Anda di halaman 1dari 11

Subtantive Performance

Pengujian substantif merupakan langkah ketiga dari tahap pelaksanaan pemeriksaan. 


Pengujian substantif dalam tahap ini meliputi pengujian substantif atas transaksi ) dan pengujian
substantif tes atas saldo akun/perkiraan serta pengungkapannya dalam laporan keuangan.
Pengujian substantif juga menguji kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi
pemerintahan, kecukupan pengungkapan, efektifitas sistem pengendalian internal, dan kepatuhan
terhadapa peraturan perundang-undangan.
Tahap perencanaan pemeriksaan bertujuan untuk memahami pengendalian internal
entitas pada masing-masing siklus transaksi.  Dalam laporan keuangan pemerintah, ada 3 (tiga)
siklus yang terkait di dalamnya yakni :
 penerimaan
 pengeluaran
 pembiayaan
Program pemeriksaan berisi langkah-langkah yang akan dilakukan pemeriksa untuk
mengumpulkan bukti pemeriksaan yang akan dituangkan dalam KKP.  Berikut ini adalah
beberapa hal yang harus termuat dalam program pemeriksaan yang disusun oleh Ketua Tim
Pemeriksa  :

1. Jenis Pengujian
Harus menentukan terlebih dahulu jenis pengujian yang akan dimuat dalam program
pemeriksaan untuk masing-masing siklus.  Apakah program pemeriksaan ToC untuk
siklus pembiayaan, SToT untuk siklus pendapatan, atau ToDB untuk siklus penerimaan. 
Hal ini penting dilakukan agar anggota tim dapat mengetahui dengan jelas maksud dari
pengumpulan bukti yang akan dilakukan.

2. Tujuan Pemeriksaan
Dalam tujuan pemeriksaan, Ketua Tim harus menentukan terlebih dahulu atribut untuk
masing-masing asersi pengujian.  Misal dalam ToC siklus pembiayaan, untuk asersi
kelengkapan (completeness) maka atribut yang harus diuji adalah prenumbered
document, otorisasi, pemisahan fungsi, dan lain-lain.  Hal ini harus dilakukan agar semua
asersi yang terkait dengan tujuan pemeriksaan dalam masing-masing pengujian (ToC,
SToT, dan ToDB) dapat terpenuhi dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan.

3. Prosedur Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan berisi langkah-langkah spesifik yang akan dilakukan anggota tim
dalam pengumpulan bukti.  Prosedur pemeriksaan disini tidak bersifat kaku.  Ketua Tim
dapat mengubah isi prosedur pemeriksaan ketika fakta di lapangan memang tidak
memungkinkan untuk melakukan prosedur audit yang dimaksud sepanjang tetap
melakukan konsultasi dengan Supervisor.  Hal ini dilakukan sesuai dengan prinsip
auditor yakni  :  “Do what you write and write what you do!”
berkaitan erat dengan jenis bukti audit yang akan diperoleh.  Ada 8 (delapan) jenis bukti
audit yang terdapat dalam buku Auditing dan Jasa Assurance (Arens, 2006) yakni  :

a. Pemeriksaan fisik (physical examination)


b. Konfirmasi (Confirmation)
c. Dokumentasi (Documentation)
d. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)
e. Wawancara dengan klien (Inquiries of The Client)
f. Rekalkulasi (Recalculation)
g. Pelaksanaan ulang (Reperformance)
h. Observasi (Observation).

Untuk mendapatkan bukti-bukti seperti disebutkan di atas, maka program pemeriksaan


harus memuat perintah-perintah yang spesifik.  Hindari kata kerja seperti “Periksa”,
“Yakinkan”, “Teliti” dan kata-kata kerja umum lainnya.  Sebaliknya gunakan kata kerja
spesifik seperti “Examine“, “Vouching”, “Calculate”, dan lain sebagainya.  Hal ini perlu
dilakukan untuk memudahkan anggota tim melakukan pengumpulan bukti sesuai dengan
tujuan dan asersi pemeriksaan yang ditulis dalam program pemeriksaan.

4. Ukuran sampel
Tidak semua program pemeriksaan dapat dilakukan dengan mengumpulkan sampel. 
Untuk teknik pemeriksaan yang berkaitan dengan “observasi” tentu saja sampling tidak
dapat dilakukan.  Untuk kategori program pemeriksaan seperti ini, pemeriksa dapat
membubuhkan kata “N/A” (not applicable) di dalam KKP. Untuk program audit yang
membutuhkan sampel, maka pencantuman ukuran sampel dalam program pemeriksaan
menjadi penting.  Seberapa besar dan seberapa jauh pemeriksaan yang seharusnya
dilakukan akan sangat membantu anggota tim dalam menentukan batas jumlah sampel
yang diperlukan guna mendukung penerbitan opini di akhir pemeriksaan (reliable).

5. Cara Sampling
Selain ukuran sampel, cara sampling pun penting untuk dicantumkan dalam program
pemeriksaan.  Pemilihan sampel dapat dilakukan secara probabilistik dan
nonprobabilistik, kemudian statistik dan nonstatistik.  Masing-masing cara memiliki jenis
sampling yang berbeda-beda pula. Ketika metode sampling ini telah ditentukan dan
dicantumkan dalam program pemeriksaan oleh Ketua Tim, maka anggota tim pun akan
dapat melakukan sampling dengan mudah.

6. Timeline
Penetapan waktu pengumpulan bukti pun dicantumkan dalam program pemeriksaan. 
Kita mengenal ada 2 (dua) jenis pelaporan keuangan yakni before balancing date dan
after balancing date.  Dalam audit bisnis, sebuah perusahaan dimungkinkan untuk
menerbitkan in-house report, yakni laporan keuangan (biasannya Neraca dan Laporan
Laba Rugi) yang terbit dua minggu setelah tanggal 1 Januari.  Bahkan ada pula laporan
audit yang terbit bersamaan dengan terbitnya laporan keuangan.  Kejadian yang terakhir
ini sering disebut dengan hard-close audit.  Hal-hal seperti inilah yang membuat timeline
menjadi hal penting dalam pelaksanaan pemeriksaan.  Apakah anggota tim dimungkinkan
untuk mengumpulkan bukti sebelum tanggal tutup buku ataukah setelah tanggal tutup
buku (ketika laporan keuangan diterima oleh pemeriksa). Ada dua jenis format
penyusunan program audit, yakni Design Format dan Performace Format.  Design
Format memungkinkan program pemeriksaan disusun berdasarkan asersi pemeriksaan,
sedangkan Performance Format memungkinkan program pemeriksaan disusun
berdasarkan tujuan pemeriksaan. 

pre audit procedure and analytical procedure


Prosedur pra-audit mengacu pada langkah-langkah awal yang dilakukan oleh auditor sebelum
melakukan audit. Prosedur ini termasuk yang berikut:

1. Memahami bisnis dan industri klien: Auditor harus memperoleh pemahaman menyeluruh
tentang bisnis dan industri klien, termasuk operasi, produk atau layanan, kondisi pasar, pesaing,
dan lingkungan peraturan.

2. Menilai risiko salah saji material: Auditor harus mengevaluasi risiko salah saji material dalam
laporan keuangan klien, termasuk risiko kecurangan.

3. Mengembangkan rencana audit: Berdasarkan pemahaman tentang bisnis klien dan risiko yang
dinilai, auditor harus mengembangkan rencana audit yang menguraikan sifat, saat, dan luas
prosedur audit yang akan dilaksanakan.

Prosedur analitis, di sisi lain, digunakan oleh auditor selama audit untuk mengevaluasi informasi
keuangan dengan menganalisis hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan non-
keuangan. Prosedur ini termasuk yang berikut:

1. Perbandingan informasi keuangan: Auditor membandingkan informasi keuangan tahun


berjalan dengan informasi keuangan tahun sebelumnya untuk mengidentifikasi perbedaan atau
perubahan yang signifikan.

2. Perbandingan informasi keuangan dengan data industri: Auditor membandingkan informasi


keuangan klien dengan data industri untuk mengidentifikasi perbedaan atau perubahan yang
signifikan.

3. Analisis rasio: Auditor menggunakan analisis rasio untuk mengevaluasi hubungan antara pos-
pos laporan keuangan, seperti aset lancar dengan kewajiban lancar, atau laba bersih dengan total
aset.

4. Analisis tren: Auditor menggunakan analisis tren untuk mengevaluasi perubahan informasi
keuangan dari waktu ke waktu, seperti perubahan pendapatan atau beban.

5. Pengujian kewajaran: Auditor menggunakan pengujian kewajaran untuk mengevaluasi


kemungkinan informasi keuangan, dengan membandingkannya dengan sumber informasi atau
pembanding lainnya.
Prosedur analitis digunakan oleh auditor sebagai sarana untuk mengumpulkan bukti audit dan
menilai risiko salah saji material. Mereka juga dapat digunakan sebagai prosedur substantif
untuk memberikan bukti tentang asersi laporan keuangan tertentu.

Prosedur pra-audit penting karena membantu auditor memahami bisnis dan industri klien,
mengidentifikasi bidang risiko potensial, dan mengembangkan rencana audit yang tepat. Auditor
perlu memahami operasi, produk atau jasa klien, dan lingkungan ekonomi tempat klien
beroperasi. Pemahaman ini membantu auditor mengidentifikasi area risiko yang dapat
berdampak pada laporan keuangan.

Penilaian risiko salah saji material merupakan komponen kunci dari prosedur pra-audit. Auditor
perlu mengevaluasi risiko salah saji material karena kesalahan atau kecurangan dalam laporan
keuangan. Penilaian ini membantu auditor mengembangkan rencana audit yang tepat dengan
berfokus pada bidang risiko yang lebih tinggi.

Mengembangkan rencana audit juga merupakan prosedur pra-audit yang penting. Berdasarkan
pemahaman tentang bisnis klien dan risiko yang dinilai, auditor perlu mengembangkan rencana
audit terperinci yang menguraikan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan dilaksanakan.
Rencana audit harus dirancang untuk memperoleh bukti audit yang cukup untuk mendukung
opini auditor atas laporan keuangan.

Prosedur analitis digunakan oleh auditor selama audit untuk mengevaluasi informasi keuangan.
Prosedur ini melibatkan penggunaan perbandingan, analisis rasio, analisis tren, dan pengujian
kewajaran untuk mengidentifikasi potensi kesalahan atau salah saji dalam laporan keuangan.
Prosedur analitik dapat digunakan sebagai prosedur substantif untuk memberikan bukti tentang
asersi laporan keuangan tertentu, atau dapat digunakan sebagai prosedur penilaian risiko untuk
mengidentifikasi area risiko potensial.

Prosedur analitis dapat dilakukan pada berbagai tahap audit, termasuk selama perencanaan,
pengujian sementara, dan tinjauan akhir. Sebagai contoh, selama perencanaan, auditor dapat
melakukan prosedur analitis untuk mengidentifikasi area risiko potensial dan mengembangkan
rencana audit yang tepat. Selama pengujian interim, auditor dapat melaksanakan prosedur
analitis untuk memperoleh bukti tentang asersi laporan keuangan tertentu. Terakhir, selama reviu
terakhir, auditor dapat menggunakan prosedur analitis untuk mengevaluasi kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan.

Singkatnya, prosedur pra-audit dan prosedur analitis merupakan komponen penting dari proses
audit. Prosedur pra-audit membantu auditor memahami bisnis dan industri klien, menilai risiko
salah saji material, dan mengembangkan rencana audit yang tepat. Prosedur analitis digunakan
oleh auditor untuk mengevaluasi informasi keuangan dan mengidentifikasi potensi kesalahan
atau salah saji dalam laporan keuangan. Dengan menggunakan prosedur praaudit dan prosedur
analitik secara bersamaan, auditor dapat memperoleh bukti audit yang cukup untuk mendukung
pendapatnya atas laporan keuangan.

balance details test


Pengujian perincian saldo adalah prosedur yang digunakan oleh auditor untuk menguji
keakuratan dan kelengkapan saldo akun dalam laporan keuangan. Prosedur ini melibatkan
pemilihan sampel transaksi individual atau item yang membentuk saldo dan mengujinya untuk
memastikan keakuratan dan kelengkapannya.Prosedur pengujian detail saldo biasanya
melibatkan langkah-langkah berikut:

1. Menentukan populasi yang akan diuji: Auditor perlu mengidentifikasi saldo akun tertentu
yang akan diuji, serta transaksi individual atau pos yang membentuk saldo tersebut.

2. Pilih sampel transaksi atau item: Auditor perlu memilih sampel transaksi atau item individual
dari populasi yang akan diuji. Sampel harus mewakili populasi dan harus dipilih menggunakan
metode sampling statistik yang sesuai.

3. Menguji transaksi atau item yang dipilih: Auditor perlu menguji transaksi atau item yang
dipilih untuk memastikan keakuratan dan kelengkapannya. Ini mungkin melibatkan meninjau
dokumentasi pendukung, melakukan perhitungan, dan memverifikasi bahwa transaksi atau item
telah dicatat dengan benar.

4. Evaluasi hasil: Auditor perlu mengevaluasi hasil pengujian untuk menentukan apakah saldo
akun sudah akurat dan lengkap. Jika kesalahan atau kelalaian teridentifikasi, auditor mungkin
perlu memperluas pengujian untuk mengidentifikasi kesalahan atau kelalaian tambahan.

5. Mendokumentasikan pengujian: Auditor perlu mendokumentasikan prosedur yang dilakukan,


hasil pengujian, dan setiap masalah atau pengecualian yang teridentifikasi selama pengujian.

Pengujian perincian saldo merupakan prosedur penting dalam proses audit karena membantu
auditor memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung pendapatnya atas laporan keuangan.
Dengan menguji setiap transaksi atau pos yang membentuk saldo akun, auditor dapat
mengidentifikasi kesalahan atau kelalaian yang dapat memengaruhi keakuratan dan kelengkapan
laporan keuangan.Selain pengujian perincian saldo, auditor juga dapat melakukan prosedur
substantif lainnya, seperti prosedur analitis, untuk memperoleh bukti tentang saldo akun.
Prosedur analitis melibatkan evaluasi hubungan antara pos-pos laporan keuangan dan dapat
memberikan jaminan tingkat tinggi tentang keakuratan saldo akun.
Penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan mengacu pada bagaimana informasi
keuangan disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Penting bahwa informasi
keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) sehingga jelas,
ringkas, dan dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan.

Penyajian informasi keuangan meliputi format, struktur, dan klasifikasi laporan keuangan.
Misalnya, neraca harus menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam format yang jelas dan
mudah dipahami. Laporan laba rugi harus menyajikan pendapatan dan pengeluaran dengan cara
yang memungkinkan pengguna untuk memahami profitabilitas bisnis.Pengungkapan mengacu
pada catatan atas laporan keuangan yang memberikan informasi tambahan tentang laporan
keuangan. Informasi ini dapat mencakup kebijakan akuntansi, estimasi akuntansi signifikan,
kontinjensi, dan informasi lain yang relevan bagi pengguna laporan keuangan.

Penyajian dan pengungkapan informasi keuangan penting karena memberikan pengguna laporan
keuangan informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan tentang bisnis. Merupakan
tanggung jawab manajemen untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan sesuai dengan
GAAP dan semua pengungkapan yang diperlukan telah dilakukan. Peran auditor adalah
mengevaluasi penyajian dan pengungkapan informasi keuangan untuk memastikan bahwa
informasi tersebut sesuai dengan GAAP dan memberikan pemahaman yang jelas kepada
pengguna tentang posisi keuangan dan kinerja bisnis.

Singkatnya, penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan aspek penting dari
proses audit. Pengujian perincian saldo adalah prosedur yang digunakan oleh auditor untuk
menguji keakuratan dan kelengkapan saldo akun dalam laporan keuangan, sedangkan penyajian
dan pengungkapan berkaitan dengan bagaimana informasi keuangan disajikan dan diungkapkan
dalam laporan keuangan. Dengan melakukan prosedur tersebut, auditor dapat memperoleh bukti
yang cukup untuk mendukung pendapatnya atas laporan keuangan dan memberikan keyakinan
kepada pengguna laporan keuangan.
presentastion and disclosure in financial report
Penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan mengacu pada bagaimana informasi
keuangan disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Penting bahwa informasi
keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) sehingga jelas,
ringkas, dan dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan.Penyajian informasi keuangan
meliputi format, struktur, dan klasifikasi laporan keuangan. Misalnya, neraca harus menyajikan
aset, kewajiban, dan ekuitas dalam format yang jelas dan mudah dipahami. Laporan laba rugi
harus menyajikan pendapatan dan pengeluaran dengan cara yang memungkinkan pengguna
untuk memahami profitabilitas bisnis.

Pengungkapan mengacu pada catatan atas laporan keuangan yang memberikan informasi
tambahan tentang laporan keuangan. Informasi ini dapat mencakup kebijakan akuntansi, estimasi
akuntansi signifikan, kontinjensi, dan informasi lain yang relevan bagi pengguna laporan
keuangan.Tujuan penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi yang dibutuhkan pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan
yang tepat tentang bisnis. Merupakan tanggung jawab manajemen untuk memastikan bahwa
laporan keuangan disajikan sesuai dengan GAAP dan semua pengungkapan yang diperlukan
telah dilakukan.

Sebagai bagian dari proses audit, auditor diharuskan untuk mengevaluasi penyajian dan
pengungkapan informasi keuangan untuk memastikan bahwa informasi tersebut sesuai dengan
GAAP dan memberikan pemahaman yang jelas kepada pengguna tentang posisi keuangan dan
kinerja bisnis. Auditor juga dapat melaksanakan prosedur tambahan untuk mengevaluasi
kelengkapan dan keakuratan informasi yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan.

Singkatnya, penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan aspek penting dari
proses audit. Merupakan tanggung jawab manajemen untuk memastikan bahwa informasi
keuangan disajikan sesuai dengan GAAP dan semua pengungkapan yang diperlukan telah
dilakukan. Peran auditor adalah mengevaluasi penyajian dan pengungkapan informasi keuangan
untuk memastikan bahwa informasi tersebut sesuai dengan GAAP dan memberikan pemahaman
yang jelas kepada pengguna tentang posisi keuangan dan kinerja bisnis. Dengan melakukan
prosedur tersebut, auditor dapat memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan bahwa
informasi yang disajikan dan diungkapkan adalah akurat, lengkap, dan sesuai dengan GAAP.
berikut adalah beberapa informasi tambahan tentang penyajian dan pengungkapan dalam laporan
keuangan:

Penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan aspek penting dari pelaporan
keuangan karena membantu memastikan bahwa informasi keuangan disajikan dengan cara yang
jelas, ringkas, dan mudah dipahami. Penyajian informasi keuangan melibatkan format, struktur,
dan klasifikasi laporan keuangan, sedangkan pengungkapan melibatkan informasi tambahan
yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.Penyajian informasi keuangan penting
karena memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk memahami posisi keuangan dan
kinerja bisnis. Misalnya, neraca menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas bisnis, sedangkan
laporan laba rugi menyajikan pendapatan dan beban. Penyajian informasi ini harus jelas dan
ringkas sehingga pengguna dapat dengan mudah memahami posisi keuangan dan kinerja bisnis.

Pengungkapan juga penting karena memberikan informasi tambahan tentang laporan keuangan
yang relevan bagi pengguna. Informasi ini dapat mencakup kebijakan akuntansi, estimasi
akuntansi signifikan, kontinjensi, dan informasi lain yang relevan bagi pengguna laporan
keuangan. Pengungkapan membantu memastikan bahwa pengguna memiliki pemahaman
lengkap tentang posisi keuangan dan kinerja bisnis.Sebagai bagian dari proses audit, auditor
bertanggung jawab untuk mengevaluasi penyajian dan pengungkapan informasi keuangan. Ini
melibatkan peninjauan laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan untuk memastikan
bahwa mereka mematuhi GAAP dan bahwa semua pengungkapan yang diperlukan telah
dilakukan. Auditor juga dapat melakukan prosedur tambahan untuk mengevaluasi.

penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan mengacu pada bagaimana informasi
keuangan disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Tujuannya adalah untuk
memberikan informasi yang jelas, ringkas, dan dapat dipahami kepada para pengguna laporan
keuangan.Penyajian informasi keuangan meliputi format, struktur, dan klasifikasi laporan
keuangan. Misalnya, neraca harus menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam format yang
jelas dan logis, dengan subtotal dan total yang sesuai. Laporan laba rugi harus menyajikan
pendapatan dan pengeluaran dengan cara yang memungkinkan pengguna untuk memahami
profitabilitas bisnis.

Pengungkapan informasi keuangan mencakup catatan atas laporan keuangan yang memberikan
informasi tambahan tentang laporan keuangan tersebut. Informasi ini dapat mencakup rincian
tentang kebijakan akuntansi signifikan, estimasi akuntansi signifikan, kontinjensi, transaksi pihak
berelasi, dan informasi lain yang relevan bagi pengguna laporan keuangan.Tujuan penyajian dan
pengungkapan dalam laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan
pengguna untuk membuat keputusan yang tepat tentang bisnis. Penting bahwa informasi yang
disajikan dan diungkapkan akurat, lengkap, dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum (GAAP).

Sebagai bagian dari proses audit, auditor diharuskan untuk mengevaluasi penyajian dan
pengungkapan informasi keuangan untuk memastikan bahwa informasi tersebut sesuai dengan
GAAP dan memberikan pemahaman yang jelas kepada pengguna tentang posisi keuangan dan
kinerja bisnis. Auditor juga dapat melaksanakan prosedur tambahan untuk mengevaluasi
kelengkapan dan keakuratan informasi yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan,
seperti penelaahan dokumentasi pendukung, perolehan konfirmasi dari pihak ketiga, dan
pelaksanaan prosedur analitis.

Selain itu, auditor diharuskan untuk mengeluarkan pendapat tentang apakah laporan keuangan
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan GAAP. Pendapat ini
memberikan jaminan kepada pengguna bahwa laporan keuangan dapat diandalkan dan dapat
digunakan untuk membuat keputusan yang tepat tentang bisnis.Secara keseluruhan, penyajian
dan pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan aspek penting dalam proses audit. Ini
memastikan bahwa informasi keuangan disajikan dengan cara yang jelas dan dapat dipahami dan
bahwa pengguna laporan keuangan memiliki akses ke semua informasi yang relevan. Dengan
mengevaluasi penyajian dan pengungkapan informasi keuangan, auditor dapat memberikan
jaminan kepada pengguna laporan keuangan bahwa informasi yang disajikan dapat diandalkan
dan sesuai dengan GAAP.

berikut adalah beberapa poin tambahan yang perlu diperhatikan terkait penyajian dan
pengungkapan dalam laporan keuangan:

1. Persyaratan penyajian dan pengungkapan dapat bervariasi berdasarkan sifat bisnis dan industri
yang dijalankannya. Misalnya, perusahaan manufaktur mungkin memiliki persyaratan
pengungkapan yang berbeda dari bisnis berbasis jasa.

2. Persyaratan penyajian dan pengungkapan juga dapat bervariasi berdasarkan ukuran bisnis.
Misalnya, bisnis yang lebih kecil mungkin memiliki persyaratan pengungkapan yang kurang luas
dibandingkan dengan bisnis yang lebih besar.

3. Selain laporan keuangan, informasi lain dapat disertakan dalam laporan tahunan, seperti
pembahasan dan analisis manajemen, yang menyediakan analisis atas hasil keuangan dan
indikator kinerja utama lainnya.
4. Tanggung jawab auditor atas penyajian dan pengungkapan melampaui laporan keuangan itu
sendiri. Auditor juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi lain yang
dimasukkan dalam laporan tahunan konsisten dengan laporan keuangan dan bebas dari salah saji
material.

5. Auditor juga dapat mengevaluasi kecukupan pengungkapan yang dibuat oleh manajemen
mengenai risiko signifikan dan ketidakpastian yang dihadapi bisnis. Ini mungkin termasuk
mengevaluasi kecukupan pengungkapan yang terkait dengan risiko seperti keamanan dunia
maya, kepatuhan hukum dan peraturan, dan risiko lingkungan.

6. Selain mengevaluasi penyajian dan pengungkapan informasi keuangan, auditor juga dapat
mengevaluasi pengendalian internal atas pelaporan keuangan untuk memastikan bahwa laporan
keuangan dapat diandalkan. Evaluasi ini mencakup pengujian desain dan efektivitas
pengoperasian pengendalian internal, seperti pemisahan tugas, dan penelaahan dokumentasi
internal.

Penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan sangat penting karena membantu
pengguna laporan keuangan membuat keputusan tentang bisnis. Laporan keuangan harus
disajikan dengan cara yang jelas dan dapat dipahami, dan semua informasi yang relevan harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.Misalnya, neraca harus menyajikan aset,
kewajiban, dan ekuitas dalam format yang bermakna dan logis. Aset harus dicantumkan dalam
urutan likuiditas, dan kewajiban harus disajikan dalam urutan jatuh tempo. Laporan laba rugi
harus menyajikan pendapatan dan pengeluaran dengan cara yang memungkinkan pengguna
untuk memahami profitabilitas bisnis.

Catatan atas laporan keuangan harus memberikan informasi tambahan yang relevan bagi
pengguna laporan keuangan. Informasi ini dapat mencakup kebijakan akuntansi signifikan,
estimasi akuntansi signifikan, kontinjensi, transaksi pihak berelasi, dan informasi lain yang
penting bagi pengguna untuk memahami laporan keuangan.Sebagai bagian dari proses audit,
auditor diharuskan untuk mengevaluasi penyajian dan pengungkapan informasi keuangan untuk
memastikan bahwa informasi tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(GAAP) dan memberikan pemahaman yang jelas kepada pengguna tentang posisi dan kinerja
keuangan. bisnis. Auditor juga dapat melakukan prosedur tambahan untuk mengevaluasi
kelengkapan dan keakuratan informasi yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan,
seperti penelaahan dokumentasi pendukung, perolehan konfirmasi dari pihak ketiga, dan
pelaksanaan prosedur analitis.

Laporan auditor memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan bahwa laporan
keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan GAAP.
Pendapat ini merupakan komponen kunci dari laporan audit dan memberikan keyakinan kepada
pengguna bahwa laporan keuangan dapat diandalkan dan dapat digunakan untuk membuat
keputusan yang tepat tentang bisnis.Selain peran auditor dalam mengevaluasi penyajian dan
pengungkapan informasi keuangan, manajemen juga memiliki tanggung jawab untuk
memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dan sesuai dengan GAAP. Ini
termasuk memastikan bahwa semua pengungkapan yang diperlukan dibuat dalam catatan atas
laporan keuangan.

Secara keseluruhan, penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan aspek
penting dalam proses audit. Ini membantu memastikan bahwa informasi keuangan disajikan
dengan cara yang jelas dan dapat dipahami, bahwa semua informasi yang relevan diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan, dan bahwa pengguna laporan keuangan memiliki
keyakinan atas keandalan informasi yang disajikan.

Anda mungkin juga menyukai