
dan metologi audit atas transaksi. Untuk mengendalikan salah saji pada penjualan,
digambarkan dengan 2 berbedaan yaitu materia litas dan penekanan pada tujuan kejadian.

E. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


atas Transaksi Penerimaan Kas
Auditor menggunakan metodologi yang sama dengan transaksi penjualan untuk
merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penerimaan
kas. Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaski, auditor rnengikuti proses
menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit, merancang pengujian
pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk mendukung pengurangan
risiko pengendalian, dan merancang pengujian substantif atas transaksi untuk menguji
salah saji moneter bagi setiap tujuan audit.
1. Menentukan Apakah Kas yang Diterima Telah Dicatat
Auditor paling sulit mendeteksi jenis penggelapan kas yang terjadi sebelum kas
dicatat di jurnal penerimaan kas atau listing kas lainnya, utamanya apabila penjualan
dan penerimaan kas dicatat secara bersamaan.
2. Penyiapan Bukti Penerimaan Kas
Bukti penerimaan kas dalam prosedur audit bennanfaat untuk menguji apakah semua
penerimaan kas yang dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank. Pada
pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat (dalam jurnal penerimaan kas selama
periode tertentu (misalnya, 1 bulan) akan direkonsi liasi dengan deposito atau setoran
aktual yang dilakukan ke bank selama periode yang sama. Nantinya, kemungkinan
keduanya terdapat perbedaan yang diakibatkan setoran dalam perjalanan (deposit in
transit) dan pos-pos lainnya, namun jurnlahnya dapat direkonsiliasi dan
dibandingkan.
3. Pengujian untuk Mengungkapkan Lapping Piutang Usaha
Lapping piutang usaha rnerupakan penu ndaan ayat jurnal penagihan piutang usaha
untuk rnenutupi kekurangan kas yang ada. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan
membandi ngkan nama, jumlah, dan tanggal yang ditunjukkan pada remittance
advice dengan ayat jurnal penerimaan kas dan salinan slip setoran yang terkait.

F. Pengujian Audit untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih


Pengendalian yang penting untuk mencegah penggelapan dengan menghapus piutang
usaha yang sudah ditagih adalah otorisasi yang tepat atas pengapusan piutang tak tertagih
harus diberikan oleh tingkat manajemen yang ditunjuk hanya setelah melalui
penyelidikan menyeluruh mengenai alasan pelanggan tidak mampu membayar.

G. Pengendalian Internal Tambahan atas Saldo Akun dan Penyajian serta


Pengungkapan
Pada siklus penjualan dan penagihan, kemungkinan besar akan mempengaruhi tujuan
yang terkait dengan saldo akun yaitu nilai yang dapat direalisasi, hak dan kewajiban, serta
empat tujuan penyajian dan pengungkapan. Pengendaliannya yaitu:
- Auditor menetapkan risiko tinggi untuk tujuan nilai realisasi yang melekat.
- Klien harus menetapkan beberapa pengendalian untuk mengurangi kemungkinan
piutang tak tertagih.
- Penyusunan neraca saldo piutang usaha direview dan ditindak lanjut selarna urnur
periodik oleh rnanajernen yang tepat.
- Kebijakan untuk menghapus piutang tak tertagih jika sudah tidak mungkin lagi
untuk ditagih.

H. Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi


Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi merniliki
pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, utamanya terhadap pengujian substantif atas
rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transa ksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah saldo
piutang usaha, kas, biaya piutang tak tertagih , dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.
Pengaruh yang paling signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah terhadap
konfirrnasi piutang usaha, yaitu jenis konfirmasi, ukuran sarnpel, dan penetapan waktu
pengujian.
PERTEMUAN 4

Sampling Audit Untuk Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Transaksi

Konsep Sampling Representatif


Sampel representatif adalah sampel yang memiliki karaktersistik yang hampir sama dengan
populasinya sehingga mewakili populasinya. Artinya, item yang disampel serupa dengan item yang
tidak disampel.

Risiko dalam pemilihan sampel:


1. Non sampling Risk, adalah risiko bahwa pengujian audit tidak dapat menemukan adanya
penyimpangan dalam sampel. Penyebabnya: 1) kegagalan auditor dalam mengenali penyimpangan, 2)
prosedur audit tidak efektif.
2. Sampling Risk, adalah risiko bahwa auditor membuat kesimpulan yang salah karena sampel yang
diambilnya tidak representatif. Sampling risk merupakan risiko yang tidak bisa dihindari sebagai
akibat dari melakukan pengujian secara sampling dimana tidak seluruh populasi diuji.

Terdapat dua cara dalam negendalikan risiko pengambilan sampel:


1. Sesuaikan ukuran sampel
2. Gunakan metode yang tepat untuk memilih item sampel dari populasi.

Sampel Statistik VS Sampel Non Statistik


Metode sampling audit terdiri dari Metode statistik dan Metode non statistik
Persamaan kedua metode diatas:
Kedua metode diatas terdiri dari 3 tahap. Pertama, terdapat Perencanaan sampel. kedua, Pemilihan
sampel dan melakukan pengujian. Ketiga, Evaluasi hasil pengujian.

Perbedaannya:
Sampel statistik menggunakan perhitungan sampling risk yang dikuantifikasi dalam perencanaan
sampel (langkah 1) dan evaluasi hasil (langkah 3).
Sedangkan sampel non statistik tidak menggunakan perhitungan kuantifikasi. Item yang dipilih
sebagai sampel adalah item yang tidak dipercaya auditor dapat memberikan informasi yang
bermanfaat.

Pemilihan Sampel Probabilistik Dan Nonprobabilistik


1. Pemilihan sampel probabilistik. Adalah metode pengambilan sampel dimana setiap anggota
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
2. Pemilihan sampel non probabilistik. Adalah metode pengambilan sampel dimana auditor
menggunakan pertimbangan profesional dalam memilih anggota populasi sebagai sampel.

Metode pemilihan sampel probabilistik terdiri dari:


1. Directed sample selection. Adalah pemilihan sampel yang didasarkan pada kriteria yang ditentukan
oleh pertimbangan profesional auditor. Kriteria auditor: Items yang kemungkinan besar terdapat salah
saji, items yang berisi anggota populasi dengan karakteristik tertentu, items yang memiliki nilai
moneter yang relatif tinggi.
2. Block sample selection. Adalah pemilihan item dalam populasi dengan membentuk blok-blok
terlebih dahulu. Misal, auditor akan mengambil 100 sampel. Auditor membagi popu;asi menjadi 5
blok dan mengambil 20 item untuk tiap blok.
3. Haphazard sample selection. Adalah pemilihan item dalam populasi tanpa pertimbangan apapun
dari auditor. Dalam metode ini auditor tidak mepertimbangkan ukuran, sumber data, ataupun
karakteristik lainnya.

Metode pemilihan sampel non probabilistik terdiri dari:


1. Simple random sample selection. Adalah metode pemilihan sampel dimana setiap anggota dari
populasi mempunyai kesempatan untuk diambil sebagai sampel. Sampel dipilih dengan cara: 1)
random number tables, 2) computer generation of random numbers.
2. Systematic sample selection. Adalah metode pemilihan sampel dimana auditor memilih sampel
berdasarkan pada perhitungan interval populasi. Interval populasi adalah ukuran populasi dibagi
jumlah sampel yang diinginkan.
3. Probability proportional to size sample selection. Adalah metode pemilihan sampel
dimanakemungkinan anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel tergantung dari Probability
Proportional to Size (PPS). Jadi, kemungkinan sebuah anggota populasi yang terpilih menjadi sampel
tergantung dari probabilitas yang proporsional terhadap ukuran populasi. Metode ini dievaluasi
dengan : sampling non statistik atau sampling statistik unit moneter.
4. Stratified sample selection. Adalah metode pemilihan sampel dimana populasi dibagi menjadi
beberapa subpopulasi. Semakin besar ukuran subpopulasi semakin banyak jumlah sampel diambil.
Metode ini dievaluasi dengan sampling non statistik atau sampling statistik variabel.

Pemilihan Sampel Yang Representatif


1. Pemilihan sampel acak saderhana. Secara sederhana contoh acak, setiap kemungkinan kombinasi
item populasi memiliki peluang yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel. Auditor
menggunakan pengambilan sampel acak sederhana untuk populasi sampel ketika tidak ada kebutuhan
untuk menekankan satu atau lebih jenis item populasi.
2. Pemilihan sampel sistematis. Pada pemilihan sampel sistematis (juga disebut sampling sistematis),
auditor menghitung interval dan kemudian memilih item untuk sampel berdasarkan ukuran
intervalnya. Interval ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang
diinginkan.

Sampling Audit Untuk Tingkat Pengecualian


Beberapa tipe pengecualian (spesifik atribut) dalam populasi data akuntansi:
1. Deviasi dari pengendalian internal perusahaan klien
2. Salah saji moneter dalam polulasi data transaksi
3. Salah saji moneter dalam polulasi saldo akun rinci

Pengambilan Sampel Nonstatistik Dalam Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif


Atas Transaksi
Istilah yang Digunakan dalam Pengambilan Sampel Audit:
Istilah terkait perencanaan:
1. Karakteristik atau atribut. Yaitu karakteristik sedang diuji dalam aplikasi
2. Risiko yang dapat diterima untuk menilai risiko pengendalian terlalu rendah (ARACR). Yaitu
risiko yang auditor bersedia ambil untuk menerima pengendalian sebagai efektif atau tingkat salah saji
moneter dapat ditoleransi, ketika tingkat pengecualian populasi sebenarnya lebih besar dari tingkat
pengecualian yang dapat ditoleransi
3. Tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER). Yatu tingkat pengecualian yang akan diizinkan
oleh auditor dalam populasi dan masih bersedia untuk menyimpulkan pengendalian beroperasi secara
efektif dan / atau jumlah salah saji moneter dalam transaksi yang dibuat selama perencanaan dapat
diterima.
4. Perkiraan tingkat pengecualian populasi (EPER). Yaitu tingkat pengecualian yang diharapkan oleh
auditor dalam populasi sebelum pengujian dimulai.
5. Ukuran sampel awal. Ukuran sampel diputuskan setelah mempertimbangkan faktor-faktor di atas
dalam perencanaan.

Istilah terkait evaluasi hasil:


1. Pengecualian. Yaitu Pengecualian dari atribut di item sampel
2. Rasio pengecualian sampel (SER). Yaitu jumlah pengecualian dalam sampel dibagi dengan ukuran
sampel
3. Rasio pengecualian atas yang dihitung (CUER). Yaitu perkiraan tingkat pengecualian tertinggi
dalam populasi pada ARACR tertentu

Berikut ini penerapan audit terkait langkah-langkah pengambilan sampel:


Tahap Perencanaan Sampel:
1. Tentukan tujuan pengujian audit
2. Tentukan sampling audit yang diterapkan
3. Definisikan atribut dan kondisi pengecualian
4. Definisikan populasi
5. Definisikan unit sampling
6. Tentukan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi
7. Tentukan risiko yang dapat diterima atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah
8. Tentukan tingkat pengecualian populasi
9. Tentukan ukuran sampel awal

Tahap Pemilihan Sampel dan Melakukan Prosedur Audit:


10. Pilih sampel
11. Lakukan prosedur audit

Tahap Evaluasi Hasil:


12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi
13. Menganalisis pengecualian
14. Memutuskan akseptabilitas populasi

Statistical Audit Sampling


Metode statistical sampling yang biasa digunakan dalam pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi adalah asttributes sampling.

Sampling Distribution
Sampling distribution adalah distribusi frekuensi dari hasil semua sampel yang diperoleh dari populasi
yang mempunyai parameter yang spesifik. Attributes sampling: didasarkan pada binomial distribution

Application of Attribut Sampling


Dampak dari ukuran populasi:
Ukuran populasi kurang dipertimbangkan dalam menentukan ukuran sampel. Representatif tidaknya
suatu sampel lebih ditentukan oleh proses pemilihan sampel dibandingkan dengan ukuran sampel.

Referensi:
Arens, A. Alvin., Elder, J. Renald, and Beasley, S. Mark (AEB). 20146 Auditing and Assurance
Service. An Integrated Approach. Global Edition. England: Pearson Education Limited.
PERTEMUAN 5

Penyelesaian pengujian siklus penjualan dan penerimaan:


piutang dagang

Tahapan metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo bagi piutang usaha
Tahap Satu:
- Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha
- Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren untuk piutang
usaha.
- Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan
Auditor harus memperhatikan tiga aspek pengendalian internal berkaitan dengan penjualan
dan penagihan, yaitu pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan,
pengendalian terhadap pisah batas, dan pengendalian yang berkaitan dengan penyisihan
piutang tak tertagih.

Tahap Dua:
- Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan
Prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan :
a. Membandingkan persetnase margin kotor dengan tahun sebelumnya
b. Membandingkan penjualan per bulan
c. Membandingkan retur dan pengurangan penjualan sebgai persentase penjualan kotor
dengan tahun sebelumnya
d. Membandingkan saldo pelanggan individu terhdap jumlah yang dinyatakan dengan tahun
sebelumnya
e. Membandingkan beban piutang tak tertagih sebagai persentase penjualan kotor dengan
tahun sebelumnya
f. Membandingkan jumlah hari piutang usaha beredar dengan tahun sebelumnya dan
perputaran piutang usaha
g. Membandingkan kategori umur piutang sebagai persentase piutang usaha dengan tahun
sebelumnya
h. Membandingkan penyisihan untuk piutang tak tertagih sebagai persentase piutang usaha
dengan tahun sebelumya
i. Membandingakan penghapusan piutang tak tertagih sebagai persentase total piutang usaha
dengan tahun sebelumnya

Tahap Tiga:
- Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk piutang usaha
- Merancang pengujian atas rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo, meliputi prosedur audit, ukuran sampel, item yang dipilih, dan
penetapan waktu.

Merancang pengujian atas rincian saldo


Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung pada apakah bukti
yang direncanakan untuk tujuan tertentu adalah rendah,sedang, atau tinggi.
1. Piutang usaha ditambahkan dengan benar dan sama dengan file induk serta buku besar
umum. Pengujian didasarkan pada aged trial balanced, yaitu menyajikan daftar saldo dalam
file induk piutang usaha pada tanggal neraca, termasuk saldo pelanggan individual yang
beredar dan rincian tiap saldo pada waktu tanggal penjualan dan pada neraca
2. Piutang yang dicatat memang ada. Konfirmasi saldo pelanggan merupakan pengujian atas
rincian saldo yang palimh penting untuk menentukan keberadaan piutang usaha yang dicatat.
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan. Sulit bagi auditor untuk menguji saldo akun
yang dihilangkan dari aged trial balanced kecuali mengandalkan pada sifat menyeimbangkan
sendiri file induk piutang usaha
4. Piutang usaha sudah akurat. Dengan melakukan konfirmasi akun dari neraca saldo
5. Piutang usaha diklasifikasikan dengan benar. Dengan mereview aged trial balanceuntuk
piutang yang material.
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar. Salah saji pisah batas terjadi apabila transaksi
periode berjalan dicatat dalam periode selanjutnya. Tujuan pisah batas untuk memverifikasi
apakah transaksi yang mendekati akhir periode akuntansi telah dicatat pada periode yang
tepat.
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi. Nilai realisasi piutang usaha sama dengan
piutang usaha dikurangi penyisihan piutang tak tertagih. Penyisihan dihitung dengan
mengestimasi total jumlah piutang usaha yang diperkirakan tidak dapat ditagih.
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha. Auditor dapat mereview notulen
rapat,membahasnya dengan klien, mengkonfirmasi dengan bank, memeriksa kontrak hutang.
Penyajian dan pengungkapan piutang usaha
Pengujian terhadap empat tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan
umumnya dilakukan sebagai bagian dari tahap penyelesaian audit. Akan tetapi beberapa
pengujian atas penyajian dan pengungkapan dilakukan untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo. Untuk mengevaluasi kememadaian penyajian dan pengungkapan
auditor harus memahami prinsip akuntansi yang diterima umum serta persyaratan penyajian
dan pengungkapan.

Konfirmasi piutang usaha


Tujuannya adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan, serta pisah batas. Tiga
pengecualian terhadap keharusan menggunkan konfirmasi :
1. Piutang usaha tidak material
2. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat respontidak
memadai atau tidak dapt diandalakn.
3. Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian rendah dan bukti substantif
lainnya dapat diakumulasikan untuk menyediakan bukti yang cukup.

Jenis konfirmasi yang akan digunakan auditor:


1. Konfirmasi positif. Komunikasi dengan debitor yang meminta pihak penerimauntuk
mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan dalam konfirmasi adalah
benar atau salah.
- Formulir konfirmasi yang kosong : tidak menyatakan jumlah namun meminta penerima
untuk mengisi saldo
- Konfirmasi faktur : setiap faktur akan dikonfirmasi

2. Konfirmasi negatif. Hanya meminta respon debitor tidak setuju dengan jumlah yang
dinyatakan. Konfimasi negatif dapat diterima jika seluruh situasi berikut ini tersedia:
- Piutang usaha tercipta dari akun-akun yang kecil
- Penilaian resiko pengendalian dan risiko inheren gabungan adalah rendah.tidak ada alasan
untuk percaya bahwa penerima konfirmasi tidak mungkin memberikan pertimbangannya.

Penetapan waktu
Bukti yang paling dapat diandalakan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasi itun
dikirim sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
Ukuran sampel
Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi piutang usaha
berada dalam beberapa kategori dan mencakup hal-hal berikut:
1. Salah saji yang ditoleransi
2. Risiko inheren ( ukuran relatif total piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun sebelum nya
dan salah saji yang diterapkan )
3. Risiko pengendalian
4. Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya (luas dan hasil pengujian
substantif atas transaksi, prosedur analitis dan pengujian yang terinci lainnya)
5. Jenis konfirmasi negatif (biasanya memerlukan sampel)
- Pemilihan item untuk pengujian, akan diperlukan beberapa jenis stratifikasi pada sebagian
besar konfirmasi .dalam suatu pendekatan umum stratifikasi untuk memilih saldo yang akan
dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik nilai dolar setiap piutang maupun lamanya
piutang yang beredar.

- Penerimaan kas selanjutnya, bukti penerimaan kas selanjutnya pada tanggal konfirmasi
meliputi pemeriksaan remittance advice,ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, atau
mungkin kredit selanjutnya dalam file induk piutang usaha. Salinan faktur penjualan, hal ini
bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan faktur penjualan aktual dan tanggal penagihan
actual. Dokumen pengiriman, hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah
benar-benar dilakukan dan sebagai pengujian pisah batas. Korespondensi dengan klien,
biasanya auditor tidak perlu mereview korespondensi sebagai bagian dari prosedur
alternatif,tetapi korespondensi dapat digunakan untuk mengungkapkan piutang yang
diperselisihkan dan yang meragukan yang tidak terungkap oleh cara lainnya. Barang yang
telah dikembalikan, kelalaian klien untuk mencatat memo kredit dapat diakibatkan oleh
perbedaan waktu atau pencatatan retur dan pengurangan penjualan yang tidak tepat.
Kesalahan klerikal dan jumlah yang diperdebatkan, jenis perbedaan yang paling mungkin
dilaporkan dalam catatan klien adalah jika pelanggan menyatakan bahwa ada kesalahan harga
yang dikenakan untuk barang,barang rusak ,kuantitas barang yang belum diterima dan
sebagainya.

Mengembangkan Pengujian Program audit yang terinci


Untuk mengilustrasikan pengembangan prosedur program audit untuk pengujian yang terinci
dalam siklus penjualan dan penagihan, kita akan menggunakan Hillsburg Hardware Co.
Auditor senior, menyiapkan kertas kerja perencanaan bukti yang disajikan pada gambar 16-7
sebagai alat bantu untuk membantunya memutuskan luas pengujian atas rincian saldo yang
direncanakan. Sumber setiap baris adalah sebagai berikut:
a. Salah saji yang dapat ditoleransi.
b. Risiko audit yang dapat diterima.
c. Risiko inheren.
d. Risiko pengendalian.
e. Hasil pengujian subtantif atas transaksi.
f. Prosedur analitis.
g. Risiko deteksi yang direncanakan.

Referensi:
Arens, A. Alvin., Elder, J. Renald, and Beasley, S. Mark (AEB). 20146 Auditing and Assurance
Service. An Integrated Approach. Global Edition. England: Pearson Education Limited.
PERTEMUAN 6

Audit Siklus pembelian dan Pembayaran: Pengujian Pengendalian,


Pengujian Substantif atas Transaksi, dan Utang Usaha

Akun Dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Akuisisi Dan Pembayaran


Tujuan dari audit atas siklus akuisisi dan pembayaran adalah untuk mengevaluasia pakah
akun-akun yang dipengaruhi oleh akuisisi barang dan jasa serta pengeluaran kas bagi akusisi
tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum.
Terdapat tiga kelas transaksi yang dimasukkan kedalam siklus:
1. Akuisisi barang dan jasa
2. Pengeluaran kas
3. Retur dan pengurangan pembelian serta diskon pembelian

Fungsi Bisnis Dalam Siklus Serta Dokumen Dan Catatan Terkait


1. Memproses pesanan pembelian
Permintaan akan barang dan jasa oleh personil klien merupakan titik awal bagi siklus ini.
Dokumen yang umum digunakan meliputi:
a.) Permintaan pembelian (purchase requisition). permintaan pembelian digunakan untuk
meminta barang dan jasa oleh karyawan yang berwenang. Ini dapat berupa permintaan untuk
akuisisi seperti bahan oleh staf produksi atau supervisor gudang, perbaikan luar oleh kantor
atau personel pabrik, atau asuransi oleh wakil presiden yang bertanggung jawab atas properti
dan peralatan.
b.) Pesanan pembelian (purchase order). pesanan pembelian adalah dokumen yang digunakan
untuk memesan barang dan jasa dari vendor. Ini mencakup deskripsi, kuantitas, dan informasi
terkait barang dan jasa yang ingin dibeli perusahaan dan sering digunakan untuk
menunjukkan otorisasi akuisisi. Perusahaan seringkali mengirimkan pesanan pembelian
secara elektronik kepada vendor yang telah mengatur pertukaran data elektronik (EDI).

2. Menerima barang dan jasa


Penerimaan barang dan jasa dari vendor oleh perusahaan merupakan saat dimana sebagian
besar perusahaan mulai mengakui akuisisi dan kewajiban terkait pada catatannya. Ketika
barang telah diterima, pengendalian yang memadai akan mewajibkan dilakukannya
pemeriksaan atas deskripsi, kuantitas, kedatangan yang tepat waktu, dan kondisi. Dokumen
terkait fungsi bisnis ini yaitu, laporan penerimaan.

3. Mengakui kewajiban
Pengakuan kewajiban yang tepat atas penerimaan barang dan jasa memerlukan pencatatan
yang tepat waktu dan akurat. Dokumen dan catatan yang umum meliputi:
- Faktur vendor
- Memo debet
- Voucher
- File transaksi akuisisi
- Jurnal akuisisi atau listing
- File induk utang usaha
- Neraca saldo utang usaha
- Laporan vendor

4. Memproses dan mencatat pengeluaran kas


Pembayaran atas pembelian barang dan jasa merupakan aktivitas yang signifikan bagi semua
entitas. Aktivitas tersebut secara langsung akan mengurangi saldo akun kewajiban, terutama
utang usaha.
Dokumen yang terkait dengan proses pengeluaran kas yang diperiksa auditor termasuk:
- Cek
Digunakan untuk membayar akuisisi saat pembayaran jatuh tempo. Sebagian besar
perusahaan menggunakan pemeriksaan yang disiapkan komputer berdasarkan informasi yang
termasuk dalam file transaksi akuisisi pada saat barang dan jasa diterima. Biasanya disiapkan
dalam format multi salinan, dengan aslinya dikirimkan ke penerima pembayaran, satu salinan
diisi dengan faktur vendor dan dokumen pendukung lainnya, dan satu salinan lagi diisi secara
numerik. Dalam kebanyakan kasus, cek individual dicatat dalam file transaksi pengeluaran
kas.

- File transaksi pengeluaran kas


Adalah file yang dihasilkan komputer itu mencakup semua transaksi pengeluaran tunai yang
diproses oleh sistem akuntansi untuk suatu periode, seperti hari, minggu, atau bulan. Ini
mencakup jenis informasi yang sama yang didiskusikan untuk file transaksi akuisisi.
- Jurnal atau listing pengeluaran kas
Adalah daftar atau laporan yang dihasilkan dari file transaksi pengeluaran kas yang
mencakup semua transaksi untuk periode waktu tertentu. Transaksi yang sama, termasuk
semua informasi yang relevan, dimasukkan ke dalam file induk hutang dan buku besar
umum.

Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Atas


Transaksi
- Memahami pengendalian internal - akuisisi pengeluaran kas.
- Menilai risiko pengendalian yang direncanakan - akuisisi dan pengeluaran kas.
- Menentukan luas pengujian pengendalian.
- Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk akuisisi
dan pengeluaran kas guna memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Prosedur
audit, ukuran sampel, item yang akan dipilih, dan penetapan waktu.

Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Atas Transaksi Untuk Siklus


Akuisisi Dan Pembayaran
- Pengujian akuisisi, meliputi tiga dari empat fungsi bisnis, yaitu memproses pesanan
pembelian, menerima barang dan jasa, dan mengakui kewajiban.
- Pengujian pembayaran, menyangkut fungsi ke empat, yaitu memproses dan mencatat
pengeluaran kas.

Selanjutnya, pengendalian internal utama untuk setiap fungsi bisnis antara lain: otorisasi
pembelian, pemisahan hak asuh barang yang diterima dari fungsi lain, pencatatan tepat waktu
dan tinjauan transaksi independen, dan otorisasi pembayaran kepada vendor.

Metodologi Untuk Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo Utang Usaha


Tahap 1: Mengidentifikasi risiko bisnis yang mempengaruhi utang usaha, menetapkan
materialitas kinerja dan menilai risiko inheren untuk utang usaha, menilai risiko pengendalian
untuk siklus akuisisi dan pembayaran.
Tahap 2: Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi untuk siklus akuisisi dan pembayaran.
Tahap 3: Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk utang usaha, merancang
pengujian atas rincian saldo utang usaha untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo: prosedur audit, ukuran sampel, item yang akan dipilih, penetapan waktu.

Prosedur Analitis Untuk Siklus Akuisisi Dan Pembayaran


1. Membandingkan saldo akun beban yang berhubungan dengan akuisisi dengan tahun
sebelumnya. Salah saji yang mungkin yaitu salah saji utang usaha dan beban.
2. Mereview daftar utang usaha untuk melihat utang yang tidak biasa, non vendor, dan utang
berbunga. Salah saji yang mungkin yaitu klasifikasi salah saji untuk kewajiban nondagang.
3. Mmebandingkan utang usaha individual dengan tahun sebelumnya. Salah saji yang
mungkin yaitu akun yang tidak tercatat atau tidak ada, atau salah saji.
4. Menghitung rasio, seperti pembelian dibagi dengan utang usaha, dan utang usaha dibagi
dengan kewajiban lancar. Salah saji yang mungkin yaitu akun yang tidak tercatat atau tidak
ada, atau salah saji.

Perbedaan Keandalan Dari Faktur Vendor, Pernyataan Vendor, Dan Konfirmasi


- Perbedaan antara faktur vendor dan pernyataan vendor:
Auditor harus Membedakan antara faktur vendor dan pernyataan vendor dalam
memverifikasi jumlah yang harus dibayarkan kepada vendor. Auditor mengandalkan bukti
tentang transaksi individu ketika mereka memeriksa faktur vendor dan dokumen pendukung
terkait, seperti menerima laporan dan pesanan pembelian. Pernyataan vendor tidak diinginkan
seperti faktur untuk memverifikasi transaksi individu karena pernyataan hanya mencakup
jumlah total transaksi. Unit yang diperoleh, harga, pengiriman, dan data lainnya tidak
disertakan.
- Perbedaan antara pernyataan dan konfirmasi vendor
Yang paling penting perbedaan mencolok antara pernyataan vendor dan konfirmasi hutang
dagang adalah sumber Informasi. Pernyataan vendor telah disiapkan oleh vendor (pihak
ketiga yang independen) tetapi berada di tangan klien pada saat auditor memeriksanya. Ini
memberi klien kesempatan untuk mengubah pernyataan vendor atau menahan pernyataan
tertentu dari auditor.
PERTEMUAN 7

Penyelesaian Pengujian Siklus Pembelian dan Pembayaran: Aset Tetap, Beban Dibayar
Dimuka, Liabilitas Akrual, dan Akun-Akun Beban dan Pendapatan

Mengenali Banyak Akun Dalam Siklus Akuisisi Dan Siklus Pembayaran


Berikut ini akun yang terkait dengan transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran. Jenis
aset, pengeluaran, dan kewajiban akan berbeda untuk banyak perusahaan, terutama di industri
selain ritel, grosir dan manufaktur. Metodologi yang terkait dengan mengaudit akun-akun ini
serupa dengan audit akun-akun lain yang seperti halnya audit akun hutang dagang, kecuali
nama rekening yang diaudit.
Dalam siklus ini dilakukan pemeriksaan terhadap:
- Bangunan, tanah dan peralatan
- Kewajiban yang lain
- Biaya dibayar dimuka
- Akun pendapatan dan beban

Merancang Dan Melakukan Pengujian Audit Properti, Pabrik, Dan Peralatan Dan
Akun Terkait
Properti, pabrik, dan peralatan adalah aset yang memiliki perkiraan umur lebih dari satu
tahun, digunakan dalam bisnis, dan tidak diperoleh untuk dijual kembali. Tujuan untuk
menggunakan aset sebagai bagian dari operasi bisnis klien dan harapan hidup mereka lebih
dari satu tahun adalah karakteristik signifikan yang membedakan aset ini dari inventaris,
biaya dibayar di muka, dan investasi.
Akun biasanya terkait dengan akuisisi dan transaksi siklus pembayaran:
1. Aktiva : kas, inventaris, persediaan, properti, pabrik, peralatan paten, merek dagang, hak
cipta dibayar dimuka, pajak dibayar dimuka, asuransi dibayar dimuka.
2. Beban : harga pokok penjualan, beban sewa, pajak properti, beban pajak penghasilan,
beban asuransi, biaya profesional, manfaat pensiun, utilities.
3. Kewajiban : hutang usaha, hutang sewa, biaya profesional yang masih harus dibayar, pajak
properti yang masih harus dibayar, beban masih harus dibayar, pajak penghasilan terutang.

Klasifikasi Akun Properti, Pabrik, dan Peralatan:


- Tanah dan Pemeliharaan Tanah
- Gedung dan Pemeliharaan gedung
- Peralatan
- Furnitur dan perlengkapannya
- Mobil dan truk
- Perbaikan leasehold
- Proses konstruksi untuk properti, pabrik, dan peralatan

Akuisisi properti, pabrik, dan peralatan terjadi melalui siklus akuisisi dan pembayaran.
Karena audit akun aset tetap serupa, satu contoh (peralatan) digunakan untuk
menggambarkan pendekatan untuk mengaudit ketiga jenis akun.

Auditor memverifikasi peralatan secara berbeda dari akun aset lancar karena tiga alasan:
1. Biasanya akuisisi peralatan pada periode saat ini lebih sedikit, terutama peralatan besar
yang digunakan dalam manufaktur.
2. Jumlah perolehan yang diberikan sering kali bersifat material.
3. Peralatan kemungkinan besar disimpan dan dipelihara dalam catatan akuntansi selama
beberapa tahun.

Dalam audit peralatan dan akun terkait, ada gunanya memisahkan pengujian ke dalam
kategori berikut:
• Lakukan prosedur analitis
• Verifikasi akuisisi tahun ini
• Verifikasi pembuangan tahun ini
• Verifikasi saldo akhir di akun aset
• Verifikasi biaya penyusutan
• Verifikasi saldo akhir akumulasi penyusutan

Prosedur analitis untuk peralatan:


- Membandingkan biaya penyusutan dibagi dengan bruto biaya peralatan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Kemungkinan salah sajinya yaitu salah saji dalam beban penyusutan dan
akumulasi penyusutan.
- Membandingkan akumulasi penyusutan dibagi dengan bruto biaya peralatan dengan tahun-
tahun sebelumnya. Kemungkinan salah sajinya yaitu salah saji dalam akumulasi depresiasi.
- Membandingkan perbaikan dan pemeliharaan bulanan atau tahunan, biaya persediaan, biaya
peralatan kecil, dan akun serupa dengan tahun-tahun sebelumnya. Kemungkinan salah
sajinya yaitu jumlah pengeluaran yang seharusnya Huruf besar.
- Membandingkan biaya produksi kotor dibagi beberapa ukuran produksi dengan tahun-tahun
sebelumnya. Kemungkinan salah sajinya yaitu perlengkapan atau perlengkapan yang
menganggur tadi dibuang tetapi tidak dihapuskan.

Verifikasi pembuangan tahun berjalan:


Transaksi yang melibatkan pembuangan peralatan sering salah disajikan ketika pengendalian
internal perusahaan tidak memiliki metode formal untuk menginformasikan manajemen
penjualan, tukar tambah, pengabaian, atau pencurian mesin dan peralatan yang direkam. Jika
klien gagal mencatat pelepasan, biaya asli dari akun peralatan akan dilebih-lebihkan tanpa
batas, dan nilai buku bersih akan dilebih-lebihkan hingga aset disusutkan sepenuhnya.
Metode formal pelacakan pelepasan dan ketentuan untuk otorisasi yang tepat atas penjualan
atau pembuangan peralatan lainnya membantu mengurangi risiko salah saji. Harus ada juga
verifikasi internal yang memadai atas pelepasan yang tercatat untuk memastikan bahwa aset
dikeluarkan dengan benar dari catatan akuntansi.

Prosedur berikut sering digunakan untuk memverifikasi pelepasan:


- Tinjau apakah aset yang baru diperoleh menggantikan aset yang ada
- Menganalisis keuntungan dan kerugian dari pelepasan aset dan pendapatan lain-lain untuk
penerimaan dari pelepasan aset
- Meninjau modifikasi pabrik dan perubahan lini produk, perubahan peralatan terkait
komputer yang mahal, pajak properti, atau pertanggungan asuransi untuk indikasi
penghapusan peralatan
- Minta keterangan dari manajemen dan personel produksi tentang kemungkinan pelepasan
Aset

Verifikasi saldo akhir akun aset:


Dua tujuan auditor ketika mengaudit saldo akhir dalam akun peralatan mencakup penentuan
bahwa:
1. Semua peralatan yang tercatat secara fisik ada pada tanggal neraca (keberadaan)
2. Semua peralatan yang dimiliki dicatat (kelengkapan)
Memeriksa beban penyusutan:
Beban penyusutan adalah salah satu dari sedikit akun pengeluaran yang tidak diverifikasi
sebagai bagian dari pengujian pengendalian. Tujuan audit terkait saldo yang paling penting
untuk biaya penyusutan adalah akurasi. Auditor fokus dalam menentukan apakah klien
mengikuti kebijakan depresiasi yang konsisten dari periode ke periode, dan klien perhitungan
sudah benar.

Verifikasi saldo akhir beban penyusutan:


Dua tujuan biasanya ditekankan dalam audit saldo akhir dalam akumulasi penyusutan:
1. Akumulasi penyusutan sebagaimana tercantum dalam file induk properti sesuai dengan
jurnal umum.
2. Akumulasi penyusutan dalam file induk akurat.

Merancang Dan Melakukan Pengujian Audit Biaya Dibayar Dimuka


Biaya dibayar di muka, biaya ditangguhkan, dan aset tak berwujud adalah aset yang umurnya
bervariasi dari beberapa bulan hingga beberapa tahun. Ini termasuk:
• Sewa dibayar di muka
• Paten
• Biaya organisasi
• Asuransi dibayar dimuka
• Pajak dibayar dimuka
• Merek Dagang
• Biaya yang ditangguhkan
• Hak Cipta

Dalam pengujian biaya dibayar dimuka ini, diambil salah satu contoh yaitu pengujian
terhadap asuransi dibayar dimuka. Audit asuransi dibayar dimuka digunakan sebagai Account
Representative karena:
1. Asuransi prabayar ditemukan di sebagian besar audit - hampir setiap perusahaan memiliki
beberapa jenis asuransi
2. Masalah yang biasa dihadapi dalam audit asuransi prabayar adalah tipikal dari kelas akun
ini.
3. Tanggung jawab auditor untuk meninjau cakupan asuransi merupakan pertimbangan
tambahan yang tidak ditemukan dalam akun lain dalam kategori ini
Melakukan pengujian Audit akun asuransi dibayar dimuka:
Dalam audit asuransi dibayar dimuka, auditor mendapatkan jadwal dari klien yang
mencantumkan untuk setiap polis yang berlaku:
• Kebijakan informasi, termasuk nomor kebijakan, jumlah pertanggungan dan premi tahunan
• Mulai saldo asuransi dibayar dimuka
• Pembayaran kebijakan premi
• Jumlah yang dibebankan ke biaya asuransi
• Mengakhiri saldo asuransi dibayar dimuka

Auditor biasanya melakukan prosedur analitik berikut untuk asuransi dibayar dimuka dan
biaya asuransi:
• Membandingkan total biaya asuransi dan asuransi dibayar dimuka dengan tahun-tahun
sebelumnya.
• Hitung rasio asuransi dibayar dimuka dengan biaya asuransi dan bandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya.
• Membandingkan pertanggungan kebijakan asuransi individu pada jadwal asuransi yang
diperoleh dari klien dengan jadwal tahun sebelumnya sebagai ujian dari penghapusan
kebijakan tertentu atau perubahan pertanggungan asuransi.
• Membandingkan saldo asuransi dibayar dimuka yang dihitung untuk tahun berjalan
berdasarkan kebijakan per kebijakan dengan tahun sebelumnya sebagai uji kesalahan dalam
perhitungan.
• Tinjau perlindungan asuransi terdaftar pada jadwal asuransi dibayar dimuka dengan pejabat
klien atau pialang asuransi yang sesuai untuk cakupan yang memadai. Auditor tidak bisa
menjadi ahli dalam masalah asuransi, tetapi pemahaman auditor tentang akuntansi dan
penilaian aset diperlukan untuk memastikan bahwa perusahaan tidak diasuransikan.

Kebijakan asuransi dalam jadwal asuransi dibayar dimuka yang ada dan kebijakan yang ada
sudah tercantum (eksistensi dan kelengkapan). Tes untuk keberadaan dan penghilangan
ketentuan kebijakan asuransi yang berlaku dapat dilakukan pada jadwal asuransi dibayar
dimuka klien dengan salah satu dari dua cara berikut:
1. Memeriksa contoh faktur asuransi dan polis yang berlaku untuk perbandingan dengan
jadwal.
2. Dapatkan konfirmasi informasi asuransi dari agen asuransi perusahaan. Auditor biasanya
lebih suka mengirim konfirmasi ke agen asuransi klien, karena pendekatan ini biasanya tidak
memakan waktu lebih lama daripada tes jaminan dan memberikan verifikasi 100 persen.

Merancang Dan Melakukan Uji Audit Atas Kewajiban Yang Masih Harus Dibayar
Kategori akun utama ketiga dalam siklus akuisisi dan pembayaran adalah kewajiban yang
masih harus dibayar, yang merupakan taksiran kewajiban yang belum dibayar atas jasa atau
manfaat yang telah diterima sebelum tanggal neraca. Pada tanggal neraca, bagian tertentu dari
total biaya sewa yang belum dibayar harus diakui. Kewajiban serupa lainnya termasuk:
• Penggajian yang masih harus dibayar
• Biaya profesional yang masih harus dibayar
• Pajak gaji yang masih harus dibayar
• Sewa yang masih harus dibayar
• Bonus petugas yang masih harus dibayar
• Bunga yang masih harus dibayar
• Komisi yang masih harus dibayar

Verifikasi biaya yang masih harus dibayar bervariasi tergantung pada sifat akrual dan
keadaan klien. Untuk sebagian besar audit, akrual membutuhkan sedikit waktu audit. Dalam
contoh lain, akun tertentu, seperti pajak pendapatan yang masih harus dibayar, biaya jaminan,
dan biaya pensiun, seringkali bersifat material dan memerlukan upaya audit yang cukup
besar. Pembahasan audit pajak properti yang masih harus dibayar berikut ini digunakan
sebagai contoh audit atas akun kewajiban yang masih harus dibayar.

Mengaudit pajak properti yang masih harus dibayar:


Ketika auditor memverifikasi pajak properti yang masih harus dibayar, kedelapan tujuan
audit terkait keseimbangan kecuali nilai yang dapat direalisasikan adalah relevan. Dua di
antaranya sangat penting:
1. Properti yang sudah ada yang akrual pajaknya sesuai berada pada jadwal akrual.
Kegagalan untuk memasukkan properti yang pajaknya harus dikumpulkan akan mengecilkan
kewajiban pajak properti (kelengkapan). Kesalahan penyajian material dapat terjadi,
misalnya, jika pajak atas properti tidak dibayar sebelum tanggal neraca dan tidak dimasukkan
sebagai pajak properti yang masih harus dibayar.
2. Pajak properti yang masih harus dibayar dicatat secara akurat. Perhatian auditor adalah
perlakuan yang konsisten atas akrual dari tahun ke tahun (akurasi).

Merancang Dan Melakukan Tes Audit Akun Pendapatan Dan Beban


Auditor perlu menyadari bahwa sebagian besar pengguna laporan keuangan lebih
mengandalkan laporan laba rugi daripada neraca untuk mengambil keputusan. Investor
ekuitas, kreditor jangka panjang, perwakilan serikat pekerja, dan bahkan kreditor jangka
pendek lebih tertarik pada kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba daripada
pada biaya historis atau nilai buku dari aset individu.

Dua konsep berikut dalam audit akun pendapatan dan beban sangat penting ketika
mempertimbangkan tujuan laporan laba rugi:
1. Pencocokan pendapatan dan beban periodik diperlukan untuk penentuan hasil operasi yang
tepat.
2. Penerapan prinsip akuntansi yang konsisten untuk periode yang berbeda diperlukan untuk
perbandingan.

Prosedur Analitis untuk akun Pendapatan dan Beban:


• Membandingkan pengeluaran individu dengan sebelumnya tahun.
• Membandingkan aset dan liabilitas individu saldo dengan tahun-tahun sebelumnya.
• Membandingkan pengeluaran individu dengan anggaran.
• Membandingkan persentase margin kotor dengan tahun-tahun sebelumnya.
• Membandingkan rasio perputaran persediaan dengan tahun-tahun sebelumnya.
• Membandingkan biaya asuransi prabayar dengan tahun-tahun sebelumnya.
• Membandingkan biaya komisi dibagi penjualan dengan tahun-tahun sebelumnya.
• Membandingkan biaya produksi individu dibagi total biaya produksi dengan tahun-tahun
sebelumnya.

Uji detail akun seimbang – Alokasi.


Auditor harus menganalisis jumlah yang termasuk dalam akun laporan laba rugi tertentu
meskipun pengujian yang disebutkan sebelumnya telah dilakukan. Selanjutnya, kami
memeriksa arti dan metodologi analisis akun sebelum beralih ke diskusi kapan analisis akun
biaya sesuai.
Analisis akun pengeluaran melibatkan pemeriksaan auditor atas dokumentasi yang mendasari
transaksi individu dan jumlah yang menyusun rincian total akun biaya. Jenis dokumen yang
sama dengan yang digunakan untuk memeriksa transaksi sebagai bagian dari pengujian
transaksi akuisisi, termasuk faktur, laporan penerimaan, pesanan pembelian, dan kontrak.

Untuk mengaudit banyak akun yang terkait dengan siklus ini secara memadai, auditor
memerlukan pemahaman tentang akun utama, kelas transaksi, fungsi bisnis, dokumen, dan
catatan yang terkait dengan akuisisi dan transaksi siklus pembayaran. Kebanyakan Akun-
akun ini, seperti hutang dagang, properti, pabrik, dan peralatan, biaya penyusutan, dan biaya
dibayar di muka, memiliki karakteristik unik yang mempengaruhi bagaimana auditor
mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat tentang saldo akun terkait. Dan, akhirnya,
keterkaitan antara pengujian audit yang berbeda dalam siklus akuisisi dan pembayaran dapat
memberikan dasar untuk verifikasi auditor atas banyak akun laporan keuangan.

Referensi:
Arens, A. Alvin., Elder, J. Renald, and Beasley, S. Mark (AEB). 20146 Auditing and
Assurance Service. An Integrated Approach. Global Edition. England: Pearson Education
Limited.

Anda mungkin juga menyukai