Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUME

Mata Kuliah Sistem Pengendalian Internal


(Tahapan dalam Perencanaan Internal Audit)

Dosen Pengampu :
Nurul Lathifah, S.A., M.A.

Oleh :
Jauharul Qalbi (08020220067)
Akuntansi 6A

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
A. Pengertian Perencanaan Audit
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan
lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup dan saat perencanaan bervariasi dengan
ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan
tentang bisnis entitas. Menurut Standar pekerjaan lapangan yang pertama (IAPI,
2011:310.1) berbunyi sebagai berikut: “Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya
dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya”. Sedangkan menurut
Sukrisno Agoes (2012) menjelaskan bahwa perencanaan dan supervisi akan
berlangsung selama proses audit berlangsung dan auditor sebagai penanggung jawab
atas proses audit, serta jika diperlukan asisten maka perlu pelatihan terlebih dahulu.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan itu harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya dan auditor menjadi penanggung jawab atas audit
yang dilakukannya dan jika auditor memerlukan asisten maka harus dilatih terlebih
dahulu dalam kantor akuntannya.
Tahapan Perencanaan Audit dan perancangan pendekatan audit menurut Arens et al.
(2015) terdiri dari delapan bagian/ tahapan, yaitu:
1. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal
Perencanaan audit awal harus memiliki empat hal yang perlu dilakukan terlebih
dahulu dalam proses audit:
 Auditor memutuskan akan menerima klien baru atau melanjutkan klien lama
untuk dilakukan audit (membuat perikatan baru atau perikatan lama)
 Auditor akan mengidentifikasi mengapa klien menginginkan untuk dilakukan
audit, karena informasi ini akan mempengaruhi bagian dari proses perencanaan
selanjutnya.
 Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, auditor harus memenuhi syarat-
syarat penugasan yang ditetapkan oleh klien. Menurut standar audit memahami
klien merupakan syarat bahwa auditor harus mendokumentasikan
pemahamannya dengan klien dalam surat penugasan (engagement letter)
termasuk dalam tujuan penugasan, tanggung jawab auditor dan manajemen,
mengidentifikasi kerangka kerja laporan keuangan yang digunakan oleh
manajemen perusahaan, dan batasanbatasan penugasan.
 Auditor akan mengembangkan strategi audit secara keseluruhan dengan
membentuk tim atau orang-orang yang memiliki keahlian khusus dibidangnya.
2. Memahami bisnis dan industri klien
Standar auditing terdapat prinsip dasar didalamnya yang menyatakan bahwa
“Auditor mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material, apakah karena
kecurangan atau kesalahan, berdasarkan pemahaman tentang entitas dan lingkungannya,
termasuk dalam pengendalian internal entitas”.
3. Menilai risiko bisnis klien
Auditor akan memeriksa dan memahami strategi bisnis yang telah dijalankan
oleh klien dan auditor akan menilai apakah ada risiko yang mungkin terjadi dalam
bisnis klien tersebut, jika memang ada risiko dalam bisnis tersebut maka dapat
dipastikan bahwa bisnis yang dilakukan oleh klien tersebut mengalami kegagalan dalam
pencapaian tujuan perusahaan. Risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan
merupakan perhatian utama dalam menilai risiko bisnis klien.
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
Standar audit mensyaratkan penggunaan prosedur analitis untuk tujuan prosedur
analitis awal dan prosedur analitis akhir. Prosedur analitis ini juga berguna untuk
mengumpulkan bukti substantif karena keefektivan dalam mendeteksi kemungkinan
salah saji yang material. Melakukan posedur analitis selama tahap perencanaan audit
adalah bagian terpenting dari pelaksanaan audit yang efisien dan efektif.
5. Menetapkan materialitas, dan menilai risiko audit yang dapat diterima
serta risiko intern
 Menentukan tingkat materialitas awal
Materialitas merupakan besarnya informasi yang terjadi apabila adanya
penghilangan atau pengurangan yang dapat mempengaruhi pengguna laporan
keuangan dalam mengambil keputusan. Tingkat materialitas semakin rendah
maka jumlah bukti yang diperlukan yang diperlukan semakin besar, dan semakin
besar saldo akun maka semakin besar juga jumlah bukti yang diperlukan.
Tahapan dalam menentukan tingkat materialitas awal dengan cara melihat
tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo akun.
 Mempertimbangkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan
Risiko audit merupakan resiko yang mugkin terjadi selama melakukan audit
laporan keuangan, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas
suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti
auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang
terjadi.
6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
Setiap pengendalian internal dirancang oleh auditor untuk mencegah atau
mendeteksi terjadinya salah saji yang material dalam laporan keuangan. Lingkungan
pengendalian terdiri dari tindakan yang mencerminkan sikap manajemen secara
keseluruhan mengenai pengendalian internal serta arti pentingnya bagi entitas tersebut.
Lingkungan pengendalian merupakan komponen pengendalian internal yang terdapat
empat proses didalamnya, yaitu: penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan
komunikasi, serta pemantauan.
7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
Auditor harus mulai mengumpulkan informasi untuk menilai adanya risiko
kecurangan selama perencanaan audit berlangsung dan memperbarui penilaian tersebut
selama proses audit berlangsung. Informasi yang terdapat dalam penilaian risiko
kecurangan dapat ditemukan saat auditor melakukan kunjungan ke perusahaan klien
serta mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait didalamnya.
8. Mengembangkan strategi audit dan program audit secara keseluruhan
Dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi,
auditor dapat memilih strategi audit awal:
 Primarily subtantive approach
Pada strategi ini, auditor lebih mengutamakan pengujian substantive daripada
pengujian pengendalian. Auditor relative lebih sedikit melakukan prosedur
untuk memperoleh pemahaman struktur pengedalian intern klien. Strategi ini
lebih banyak digunakan dalam audit yang pertama kali daripada atas klien lama.
 Lower assessed level of control risk approach
Auditor lebih mengutamakan pengujian pengendalian daripada pengujian
substantive pada strategi ini. Hal ini bukan berarti auditor sama sekali tidak
melakukan pengujian substantive. Auditor tetap melakukan pengujian
substantive meskipun tidak se-ekstensif pada Primarily substantive approach.
Auditor lebih banyak melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman
mengenai struktur pengendalian intern klien. Strategi ini lebih banyak digunakan
dalam audit atas klien lama daripada audit yang pertama kali atas klien baru.
B. Tahapan Penyusunan Audit Program
 Pengertian PKA
Dalam setiap penugasan audit, auditor harus menyusun rencana audit.
Rencana audit dimaksudkan untuk menjamin bahwa tujuan audit tercapai
secara berkualitas, ekonomis, efisien dan efektif. Dalam merencanakan
auditnya, auditor menetapkan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan
alokasi sumber daya. Salah satu dokumen perencanaan audit adalah
program kerja audit. Program Kerja Audit (PKA) merupakan rancangan
prosedur dan teknik audit yang disusun secara sistematis yang harus
diikuti/dilaksanakan oleh auditor dalam kegiatan audit untuk mencapai
tujuan audit. PKA disusun setelah auditor memperoleh pemahaman yang
cukup tentang tujuan audit. PKA akan menjadi guidance bagi auditor.
 Tujuan dan Manfaat PKA
Penyusunan PKA mempunyai tujuan dan manfaat sebagai berikut:
1. Sarana pemberian tugas kepada tim audit.
2. Sarana pengawasan pelaksanaan audit secara berjenjang mulai
dari ketua tim sampai dengan pengendali mutu.
3. Pedoman kerja/pegangan bagi auditor.
4. Landasan untuk membuat ikhtisar/ringkasan hasil audit.
5. Sarana untuk mengawasi mutu audit.
 Prosedur Penyusunan Lagkah Kerja Audit
1. Identifikasi Kegiatan/program Yang Akan Diaudit
Kegiatan/program yang akan diaudit merupakan adalah bagian
nyata dari objek audit sesuai jenis auditnya dan biasanya terurai
di dokumen anggaran (DIPA/DPA). Sebagai contoh: Audit
Kinerja atas Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Kegiatannya sesuai dokumen DIPA adalah “Pengadaan
Komputer”.
2. Identifikasi Tujuan Audit Tujuan audit yang akan diidentifikasi
harus sesuai dengan jenis auditnya. Sesuai contoh yang
digunakan adalah audit kinerja atas “Pengadaan Komputer”.
Audit kinerja merupakan audit atas pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah yang terdiri atas audit aspek ekonomi,
efisiensi, dan audit aspek efektifitas (3E). Sehingga tujuan audit
kinerja adalah meyakini pemenuhan aspek 3E. Auditor harus
mengidentifikasi bukti/dokumen terkait dengan proses kegiatan
Pengadaan computer yang menjadi ejawantah dari pemenuhan
3E.
3. Identifikasi Langkah Kerja Audit 1. Identifkasi Bukti Audit yang
akan dikumpulkan dari auditi dan atau disusun oleh auditor.
Auditor dapat mulai menyusun langkah kerja audit dengan tujuan pemenuhan
aspek ekonomi.
a) Bukti dikumpulkan dari audit
 Dokumen pengumuman perencanaan umum pengadaan (RUP),
Berita Acara Kaji Ulang RUP, HPS dan pengumuman lelang
 Dokumen pengadaan (terutama terkait persyaratan penyedia BJ)
b) Bukti yang disusun oleh auditor
 Perbandingan antara item dalam RUP, HPS, persyaratan penyedia
dengan ketentuan di Perpres 54/2010 2)
 Wawancara dengan pihak pelaku PBJ
c) Identifikasi Pihak Yang Akan Dihubungi Untuk Memperoleh Bukti
Audit: Pelaku PBJ yang terkait dengan pemenuhan aspek ekonomi
adalah PA/KPA, PPK dan ULP
d) Identifikasi Teknik Audit Yang Akan Digunakan
Teknik audit yang akan digunakan untuk memperoleh dan atau
menyusun bukti audit tersebut adalah:
 Pembandingan
 Analisis
 Permintaan keterangan
e) Gabung dan susun yang ada di langkah 1, 2 dan 3 dalam kalimat
perintah. Setelah langkah 1, 2 dan 3 dapat dipenuhi, auditor harus
meramu dan menyusunnya dalam kalimat perintah sebagai berikut:
 Minta dokumen RUP dan BA kaji ulang RUP ke PA/KPA
 Minta dokumen HPS ke PPK
 Minta dokumen pengadaan ke ULP
 Lakukan pembandingan item-item yang ada dalam paket
pengadaan, HPS dan dokumen pengadaan (terkait persyaratan
penyedia BJ) dengan ketentuan Perpres 54/2010
 Lakukan analisis perbedaan dari hasil pembandingan
 Lakukan wawancara kepada PA/KPA, PPK dan ULP
 Simpulkan hasil langkah kerja audit diatas.

C. Control Self Assessment


Control Self Assessment merupakan suatu pendekatan yang diterapkan
olehinternal auditor didalam perusahaan denga melibatkan seluruh elemen. Jika ditinjau
dari maknanya:
 Control adalah kerangka kerja terintegrasi secara luas yang
mempertimbangkansemua faktor internal utama yang mempengaruhi pencapaian
tujuan-tujuan organisasi.Lingkupnya cenderung holistik atau sistemik.
 Self dalam self-assessment adalah criteria fundamental untuk CSA. Kata
inimembedakan CSA dan audit lainnya. Seorang auditor dianggap
memilikipengetahuan dan keahlia yang memadai untuk secara independen
membentukpenentuan resiko yang akurat atas control. CSA memiliki pendapat
yang berlawananyaitu lingkup control terlalu luas dan perubahan berlangsung
terlalu cepat sehinggauntuk membentuk penentuan resiko yang akurat mengenai
control saat inimembutuhkan semua pengetahuan dan keahlian orang yang
melakukan tugastersebut.
 Assessment adalah istilah yang lebih akurat dibandingkan pengukuran
untukmengartikan evaluasi control. Begitu banyak faktor yang akan
mempengaruhi hasilkerja keras organisasi yang ketepatan matematis tidak bisa
dihindari akanmenghasilkan intuisi dan pertimbangan. Bahkan perangkat
penentuan resiko yangpaling baik sekalipun tergantung pada pelaksana
pertimbangan yang subjektif,kadang-kadang dari satu atau dua orang. CSA
menghindari resiko yang terkaitan dengan subjektivitas dengan mengumpulkan
opini subjektif dari banyak pengamat yang berbeda, biasanya dalam kelompok,
guna mengidentifikasi pola-pola umum sebelum sampai pada pertimbangan.

Berdasarkan hal-hal tersebut, CSA bisa digambarkan sebagai berikut:


Control Self Assessment merupakan sebuah proses dimana tim karyawan
danmanajemen, di tingkat lokal dan eksekutif, terus-menerus menjaga kesadaran
semuafaktor material yang cenderung memengaruhi pencapaian tujuan organisasi,
sehinggamemungkinkan mereka membuat penyesuaian-penyesuaian yang tepat. Untuk
meningkatkan independensi, objektivitas dan kualitas dalam proses tersebut. Serta
tatakelola yang efektif, maka diharapkan auditor internal terlibat dalam proses tersebut
danbahwa mereka secara independen melaporkan hasil-hasilnya ke manajemen senior
dan dewan komisaris.

Daftar Pustaka

Kamal,M.
https://pusdiklatwas.bpkp.go.id/asset/files/post/a_74/Teknik_penyusunan_PKA.pdf
Novitasari,M. https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16436/05.2%20bab
%202.pdf?sequence=6&isAllowed=y
Martias A, Isador A, Rais A, Wijayanti R dan Novari R. 2022. Peran Auditor
Internal Pada Control Self Assesment Bidang Material Planning Perusahaan Otomotif
PT. Alkha. Jurnal 2nd Basic and Applied Science Conference (BASC) Vol.2022

Anda mungkin juga menyukai