Anda di halaman 1dari 38

Strategi Audit Secara

Keseluruhan
Oleh : Kelompok 3
Nama Anggota :
1. Diah Eka. R (1212022002)
2. Sinta Nurzahra. A (1212022020)
3. Widya Puspitasari (1212022022)
4. Ghaliya Yasmin. S (1212022024)
JENIS PENGUJIAN
Delapan tahapan dalam Perencanaan Audit :
1. Penerimaan klien dan pembuatan rencana audit awal
2. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien
3. Menilai risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko yang dapat diterima dan resiko pengendalian
6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
8. Menyusun audit strategi keseluruhan dan audit program

7 Tahapan digunakan, guna memenuhi kewajiban auditor untuk melaksanakan prosedur


penilaian risiko dan Tahapan ke-8, merupakan respons terhadap prosedur penilaian
risiko.
Prosedur Penilaian Risiko
Standar audit (SA 315) mewajibkan auditor untuk memperoleh pemahaman atas entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan klien.
Pada bagian ini, auditor fokus pada pemahaman tentang rancangan maupun implementasi pengendalian
internal. Untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan lingkungannya termasuk pengendalian internal,
mencerminkan prosedur-prosedur penilaian risiko yang dilakukan auditor untuk menilai kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan.

Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam standar audit (SA 315.5) yang berbunyi sebagai berikut :
​“Auditor harus melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk menyediakan suatu dasar
bagi pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalahan penyajian material pada tingkat
laporan keuangan dan asersi. Namun, prosedur penilaian risiko semata tidak menyediakan
bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar opini audit”
Prosedur Audit Lebih Lanjut

Sehubungan dengan hal diatas, SA 330.6 menetapkan sebagai berikut :


“Auditor harus merancang dan mengimplementasikan prosedur audit lebih lanjut yang sifat, saat
dan luasnya didasarkan pada dan merupakan respons terhadap risiko kesalahan penyajian
material yang telah dinilai pada tingkat asersi.
Prosedur Audit Lebih Lanjut
Dalam merancang prosedur audit lebih lanjut, standar audit (SA 330.7) menetapkan bahwa auditor
harus :
(a) Mempertimbangkan dasar penilaian yang dilakukan atas risiko kesalahan penyajian material pada
tingkat asersi untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan termasuk :
(i) Kemungkinan kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh karakteristik tertentu
yang relevan dengan golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan (contoh: risiko
inheren) dan,
(ii) Apakah penilaian risiko memperhitungkan pengendalian yang relevan (contoh: risiko
pengendalian), dengan demikian menuntut auditor untuk memperoleh bukti audit dan
menentukan apakah pengendalian berjalan efektif.
(b) Memperoleh bukti yang lebih meyakinkan ketika auditor menilai risiko yang lebih tinggi.
JENIS-JENIS PENGUJIAN DALAM PROSEDUR AUDIT
Auditor menggunakan lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Auditor menggunakan prosedur pengukuran risiko untuk menilai
risiko salah saji material, yang dicerminkan oleh (risiko inheren dan risiko pengendalian).
Empat jenis pengujian audit lainnya merupakan prosedur audit lebih lanjut yang
dilakukan sebagai tanggapan atas risiko yang teridentifikasi.

1) Prosedur Penilaian Risiko prosedur audit


2) Pengujian Pengendalian
3) Pengujian Substantif Golongan Transaksi prosedur audit
4) Prosedur Analitis Substantif lebih lanjut
5) Pengujian Rinci Saldo
Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor tentang pengendalian internal digunakan untuk menilai
risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit transaksi.
Pengujian pengendalian, (secara manual atau otomatis), mencakup jenis-jenis
bukti di bawah ini :
• Mengajukan pertanyaan kepada personel klien yang sesuai
• Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan
• Melakukan pengamatan atas aktivitas pengendalian terkait
• Melakukan ulang prosedur-prosedur klien
Ilustrasi
Gambar 10-2 :
Peran Pengujian Audit dalam Pengauditan Siklus
Penjualan dan Pengumpulan Piutang

Menggambarkan peran pengujian


pengendalian dalam pengauditan atas siklus
penjualan dan pengumpulan piutang dengan
prosedur-prosedur lain untuk memperoleh
bukti yang cukup sebagai dasar untuk
memberikan pendapat.
Pengujian Substantif atas Transaksi
Pengujian subtantif merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji
salah saji rupiah (sering kali disebut salah saji moneter) yang berpengaruh pada
ketetapan saldo laporan keuangan. Auditor mengendalikan tiga jenis pengujian
subtantif, ketiga jenis itu adalah :
• Pengujian subtantif transaksi
• Prosedur analitis subtantif
• Pengujian terperinci saldo
Pengujian Subtantif Transaksi

Digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit terkait transaksi


penjualan benar-benar terjadi (tujuan keterjadian) dan transaksi penjualan yang
ada telah dicatat (tujuan kelengkapan).
Ketika auditor yakin bahwa semua transaksi telah dicatat dengan benar ketika
mengaudit siklus penjualan dan penagihan, ia meyakini bahwa total buku besar
sudah benar.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah dicatat dengan ekspetasi yang
dikembangkan oleh auditor. Standar audit mengharuskan prosedur analitis dilakukan selama
perencanaan dan penyelesaiaan audit. Prosedur analitis juga dapat dilakukan untuk mengaudit saldo
akun.
Dua tujuan utama dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk:
1. Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
2. Memberikan bukti subtantif

Prosedur analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan audit biasanya berbeda dari yang dilakukan
dalam tahap pengujian. Bahkan misalnya auditor, menghitung margin kotor selama fase
perencanaan, auditor biasanya melakukanya dengan menggunakan data interim.
Selanjutnya selama menguji saldo akhir akun auditor akan menghitung ulang rasio dengan
menggunakan data setahun penuh. Jika auditor yakin jika prosedur analitis tambahan atau memutuskan
untuk memodifikasi pengujian terperinci saldo.
Pengujian Rincian Saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik pada
neraca maupun laba rugi. Misalnya termasuk konfirmasi atas saldo pelanggan
untuk akun piutang dagang. Pengujian saldo akhir penting karena bukti yang
didapatkan dari sumber yang independen dan sangat dipercaya, seperti untuk transaksi
pengujian auditor atas perincian saldo juga harus memenuhi semua tujuan audit terkait
saldo untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan.
PEMILIHAN JENIS PENGUJIAN YANG AKAN DILAKUKAN
Faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan jenis pengujian yang akan
dilakukan auditor:
• Ketersediaan delapan jenis bukti
• Biaya pelaksanaan
• Efektvitas pengendalian internal
• Risiko inheren
Ketersediaan Jenis-Jenis Bukti Untuk Pelaksanaan Prosedur Audit Lebih
BIAYA PELAKSANAAN PENGUJIAN
Biaya Pelaksanaan Pengujian
Urutan prosedur pengujian mulai dari yang paling murah sampai yang mahal, maka urutannya :
1) Prosedur analitis
2) Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk memperoleh pemahaman tentang pengendalian
internal
3) Pengujian pengendalian
4) Pengujian substantif golongan transaksi
5) Pengujian rinci saldo

- Prosedur Analitis merupakan prosedur yang paling murah karena membuat perhitungan dan
perbandingan relatif mudah. Informasi tentang potensi kesalahan penyajian dapat diperoleh dengan
cara yang sederhana, yaitu hanya dengan membandingkan dua atau tiga angka.
- Prosedur Penilaian Risiko prosedur untuk memperoleh pemahaman tentang pengendalian
internal, tidak semahal biaya pengujian lainnya karena aufitor dapat dengan mudah meminta
keterangan kepada klien dan melakukan pengamatan serta melakukan prosedur analistis.
Lanjutan...
- Pengujian Pengendalian meliputi permintaan keterangan, pengamatan, dan inspeksi
biayanya relatif murah dibandingkan pengujian substantif. Pengujian pengendalian relatif
lebih mahal. Bukti bahwa pengendalian berjalan efektif, terutama bila berupa pengerjaan-
ulang

- Pengujian Substantif golongan transaksi lebih mahal daripada pengujian pengendalian


yang tidak meliputi pelaksanaan-ulang karena sering membutuhkan rekalkulasi dan
penelusuran.

- Pengujian Rinci Saldo selalu lebih mahal daripada prosedur audit lainnya karena biaya
pelaksanaan prosedur, misalnya mengirim konfirmasi piutang dan melakukan perhitungan
persediaan. Biasanya auditor berusaha merancang audit untuk meminimumkan penggunaan
pengujian rinci saldo.
Hubungan Antara Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif
Auditor harus memutuskan apakah akan menilai risiko pengendalian dibawah
maksimum dan jika mereka melakukannya, harus melakukan pengujian pengendalian untuk
menentukan apakah tingkat risiko pengendalian yang dinilai dapat dibenarkan.
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal dilakukan sebagai pengukuran
risiko yang memberikan dasar prosedur bagi penilaian awal auditor terhadap pengendalian
internal klien. Mengasumsikan bahwa auditor memutuskan rancangan pengendalian
internal telah efektif dan auditor memilih suatu titik pada bagian yang konsisten dengan
penilaian risiko pengendalian yang diputuskan auditor untuk mendukung pengujian
pengendalian.
Hubungan Antara Prosedur Analitis Dengan Pengujian Substantif

Prosedur analitis mengindikasikan kemungkinan salah saji yang berpengaruh


pada nilai rupiah laporan keuangan. Fluktuasi dalam hubungan-hubungan sebuah
akun dengan akun lainnya, atau informasi nonkeuangan, yaitu adanya peningkatan
kemungkinan terjadinya salah saji tanpa perlu memberikan bukti.
*fluktuasi perubahan harga
PILIHAN ANTARA PENGUJIAN PENGENDALIAN
DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Dalam tahap perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai risiko
pengendalian di bawah maksimum. Apabila hal ini dilakukan, auditor selanjutnya harus
melakukan pengujian pengendalian untuk memastikan didukung atau tidak didukungnya
tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan.

Apabila pengujian pengendalian mendukung risiko pengendalian yang telah


ditetapkan, maka rencana risiko deteksi dalam model risiko audit meningkat, dan dengan
demikian rencana pengujian substantif bisa dikurangi.
KOMBINASI BUKTI
Pada suatu audit tertentu, variasi bisa terjadi antara siklus yang satu dengan
siklus lainnya. Untuk memperoleh bukti yang cukup sebagai respon atas risiko
yang diidentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor melakukan
kombinasi pada keempat pengujian audit lainnya. Kombinasi ini sering disebut
Kombinasi Bukti.
Diilustrasikan pada tabel 10-3 untuk empat kasus audit yang berbeda.
Penjelasan Table 10-3
• Analisis Audit 1. Klien adalah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang
canggih dan risiko internal yang rendah. Oleh karena itu, auditor melakukan pengujian
internal yang luas dan sangat mengandalkan pada pengendalian internal untuk
mengurangi pengujian substantif. Prosedur analisis yang luas dilakukan untuk
mengurangi pengujian substantif lainnya. Oleh karena itu pengujian substantif golongan
transaksi dan pengujian rinci saldo bisa diminimumkan.

• Analisis Audit 2. Perusahaan ini adalah perusahaan yang tidak begitu besar (menengah)
dengan sedikit risiko pengendalian dan sedikit risiko inheren. Auditor telah memutuskan
untuk melakukan sejumlah pengujian yang jumlahnya medium untuk semua jenis
pengujian, kecuali prosedur analitis substantif yang harus dilakukan secara luas.
Lanjutan Penjelasan Table 10-3
• Analisis Audit 3. Perusahaan ini berukuran medium tetapi memiliki pengendalian yang
kurang efektif serta risiko inheren yang signifikan. Karena pengendalian internalnya kurang
efektif, bisa berasumsi bahwa perusahaan ini adalah bukan perusahaan publik. Prosedur
analitis substantif biasanya dilakukan untuk mengurangi pengujian substantif lainnya karena
prosedur tersebut bisa memberikan bukti tentang kemungkinan kesalahan penyajian material.

• Analisis Audit 4. Rencana awal audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam
Audit 2. Namun auditor menjumpai deviasi pengujian pengendalian yang banyak dan
kesalahan penyajian signifikan ketika auditor melakukan pengujian substantif golongan
transaksi dan prosedur analitis substantif. Pengujian rinci yang luas dilakukan untuk
menghilangkan hasil yang tak dapat diterima dari pengujian-pengujian lainnya.
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF
GOLONGAN TRANSAKSI
Program audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan
transaksi biasanya berisi penjelasan tentang pengendalian internal yang
diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko. Program ini juga berisi
tentang deskripsi prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman
tentang pengendalian internal dan deskripsi tentang penilaian risiko
pengendalian.
Gambar 10-4 Metodelogi untuk Perancangan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Golongan Transaksi
PROSEDUR AUDIT
Auditor menggunakan pendekatan empat tahapan untuk menurunkan penilaian risiko
pengendalian.

Gambar 10-5 Pendekatan


Empat Tahapan untuk
Merancang Pengujian
Pengendalian dan Pengujian
Substantif Golongan
Transaksi
PROSEDUR ANALITIS

Prosedur analitis yang dilakukan pada pengujian substantif, misalnya dalam audit atas
piutang usaha, biasanya lebih fokus daripada yang diterapkan pada tahap perencanaan. Auditor
cenderung tidak menggunakan data keseluruhan agar dapat menetapkan angka yang diharapkan
secara lebih tepat.
Prosedur analitis dengan menggunakan data bulanan biasanya akan lebih efektif dalam
mendeteksi kesalahan penyajian daripada yang dihitung dengan menggunakan data tahunan,
dan perbandingan antar bidang usaha selalu lebih efektif daripada perbandingan dengan
menggunakan data perusahaan sebagai keseluruhan.
Pengujian Rinci Saldo

Dalam merencanakan prosedur pengujian rinci


saldo yang memenuhi tujuan-tujuan ini,
kebanyakan auditor mengikuti metodelogi
seperti nampak pada Gambar 10-6 untuk piutang
usaha. Perancangan prosedur-prosedur ini
biasanya merupakan bagian paling sulit dari
keseluruhan proses perencanaan karena bersifat
subyektif dan menuntut pertimbangan
professional.

Gambar 10-6
Metodelogi untuk Merancang Pengujian
Rinci Saldo Piutang Usaha
ILUSTRASI PROGRAM AUDIT
Standar audit mengharuskan auditor untuk menggunakan program audit tertulis.
Tabel 10-4 menggambarkan segmen pengujian rinci saldo dari suatu program audit untuk piutang usaha.
Tabel 10-4 Program Audit Pengujian Rinci Saldo untuk Piutang Usaha.
ILUSTRASI PROGRAM AUDIT
HUBUNGAN ANTARA TUJUAN AUDIT TRANSAKSI DENGAN TUJUAN AUDIT
SALDO DAN TUJUAN AUDIT PENYAJIAN & PENGUNGKAPAN

Pengujian audit saldo dirancang untuk memenuhi tujuan audit saldo untuk setiap
akun dan luas pengujian ini dapat dikurangi apabila tujuan audit transaksi telah
terpenuhi oleh pengujian pengendalian atau pengujian substantif golongan transaksi.

Tabel 10-5 berikut memberi gambaran tentang hubungan tersebut dan melukiskan
bahwa walaupun seandainya semua tujuan audit transaksi terpenuhi, auditor masih
harus melakukan pengujian substantif saldo untuk memenuhi tujuan audit saldo
berikut :
● Nilai bisa direalisasi
● Hak dan kewajiban
Tabel 10-5 Hubungan antara Tujuan Audit Transaksi dengan Tujuan Audit Saldo
IKHTISAR PROSES PENGAUDITAN

Penerimaan klien dan menyusuun perencanaan awal


GAMBAR 10-8
Ikhtisar Proses Memahami bisnis dan bidang usaha klien
Pengauditan
Menilai risiko bisnis klien

Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan

Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit bisa diterima dan


risiko inheren
TAHAP I
Merencanakan dan
Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
merancang suatu
pendekatan audit Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan

Mengembangkan strategi audit keseluruhan dan program audit


TAHAP II
Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
TAHAP III
Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rinci saldo
TAHAP IV
Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit

Melaksanakan pengujian tambahan untuk penyajian dan pengungkapan

Mengumpulkan bukti final

Mengevaluasi hasil

Menerbitkan laporan audit

Komunikasi dengan manajemen dan pihak-pihak yang


bertanggungjawab atas tata kelola
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai