BAB 26
ACTIVITY-BASED BUDGETING
PENDAHULUAN
Sistem penyusunan anggaran (budgeting) merupakan tahap keempat proses SPPM. Tahap
ini merupakan tahap terpendek jangka waktunya di antara tahap lain dalam proses
perencanaan. Tahap perencanaan sebelumnyasistem perumusan strategi, sistem
perencanaan strategik, sistem penyusunan programmencakup jangka waktu ke depan
yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan jangka waktu yang dicakup oleh anggaran.
Dalam Bab 20 sampai dengan Bab 24 telah diuraikan proses perencanaan yang
bersifat strategik, dimulai dengan sistem perumusan strategi dalam Bab 20, Bab 21, dan
Bab 22 dan dilanjutkan dengan sistem perencanaan strategik dan proses cascading dalam
Bab 23 dan Bab 24, sampai dengan penyusunan program dalam Bab 26. Setiap tahap
perencanaan tersebut, Balanced Scorecard digunakan sebagai rerangka. Masih ada satu
tahap perencanaan yang perlu dilalui sebelum rencana diimplementasikan. Program yang
mencakup rencana kegiatan untuk jangka panjang (tiga sampai dengan lima tahun ke
depan) perlu dijabarkan ke dalam rencana kegiatan untuk jangka waktu setahun ke depan
atau kurang. Rencana terakhir ini disebut anggaran (budget) dan proses penyusunannya
disebut dengan penyusunan anggaran (budgeting). Jika tiga perencanaan sebelumnya
telah menggunakan rerangka Balanced Scorecard, agar terjadi kekoherenan, proses
penyusunan anggaran juga menggunakan Balanced Scorecard sebagai rerangka.
Bab ini menguraikan pendekatan baru dalam penyusunan anggaran. Dalam
pendekatan baru ini, penyusunan anggaran dilaksanakan dengan menggunakan dua basis:
(1) rerangka Balanced Scorecard, (2) aktivitas. Dalam manajemen tradisional,
penyusunan anggaran merupakan kegiatan perencanaan yang berdiri sendiri. Jika
perusahaan telah menyusun rencana strategik (atau disebut pula rencana jangka panjang
atau business plan) penyusunan anggaran tidak dikaitkan dengan rencana strategik
organisasi. Pendekatan baru dalam manajemen modern sekarang menggunakan Balanced
Scorecard sebagai rerangka. Melalui proses cascading, penyusunan anggaran dikaitkan
dengan rencana strategik organisasi. Jika di masa lalu, manajemen menyusun anggaran
berdasarkan pendekatan fungsi (sesuai dengan struktur organisasi fungsional hirarkhis
yang secara luas dipakai pada jaman itu), di masa sekarang, manajemen menyusun
anggaran berbasis aktivitas, untuk memungkinkan manajemen mengarahkan seluruh
usaha personel ke penciptaan nilai (value creation) melalui pemuasan kebutuhan
customer dan improvement berkelanjutan terhadap proses.
Uraian dalam bab ini dimulai dengan penjelasan konsep anggaran dan pentingnya
tahap penyusunan anggaran dalam proses SPPM. Kemudian secara mendalam
diungkapkan berbagai kelemahan yang melekat dalam sistem penyusun anggaran
tradisional. Kemudian uraian dilanjutkan ke penyusunan anggaran dengan Balanced
Scorecard sebagai rerangka dan aktivitas sebagai basis (activity-based budgeting). Uraian
dalam bab ini diakhiri dengan gambaran proses penyusunan activity-based budgeting.
Tujuan penulisan bab ini adalah untuk menggambarkan pendekatan perencanaan laba
jangka pendek perusahaan yang lebih efektif untuk memfokuskan usaha seluruh personel
perusahaan untuk menciptakan nilai melalui pemuasan kebutuhan customer. Di samping
itu, uraian dalam bab ini juga dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana activity-
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 146
KONSEP ANGGARAN
Anggaran seringkali diartikan secara luas sebagai suatu rencana yang dinyatakan dalam
satuan moneter standar. Dalam konsep ini, anggaran dapat berupa rencana jangka panjang
dan rencana jangka pendek yang dinyatakan dalam satuan moneter standar.
Konsep anggaran dapat lebih dibuat spesifik yang terbatas pada rencana kegiatan
berjangka waktu pendek, umumnya untuk satu tahun atau kurang. Dalam perusahaan
bermotif laba, anggaran disebut pula sebagai rencana laba jangka pendek (short-range
profit plan).
Dalam proses SPPM, anggaran merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem
penyusunan program dan distem perencanaan strategik berbasis Balanced Scorecard.
Dengan demikian karena sistem penyusunan program digunakan untuk menjabarkan tiga
perspektif insiatif strategik dalam rencana strategik berbasis Balanced Scorecard, maka
sistem penyusunan anggaran digunakan untuk menjabarkan program-program di ketiga
perspektif: customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Sistem penyusunan
anggaran yang menjabarkan program-program di ketiga perspektif Balanced Scorecard
tersebut disebut sistem penyusunan anggaran berbasis Balanced Scorecard.
Di lain pihak, dalam sistem penyusunan anggaran, aktivitas sekarang dipakai sebagai
basis, untuk memberdayakan personel dalam pengelolaan terhadap aktivitas yang
menjadi penyebab biaya. Sistem penyusunan anggaran yang bertujuan untuk
menghasilkan nilai, melalui pengelolaan terhadap aktivitas disebut activity-based
budgetingsistem perencanaan lanba berjangka waktu satu tahun atau kurang yang
berisi rencana pengerahan dan pengarahan seluruh aktivitas perusahaan ke penciptaan
nilai. Activity-based budgeting adalah proses penyusunan rencana laba jangka pendek
melalui pengidentifikasian dan pemacuan value driver. Apa yang disusun dalam activity-
based budgeting? Rencana laba jangka pendek, yaitu rencana yang berisi komponen
penentu laba yang dikehendaki oleh organisasi dalam jangka waktu pendek, yang
umumnya mencakup satu tahun kalender. Bagaimana laba direncanakan? Laba
direncanakan dengan mengidentifikasi pemacu nilai dan kemudian memacu value driver
tersebut. Activity-based budgeting dibahas dalam bab ini.
T O T AL B U S I N E S S P LAN N I N G
PENGINDERAAN PERENCANAAN
ATAS PERENCANAAN SHORT-RANGE
LINGKUNGAN PENETAPAN BISNIS
LONG-RANGE VALUE CREATING VALUE CREATING
DAN PASAR DAN STRATEGI
ACTIVITIES ACTIVITIES
Trendwatching Envisioning, dan
dan SWOT Pemilihan
Analysis Strategi Penerjemahan Penjabaran Penjabaran
Kita sekarang
sedang
membahas
tahap ini.
Gambar 26.1 Posisi Sistem Penyusunan Anggaran dalam Total Business Planning
Dalam Bab 19 Rerangka Pendesainan Proses SPPM telah dibahas bahwa sistem
manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard terdiri dari tiga komponen sistem: (1)
sistem trendwatching, SWOT analysis, envisioning, dan pemilihan strategi, (2) sistem
penerjemah misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi ke dalam action
plans yang komprehensif, koheren, terukur, dan berimbang, serta (3) resource
management system. Pada Gambar Gambar 19.9 Tiga Kelompok Sistem dalam Proses
SPPM, terlihat bahwa sistem penyusunan anggaran merupakan tahap kedua dalam
resource management system yang dilakukan setelah penyusunan program selesai
dilaksanakan. Sebagai bagian dari resource management system, sistem penyusunan
anggaran digunakan dalam merencanakan laba untuk jangka waktu pendek, biasanya satu
tahun atau kurang. Sistem penyusunan anggaran merupakan tahap perencanaan
pengelolaan sumber daya yang terpendek jangka waktunya dan merupakan tahap
perencanaan terakhir, sebelum rencana pengelolaan sumber daya diimplementasikan.
Oleh karena pada dasarnya organisasi perusahaan merupakan institusi pencipta kekayaan,
penyusunan anggaran merupakan tahap penting dalam resource management system.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 148
Melalui sistem penyusunan anggaran, direncanakan jumlah dan nilai sumber daya yang
akan diperoleh organisasi dari customer melalui result-producing activities yang akan
dilaksanakan selama tahun anggaran dan jumlah dan nilai sumber daya perusahaan yang
akan dikonsumsi oleh result-producing activities, result-contributing activities, support
activities, dan hygiene and housekeeping activities dalam memenuhi kebutuhan customer
selama jangka waktu yang sama. Penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan
perencanaan penciptaan nilai (value creation), sehingga sistem penyusunan anggaran
harus menjanjikan dihasilkannya laba memadai selama jangka waktu anggaran, agar
organisasi mampu memenuhi tujuannyamenciptakan kekayaan. Oleh karena itu, sistem
penyusunan anggaran disebut pula sebagai sistem perencanaan laba jangka pendek
(short-run profit planning).
MITOS REALITAS
1. Anggaran merupakan tanggung 1. Anggaran merupakan tanggung
jawab fungsi keuangan, atau lebih jawab semua fungsi, terutama fungsi
sempit lagi fungsi anggaran. operasi.
Visi organisasi hanya akan dapat diwujudkan melalui kegiatan rinci yang
direncanakan. Visi organisasi diwujudkan melalui misi yang telah dipilih, dipacu oleh
keyakinan dasar, dilandasi oleh nilai dasar, dan difokuskan oleh strategi. Visi organisasi
hanya dapat diwujudkan melalui proses penerjemahan visi ke dalam action plans dan
perwujudan action plans ke dalam actual actions. Melalui perencanaan strategik dan
penyusunan program, misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi organisasi
diterjemahkan dan dijabarkan ke dalam action plans jangka panjang. Diperlukan
penjabaran lebih lanjut action plans jangka panjang tersebut ke dalam action plans
berjangka pendek sebelum action plans tersebut diwujudkan ke dalam actual actions.
Anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari langkah-langkah kecil yang
berjangka waktu pendek untuk menghasilkan laba jangka pendek.
PT KXT
DEPARTEMEN PEMBELIAN
ANGGARAN BIAYA TAHUAN 20X5
dapat diselesaikan oleh fungsi biasanya hanya yang berkaitan dengan bidang keahlian
tertentu tersebut. Untuk masalah-masalah atau peluang bisnis yang bersifat kompleks,
fungsi tidak memiliki keahlian memadai untuk menanganinya. Diperlukan berbagai
personel dengan keahlian dari berbagai disiplin untuk memecahkan masalah dan peluang
bisnis yang kompleks.
PT KXT
Perhitungan Laba-Rugi Projeksian
Tahun Anggaran 20X5
(Angka dalam Jutaan )
Biaya Operasi:
Biaya Pemasaran Rp10.000
sasaran improvement, sehingga manajer lebih ditantang untuk meraih peluang daripada
sekadar memecahkan masalah yang dihadapi oleh perusahaan.
Periode
Penyusunan
Anggaran Periode Pelaksanaan Anggaran
Sep. Des.
Tahun Anggaran
Dalam tahun
anggaran, anggaran
digunakan sebagai
alat planning and
control
Gambar 26.5 Jangka Waktu Penyusunan Anggaran dan Fungsi Anggaran dalam
Manajemen Tradisional
Des.
Tahun Anggaran
Dalam tahun
anggaran, anggaran
digunakan sebagai alat
planning and
motivating
Gambar 26.6 Jangka waktu Penyusunan Anggaran dan Fungsi Anggaran dalam
Manajemen Modern
PERSPEKTIF SASARAN
Differentiation Strategy Cost Leadership Strategy Lag Indicator Lead Indicator TARGET INISIATIF
STRATEGIK STRATEGIK
Keuangan
Keuangan Sustainable
Outstanding EVA Rp4.000.000.000
Sustainable Financial Returns mulai tahun ke-3
Outstanding
Financial Returns Pertumbuhan Tingkat Pangsa Pasar Jumlahcustomer
Pendapatan Pertumbuhan baru 100/tahun
Pendapatan
Penurunan BiayaCost
Berkurangnya Biaya Proses
Effectiveness Biaya operasi
berkurang 20%
Pertumbuhan Berkurangnya per tahun
Pendapatan Biaya Customer
Meningkatnya Jumlah customer Tingkat Kesalahan JumlahcustomerMeningkatkan Ketepatan
Kualitas Jasa Layanan baru 100
baru orang/tahun Tindakan Medik
Meningkatnya Kesetiaan Customer Persentase
Customer 90% customer Meningkatkan
Kualitas Hubungan yang Menjadi dapat Kualitas Hubungan
Customer dengan
Customer Non-customer dipertahankandengan
Customer
Meningkatnya Citra
Frekuensi Jumlah Inisiatif 10
Peliputan liputan Meningkatkan Citra
Rumah Sakit Bagus oleh MediaKomunikasi Massabagus di media Rumah Sakit
Meningkatnya Meningkatnya Meningkatnya Citra yang Diciptakan massa
Kualitas Jasa Kualitas Hubungan
Rumah SakitProses Bisnis/Intern
dengan
Customer
Terintegrasikannya
Cycle Jumlah
non-value CE 70% Merekayasa Ulang Proses
Proses Layanan Intern added activities
Effectiveness (CE) Layanan Intern
yang dikurangi atau
dihilangkan
Meningkatnya Kualitas Ketersediaan
Waktu dan kualitas Waktu layananMengembangkan
Proses Layanan kepada Customer Databasecustomer
respons atas permintaan Customer Relationship
Customers customer berkurang 60%Management
Meningkatnya Jumlah Jasa BaruWaktu untuk 5 jasa baru Meningkatkan
Proses Kecepatan Proses memasarkan per tahun Kecepatan Proses
Bisnis/Intern Inovasi Jasa jasa baru Komersialisasi Inovasi
Meningkatnya
Meningkatnya Jumlah Keikutsertaan 10 partisipasiMeningkatkan Kecepatan
Persentase Teralsanakannya
Terintegrasikannya
Kualitas Proses
Kecepatan Proses Meningkatnya
Meningkatnya Kualitas dalam Kegiatan Rencana dalam
Keikutsertaan dan Efektivitas Proses
Proses Layanan Internkepada
Layanan Inovasi Jasa Kepedulian Kepada
Layanan Masyarakat Masyarakat pengembangan
dalam Kegiatan Masyarakat Layanan Kepada Masyarakat
Customers Masyarakat Lingkungan
Lingkungan Lingkungan Lingkungan masyarakat Lingkungan
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Rp20.000.000
Value Added perStrategic Job
Karyawan yang Berdaya EVA per Memberdayakan Karyawan
Employee Coverage Ratio karyawaan
Sistem Informasi Keterpaduan
yang Ketersediaan
antara Data Terimplementasi-
Membangun Infrastruktur
Terintegrasi OLTP dan OLAPWarehouse dan kannya arsitektur
ERP infrastruktur Informasi
Pembelajaran dan informasi
Pertumbuhan Boundaryless Index
Organisasi Nirbatas Jumlah Tim LintasScore BI 90 Mengembangkan
dan Berkapabilitas Fungsional yang Organisasi Nirbatas
Dioperasikan
Learning Jumlah Waktu Score
Pendidikan/ LI 80 Mengembangkan Kapabilitas
Karyawan yangSistem Informasi
Berdaya yang
Organisasi Nirbatas
Terintegrasi dan Berkapabilitas
Capability IndexPelatihan Karyawan Organisasi untuk Belajar
(Empowered Employees) Capacity to Jumlah Ide KaryawanScore CCI 80
Mengembangkan Kapasitas
Change Index yang Diaplikasikan Organisasi untuk Berubah
Sistem Perencanaan
Accountability Diaplikasikan dengan yang
Score AI 90 Mengembangkan
Index Berhasil Sistem Perencanaan
Dengan struktur organisasi seperti dilukiskan pada Gambar 26.7 tersebut, cascading
dilaksanakan melalui tiga tahap berikut ini:
1. Manajer setiap organisasi sistem (sistem pemasaran, rawat jalan, sistem rawat
inap, sistem darurat, sistem rawat intensif, sistem riset dan pengembangan)
melakukan cascading company scorecard sebagai yang tercantum pada Gambar 26.6
ke dalam mission center scorecard.
2. Manajer setiap organisasi fungsional utama (medik, keperawatan, diagnostik,
farmasi, gizi, bedah sentral) melakukan cascading scorecard organisasi sistem (sistem
pemasaran, rawat jalan, sistem rawat inap, sistem darurat, sistem rawat intensif,
sistem riset dan pengembangan) ke scorecard organisasi fungsional utama (medik,
keperawatan, diagnostik, farmasi, gizi, dan bedah sentral).
3. Manajer service center melakukan cascading mission center scorecard ke dalam
service center scorecard (keuangan, akuntansi SDM, logistik, umum, pengendalian
mutu, komite medik, komite Keperawatan, dan SPI). Manajer service center dapat
menempuh salah satu dari dua cara ini: (a) negosiasi perjanjian penyediaan layanan
(service-level agreement) dengan manajer mission center, atau (b) manajer service
center melakukan cascading mission center scorecard ke service center scorecard.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 161
RUPS
BOC
BOD
CEO
CFO
Komite Komite
Medik Keperawatan SPI
ORGANISASI FUNGSIONAL PENDUKUNG
Modal Pengendalian
Keuangan Akuntansi Logistik Umum
Manusia Mutu
COO
ORGANISASI FUNGSIONAL UTAMA
Gambar 26.9 melukiskan proses cascading company scorecard melalui dua tahap
tersebut di atas. Cascading yang dilukiskan pada Gambar 26.9 tersebut hanya bersifat
deskriptifuntuk memberikan gambaran bagaimana sasaran strategik, ukuran hasil,
ukuran pemacu kinerja, target dan inisiatif strategik jenjang organisasi tertinggi
(company scorecard) dituangkan ke scorecard jenjang mission center. Cascading yang
dilukiskan pada Gambar 26.9 tersebut tidak bersifat preskriptifsuatu aturan yang harus
dilaksanakan sebagaimana yang tercermin pada gambar tersebut. Pada gambar tersebut
dilukiskan proses cascading dilaksanakan dengan menuangkan sasaran strategik, ukuran
hasil, ukuran pemacu kinerja, target, dan inisiatif strategik setiap perspektif jenjang
organisasi tertinggi (company) ke sasaran strategik, ukuran hasil, ukuran pemacu kinerja,
target, dan inisiatif strategik di perspektif yang sama di jenjang organisasi di bawahnya
(mission center dan service center). Cascading tidak selalu berjalan sebagaimana yang
dilukiskan dalam Gambar 26.9 tersebut. Sasaran dan inisiatif strategik beserta ukurannya
di perspektif customer di jenjang organisasi tertinggi dapat dituangkan ke sasaran
strategik beserta ukurannya di perspektif proses di jenjang organisasi di bawahnya.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 163
Misi, Visi, Tujuan, Keyakinan Dasar, Nilai Dasar, dan Strategi Organisasi
PEMBELAJARAN &
KEUANGAN CUSTOMER PROSES PERTUMBUHAN
COMPANY S U T I S U T I S U T I S U T I
SCORECARD
PEMBELAJARAN &
KEUANGAN CUSTOMER PROSES PERTUMBUHAN
BUSINESS UNIT
SCORECARD S U T I S U T I S U T I S U T I
(ORGANISASI
SISTEM)
PEMBELAJARAN &
BUSINESS UNIT KEUANGAN CUSTOMER PROSES PERTUMBUHAN
SCORECARD
(ORGANISASI S U T I S U T I S U T I S U T I
FUNGSIONAL
UTAMA)
PEMBELAJARAN &
KEUANGAN CUSTOMER PROSES PERTUMBUHAN
SUPPORT UNIT
SCORECARD S U T I S U T I S U T I S U T I
(ORGANISASI
FUNGSIONAL
PENDUKUNG)
Gambar 26.9 Cascading Company Scorecard ke Mission center Scorecard, dari Mission
center Scorecard ke Service center Scorecard dan dari Mission center Scorecard dan
Service center Scorecard ke Team and Individual Scorecard
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 164
COMPANY SCORECARD
PERSPEKTIFCUSTOMER
PERPEKTIFCUSTOMER
MEDIK
PERPEKTIF PEMBELAJARAN
DAN PERTUMBUHAN
Gambar 26.10 Cascading Company Scorecard ke Mission center Scorecard oleh Manajer
Sistem Rawat Jalan dan Manajer Medik
Oleh karena dalam organisasi lintas fungsional, manajer fungsional utama tidak
berhubungan langsung dengan penyediaan layanan bagi customer, namun di bawah
pimpinan dan koordinasi dari manajer sistem, maka dalam proses cascading, manajer
organisasi fungsional utama mendasarkan cascading-nya pada scorecard unit organisasi
sistem. Dalam contoh ini, manajer Medik mendasarkan cascading unit organisasinya
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 166
berdasarkan scorecard Sistem Rawat Jalan. Dalam Gambar 26.10, mission center Medik
juga memberi kontribusi signifikan dalam pencapaian sasaran strategik meningkatnya
kualitas jasa di company scorecard. Manajer Medik bertanggung jawab untuk
menyediakan staf medik untuk memberikan medical treatment kepada pasien. Oleh
karena itu, manajer Medik memilih perspektif pembelajaran dan pertumbuhan untuk
memberikan kontribusi signifikan ke pencapaian sasaran strategik perusahaan dalam
company scorecard.
Dalam proses cascading scorecard Sistem Rawat Jalan, manajer Medik mengajukan
pertanyaan kepada dirinya: Sasaran strategik apa yang harus dicapai oleh Medik agar
memberikan kontribusi signifikan kepada Sistem Rawat Jalan dalam mencapai sasaran
strategik meningkatnya jasa layanan rawat jalan? Oleh karena manajer Medik
bertanggung jawab untuk menyediakan staf medik berkompeten dan berkomitmen, maka
manajer Medik memilih perspektif pembelajaran dan pertumbuhan untuk memberikan
kontribusi signifikan kepada scorecard Sistem Rawat Jalan di perspektif customer dengan
merumuskan sasaran strategik: meningkatnya kompetensi dokter dalam memanfaatkan
informasi berkualitas dalam memberikan medical treatment kepada bekerja sama dalam
tim dengan ukuran hasil jumlah tindakan medik yang ditangani dengan kerjasama tim
dan ukuran pemacu kinerja tingkat kesalahan layanan. Inisiatif strategik pilihan untuk
mencapai sasaran strategik tersebut adalah meningkatnya kerja sama tim dalam tindakan
medik.
kunci tentang kinerja yang diharapkan juga dicantumkan dalam SLA. SLA dipakai
sebagai basis untuk penyusunan service center scorecard.
Dalam pendekatan kedua, service center ini mendasarkan perumusan scorecard unit
organisasinya pada mission center scorecard (baik organisasi sistem maupun organisasi
fungsional utama). Dengan me-review mission center scorecard, manajer service center
dapat menentukan sasaran dan inisiatif strategik beserta ukuran hasil dan ukuran pemacu
kinerja unit organisasinya yang berdampak signifikan terhadap pencapaian sasaran
strategik mission center yang dilayani oleh service center.
Uraian Ringkas Program Rekam Medik memerlukan investasi di tiga bidang: (1) 2007:
Kegiatan pengembangan sistem rekam medik, (2) 2008: pengembangan software, (3) 2009:
pengadaan dan instalasi hardware , (4) 2010 pendidikan dan pelatihan personel
Gambar 26.11 Contoh Halaman ke-2 Kartu Program Komputerisasi Rekam Medik
2. Prakiraan pendapatan dan biaya untuk setiap program dalam tahun 2007
kemudian digabungkan menjadi anggaran operasi (operating budget) tahun 2007.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 169
Kartu Program S
SISTEM PENYUSUNAN
PROGRAM Kartu Program R
Kartu Program Q
Kartu Program P
Kartu Program O
Rencana Kegiatan
Rencana Investasi
Rencana
Pendapatan
Rencana Biaya
Rencana Arus Kas
(1)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des TOTAL
Rencana Kegiatan
Rencana Investasi
Rencana
Pendapatan
Rencana Biaya
Laporan Laba-Rugi
(2) Anggaran Operasi (5)
Projeksian ( Projected
(Operating Budget )
Income Statement ) (7)
tahun 2007
tahun 2007
Neraca Projeksian
(Projected Balanced
Anggaran Kas (6) (7) Sheet ) 31 Des 2007
(4)
(Cash Budget ) Arus Kas Projeksian
tahun 2007 (Projected Cash Flows )
tahun 2007
Sumber Produk
Aktivitas Customer
Daya dan Jasa
Gambar 26.13 Keterkaitan Antara Customer, Produk dan Jasa, Aktivitas, dan Sumber
Daya
PT KXT
DEPARTEMEN PEMBELIAN
ANGGARAN BIAYA TAHUAN 20X5
Aktivitas Anggaran
Merencanakan pembelian Rp23.000.000
Mengevaluasi dan memilih pemasok 24.000.000
Merundingkan kontrak 19.000.000
Menerbitkan order pembelian 17.500.000
Mengkoordinasi pemasok 16.000.000
Total Rp99.500.000
produk dan jasa baru, penempatan perusahaan pada ceruk pasar tertentu (market niche),
pembukaan daerah pemasaran baru, pembangunan kerja sama operasi dengan perusahaan
lain, dan/atau pemerolehan bisnis pesaing.
Peningkatan laju pertumbuhan penjualan memacu peningkatan pendapatan melalui
improvement secara berkelanjutan atas produk dan jasa yang disediakan bagi customer.
Pemasaran dan pengelolaan produk berperan besar dalam peningkatan pendapatan.
Peningkatan profit margin merupakan cara penting untuk menciptakan nilai.
Seringkali secara sederhana personel beranggapan bahwa peningkatan pendapatan akan
dengan sendirinya mengakibatkan peningkatan laba. Peningkatan pendapatan seringkali
diikuti oleh peningkatan biaya dengan laju lebih besar dibandingkan dengan laju
pertumbuhan pendapatan. Dalam keadaan demikian peningkatan pendapatan bahkan akan
mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu, penciptaan nilai menuntut personel untuk
meningkatkan pendapatan yang diikuti dengan penurunan biaya, sehingga profit margin
menjadi lebih besar. Jika volume penjualan meningkat, kapasitas yang semula tidak
dimanfaatkan secara optimum, dapat digunakan untuk menghasilkan volume yang lebih
banyak, sehingga biaya tetap dapat secara optimum diserap oleh produk yang dihasilkan.
Peningkatan produktivitas aktiva merupakan cara penting untuk meningkatkan nilai.
Aktiva terdiri dari aktiva berwujud (tangible assets) dan aktiva tidak berwujud
(intangible assets). Seringkali personel perusahaan tidak menyadari bahwa produktivitas
aktiva merupakan langkah penting dalam penciptaan nilai. Peningkatan perputaran modal
kerja akan meningkatkan pendapatan dan mengurangi cost of capital dan biaya.
Perusahaan harus mengelola dengan baik aktiva tidak berwujud seperti paten, merk
dagang, hubungan berkualitas dengan pemasok dan customer, pengetahuan tentang
industri, personel yang terlatih dan berkomitmen, proses yang cost effective, yang dalam
era teknologi informasi ini menjadi aktiva yang sangat berdaya untuk menciptakan nilai.
Pengurangan biaya merupakan langkah nyata untuk menciptakan nilai. Pengurangan
biaya hanya dapat dilakukan jika personel memiliki kemampuan untuk mengelola
penyebab timbulnya biaya, yaitu aktivitas. Pengelolaan aktivitas hanya dimungkinkan
jika personel memperoleh informasi memadai tentang aktivitas dan mampu
memanfaatkan informasi tersebut untuk mengurangi atau menghilangkan aktivitas tidak
menambah nilai dan memilih atau melakukan pembagian aktivitas penambah nilai.
Hanya dengan menerapkan kemampuan dalam pengelolaan terhadap aktivitas yang
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer,
pengurangan biaya dalam jumlah yang signifikan dan berjangka panjang dapat
diwujudkan.
Pengurangan pajak penghasilan dapat diwujudkan jika personel memahami dampak
setiap keputusan yang diambilnya terhadap biaya dan pendapatan, yang pada gilirannya
akan menentukan besarnya tax loss dan tax saving berdasarkan peraturan perpajakan
yang berlaku. Dengan perencanaan pajak penghasilan yang baik, perusahaan akan dapat
memperoleh tarif pajak penghasilan efektif terendah yang diperbolehkan menurut
peraturan perpajakan yang berlaku.
Pengurangan biaya modal (cost of capital) merupakan cara lain untuk meningkatkan
nilai yang dilakukan melalui pengelolaan struktur permodalan perusahaan dan
peningkatan dapat diprediksinya laba perusahaan. Oleh karena pembelanjaan ekuitas
bersifat jangka panjang dan lebih berisiko bagi investor dibandingkan dengan
pembelanjaan melalui pinjaman, modal ekuitas memerlukan biaya modal yang lebih
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 174
tinggi dibandingkan dengan modal pinjaman. Dengan menggeser ratio lebih tinggi ke
pembelanjaan melalui pinjaman, perusahaan akan memperoleh biaya modal yang lebih
rendah. Pengurangan biaya modal juga dapat diperoleh dengan mencari pinjaman dengan
tingkat bunga yang rendah.
Nilai yang diciptakan diukur dengan menggunakan ukuran economic value added
(EVA) yang dihitung dengan formula berikut ini:
Dampak setiap pemacu nilai terhadap komponen EVA dilukiskan pada Gambar
26.15.
NILAI
EVA
PEMACU
NILAI
Peningkatan
Produktivitas
Aktiva
Peningkatan Laju Pengurangan Pajak
Pertumbuhan Penghasilan
Penjualan
Peningkatan
Profit Margin
Gambar 26.15 Ukuran Nilai EVA, Komponen EVA, dan Pemacu Nilai yang Berkaitan
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 175
Support Activities
Result-contributing
Activities Customer
Hygiene and
Housekeeping
Activities
2. Oleh karena fokus penyusunan anggaran adalah pada perencanaan aktivitas yang
digunakan untuk menghasilkan value bagi customer, baik intern maupun
ekstern, penyusun anggaran memperoleh gambaran jelas antara penyebab
dengan akibat. Pendapatan dihasilkan dari pengerahan result-producing
activities, result-contributing activities, support activities, dan hygiene and
housekeeping activities ke pemacu nilai berikut ini: (1) pemerolehan dan
pengembangan pangsa pasar, (2) peningkatan laju pertumbuhan penjualan, (3)
peningkatan profit margin, (4) peningkatan produktivitas aktiva. Pengurangan
biaya dihasilkan dari pengerahan result-producing activities, result-contributing
activities, support activities, dan hygiene and housekeeping activities ke pemacu
nilai berikut ini: (1) pengurangan biaya, (2) pengurangan pajak penghasilan, dan
(3) pengurangan cost of capital.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 180
RESOURCES PRODUK/
(BIAYA) JASA
ACTIVITY-BASED BUDGETING
Oleh karena biaya timbul sebagai akibat dari adanya aktivitas, cara yang efektif
ditempuh oleh personel dalam pengurangan biaya adalah dengan mengelola penyebab
timbulnya biaya tersebutaktivitas. Anggaran merupakan langkah strategik untuk
melaksanakan pengurangan biaya (cost reduction) melalui perencanaan aktivitas yang
mengkonsumsi biaya. Penyusun anggaran memanfaatkan informasi berlimpah tentang
aktivitas untuk menyusun anggaran biaya. Informasi tentang activity driver dan
resource driver yang berkaitan dengan setiap aktivitas menyebabkan kejelasan sebab
akibat antara cost object, aktivitas, dan biaya. Kejelasan sebab-akibat inilah yang
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 181
menyebabkan personel mempunyai target yang jelas yang harus dicapai selama tahun
anggaran. Kejelasan target, seperti target non-value-added activities yang akan
dikurangi dan dieliminasi, cost reduction target, serta target peningkatan penghasilan
(revenue enhancement target), akan meningkatkan kejelasan peran yang disandang
oleh personel sehingga kondisi seperti ini akan membangkitkan semangat dalam diri
personel di dalam mewujudkannya.
3. Activity-based budgeting mendorong personel untuk mengimplementasikan cara
berpikir berbasis sistem (system thinking)keputusan improvement di satu bidang
tidak dapat dilepaskan pengaruhnya terhadap bidang lainnya. Keseluruhan lebih
penting daripada sekadar bagian-bagiannya. Hal ini berbeda dengan functional-
based budgeting, yang memandang bagian (atau fungsi) lebih penting daripada
keseluruhan.
Gambar 26.20 melukiskan hubungan antara resource (biaya), aktivitas, cost object,
dan customer. Dari gambar tersebut dilukiskan bahwa customer membutuhkan cost
object, dan cost object memerlukan aktivitas, serta aktivitas memerlukan sumber daya
(biaya). Dalam gambar tersebut juga dilukiskan bahwa resource driver merupakan
pemacu konsumsi sumber daya oleh aktivitas dan activity driver merupakan pemacu
konsumsi aktivitas oleh cost object. Informasi tentang aktivitas selain resource driver dan
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 182
activity driver, yang sangat diperlukan dalam penyusunan anggaran adalah: customer
yang memanfaatkan keluaran yang dihasilkan oleh aktivitas, nilai aktivitas dipandang
dari sudut customer, cycle effectiveness, perilaku biaya dalam hubungannya dengan
aktivitas, capacity resource.
Resource Activity
Driver Driver
RESOURCES
(BIAYA) AKTIVITAS COST OBJECTCUSTOMER
Employee Resource
Permintaan Pembelian
Produk A
Gaji dan upahPemilihan Pemasok Customer X
Tunjangan Produk B
Penempatan Order Customer Y
Expense Resource Produk C
Energi Penerimaan Barang Customer Z
Biaya jasa Pencatatan Produk D
Biaya depresiasi
Value- and
Perilaku Biaya
Resource Cycle Non-Value-Added
(Tetap, Variabel)
CapacityEffectiveness
Activities
Gambar 26.20 Hubungan antara Biaya, Aktivitas, Cost Object, dan Customer
Customer. Informasi penting yang perlu diidentifikasi berkaitan dengan aktivitas adalah
customer. Adakah customer yang memanfaatkan keluaran yang dihasilkan oleh suatu
aktivitas, baik customer intern maupun customer luar? Suatu aktivitas yang tidak
mempunyai customer akan menjadi penyebab penghamburan sumber daya langka
organisasi. Oleh karena itu, target utama dalam pengurangan biaya adalah aktivitas yang
menghasilkan cost object namun tidak ada customer yang mengkonsumsi cost object
tersebut. Jika suatu aktivitas memiliki customer, langkah selanjutnya adalah melakukan
penilaian apakah aktivitas tersebut menambah nilai bagi customer. Jika dipandang dari
sudut customer suatu aktivitas tidak menambah nilai, dalam proses penyusunan anggaran,
personel perusahaan dapat menjadikan aktivitas tersebut sebagai objek improvement yang
akan dilaksanakan dalam tahun anggaran. Personel perusahaan memperkirakan jumlah
pengurangan biaya (cost reduction) yang diperkirakan akan dicapai melalui improvement
terhadap non-value-added activities tersebut dan memperhitungkan jumlah pengurangan
biaya tersebut ke dalam anggarannya.
Aktivitas. Aktivitas adalah peristiwa, tugas, atau satuan pekerjaan dengan suatu tujuan
tertentu. Contoh aktivitas dalam proses pembelian barang adalah: (1) permintaan
pembelian, (2) pemilihan pemasok, (3) penempatan order pembelian, (4) penerimaan
barang, dan (5) pencatatan transaksi pembelian. Permintaan pembelian adalah contoh
suatu aktivitas yang merupakan satuan pekerjaan yang ditujukan untuk memicu Bagian
Pembelian untuk melakukan pengadaan barang sesuai dengan spesifikasi dan jadwal
sebagaimana yang dibutuhkan oleh pemakai barang. Penerimaan barang adalah contoh
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 183
suatu aktivitas yang merupakan peristiwa tentang penerimaan kiriman dari pemasok
sebagai akibat adanya order pembelian yang dibuat oleh Bagian Pembelian.
Dalam proses penyusunan activity-based budget, personel perusahaan memerlukan
informasi lengkap tentang aktivitas yang digunakan dalam menghasilkan produk dan jasa
bagi customer. Informasi penting tentang aktivitas yang diperlukan oleh personel adalah
berkaitan dengan manfaat aktivitas bagi customer. Menurut manfaatnya bagi customer,
aktivitas dibagi menjadi dua kelompok: (1) value-added activity dan (2) non-value-added
activity.
Informasi tentang manfaat aktivitas bagi customer ini menentukan cara pengelolaan
yang diterapkan terhadap aktivitas tersebut. Value-added activity dikelola melalui
pemilihan aktivitas (activity selection) dan pembagian aktivitas (activity sharing). Non-
value-added activity dikelola melalui pengurangan aktivitas (activity reduction) dan
penghilangan aktivitas (activity elimination). Dengan demikian, informasi tentang
manfaat aktivitas dapat digunakan oleh personel untuk mengelola aktivitas dengan
menentukan cara yang efektif untuk memilih dan membagi value-added activity bagi
customer serta mengurangi dan menghilangkan non-value-added activity bagi customer.
Dalam proses penyusunan anggaran berbasis aktivitas, personel perusahaan
menggunakan informasi tentang aktivitas tersebut untuk merencanakan pengurangan
biaya melalui activity-based management yang terdiri dari activity selection, activity
sharing, activity reduction, dan activity elimination. Oleh karena aktivitas merupakan
penyebab timbulnya biaya, rencana pengurangan biaya yang didasarkan pada activity-
based management tersebut menjanjikan tercapainya cost reduction target yang
ditetapkan dalam anggaran.
Resource driver. Resource driver adalah sesuatu yang menjadi penyebab timbulnya
konsumsi sumber daya oleh aktivitas. Resource driver merupakan basis yang digunakan
untuk membebankan sumber daya ke aktivitas yang memanfaatkan sumber daya tersebut.
Sebagai contoh, jam kerja merupakan faktor yang menjadi penyebab konsumsi biaya gaji
dan upah oleh aktivitas penerimaan barang. Aktivitas penerimaan barang yang dilakukan
oleh Bagian Penerimaan Barang akan mengkonsumsi biaya gaji dan upah karyawan
berdasarkan jumlah jam yang digunakan oleh karyawan dalam aktivitas penerimaan
barang. Suatu aktivitas penerimaan barang yang memerlukan waktu 10 jam orang akan
mengkonsumsi biaya gaji dan upah dua kali lipat bila dibandingkan dengan aktivitas
penerimaan barang yang mengkonsumsi 5 jam orang (dengan anggapan tarif gaji mereka
sama). Contoh lain resource driver adalah kwh, meter persegi, dan jumlah terminal.
Dalam penyusunan anggaran, informasi tentang resource driver ini sangat diperlukan
oleh personel untuk memperkirakan konsumsi sumber daya oleh setiap aktivitas yang
akan dilaksanakan dalam tahun anggaran untuk menghasilkan cost object. Di samping
itu, informasi tentang resource driver ini sangat bermanfaat bagi personel dalam
merencanakan pengurangan biaya (cost reduction) melalui manajemen berbasis aktivitas
(activity-based management).
Oleh karena penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas, maka pengurangan biaya
hanya dapat dilakukan melalui: (1) pengurangan dan penghilangan non-value-added
activity dan (2) pemilihan dan pembagian value-added activity. Informasi tentang
resource driver ini memudahkan personel dalam menghitung secara akurat cost reduction
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 184
target yang dapat dicapai sebagai hasil pengelolaan terhadap aktivitas yang direncanakan
dalam tahun anggaran.
Activity driver. Activity driver adalah sesuatu yang menjadi penyebab timbulnya
konsumsi aktivitas oleh cost object. Activity driver merupakan basis yang digunakan
untuk membebankan biaya aktivitas ke cost object yang memanfaatkan aktivitas tersebut.
Dalam perusahaan manufaktur, activity driver dapat dikelompokkan ke dalam empat
kategori: (1) unit- level activity driver, (2) batch-related activity driver, (3) product-
sustaining activity driver, dan (4) facility-sustaining activity driver. Melalui activity
driver yang tepat, dapat diperkirakan dengan akurat konsumsi aktivitas oleh setiap cost
object yang akan dihasilkan dalam tahun anggaran. Dengan keakuratan penaksiran
aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap cost object ini, pada gilirannya akan dapat
dihasilkan anggaran biaya yang akurat pula.
Capacity resource. Untuk menghasilkan produk dan jasa, perusahaan tidak hanya
mengkonsumsi sumber daya yang habis dipakai dalam sekali pemakaian, seperti bahan
baku, tenaga kerja, bahan penolong, suku cadang, namun juga mengkonsumsi sumber
daya kapasitas (capacity resource) seperti gedung, mesin dan ekuipmen, teknologi
informasi. Sumber daya kapasitas ini diperoleh perusahaan melalui proses investasi,
kemudian sumber daya tersebut digunakan beberapa tahun untuk menghasilkan produk
dan jasa dan dibebankan kepada cost object sepanjang umur ekonomis investasi tersebut.
Seluruh investasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam sumber daya kapasitas tersebut
harus dapat ditutup kembali (recovered) oleh pendapatan (revenues) dari penjualan
produk dan jasa yang dihasilkan oleh investasi tersebut. Dalam proses penyusunan
anggaran, personel perusahaan memerlukan informasi tentang idle capacity sumber daya
kapasitas ini untuk merencanakan pemanfaatannya melalui activity sharing.
di mana:
Di antara waktu yang membentuk throughput time, hanya processing time yang
merupakan waktu yang digunakan untuk melaksanakan value-added activities. Inspection
time, moving time, dan waiting atau storage time merupakan waktu yang menunjukkan
adanya non-value-added activities dalam proses layanan bagi customer.
CE yang mendekati 100% menunjukkan semakin efektifnya pemanfaatan sumber
daya ke value-added activities dalam penyediaan value bagi customer. CE yang rendah
menunjukkan semakin besarnya sumber daya yang dikonsumsi untuk melaksanakan non-
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 185
value-added activities. Jika suatu proses layanan kepada customer memiliki CE 45%,
kondisi ini menunjukkan bahwa 55% (100% 45%) aktivitas yang digunakan untuk
melayani customer masih berupa non-value-added activities. Dengan demikian masih
tersedia peluang bagi personel untuk melakukan pengelolaan terhadap aktivitas, seperti
pengurangan dan/atau penghilangan non-value-added activities sebesar 45% tersebut.
Dalam proses penyusunan activity-based budgeting, informasi CE setiap proses yang
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer sangat
bermanfaat bagi personel untuk mengidentifikasi aktivitas yang menjadi improvement
target. Aktivitas yang memiliki CE rendah (misalnya di bawah 50%) memberikan
peluang untuk menghasilkan cost reduction target yang signifikan dalam tahun anggaran.
Perilaku biaya. Informasi tentang perilaku biaya dalam hubungannya dengan aktivitas
sangat diperlukan oleh personel dalam proses penyusunan anggaran. Oleh karena
aktivitas terdiri dari dua golongan: volume-related activities dan non-volume-related
activities, maka perilaku biaya dalam hubungannya dengan aktivitas juga dibagi ke dalam
dua golongan aktivitas tersebut. Dalam hubungannya dengan volume-related activities,
perilaku biaya dapat digolongkan ke dalam dua jenis: biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh perubahan jumlah unit yang
dihasilkan oleh volume-related activities dalam kisar perubahan tertentu. Biaya variabel
adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan jumlah unit yang dihasilkan oleh
volume-related activities.
Non-volume-related activities terdiri dari batch-related activities, product-sustaining
activities, dan facility-sustaining activities. Dalam hubungannya dengan batch-related
activities, biaya dikelompokkan perilakunya berdasarkan hubungannya dengan jumlah
batch produk yang dihasilkan oleh batch-related activities tersebut, seperti persiapan,
production run (berapa kali suatu batch diproses melalui mesin dan ekuipmen). Dalam
hubungannya dengan product-sustaining activities, biaya dikelompokkan perilakunya
berdasarkan hubungannya dengan aktivitas yang berkaitan dengan produk yang
dihasilkan seperti desain, perubahan desain.
Informasi tentang perilaku biaya ini sangat bermanfaat dalam menghasilkan
anggaran biaya yang akurat.
Struktur
Struktur mencakup: (1) organisasi lintas fungsional, dan (2) tim ad hoc penyusun
anggaran. Berikut ini diuraikan secara rinci masing-masing komponen struktur yang
dipakai sebagai landasan penyusunan activity-based budget. Proses penyusunan activity-
based budget diuraikan setelah uraian rinci struktur.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 186
Tim lintas fungsional permanen Tim lintas fungsional permanen dibentuk berdasarkan
kegiatan utama yang dilaksanakan perusahaan dalam menjadikan dirinya sebagai wealth-
creating institution. Untuk menjadi wealth-creating institution, perusahaan perlu
melaksanakan tiga kegiatan utama berikut ini: (1) mendesain produk dan jasa yang
memenuhi kebutuhan customers, (2) memproduksi produk dan jasa secara cost effective,
(3) memasarkan produk dan jasa secara efektif kepada customers. Dalam bab ini
digunakan institusi layanan kesehatan sebagai model, dan setiap kegiatan utama tersebut
dilaksanakan di dalam perusahaan ini melalui lima sistem: (1) sistem pemasaran, (2)
sistem rawat jalan, (3) sistem rawat inap (4) sistem rawat darurat, (5) sistem riset dan
pengembangan
Case manager. Case manager bertanggung jawab atas pengembangan komitmen seluruh
anggota tim yang berasal dari berbagai fungsi dalam dua hal: (1) mewujudkan tujuan tim
dan (2) melakukan improvement berkelanjutan terhadap sistem yang digunakan untuk
mewujudkan tujuan tim. Dalam proses penyusunan anggaran, case manager memimpin
timnya dalam menyusun anggaran pendapatan dan biaya result-producing activities dan
mewakili timnya dalam negosiasi dengan komite anggaran. Dalam Gambar 26.8
Struktur Organisasi RS PT KXT, case manager yang menjadi penyusun anggaran adalah
manajer: sistem pemasaran, sistem rawat jalan, sistem rawat inap, sistem rawat darurat,
sistem rawat intensif, dan sistem riset dan pengembangan.
Team leader. Team leader adalah pemimpin tim yang dibentuk untuk mencapai tujuan-
tujuan jangka pendek. Tim ini dibubarkan jika tujuan tim telah tercapai. Dalam proses
penyusunan anggaran, team leader memimpin timnya dalam menyusun anggaran result-
producing activities dan mewakili timnya dalam negosiasi dengan komite anggaran.
Dewan Komisaris
Pengusulan Pengesahan
Review dan
Komite Anggaran Persetujuan
Administrasi Rancangan
Anggaran Anggaran
Top-down
Approach
Negosiasi Usulan
Rancangan Anggaran
Departemen Anggaran
Penetapan
Kebijakan Pokok
Perusahaan
Mengajukan Usulan
Rancangan Anggaran
Bottom-up
Approach
Kompilasi &
Analisis Case Manager Penyusun
Team Leader Anggaran
Manajer Fungsional (Budgetees)
Manajer Fungsi Pendukung
Komite Anggaran
Dalam penyusunan anggaran diperlukan suatu unit organisasi ad hoc yang meng-
koordinasikan berbagai jenis usulan anggaran dari manajer penyusun anggaran
(budgetee) untuk kemudian disusun menjadi rancangan anggaran induk (master budget).
Unit organisasi ini disebut dengan komite anggaran. Unit organisasi ini hanya dibentuk
pada saat proses penyusunan anggaran saja. Jika proses penyusunan anggaran perusahaan
telah selesai, komite anggaran menjadi tidak berfungsi dan fungsi pengendalian
pelaksanaan anggaran diserahkan kepada unit organik perusahaan.
Komite anggaran terdiri dari: (1) direktur utama, sebagai ketua merangkap anggota
komite, (2) direktur lain, sebagai anggota, dan (6) manajer departemen anggaran, sebagai
sekretaris komite.
Tugas komite anggaran adalah:
1. Merumuskan sasaran anggaran dan kebijakan pokok perusahaan untuk tahun
anggaran.
2. Menyampaikan informasi mengenai tujuan dan kebijakan pokok tersebut kepada
para manajer penyusun anggaran.
3. Me-review rancangan anggaran yang diajukan oleh para manajer penyusun anggaran.
4. Melakukan negosiasi dengan para manajer penyusun anggaran mengenai rancangan
anggaran yang mereka ajukan.
5. Mengajukan rancangan anggaran perusahaan secara keseluruhan kepada dewan
komisaris dan rapat umum pemegang saham (RUPS).
6. Me-review anggaran yang telah disetujui oleh dewan komisaris dan RUPS.
7. Melakukan negosiasi dengan para manajer penyusun anggaran mengenai anggaran
yang telah disahkan oleh RUPS.
8. Melakukan revisi anggaran, sesuai dengan kebijakan rapat umum pemegang saham.
Departemen Anggaran1
Penyusunan dan pengawasan anggaran memerlukan unit organisasi yang menangani
administrasi anggaran. Fungsi ini dipegang oleh departemen anggaran dan rincian
fungsinya adalah sebagai berikut.
1. Menerbitkan prosedur dan formulir untuk penyiapan rancangan anggaran setiap tim
dalam perusahaan.
2. Mengkoordinasi dan menerbitkan asumsi-asumsi yang dipakai sebagai dasar
penyusunan rancangan anggaran perusahaan.
3. Membantu setiap manajer penyusun anggaran dalam menyusun rancangan anggaran
tim.
4. Mengolah rancangan anggaran tim menjadi rancangan anggaran induk (master
budget).
5. Menganalisis rancangan anggaran dan memberikan rekomendasi kepada komite
anggaran.
6. Menganalisis realisasi anggaran, menafsirkan hasil-hasilnya dan membuat laporan
ringkas mengenai hasil analisisnya tersebut kepada direksi.
7. Mengadministrasikan proses perubahan dan penyesuaian anggaran perusahaan.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 189
Anggaran induk untuk kepentingan ekstern terdiri dari rancangan anggaran berikut
ini:
1. Rancangan neraca projeksian
2. Rancangan laba-rugi projeksian
3. Rancangan anggaran penjualan
4. Rancangan anggaran produksi
5. Rancangan anggaran unit pendukung
6. Rancangan anggaran pembelian
7. Rancangan anggaran kas
8. Rancangan anggaran investasi
Pemerolehan dan
pertumbuhan
pangsa pasar
Prakiraan pendapatan
penjualan menurut Produk dan
feature Jasa
Peningkatan tingkat
pertumbuhan
penjualan
Workload
Continuous
Continuous Improvement
Activity driver
Improvement
Result-producing activities
Result-contributing
Activities
Activity driver
Resource
driver
Resources
improvement mindset. Perwujudan kedua mindset ini dalam proses penyusunan activity-
based budget adalah pada penggunaan pendekatan target costing dalam perencanaan
aktivitas yang akan dilaksanakan oleh tim selama tahun anggaran.
Target costing adalah suatu metode penentuan kos produk atau jasa yang didasarkan
pada target harga (target price) yang diperkirakan customer bersedia untuk menerimanya.
Target costing seringkali disebut sebagai price-driven costingpenentuan kos produk
yang dipacu oleh harga yang dapat diterima oleh customer.
Dalam manajemen tradisional, produsen menentukan harga jual produknya dengan
berangkat dari taksiran kos penuh (full costs) produk atau jasa kemudian ditambah
dengan laba yang diharapkan, sehingga formula harga jual produk terlihat sebagai
berikut:
Harga Jual = Kos Penuh (Full Cost) + Laba Memadai yang Diharapkan
Alasan yang mendasari formula tersebut adalah bahwa perusahaan harus dapat
memperoleh pendapatan dalam jumlah memadai untuk dapat menutup kos produk atau
jasa dan menghasilkan laba memadai. Alasan tersebut masuk akal jika produsen
memegang kendali di pasar (posisi monopoli) dan produk/jasa memiliki usia yang
panjang.
Dalam kondisi pasar yang di dalamnya customer memegang kendali bisnis,
penentuan harga jual berdasarkan formula tersebut akan mengakibatkan perusahaan
rentan untuk ditinggalkan oleh customer. Oleh karena itu, logika penentuan harga jual
produk diubah seratus delapan puluh derajat. Harga jual produk ditentukan oleh
kesediaan customer untuk membayar, sedangkan produsen bertanggung jawab untuk
membuat produk dengan biaya yang mampu menghasilkan laba memadai.
Dalam penyusunan activity-based budget, budgetees juga perlu menerapkan
pendekatan target costing sebagaimana diuraikan di atas. Budgetees tidak berangkat dari
berapa biaya yang akan dikeluarkan oleh timnya untuk menghasilkan produk dan jasa
bagi customers (sebagaimana yang biasa dilakukan dalam penyusunan functional-based
budget), namun harus berangkat dari berapa biaya yang dapat ditanggung oleh customer.
Biaya yang dapat ditanggung oleh customer inilah yang dijadikan sebagai target costs
dan dijadikan sebagai dasar untuk merancang berbagai aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai target costs tersebut. Pendekatan ini di samping memfokuskan kegiatan
penyusunan anggaran ke kebutuhan customers (melalui usaha untuk mengetahui berapa
biaya yang dapat ditanggung oleh customers), juga memacu budgetees untuk melakukan
improvement terhadap sistem yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi
customers (dengan penetapan target costs yang harus dicapai dalam tahun anggaran).
Target costs dihitung dengan formula sebagai berikut:
akan dilaksanakan selama tahun anggaran adalah aktivitas yang telah dicantumkan dalam
program. Analisis aktivitas adalah proses pengidentifikasian, penggambaran, dan evaluasi
aktivitas yang tercantum dalam program, yang akan dilaksanakan oleh tim dalam tahun
anggaran. Analisis aktivitas ini dilandasi dengan target costs yang ditentukan pada
langkah pertama di atas.
Analisis aktivitas dilaksanakan dalam empat langkah (1) aktivitas apa yang
dikerjakan, (2) berapa orang terlibat dalam aktivitas tersebut, (3) waktu dan sumber daya
yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas tersebut, dan (4) penaksiran value aktivitas
tersebut bagi organisasi, termasuk rekomendasi untuk memilih dan mempertahankan
hanya aktivitas yang menambah nilai. Langkah kedua dan ketiga dilaksanakan
berdasarkan informasi tentang resource driver dan activity driver yang berkaitan dengan
setiap aktivitas yang diidentifikasi. Dengan informasi resource driver dapat dihitung
berapa orang yang terlibat dalam pelaksanaan aktivitas sehingga dapat dihitung employee
resource yang dikonsumsi oleh aktivitas selama tahun anggaran. Dengan informasi
resource driver dapat pula dihitung waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan aktivitas sehingga dapat dihitung expense resource yang dikonsumsi oleh
aktivitas selama tahun anggaran. Langkah keempat merupakan langkah terpenting di
dalam analisis aktivitas, karena dalam langkah tersebut ditentukan apakah aktivitas
merupakan aktivitas penambah nilai atau aktivitas (value-added activity) bukan
penambah nilai (non-value-added activity). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
langkah keempat ini dapat direncanakan target cost reduction melalui pemilihan dan
pembagian value-added activities dan pengurangan dan penghilangan non-value-added
activities.
Sebagai contoh, dalam proses produksi buku, terdapat tiga aktivitas: setting,
pencetakan, dan penjilidan. Aktivitas setting adalah aktivitas penyusunan tata letak
naskah (page layout) yang menghasilkan plat yang siap untuk dicetak. Aktivitas ini
merupakan aktivitas penambah nilai karena: (1) aktivitas tersebut menyebabkan
perubahan keadaan, dari naskah yang belum siap cetak menjadi plat yang berisi naskah
yang siap cetak, (2) perubahan keadaan tersebut tidak dapat dicapai dengan aktivitas
sebelumnya, dan (3) aktivitas setting memungkinkan pencetakan naskah dapat
dilaksanakan. Lihat Gambar 26.23 untuk memperjelas persyaratan suatu aktivitas disebut
sebagai aktivitas penambah nilai.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 193
Perubahan dalam
aktivitas penambah Aktivitas ini Aktivitas penambah
nilai tidak dapat menyebabkan nilai memungkinkan
dilakukan dalam perubahan aktivitas berikutnya
aktivitas sebelumnya dapat dilaksanakan
Karakteristik aktivitas penambah nilai tersebut mudah diamati dalam aktivitas ope-
rasional, namun sulit untuk menentukan apakah aktivitas manajerial memiliki ketiga
karakteristik tersebut. Aktivitas manajerial khusus didesain untuk mengelola aktivitas
penambah nilai yang lainuntuk menjamin aktivitas penambah nilai yang lain
dilaksanakan secara efisien dan pada waktu yang semestinya. Apakah aktivitas supervisi
menyebabkan perubahan keadaan? Jawabannya ada dua: (1) aktivitas supervisi
merupakan sumber daya yang memungkinkan aktivitas operasional melakukan perubahan
keadaan. Oleh karena itu, aktivitas supervisi merupakan masukan bagi aktivitas
penambah nilai lain, (2) supervisi menghasilkan keteraturan dengan mengubah keadaan
aktivitas yang tidak terkoordinasi menjadi aktivitas terkoordinasi.
Improvement terhadap aktivitas penambah nilai dilakukan dengan: (1) activity
selection dan (2) activity sharing. Rencana improvement ini akan menghasilkan
perhitungan target cost reduction yang dapat dihasilkan dalam tahun anggaran.
Improvement terhadap aktivitas bukan penambah nilai dilakukan dengan: (1) activity
reduction dan (2) activity elimination. Rencana improvement ini akan menghasilkan
perhitungan target cost reduction yang dapat dihasilkan dalam tahun anggaran.
Formulir yang tercantum pada Gambar 26.23 dan Gambar 26.25 dapat dipakai sebagai
alat untuk kompilasi data.
Estimasi biaya oleh penyusun anggaran dimulai dari estimasi setiap unsur biaya
(seperti gaji, bahan, energi) untuk setiap aktivitas. Formulir pada Gambar 26.23 dipakai
sebagai alat untuk mengkompilasi estimasi biaya aktivitas tersebut. Kemudian hasil
estimasi biaya aktivitas direkap dan disajikan dalam formulir rekapitulasi biaya proses
(Gambar 26.24). Pada tahap ini penyusun anggaran mengevaluasi berapa kegiatan yang
menambah nilai dan yang tidak menambah nilai, taksiran keluaran, perhitungan efisiensi,
dan pemacu biaya setiap aktivitas. Hasil rekapitulasi biaya proses ini kemudian diringkas
ke dalam rekapitulasi biaya sistem sebagaimana terlihat dalam Gambar 26.23.
Tahun
Anggaran: Sistem: Proses: Aktivitas:
Manajer:
Resource
Resource
Sumber DayaResource Driver Driver
(Resource
) Driver Quantity
Rate Total
Biaya personel
Biaya bahan
Biaya energi
Biaya pemeliharaan
Biaya penyusutan
Biaya asuransi
Biaya adm. kantor
Biaya umum
Biaya komunikasi
Proses review dan pengesahan rancangan anggaran oleh komite anggaran. Review
dan pengesahan rancangan anggaran merupakan tahap kritis di dalam proses penyusunan
anggaran. Kualitas review yang dilakukan oleh komite anggaran akan berakibat pada:
1. Semangat improvement berkelanjutan yang tumbuh dalam diri budgetees.
2. Sense of commitment yang akan tumbuh dalam diri budgetees dalam pelaksanaan
anggaran.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 196
3. Derajat self-imposed control yang tertanam dalam diri budgetees dalam pelaksanaan
anggaran.
Kualitas review yang dilakukan oleh komite anggaran ditentukan oleh faktor-faktor
berikut ini:
Tahun Proses:
Anggaran:
Manajer:
Sistem:
Cost Effectiveness Efisiensi Activity Driver
Bukan Keluaran Kos per Activity
Penambah
Penambah Unit Driver
Aktivitas Nilai Nilai TotalUkuran
Volume Ukuran
Keluaran Quantity
Aktivitas 1
Aktivitas 2
Aktivitas 3
Aktivitas 4
Aktivitas 5
Aktivitas 6
Tahun Sistem:
Anggaran:
Manajer:
Proses 4
Proses 5
Proses 6
RANGKUMAN
Pergeseran struktur organisasi ke tim lintas fungsional dan pergeseran manajemen ke
manajemen berbasis aktivitas menuntut perubahan pendekatan dalam proses penyusunan
anggaran. Activity-based budgeting telah menggeser pendekatan fungsional dalam
penyusunan anggaran. Rencana laba jangka pendek yang disusun berbasis aktivitas lebih
memperjelas apa yang akan dilakukan oleh personel dalam memuasi kebutuhan
customers. Di samping itu, activity-based budgeting mampu mewujudkan semangat
personel dalam melakukan improvement berkelanjutan terhadap sistem yang digunakan
untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customers. Pendekatan ini menjanjikan
efektivitas rencana laba jangka pendek yang disusun oleh organisasi, mengingat telah
bergesernya kendali bisnis ke tangan customers. Paul Sharman memperkirakan bahwa
activity-based costing akan diterima oleh semua organisasi (di U.S.A.) sebagai
mekanisme penentuan object cost. Di samping itu, cross-functional, process-based,
activity-based budgeting akan dengan segera menggantikan functional based budgeting.2
Activity-based budgeting mengarahkan personel dalam menghasilkan target cost
reduction selama tahun anggaran. Faktor penting yang memberdayakan personel dalam
menghasilkan target cost reduction dalam proses penyusunan anggaran adalah informasi
berlimpah tentang aktivitas seperti: customer aktivitas, nilai aktivitas dipandang dari
sudut customer (value- and non-value-added activities), resource driver, resource driver
quantity, activity driver, activity driver quantity, cycle effectiveness, perilaku biaya dalam
hubungannya dengan aktivitas, tipe aktivitas (volume-related activities and non-volume-
related activities), cost object. Informasi lengkap tentang aktivitas inilah yang
menjadikan personel perusahaan well-equipped untuk melakukan pengelolaan terhadap
aktivitas (activity-based management), sehingga mereka berdaya untuk menjanjikan
target cost reduction dalam penyusunan anggaran. Meskipun demikian, activity-based
budgeting tidak hanya berfokus ke biaya, namun juga diarahkan pula ke penciptaan nilai
terbaik bagi customer.
Penerapan pendekatan activity-based budgeting dalam penyusunan rencana laba
jangka pendek perusahaan bukan lagi merupakan masalah pilihan, namun sudah
merupakan masalah kelangsungan hidup perusahaan. Jika trend perusahaan-perusahaan
yang bermain di pasar global menuju ke activity-based budgeting, waktu tidak lagi
berpihak kepada eksekutif Indonesia dalam hal penerapan pendekatan activity-based
budgeting tersebut. Bab ini mencoba memicu kesadaran ini dan menjelaskan bagaimana
mengadopsi pendekatan baru dalam penyusunan rencana laba jangka pendek perusahaan.
Untuk mengakhiri bab ini, disajikan berikut ini kata-kata bijak dari David Jaquith: Good
result without good planning come from good luck, not good management. Suatu hasil
yang berasal dari keberuntungan tidak akan dapat diulangi lagi pencapaiannya oleh
organisasi. Good management tercermin dari good planning yang disusun oleh personel
organisasi. Good result sebagai akibat dari good planning akan menjanjikan keberhasilan
jangka panjang, karena keberhasilan organisasi berasal dari kapabilitas untuk
merencanakan dan mewujudkan rencana tersebut ke dalam kenyataan. Kapabalitas itulah
yang menjanjikan keberhasilan jangka panjang.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 199
PERTANYAAN
1. Functional-based budgeting yang digunakan untuk perencanaan laba jangka
pendek dalam manajemen tradisional tidak lagi pas dengan lingkungan bisnis yang
sekarang dimasuki oleh perusahaan-perusahaan Indonesia. Sebut dan jelaskan
kelemahan-kelemahan functional-based budgeting jika digunakan untuk mengarungi
lingkungan bisnis global sekarang ini.
2. Jelaskan berbagai mitos tentang anggaran dan jelaskan pula realitas yang
berkaitan dengan anggaran.
3. Untuk membangun linkage antara misi, visi, dan strategi dengan anggaran,
jelaskan proses yang perlu ditempuh. Jelaskan pula manfaat yang diperoleh dengan
pembangunan linkage tersebut.
4. Activity-based budgeting merupakan alternatif perencanaan laba jangka pendek
yang pas dengan tuntutan lingkungan bisnis yang di dalamnya customer memegang
kendali bisnis dan kompetisi sangat tajam.
a. Jelaskan konsep activity-based budgeting.
b. Sebutkan keunggulan activity-based budgeting dibandingkan dengan
functional-based budgeting.
c. Sebutkan mindset yang mendasari activity-based budgeting.
5. Fokus functional-based budgeting berbeda dengan fokus activity-based
budgeting.
a. Setujukah Saudara dengan pernyataan tersebut? Jelaskan jawaban
Saudara.
b. Karena perbedaan fokus tersebut, bagaimanakah dampaknya terhadap
anggaran yang dihasilkan?
6. Penyusun anggaran (budgetees) dalam functional-based budgeting berbeda
dengan penyusun anggaran dalam activity-based budgeting.
a. Setujukah Saudara dengan pernyataan tersebut? Jelaskan jawaban
Saudara.
b. Karena perbedaan penyusun anggaran tersebut, bagaimanakah dampaknya
terhadap anggaran yang dihasilkan?
7. Tujuan functional-based budgeting berbeda dengan tujuan activity-based
budgeting.
a. Setujukah Saudara dengan pernyataan tersebut? Jelaskan jawaban
Saudara.
b. Karena perbedaan tujuan tersebut, bagaimanakah dampaknya terhadap
anggaran yang dihasilkan?
8. Jangka waktu untuk penyusunan anggaran dalam manajemen tradisional
umumnya memerlukan waktu lama (empat sampai lima bulan).
a. Sikap mental apa yang diakibatkan oleh lamanya waktu penyusunan
anggaran tersebut?
b. Di samping berfungsi sebagai alat perencanaan, digunakan untuk apakah
anggaran dalam manajemen tradisional?
c. Untuk menghadapi lingkungan bisnis yang kompetitif dan turbulen,
kelemahan apakah yang melekat dalam proses penyusunan anggaran dalam
manajemen tradisional?
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 200
END NOTES
1
Departemen Anggaran biasanya berada di bawah Direktur Keuangan atau di bawah fungsi keuangan.
2
Paul Sharman, Journal of Cost Management, Summer 1996, Vol. 10 Issue 2