Anda di halaman 1dari 5

PERANCANGAN PROGRAM AUDIT

Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan yang tepat
pada masing-masing dari empat jenis pengujian lainnya, program audit khusus bagi setiap jenis
harus dirancang untuk membentuk program bukti. Pada sebagian besar audit, auditor yang
bertanggung jawab atas penugasan itu merekomendasikan bauran bukti kepada manajer
penugasan. Setelah bauran tersebut disetujui, auditor yang bertanggung jawab lalu menyusun
program audit atau memodifikasi program yang sudah ada agar memenuhi semua tujuan audit.

Setiap siklus transaksi mungkin akan dievaluasi dengan menggunakan serangkaian


program sub-audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan,auditor dapat
menggunakan:

 Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penjualan
dan penerimaan kas
 Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan siklus
 Program audit pengujian rincian saldo untuk kas, piutang usaha, beban piutang tak
tertagih, penyisihan untuk piutang tak tertagih, dan piutang usaha rupa-rupa

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif atas Transaksi

Program audit pengujian pengendalian dan pengujian susbtantif atas transaksi biasanya meliputi
bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian internal yang
diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko. Auditor menggunakan informasi ini
untuk mengembangkan program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi.

Prosedur Audit, Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi, auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
yang dikembangkan.

Karena relatif murah, banyak auditor melaksanakan prosedur analitis substantif pada semua
audit. Auditor mungkin menggunakan data disagregat untuk meningkatkan ketepatan ekspektasi
auditor. Sedangkan untuk merancang prosedur audit pengujian rincian saldo, auditor
menggunakan metodologi yang berorientasi pada tujuan audityang berkaitan dengan saldo.

Keputusan kunci dalam merancang prosedur audit pengujian rincian saldo,auditor harus dapat
mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi suatuentitas. Dan menetapkan
materialitas kinerja dan menilai risiko inheren tersebut. Risiko inheren dinilai dengan
mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah, lingkungan, atauoperasi klien yang menunjukkan
kemungkinan yang besar bahwa salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan
Auditor juga perlu memerlukan memahami prosedur penilaian risiko, prosedur untuk memahami
pengendalian, dan pengujian pengendalian yang dilaksnakan dalam audit pengendalian internal
atas pelaporan keuangan.
Pengujian pengendalian jauh lebih mahal dibandingkan prosedur penilaian risiko auditor karena
luas pengujian yang diperlukan jauh lebih besar untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian
telah beroperasi secara efektif, terutama bila pengujian pengendalian itu melibatkan pelaksanaan
ulang.

Metodologi untuk Merancang Kontrol dan Tes Substantif

Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merencang pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi untuk penerimaan kas seperti yang digunakan untuk
penjualan. Terkait transkaksi,auditor mengikuti proses ini :
 Menentukan pengendalian interntal utama untuk setiap tujuan audit
 Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalaian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan risiko pengendalian

Prosedur Audit
Untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang tercatata telah disetorkan ke rekening bank
merupakan bukti penerimaan kas. Dalam pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat
dalam jurnal penerimaan kas untuk suatu periode tertentu, misalnya satu bulan, direkonsiliasi
dengan setoran actual yang dilakukan ke bank selama periode yang sama. Perbedaan keduanya
mungkin disebabkan oleh setoran dalam perjalanan dan barang- barang lainnya, tetapi
jumlahnya dapat direkonsiliasi dan dibandingkan.

Pendekatan Empat Langkah untuk Merancang Kontrol dan Tes Substantif

Bila auditor memilih lower assessed level of control risk approachmaka ditekankan pada
pengujian pengendalian. Ada beberapa tahap dalam pendekatan ini, yaitu:

1. Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian intern.


2. Merencanakan dan melaksanakan pengujian pengendalian.
3. Menetapkan risiko pengendalian.
4. Melakukan dokumentasi atas penetapan risiko pengendalian.

Metodologi untuk Merancang Tes Saldo – Piutang Usaha

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)


Auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan
manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang
dapat memengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha. Untuk mendapatkan pemahaman
tersebut, auditor juga melaksanakan prosedur analitis pendahuluan yang dapat menunjukkan
kenaikan risiko salah saji piutang usaha.

Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Dalam melakukan tugasnya, auditor pertama-tama akan memutuskan pertimbangan pendahuluan
mengenai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, dan kemudian mengalokasikan
jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang
usaha. Alokasi ini disebut sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.
Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)
Aspek utama yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengendalian internal :
 Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan.
 Pengendalian terhadap pisah batas.
 Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih.

Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas


Transaksi (Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko pengendalian untuk
penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Sedangkan, auditor menggunakan hasil pengujian
substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi yang direncanakan akan
dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)


Sebagian prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian yang terinci dilakukan
setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan
prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya pada
piutang usaha. Hal ini memang harus demikian karena hubungan yang erat antara akun-akun
laporan laba-rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah saji yang mungkin terjadi
dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan prosedur analitis, piutang usaha
mungkin akan mengoffset salah saji itu.

Pendekatan untuk Merancang Tes Rincian Saldo

Dalam merancang pengujian rincian saldo untuk rekening piutang, penting untuk memenuhi 8
(delapan) tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Hal ini disebut tujuan audit rekening piutang
yang berkaitan dengan saldo, terdiri dari :
1. Rekening umur piutang dalam neraca saldo sesuai jumlahnya dengan data asli lainnya,
dan totalnya ditambah dengan benar dan sesuai dengan jurnal buku besar (detail tie-in).
2. Piutang usaha yang dicatat ada (existence).
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (completeness).
4. Piutang usaha sudah akurat (accuracy).
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (classification).
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (cut-off).
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (realizable value).

Membandingkan dan kontras audit terkait transaksi tujuan dan berhubungan dengan
keseimbangan tujuan audit.

Hubungan Antara Lima Istilah Terkait Bukti Utama:


1. Tahapan proses audit.
 Merencanakan dan merancang pendekatan audit.
 Melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.
 Melakukan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo.
 Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.
2. Tujuan audit.
a. Terkait transaksi
 Keberadaan
 Kelengkapan
 Ketepatan
 Klasifikasi
 Waktu
 Posting dan ringkasan
b. Terkait saldo
 Keberadaan
 Kelengkapan
 Ketepatan
 Klasifikasi
 Memotong
 Ikatan detail
 Nilai yang dapat direalisasikan
 Hak dan kewajiban
 Presentasi dan pengungkapan
3. Jenis tes.
 Prosedur untuk memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal
 Pengujian pengendalian
 Pengujian substantif atas transaksi
 Prosedur analitis
 Tes rincian saldo
4. Keputusan bukti.
 Prosedur audit
 Ukuran sampel
 Item yang harus dipilih
 Waktu kinerja
5. Jenis bukti.
 Pemeriksaan fisik
 Konfirmasi
 Dokumentasi
 Prosedur analitis
 Pengamatan
 Pertanyaan klien
 Kinerja ulang
Integrasikan empat fase proses audit

Fase I: Merencanakan dan merancang pendekatan audit.


 Menerima klien dan melakukan perencanaan awal.
 Memahami bisnis dan industri klien.
 Menilai risiko bisnis klien.
 Melakukan prosedur analitis awal.
 Tetapkan materialitas dan nilai dapat diterima
 risiko audit dan risiko yang melekat.
 Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian.
 Kumpulkan informasi untuk menilai risiko penipuan.
 Mengembangkan rencana audit keseluruhan dan program audit

Fase II: Melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.
Auditor melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian sustantif atas transaksi selama fase
II. Tujuannya:
 Memperoleh bukti untuk mendukung pengendalian khusus yang berkontribusi pada
penilaian risiko pengendalian oleh auditor bagi audit laporan keuangan.
 Memperoleh bukti untuk mendukung ketepatan moneter transaksi.

Fase III: Melakukan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo.


(Rendah, Sedang, Tinggi atau tidak diketahui)
 Melakukan prosedur analitis.
 Lakukan pengujian terhadap item-item utama.
 Melakukan pengujian tambahan terhadap rincian saldo.

Fase IV: Selesaikan audit dan keluarkan laporan audit.


 Tinjauan untuk kewajiban kontinjensi.
 Tinjau untuk acara selanjutnya.
 Kumpulkan bukti akhir.
 Evaluasi hasilnya.
 Menerbitkan laporan audit.
 Berkomunikasi dengan komite audit dan manajemen.

Anda mungkin juga menyukai