Anda di halaman 1dari 8

CHAPTER 13

DEVELOPING THE OVERALL AUDIT PLAN & AUDIT PROGRAM

JENIS-JENIS PENGUJIAN AUDIT


Ada 4 jenis pengujian audit:
1) Pengujian Pengendalian (Test of Controls)
Pemahaman Auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk mengukur
risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi. Untuk mendapat bukti
yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pengukuran tersebut, auditor
melakukan Pengujian Pengendalian. Pengujian pengendalian baik secara
manual/otomatis dapat mencakup jenis bukti berikut ini:
1. Meminta keterangan dari personil klien yang tepat
2. Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan
3. Mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian
4. Melaksanakan-ulang prosedur klien
Auditor melaksanakan walkthrough system untuk mendapatkan pemahaman guna
membantunya menentukan apakah pengendalian telah berjalan semestinya.
Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah pengendalian
tersebut efektif dan biasanya meliputi pengujian atas sampel transaksi. Jumlah bukti
tambahan yang diperlukan untuk pengujian pengendalian tergantung pada dua hal :
1. Luas bukti yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal
2. Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan

2) Pengujian substantif atas transaksi (Substantive Test of Transaction)


Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji dollar
(sering disebut salah saji moneter) yang secara langsung mempengaruhi kebenaran
saldo laporan keuangan.
Pengujian substantif atas transaksi (substantive test of transactions) digunakan untuk
menentukan apakah keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah
dipenuhi bagi setiap kelas transaksi. Jika yakin transaksi telah dicatat dengan benar
dalam jumlah dan diposting dengan benar, dengan mempertimbangkan tujuan audit
yang berkaitan, auditor dapat yakin bahwa total buku besar sudah benar.

3) Prosedur Analitis (Analytical Procedures)


Melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan
oleh auditor. Dua tujuan yang paling penting dari prosedur analitis dalam mengaudit
saldo akun adalah :
1. Menunjukkan salah saji yang mungkin dalam laporan keuangan
2. Memberikan bukti substantif
4) Pengujian rincian saldo (Test of Details of Balance)
Pengujian rincian saldo berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca
maupun laporan laba-rugi. Penekanan utamanya dalam sebagian besar pengujian
rincian saldo adalah pada neraca. Pengujian atas saldo akhir ini sangat penting karena
bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen dengan klien, dan dianggap
sangat dapat dipercaya. Luas pengujian ini bergantung pada hasil pengujian
pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis substantif atas
akun-akun tersebut. Pengujian rincian saldo dapat membantu dalam menetapkan
kebenaran moneter akun-akun yang berhubungan dan karenanya merupakan
pengujian substantif.

MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG TEPAT UNTUK DILAKUKAN


A. Ketersediaan jenis bukti prosedur audit lanjutan.
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan beberapa
jenis Bukti audit (konfirmasi, dokumentasi dan lainnya). Nah, di samping ini ada tabel
yang mengikhtisarkan hubungan antara prosedur audit lanjutan dengan jenis bukti
audit. Kita dapat melakukan beberapa pengamatan berikut mengenai tabel tersebut:
1. Makin banyak jenis audit, yang jumlah totalnya adalah enam, digunakan untuk
menguji peperincian saldo di bandingkan untuk setiap jenis pengujian lainnya.
2. Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan
konfirmasi.
3. Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.
4. Dokumentasi digunakan disetiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis, dengans
atu pengecualin. Ketika auditor memeriksa dokumentasi sebagai bagian dari
penelusuran atas transaksi untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian
internal, auditor sering kali “mengerjakan ulang” pengendalian untuk meyakinkan
bahwa pengendalian telah diterapkan.
5. Perhitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi matematis atas
transaksi ketika melakukan pengujian subtantif transaksi dan saldo akun ketikan
melakukan pengujian atas perincian saldo.

B. Biaya-biaya relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih untuk
mendapatkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk dipertimbangkan.
Berikut prosedur berdasarkan urutan biaya yang terendah ke yang tertinggi.
1. Prosedur analitis
2. Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman
atas pengendalian internal
3. Pengujian pengendalian
4. Pengujian subtantif transaksi
5. Pengujian terperinci saldo
C. Hubungan pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif
Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian subtantif lebih baik, kita
harus apa yang membedakan kedua pengujian tersebut.
Pengecualian pada pengujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan
salah saji yang mempengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan yang dinamalan
deviasi uji pengendalian, sedangkan pengecualian dalam pengujian substantif atas
transaksi/pengujian rincian saldo merupakan salah saji dalam laporan keuangan.

D. Hubungan prosedur analitis dan pengujian subtantif


Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis juga hanya mengindikasikan
kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah laporan keuangan. Seperti
fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan sebuah akun dengan akun lainnya, atau
dengan informasi non keuangan, dapat mengindikasikan adanya peningkatan
kemungkinan terjadinya salah saji tanpa perlu menyediakan bukti langsung atas saji
material tersebut. Ketika prosedur analitis tersebut mengindentifikasikan fluktuasi
yang tidak biasa, auditor harus melakukkan pengujian subtantif transaksi atau
pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah salah saji rupiah benar-benar
telah terjadi. Jika auditor melakukan prosedur analitis subtantif dan meyakini bahwa
kemungkinan terjadinya salah saji material bernilai kecil, maka pengujian subtantif
lainnya dapat dikurangi.

E. Dilema antara pengujian pengendalian dan pengujian subtantif


Selama perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai resiko
pengendalian dibawah maksimum. Jika mereka melakukannya, mereka kemudian
harus melakukan pengujian pengendalian untuk menentukan tingkat
resiko pengendalian yang dinilai tersebut dapat dibenarkan. Jika pengujian
pengendalian mendukung penilaian resiko pengendalian dan resiko deteksi
yang direncanakan dalam model resiko audit meningkat, maka pengujian
direncanakan dapat dikurangi.

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PENGUJIAN AUDIT


Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor dari entitas-entintas yang menyebarkan,
memproses dan menyimpan atau mengakses informasi penting secara elektronis. Contoh
bukti elektronik meliputi record trnasfer dana elektronik dan pesanan pembelian yang
dikirimkan melalui Electronic Data Intercharge (EDI).
Standar auditing mengakui bahwa jika ada sejumlah besar bukti audit dalam format elektroni,
mungkin tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi hingga tingkat yang
dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantif. Untuk itu auditor tetap harus
melaksanakan pengujian pengendalian untuk mengumpulkan bukti gun mendukung penilaian
tingkat risiko pengendalian di bawah maksimum bag asersi laporan keuangan yang
terpengaruh.
Namun, karena konsistensi yang melekat dalam pemrosesan TI auditor mungkin dapat
mengurangi luas pengujian atas pengendalian yang terotomatisasi. Untuk mengujinya auditor
mungkin harus menggunakan teknik audit berbantuan komputer atau menggunakan laporan
yang dihasilkan TI untuk menguji efetivitas operasi pengujian umum TI, seperti pengendalian
perubahan program dan pengendalian akses.

BUKTI GABUNGAN
Pilihan jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa luas pengujian tersebut
dilakukan dapat berbeda antara audit yang memiliki tingkat efektivitas pengendalian dan
risiko bawaan yang berbeda. Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk
menghadapi risiki-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor
menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini sering kali
dinamai dengan bukti gabungan (evidence mix).

MERANCANG PROGRAM AUDIT


Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan yang
tepat pada masing-masing dari empat jenis pengujian lainnya, program audit khusus bagi
setiap jenis harus dirancang. Prosedur audit ini kemudian digabungkan untuk membentuk
suatu program audit. Pada sebagian besar audit, auditor yang bertanggung jawab atas
penugasan itu merekomendasikan bukti gabungan kepada manajer penugasan. Setelah
gabungan tersebut disetujui, auditor yang bertanggung jawab lalu menyusun program audit
atau memodivfkasi program yang sudah ada agar memenuhi semua tujuan audit.
Sebagai tambahan di bagian progam audit yang berisi prosedur penilaian risiko yang dilakukan
dalam tahap perencanaan, program audit bagi sebagian besar pengauditan dirancang dalam
tiga bagian utama. Ketiga bagian itu adalah:
1. Pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
2. Prosedur analitis
3. Pengujian perincian saldo

1) Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi


Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi biasanya
termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadap pengendalian
internal yang didapatkan selama melakukan prosedur penilaian risiko. Auditor
menggunakan informasi ini untuk mengembangkan program audit pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi.

PROSEDUR AUDIT
Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, auditor
menekankan pada pemenuhan tujuan audit terkait transaksi. Auditor mengikuti
pendekatan empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian.
1. Menerapkan tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok transaksi yang
sedang diuji, seperti penjualan.
2. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian
untuk setiap tujuan audit terkait.
3. Mengmbangkan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua pengendalian
internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian awal risiko pengendalian
dibawah tingkat maksimum (pengendalian-pengendalian kunci).
4. Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-masing tujuan
audit terkait transaksi, merancang pengujian substantif transaksi yang tepat, dengan
mempertimbangkan kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal dan
ekspektasi hasil pengujian pengendalian.

2) Prosedur Analitis
Prosedur analitis yang dilaksanakan selama pengujian substantif, biasanya lebih terfokus
dan lebih ekstensif ketimbang yang dilakukan sebagai bagian dari perencanaan. Prosedur
analitis yang dihitung dengan menggunakan jumlah bulanan biasanya akan lebih efektif
dalam mendeteksi salah saji ketimbang yang dihitung dengan menggunakan jumlah
tahunan, dan perbandingan per lini bisnis biasanya akan lebih efektif ketimbang
perbandingan seluruh perusahaan. Ketika auditor menggunakan prosedur analitis untuk
memberikan keyakinan substantif tentang saldo akun, data yang digunakan dalam
kalkulasi harus dipandang cukup dapat diandalkan.

3) Pengujian Rincian Saldo


Untuk merancang prosedur audit pengujian rincian saldo, auditor menggunakan
metodologi yang berorientasi pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.
Keputusan kunci dalam merancang prosedur audit pengujian rincian saldo :
1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha.
2. Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren untuk piutang
usaha.
3. Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan.
4. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas
transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan.
5. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha.
6. Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo.

IKHTISAR ISTILAH PENTING YANG BERKAITAN DENGAN BUKTI


Ada 5 istilah penting yang berkaitan dengan bukti:
1) Fase proses audit
Fase proses audit terbagi menjadi 4 fase:
• Fase I: Merencanakan dan merancang pendekatan audit.
• Fase II: Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
• Fase III: Melaksanakan prosedur analisis dan pengujian rincian saldo
• Fase IV: Menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit

2) Tujuan audit
Ini merupakan tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan
bahwa suatu kelas transaksi atau saldo akun tertentu telah dinyatakan secara wajar.
Ada 6 tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi yang ditangani dalam fase II, yaitu:
• Keterjadian
• Kelengkapan
• Keakuratan
• Posting dan ikhtisar
• Klarifikasi
• Penerapan waktu
Dalam fase III, ada juga 8 tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang ditangani, yaitu:
• Eksistensi
• Kelengkapan
• Keakuratan
• Klasifikasi
• Cut off
• Detail tie-in
• Nilai yang dapat direalisasi
• Hak dan kewajiban
Serta 4 tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengukapan yang ditangani
dalam fase IV, yaitu:
• Keterjadian serta hak dan kewajiban
• Kelengkapan
• Keakuratan dan penilaian
• Klasifikasi dan dapat dipahami

3) Jenis pengujian
5 jenis pengujian audit, telah dibahas sebelumnya, digunakan auditor untuk menentukan
apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar disajikan dalam kolom ke-3.

4) Keputusan audit
4 sub kategori keputusan yang dibuat auditor dalam mengumpulkan bukti disajikan dalam
kolom ke-4. Kecuali untuk prosedur analitis, ke-4 keputusan bukti berlaku untuk setiap
pengujian.
5) Jenis bukti
8 kategori bukti yang telah dikumpulkan auditor disajikan dalam kolom terakhir atau
kolom ke-5

IKHTISAR PROSES AUDIT


1) Fase I: Merencanakan dan merancang pendekatan audit
• Menerima klien dan melaksanakan perencanaan awal
• Memahami bisnis dan industry klien
• Menilai risiko bisnis klien
• Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
• Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima serta risiko
inheren
• Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
• Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
• Mengembangkan rencana audit dan program audit secara keseluruhan

2) Fase II: Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
• Merencanakan untuk mengurangi penilaian tingkat risiko pengendalian
• Melaksanakan pengujian pengendalian
• Melaksanakan pengujian substantif atas transaksi
• Menilai kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
Tujuan dari fase ini adalah untuk:
• Memperoleh bukti untuk mendukung pengendalian khusus yang berkontribusi pada
penilaian risiko pengendalian oleh auditor bagi audit laporan keuangan dan audit
pengendalian internal atas laporan keuangan perusahaan publik.
• Memperoleh bukti untuk mendukung ketetapan moneter transaksi.

3) Fase III: Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo


Tujuan dari fase III adalah untuk memperoleh bukti tambahan yang mencukupi guna
menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki atas laporan keuangan telah dinyatakan
secara wajar.
2 kategori umum dari prosedur fase III:
• Prosedur analitis substantif yang menilai kelayakan transaksi dan saldo secara
keseluruhan.
• Pengujian rincian saldo, yang merupakan prosedur audit untuk menguji salah saji
moneter dalam saldo laporan keuangan.
4) Fase IV: Menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit
Selama fase terakhir ini, auditor melaksanakan prosedur audit yang berkaitan dengan
kewajiban kontinjen dan peristiwa setelah tanggal neraca. Kewajiban kontinjen adalah
kewajiban potensial yang harus diungkapkannya lengkap dan akurat.
• Menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit.
• Melaksanakan pengujian tambahan atas penyajian dan pengungkapan.
• Mengumpulkan bukti akhir.
• Mengevaluasi hasil.
• Mengeluarkan laporan audit.
• Mengomunikasikan kepada komite audit dan manajemen.

Anda mungkin juga menyukai