Anda di halaman 1dari 11

MELAKSANAKAN PENGUJIAN TAMBAHAN UNTUK PENYAJIAN DAN

PENGUNGKAPAN
Dalam pembahasan tentang tiga tahapan pertama dalam pengauditan telah dijelaskan
bagaimana auditor merancang dan melaksanakan pengujian audit untuk mendapatkan bukti
yang cukup dan tepat untuk mendukung masing-masing kategori tujuan audit tersebut.
Contoh tentang pengujian siklus transaksi menekankan pada pelaksanaan pengujian audit
untuk mendukung enam tujuan audit transaksi dan delapan tujuan audit saldo. Kita juga telah
membahas bagaimana prosedur-prosedur tersebut menghasilkan bukti tentang empat tujuan
penyajian dan pengungkapan yang diringkas pada kolom pertama Tabel 21-1.
Sebagai bagian dari pengauditan Tahap IV, auditor menilai bukti yang diperolehnya
selama tiga tahapan audit terdahulu untuk menentukan apakah perlu melakukan pengauditan
tambahan berkatan dengan tujuan audit penyajian dan pengungkapan. Pendekatan auditor
dalam mendapatkan bukti tentang penyajian dan pengungkapan sama dengan pendekatan
yang digunakan auditor dalam mendapatkan bukti untuk tujuan audit transaksi dan tujuan
audit saldo.
 Lakukan prosedur-prosedur untuk mendapatkan pemahaman pengendalian yang
berkaitan dengan tujuan penyaijan dan pengungkapan sebagai bagian dari prosedur
peniaian risiko.
 Lakukan pengujian pengendalian berkaitan dengan pengungkapan apabila penilaian
awal risiko pengendalian di bawan maksimum.
 Lakukan prosedur-prosedur substantifuntuk mendapaikan keyakinan bahwa semua
tujuan audit tercapai baik tentang informasi maupun jumlah dalam penyaijan dan
pengungkapan di laporan keuangan.
Kolom kedua dalam Tabel 21-1 berisi contoh-contoh prosecur substantif berkaitan dengan
tujuan penyajian dan pengungkapan.
Tabel 21-1 Tujuan Audit Penyajian dan Pengungkapan
Tujuan Audit Contoh Prosedur Substantif
Keterjadian dan hak dan kewajiban- Review perjanjian kredit untuk
Ungkapkan peristiwa dan transaksi yang memastikan bahwa piutang usaha
telah terjadi dan berkaitan dengan dijadikan agunan.
entitas.
Kelengkapan- Semua pengungkapan Gunakan daftar pengecekan
yang seharusnya dimasukkan ke dalam pengungkapan untuk memastikan bahwa
laporan keuangan telah dimasukkan. laporan keuangan memuat semua
pengungkapan yang disyaratkan oleh
standar akuntansi keuangan.
Penggolongan dan kejelasan – informasi Review laporan keuangan untuk
keuangan telah digolongkan dengan memastikan bahwa aset digolongkan
tepat dan pengungkapannya dinyatakan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar.
dengan jelas.
Keakuratan dan penilaian – informasi Rekonsiliasi jumlah-jumlah yang
keuangan dan informasi lainnya telah dimasukkan dalam catatan kaki utang
diungkapkan secara wajar dan pada jangka panjang ke informasi yang
jumlah yang tepat diperiksa dan didukung dalam kertas
audit utang jangka panjang.

Seringkali prosedur-prosedur untuk tujuan penyajian dan pengungkapan


dilaksanakan bersamaan dengan pengujian auditor untuk tujuan transaksi dan saldo. Sebagai
contoh, sebagai bagian dari pengauditan atas piutang usaha, auditor mengevaluasi perlunya
memisahkan piutang wesel dan piutang kepada perusahaan afiliasi serta piutang kepada
karyawan dengan piutang usaha kepada para pelanggan. Auditor juga harus menentukan
bahwa piutang jangka pendek dipisahkan dari piutang jangka panjang, dan piutang yang
dijadikan agunan telah
Mengingat bahwa informasi yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan
keuangan telah diaudit dalam tahapan-tahapan audit diungkapkan sebelumnya, pada tahap
IV ini auditor mengevaluasi bukti yang telah dikumpulkan dalam tiga fase pertama audit
untuk menilai apakah di perlukan bukti tambahan untuk tujuan penyajian dan pengungkapan.
Pada Tahap IV, auditor juga mengevaluasi apakah penyajian keseluruhan laporan keuangan
dan catatan-catatan kakinya telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Hal ini
mencakup evaluasi tentang apakah laporan keuangan individual mencerminkan
penggolongan yang tepat dan penjelasan akun-akun selaras dengan persyaratan dan bahwa
informasi disajikan dalam bentuk yang tepat dan dengan terminologi yang tepat pula sesuai
dengan standar akuntansi keuangan.
Salah satu hal yang menjadi perhatian auditor dalam tujuan yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan adalah menentukan apakah manajemen telah mengungkapkan
semua informasi yang disyaratkan (tujuan kelengkapan penyajian dan pengungkapan).
Untuk menilai risiko bahwa tujuan kelengkapan penyajian dan pengungkapan tidak
terpenuhi, auditor harus mempertimbangkan informasi yang diperoleh selama tiga tahap
pertama pengujian audit untuk memastikan bahwa mereka memahami fakta dan keadaan
yang harus diungkapkan.
Mengingat sifat pengungkapan tentang utang bersyarat dan peristiwa kemudian yang
unik, auditor sering menilai risiko yang tinggi bahwa ada kemungkinan tidak semua
informasi yang disyaratkan telah diungkapkan dengan lengkap dalam catatan kaki. Pengujian
audit yang dilakukan dalam tahapan audit sebelumnya seringkali tidak memberi bukti yang
cukup dan tepat tentang utang bersyarat dan peristiwa kemudian. Oleh karena itu, pada setiap
audit auditor merancang dan melaksanakan prosedur untuk mereview utang bersyarat dan
peristiwa kemudian sebagai bagian dari pengujian Tahap IV.
REVIEW ATAS UTANG BERSYARAT DAN KOMITMEN
Utang bersyarat adalah kewajiban potensial kepada fihak luar di masa datang yang
jumlahnya belum diketahui yang merupakan akibat dari aktivitas yang telah terjadi
sebelumnya. Utang bersyarat yang material harus diungkapkan dalam catatan kaki laporan
keuangan. Tiga kondisi untuk keberadaan utang bersyarat adalah:
1. Terdapat potensi pembayaran kepada fihak luar atau pengurangan aset yang
diakibatkan oleh kondisi yang ada.
2. Terdapat ketidakpastian mengenai jumlah pembayaran atau pengurangan aset yang
akan datang.
3. Hasil akhirnya akan ditentukan oleh kejadian atau kejadian-kejadian di masa yang
akan datang.
Sebagai contoh adalah perkara pengadilan yang sedang berlangsung tetapi belum
diputuskan pengadilan, memenuhi ketiga kondisi di atas.
Standar akuntansi menggunakan dua pendekatan berkaitan dengan kerugian akibat
kontingensi. Pengukuran pertama kontingensi menggunakan metoda nilai wajar, dan
pendekatan kedua menggunakan tingkat kemungkinan. Dengan pendekatan tingkat
kemungkinan, standar akuntansi menyediakan tiga kemungkinan terjadi (mulai dari
kemungkinan yang paling kecil ke yang paling mungkin) dan periakuan akuntansi yang tepat
untuk ketiga kemungkinan tersebut. Untuk menilai apakah klien telah menerapkan
pendekatan dan perlakuan yang tepat, auditor harus menggunakan pertimbangan
profesionalnya.
Catatan kaki kontingensi harus menjelaskan sifat kontingensi sepanjang hal itu diketahui
dan pendapat penasehat hukum atau manajemen tentang hasil akhir yang diperkirakan.
Beberapa jenis utang bersyarat yang sering menjadi perhatian auditor adalah:
 Perkara pengadilan akibat pelanggaran atas hak paten atau pelanggaran lainnya.
 Pajak penghasilan yang masih menjadi persoalan.
 Garansiproduk
 Utang wesel didiskontokan
 Jaminan atas utang pihak lain.
 Saldo belum digunakan dari letters of credit yang sedang berjalan.
Tujuan utama auditor dalam memeriksa utang bersyarat adalah:
 Menilai perlakuan akuntansi atas utang bersyarat yang diketahui untuk memastikan
apakah manajemen telah menggolongkan kontingensi dengan tepat (tujuan penyajian
dan pengungkapan- penggolongan)
 Mengidentifikasi seberapa besar kemungkinan kontingensi yang belum diidentifikasi
oleh manajemen (penyajian dan pengungkapan-kelengkapan).
Hal yang berkaitan erat dengan kontingensi adalah komitmen. Dimaksud dengan komitmen
adalah hal-hal seperti persetujuan untuk membeli bahan baku atau menyewa fasilitas dengan
harga tertentu dan menjual produk dengan harga pasti, ketentuan pemberian bonus, ketentuan
pembagian laba (profit sharing) dan program pensiun, serta perjanjian royalty. Karakteristik
komitmen yang terpenting adalah kesepakatan perusahaan untuk memenuhi suatu kondisi
tertentu di masa yang akan datang, apapun yang terjadi dengan laba atau ekonomi secara
keseluruhan, Salah satu pertimbangan perusahaan menyetuyui berkomitmen adalah demi
nama baik atau keuntungan perusahaan sendiri, Walaupun bisa berakibat sebaliknya yaitu
kurang atau lebin menguntungkan dari yang diperkirakan semula. Perusahaan biasanya
menjelaskan Semua komimen dalam suatu catatan kaki tersendi atau menyatukannya
bersama dengan catatan kaki untuk kontingensi.
PROSEDUR AUDIT UNTUK MENEMUKAN KONTINGENSI
Kebanyakan dari kewajiban potensial ini diperiksa sebagai bagian integral dari berbagai
segmen audit, bukan sebagai aktivitas tersendiri, menjelang akhir tahun buku. Sebagai
contoh, pengujian audit untuk saldo letters of credit berjalan yang belum terpakai dilakukan
sebagai bagian dari konfirmasi atas saldo bank dan utang dari bank. Selain itu, auditor harus
mempertimbangkan kemungkinan utang pajak penghasilan yang belum berketetapan sebagai
bagian dari analisis atas beban pajak penghasilan, mereview arsip korespondensi umum, dan
memeriksa laporan dari agen. Apabila kontingensi diperiksa tersendiri, auditor biasanya
melakukan pengujian beberapa hari menjelang penyelesaian audit untuk menjamin ketepatan
verifikasi. Pengujian utang bersyarat menjelang berakhirnya audit lebih merupakan review
daripada penyelidikan awal.
Langkah pertama dalam pengauditan kontingensi adalah menentukan apakah
terdapat kontingensi (tujuan penyajian dan kelengkapan - keberadaan). Seperti anda ketahui
ketika mempelajari audit area yang lain, lebih sulit menemukan transaksi atau kejadian yang
tidak dicatat daripada melakukan verifikasi atas informasi terbukukan.Begitu audit
menemukan keberadaan suatu kontingensi, maka pengevaluasian materialitas dan catatan
kaki pengungkapan biasanya dapat dilakukan dengan lebih memuaskan.
Berikut adalah sejumlah prosedur audit yang lazim digunakan untuk menemukan
utang bersyarat, walaupun tidak semua dapat diterapkan pada setiap audit:
 Mintalah keterangan dari manajemen (secara lisan atau terul is) tentang kemungkinan
adanya utang bersyarat. Dalam memirnta keterangan, auditor harus secara spesifik
menjelaskan perbedaan berbagai macam kontingensi yang mereka lupakan atau tidak
sepenuhnya mereka mengerti. Apabila manajemen melupakan suatu kontingensi atau
tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan pengungkapan, pengajuan pertanyaan ini
akan membantu dalam mengidentifikasi pengungkapan yang seharusnya. Pada
penyelesaian audit, auditor biasanya meminta agar manajemen membuat pernyataan
tertulis sebagai bagian dari representasi tertulis (akan dijelaskan pada bagian lain bab
ini) bahwa hal itu diketahui dan tidak ada utang bersyarat yang tidak diungkapkan.
Pada umumnya permintaan keterangan kepada manajemen tidak bermanfaat untuk
menemukan kesalahan disengaja dalam pengungkapan
 Review ketetapan pajak dari Kantor Pajak tahun ini dan tahun yang lalu. Ketetapan
tersebut bisa menunjukkan area atau di tahun mana terjadi ketidaksepahaman atau
perselisihan. Apabila review telah berjalan untuk waktu yang lama, hal itu
mengindikasikan adanya perselisihan pajak.
 Review notulen rapat dewan komisaris dan rapat umum pemegang saham untuk
menemukan indikasi pelanggaran
 Analisis beban hukum pada periode yang diaudit dan review hukum atau kontingensi
lain. faktur dan laporan dari kantor penasehat hukum untuk mene- mukan indikasi
utang bersyarat, terutama yang berkaitan dengan pelanggaran hukum atau pajak.
 Dapatkan surat dari setiap penasehat hukum utama yang telah melaksanakan bantuan
hukum untuk klien tentang status perkara di pengadilan yang masih berlangsung atau
utang bersyarat lainnya. Prosedur ini akan dibahas lebih mendalam
 Review dokumentasi audit untuk mencari informasi yang bisa kemudian.
menunjukkan potensi kontingensi. Sebagai contoh, konfirmasi bank bisa
menunjukkan adanya wesel yang didiskontokan atau
 Periksa letters of credit yang sedang berjalan per tanggal neraca penjaminan utang.
dan minta konfirmasi tentang saldo yang sudah digunakan dan belum digunakan.
MENGEVALUASI UTANG BERSYARAT YANG DIKETAHUI
Apabila auditor menyimpulkan bahwa terdapat utang bersyarat, auditor harus mengevaluasi
signifikansi potensi kewajiban dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam laporan
keuangan untuk mendapatkan bukti tentang tujuan audit penyajian dan pengungkapan yang
berkitan dengan keterjadian dan hak & kewaijiban. Dalam hal tertentu, potensi kewajiban
mudah diketahui untuk dimasukkan ke dalam laporan keuangan seperti halnya kewajiban
sesungguhnya dengan menggunakan pendekatan tingkat kemungkinan. Dalam hal yang lain,
pengungkapan mungkin tidak diperlukan apabila kontingensi sangat jauh dari mungkin atau
jumlahnya tidak material. Kantor akuntan public seringkali menggunakan evaluasi tersendiri
mengenai potensi kewajban dari penasehat hukumnya, terutama apabila jumlahnya material,
bukannya mengandalkan pada manajemen atau penasehat hukum manajemen. Karena
merupakan pembela klien, penasehat hukum klien sering kehilangan perspektif dalam
mengevaluasi penutupan kasus dan jumlah pertimbangan potensial. Untuk kontingensi yang
memerlukan pengungkapan, auditor juga mereview konsep catatan kaki untuk
memastikanbahwa pengungkapan informasi bisa dimengerti dan metetapkan secara wajar
kondisi kontingensi.
PROSEDUR AUDIT UNTUK MENEMUKAN KOMITMEN
Pencarian komitmen yang tidak diketahui biasanya dilakukan sebagai bagian dari audit pada
setiap area audit. Sebagai contoh, dalam memeriksa transaksi penjualan, auditor harus
waspada dengan kemungkinan adanya komitmen penjualan. Begitu pula komitmen
pembelian bahan baku atau peralatan dapat diidentifikasi sebagai bagian dari audit atas setiap
akun tersebut. Auditor juga harus faham dengan kemungkinan komitmen ketika ia membaca
notulen rapat, kontrak-kontrak dan arsip korespondensi.
MEMINTA KETERANGAN DARI PENASEHAT HUKUM KLIEN
Litigasi dan klaim yang melibatkan entitas dapat menimbulkan dampak yang material
terhadap laporan keuangan dan oleh karena itu litigasi dan klaim tersebut mungkin
diwajibkan untuk diungkapkan atau dicatat dalam laporan keuangan. SA 501.9 menyatakan
sebagai berikut:
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasi litigasi
dan klaim yang melibatkan entitas yang dapat menimbulkan suatu risiko kesalahan penyajian
material, termasuk:
a) Meminta keterangan dari manajemen dan, jika relevan, pihak lain dalam entitas,
termasuk penasehat hukum internal.
b) Menelaah risalah rapat pihak-pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dan
korespondensi antara entitas dengan penasehat hukum eksternal; dan
c) Menelaah akun biaya hukum.
Jika auditor menilai bahwa suatu risiko kesalahan penyajian tentang litigasi atau klaim
yang telah diidentifikasi, atau jika prosedur audit yang dilaksanakan menunjukkan bahwa
litigasi atau klaim lain mungkin ada, auditor harus, sebagai tambahan atas prosedur yang
diwajibkan oleh standar audit lain, melakukan komunikasi langsung dengan penasehat
hukum eksternal entitas. Auditor harus melakukan hal ini melalui surat permintaan
keterangan, yang dibuat oleh manajemen dan dikirim oleh auditor, yang meminta penasehat
hukum eksternal entitas untuk berkomunikasi secara langsung dengan auditor. Jika peraturan
perundang-undangan atau organisasi profesional penasehat hukum melarang penasehat
hukum eksternal entitas berkomunikasi secara langsung dengan auditor, maka auditor harus
melaksanakan prosedur audit alternatif (SA 501.10).
Meminta keterangan dari penasehat hukum klien adalah prosedur utama yang
diandalkan auditor untuk mengevaluasi litigasi dan klaim lain terhadap klien yang diketahui
dan mengidentifikasi jika masih ada yang lainnya. Auditor mengandalkan pada keahlian dan
pengetahuan penasehat hukum tentang perkara hukum klien dan memperoleh pendapat
profesional tentang hasil akhir tuntutan hukum yang diperkirakan dari perkara yang ada dan
kemungkinan jumlah kewajiban, termasuk biaya pengadilan. Penasehat hukum juga
seharusnya mengetahui perkara pengadilan yang sedang berjalan dan tuntutan lainnya yang
mungkin disembunyikan manajemen.
Komunikasi langsung dengan penasehat hukum eksternal entitas dapat membantu
auditor dalam memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah litigasi dan
klaim diketahui dan estimasi manajemen atas dampak keuangan, termasuk biaya, adalah
masuk akal.
Dalam beberapa kasus, auditor dapat melakukan komunikasi langsung dengan
penasehat hukum eksternal entitas melalui surat permintaan keterangan yang umum. Untuk
tujuan ini, sebuah surat permintaan keterangan yang umum meminta penasihat hukum
eksternal entitas untuk menginformasikan kepada auditor tentang adanya litigasi dan klaim
yang diketahui oleh penasehat hukum tersebut, dengan penilaian atas hasil litigasi dan klaim,
serta implikasi keuangan, termasuk biaya yang berkaitan.
Jika dipandang bahwa penasehat hukum eksternal entitas tidak mungkin merespons dengan
semestinya terhadap surat permintaan keterangan yang umum, sebagai contoh, jika
organisasi professional penasehat hukum eksternal entitas melarang untuk merespons surat
tersebut, auditor dapat melakukan komunikasi secara langsung melalui surat permintaan
keterangan yang spesifik. Untuk tujuan ini, suatu surat permintaan keterangan yang spesifik
mencakup:
a) Daftar litigasi dan klaim
b) Jika tersedia, penilaian manajemen atas hasil dari setiap litigasi dan klaim yang
teridentifikasi dan estimasi atas implikasi keuangannya, termasuk biaya yang harus
ditanggung oleh entitas; dan
c) Permintaan bahwa penasehat hukum eksternal entitas memberikan konfirmasi
tentang memadainya penilaian manajemen dan menyediakan bagi auditor informasi
lebih lanjut jika daftar tersebut dipandang tidak lengkap atau tidak benar oleh
penasehat hukum eksternal entitas.
Dalam kondisi tertentu, auditor mungkin menentukan perlunya diadakan pertemuan dengan
penasehat hukum eksternal entitas untuk mendiskusikan kemungkinan hasil litigasi atau
klaim. Hal ini dapat berupa, sebagai contoh:
 Auditor menentukan bahwa hal tersebut mengandung risiko signifikan.
 Hal tersebut adalah kompleks.
 Terdapat ketidaksepakatan antara manajemen dengan penasehat hukum eksternal
entitas.
Umumnya, pertemuan semacam itu memerlukan izin manajemen dan diselenggarakan
dengan kehadiran wakil manajemen.
Berdasarkan SA 700, auditor diwajibkan untuk memberi tanggal laporan auditor tidak lebih
awal dari tanggal di mana auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat sebagai
basis untuk menerbitkan opini auditor atas laporan keuangan. Bukti audit tentang status
litigasi dan kaim sampai dengan tanggal laporan auditor dapat diperoleh dengan meminta
keterangan dari manajemen, termasuk penasehat hukum internal entitas, yang
bertanggungjawab atas hal-hal relevan. Dalam beberapa kondisi, auditor mungkin perlu
untuk mendapatkan informasi yang terbaru dari penasehat hukum eksternal entitas.
MENELAAH PERISTIWA KEMUDIAN
Bagian ketiga dari penyelesaian audit adalah menelaah peristiwa-peristiwa kemudian.
Laporan keuangan mungkin dipengaruhi oleh peristiwa tertentu yang terjadi setelah tanggal
laporan keuangan. Banyak kerangka laporan keuangan secara khusus merujuk pada peristiwa
tersebut. Sebagai contoh, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 10, "Peristiwa Setelah
Tanggal Neraca" berhubungan dengan perlakuan dalam laporan keuangan atas peristiwa,
baik yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan, yang terjadi antara tanggal
laporan keuangan (sama dengan tanggal posisi keuangan dalam SAK) dan tanggal yang pada
saat itu laporan keuangan disetujui untuk diterbitkan. Standar audit (SA) 560 - Peristiwa
Kemudian, mendefinisikan peristiwa kemudian sebagai: "Peristiwa yang terjadi di antara
tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan auditor, dan fakta yang diketahui oleh auditor
setelah tanggal laporan auditor"
Gambar 21-3 di bawah ini melukiskan periode yang dicakup oleh peristiwa kemudian.
Gambar 21-3 Periode yang Dicakup oleh Peristiwa Kemudian

Auditor harus menelaah transaksi dan kejadian yang terjadi setelah tanggal neraca
untuk menentukan apakah transaksi atau kejadian tersebut mempengaruhi kelayakan
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan tahun yang diperiksa. Prosedur pengauditan
yang disyaratkan oleh standar audit untuk memeriksa transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian tersebut disebut menelaah peristiwa kemudian atau penelaahan setelah tanggal
neraca. Secara lebih spesifik SA 550 merumuskan tujuan auditor berkaitan dengan peristiwa
kemudian adalah untuk:
a) Memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang apakah peristiwa yang terjadi antara
laporan keuangan dan tanggal laporan auditor yang mengharuskan penyesuaian atau
pengungkapan dalam laporan keuangan, secara tepat telah digambarkan dalam
laporan keuangan tersebut sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;
dan
b) Merespon secara tepat fakta yang diketahui oleh auditor setelah tanggal laporan
auditor, yang mana jika diketahui oleh auditor pada tanggal tersebut, kemungkinan
menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya.
TIPE-TIPE PERISTIWA KEMUDIAN
Ada dua tipe peristiwa kemudian yang membutuhkan pertimbangan manajemen dan
dievaluasi oleh auditor, yaitu: (1) peristiwa kemudian yang memiliki dampak langsung
terhadap laporan keuangan, dan oleh karenanya memerlukan penyesuaian atas jumlah-
jumlah dalam laporan keuangan tahun ini, dan (2) peristiwa kemudian yang tidak memiliki
dampak langsung atas jumlah-jumlah dalam laporan keuangan tetapi memerlukan
pengungkapan.
Peristiwa Kemudian yang Memiliki Dampak Langsung atas Laporan Keuangan dan
Memerlukan Penyesuaian
Sejumlah transaksi yang terjadi sesudah tanggal neraca memberi tambahan informasi bagi
manajemen yang membantu mereka dalam menentukan kewajaran penyajian saldo-saldo
akun pada tanggal neraca. Informasi tentang kejadian-kejadian tersebut membantu auditor
dalam memeriksa saldo-saldo.

Anda mungkin juga menyukai