Disusun Oleh :
1. Devi Mardiah (2003031009)
2. Eko Suwarno (2003031016)
3. Nurlayla Kholiza (2003031033)
4. Sulis Qurrota Aini Arafah (2003030031)
BAB
PEMBAHASAN
Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan pada saat
pekerjaan harus dilaksanakan yaitu membuat suatu program audit secara tertulis (satu set
program audit tertulis) untuk setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci
prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.
Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan keadaan.
Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan terjadinya perubahan
prosedur audit yang telah direncanakan tersebut.
Auditor harus mempertimbangkan apakah suatu keahlian khusus diperlukan, seperti dalam
mempertimbangkan dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk memahami
pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk merancang dan melaksakan
prosedur audit. Jika keahlian khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga
ahli yang memiliki keahlian tersebut, yang mungkin berasal dari staf kantor akuntannya atau
ahli dari luar. Jika penggunaan jasa tenaga ahli tersebut direncanakan, auditor harus
memiliki pengetahuan memadai yang bersangkutan dengan computer untuk
mengkomunikasikan tujuan pekerjaan ahli lain tersebut; untuk mengevaluasi apakah hasil
prosedur yang telah ditentukan tersebut mencapai tujuan auditor; dan untuk mengevaluasi
hasil prosedur audit yang diterapkan berkaitan dengan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
lain yang direncanakan.
Perencanaan audit yang dilakukan dengan baik dapat menciptakan audit yang efisien dan
efektif. Kegagalan untuk merencanakan penugasan audit secara tepat dapat menyebabkan
penerbitan laporan audit yang keliru atau audit menjadi tidak efisien dan tidak efektif.
Penugasan audit biasanya akan dimulai dari penunjukkan awal atau penunjukkan kembali
auditor oleh klien. Setelah itu, auditor menjalankan sejumlah aktivitas yang akan
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan.
Langkah-langkah dalam melakukan perencanaan audit berdasarkan standar audit seksi 311
(SA Seksi 311):
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha
entitas tersebut.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang
signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi
akuntansi pokok perusahaan.
d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti
risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa.
h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan auditor
tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam,
laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).
Selain langkah-langkah perencanaan tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan auditor
pada tahap perencanaan yaitu:
1) Petunjuk mengenai apa yang harus dilaksanakan dan instruksi bagaimana harus
diselesaikan
2) Alat untuk melakukan koordinasi, pengawasan, dan pengendalian audi.
3) Alat menilai kualitas yang dilaksanakan
1) Kerja interim. Pada umumnya dillaksanakan antara 6 bulan sebelum tanggal neraca
sampai dengan tanggal neraca. Kerja interim berkaitan erat dengan penilaian auditor
terhadap struktur pengendalian intern klien atau pengujian pengendalian
2) Kerja akhir tahun, yaitu pekerjaan audit yang dilaksanakan sejak tanggal neraca
sampai dengan dua atau tiga bulan sesudahnya. Kerja ini berkaitan dengan verifikasi
akun neraca atau pengujian substansif.
Bila perusahaan yang akan diaudit merupakan klien baru, auditor harus terlebih dahulu
memahami bisnis, stabilitas finansial, dan hubungan perusahaan dengan auditor
terdahulu. Namun, bila perusahaan termasuk klien lama atau yang sudah pernah diaudit,
maka auditor tetap harus mempertimbangkan integritas klien dan etika nya. Bila integritas
dan etika klien tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka auditor harus memutus
hubungan dengan klien.
Selain itu, pada tahap 4 ini memiliki beberapa tujuan, seperti prosedur analitis awal,
prosedur analitis substantif, dan prosedur analitis akhir.
e. Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima, serta risiko inhern
Pada tahap kelima, ada 2 poin yang difokuskan oleh auditor, yaitu:
1) Menentukan tingkat materialitas awal .
2) Mempertimbangkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan.
f. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
Auditor mendesain seluruh pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi
terjadinya salah saji dalam laporan keuangan. Ada 4 proses yang menjadi bagian dari
pengendalian internal, yaitu penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan
komunikasi, serta pemantauan.
Setiap tahun banyak KAP mengevaluasi klien-klien yang ada saat ini guna menentukan
apakah ada alasan untuk menghentikan audit. Dua faktor utama yang mempengaruhi resiko
audit yang dapat diterima adalah pemakai laporan keuangan yang mungkin dan maksudnya
menggunakan laporan tersebut. Penggunaan laporan keuangan yang paling mungkin dapat
ditentukan dari pengalaman sebelumnya dengan klien serta diskusi dengan manajemen.
Standar auditing mensyaratkan bahwa auditor harus mendokumentasikan
pemahamannya dengan klien dalam surat penugasan. Auditor harus menempatkan staf
yang tepat pada penugasan agar sesuai dengan standar auditing dan untuk meningkatkan
efisiensi audit. Prosedur analitis menurut standar auditin adalah evaluasi atas informasi
keuangan yang dilakukan yang dilakukan dengan menganalisis hubungan yang masuk
akal antara data keuangan dan nonkeuangan. Prosedur analitis menggunakan
perbandingan dan hubungan.
Untuk menilai apakah saldo akun atau data lain terlihat wajar berkaitan dengan
ekspektasi auditor. Prosdur analitis dapat dilakukan pada salah satu dari ketiga waktu selama
penugasan:
b. Prosedur analitis sering kali digunakan selama tahap pengujian audit sebagai pengujian
substansif untuk mendukung saldo akun
c. Prosedur analitis juga diwajibkan selama tahap penyelesaian audit
Tahap pertama dalam mengaudit suatu laporan keuangan adalah memutuskan apakah
akan menolak atau menerima pekerjaan audit tersebut. Namun, untuk memutuskannya
auditor juga mempertimbangkan hal-hal seperti integritas manajemen, mengidentifikasi
risiko, menilai independensi, menentukan kompetensi dan kemampuan profesionalnya.
Jadi dalam menentukan untuk menerima siklus audit atau tidak memerlukan
pertimbangan yang banyak bukan semata-mata mendapatkan klien saja. Hal ini sesuai
dengan tujuan audit yaitu mengevaluasi, sehingga perlu mempertimbangkan berbagai
faktor.
b. Perencanaan Proses Audit
Merencanakan proses audit adalah tahapan selanjutnya yang harus diketahui auditor.
Untuk membuat perencanaan audit, seorang auditor harus melakukan beberapa kegiatan
seperti:
1) Memahami bisnis dan industri klien
2) Melakukan prosedur analitik
3) Menentukan materialitas, menetapkan risiko audit dan risiko bawaan.
4) Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian
5) Mengembangkan rencana audit dan program audit. Nanti pada praktiknya tidaklah
sesingkat hal tersebut.
Dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan proses audit tersebut memiliki
hal atau bagian lain yang harus dikerjakan lagi. Dengan demikian, rencana audit laporan
keuangan pun dibuat dengan benar dan tepat.
c. Pelaksanaan Pengujian Audit
Setelah membuat perencanaan audit laporan keuangan maka saatnya melaksanakan
pengujian audit. Pada tahap ini, auditor akan melakukan pengujian analitik, pengujian
pengendalian dan pengujian substantif. Singkatnya pengujian analitik dilakukan auditor
dengan mempelajari data-data dan informasi bisnis klien dan membandingkan dengan
data dan informasi lain.
Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit untuk melakukan verifikasi
efektivitas pengendalian internal klien. Sementara pengujian substantif merupakan
siklus audit untuk menemukan kesalahan yang langsung memberikan pengaruh pada
laporan keuangan. Dengan ini, tujuan audit untuk mengevaluasi sudah dicapai.
d. Pelaporan Audit
Tahap terakhir yaitu pelaporan audit, yaitu hasil dari pekerjaan audit yang telah
dikerjakan. Laporan ini merupakan bentuk komunikasi auditor dengan pihak lainnya
sehingga tidak boleh dibuat secara sembarangan. Di dalam laporan audit harus
mencakup jenis opini, jasa yang diberikan, objek yang diaudit, lingkup audit, tujuan
audit, hasil audit dan rekomendasi yang diberikan jika ada kekurangan, dan informasi
atau istilah audit pada laporan keuangan lainnya.
Laporan audit merupakan tanggung jawab audit yang besar sehingga untuk memutuskan
dan membuat laporan ini harus hati-hati. Jika tidak maka nama kantor akuntan publik
biasanya akan tercemar dan akan ada hukuman dari pihak berwajib. Demikian ulasan
mengenai audit mulai dari pengertian dan tujuan audit serta tahapannya dalam
pelaporan keuangan.