Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampu : LELA ANITA, M.S.Ak

Disusun Oleh :
1. Devi Mardiah (2003031009)
2. Eko Suwarno (2003031016)
3. Nurlayla Kholiza (2003031033)
4. Sulis Qurrota Aini Arafah (2003030031)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO
TAHUN 2022

BAB
PEMBAHASAN

1. Pentingnya Perecanaan Audit


Berdasarkan standar auditing yang berlaku umum (standar pekerjaan lapangan), auditor
diharuskan untuk merencanakan pekerjaannya secara memadai dan jika digunakan asisten
harus disupervisi sebagaimana mestinya. Auditor merencanakan penugasan audit dengan
sebaik-baiknya untuk mendapatkan bahan bukti yang tepat pada setiap situasi yang dihadapi
dan untuk menciptakan tingkat efisiensi biaya audit. Bukti audit yang tepat harus diperoleh
auditor untuk memperkecil kewajiban hukum dan mempertahankan reputasinya.

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup


audit yang diharapkan. Auditor harus merencanakan audit dengan sikap skeptis profesional
tentang berbagai hal seperti integritas manajemen, kekeliruan dan ketidakberesan, dan
tindakan melawan hukum. Supervisi mencakup pengarahan asisten yang tergabung dalam
tim audit yang berhubungan dengan pencapaian tujuan audit dan penentuan apakah tujuan
tersebut telah tercapai. Dalam membuat perencanaan audit, supervisi harus lebih
ditingkatkan apabila banyak anggota tim audit belum berpengalaman, dibandingkan dengan
jika mereka telah berpengalaman.

Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan pada saat
pekerjaan harus dilaksanakan yaitu membuat suatu program audit secara tertulis (satu set
program audit tertulis) untuk setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci
prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.
Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan keadaan.
Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan terjadinya perubahan
prosedur audit yang telah direncanakan tersebut.

Auditor harus mempertimbangkan apakah suatu keahlian khusus diperlukan, seperti dalam
mempertimbangkan dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk memahami
pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk merancang dan melaksakan
prosedur audit. Jika keahlian khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga
ahli yang memiliki keahlian tersebut, yang mungkin berasal dari staf kantor akuntannya atau
ahli dari luar. Jika penggunaan jasa tenaga ahli tersebut direncanakan, auditor harus
memiliki pengetahuan memadai yang bersangkutan dengan computer untuk
mengkomunikasikan tujuan pekerjaan ahli lain tersebut; untuk mengevaluasi apakah hasil
prosedur yang telah ditentukan tersebut mencapai tujuan auditor; dan untuk mengevaluasi
hasil prosedur audit yang diterapkan berkaitan dengan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
lain yang direncanakan.

Perencanaan audit yang dilakukan dengan baik dapat menciptakan audit yang efisien dan
efektif. Kegagalan untuk merencanakan penugasan audit secara tepat dapat menyebabkan
penerbitan laporan audit yang keliru atau audit menjadi tidak efisien dan tidak efektif.
Penugasan audit biasanya akan dimulai dari penunjukkan awal atau penunjukkan kembali
auditor oleh klien. Setelah itu, auditor menjalankan sejumlah aktivitas yang akan
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan.

2. Tujuan dan Perencanaan Audit


Tujuan dari perencanaan audit untuk mengurangi ketidakefektifan perkerjaandan resiko
terkait dengan resiko bawaan dan resiko pengendalaian di dalam perkerjaan audit. Tanggung
jawab dan peran partner dalam perencanaan adalah merancang audit dan kesesuaian anggota
di dalam perikatan audit terkait dengan tanggung jawab dari setiap team. Didalam team
perikatan audit membantu partner untuk menyusun perencanaan audit yang mampu
diterapkan serta memenuhi kriteria standart yang telah ditentukan.

Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan mengharuskan perencanaan yang sebaik-baiknya


dalam setiap penugasan audit dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya. Oleh sebab itu tahap perencanaan audit merupakan tahap yang harus mendapat
perhatian yang serius dari auditor. Hal ini tentu tidak dapat dipungkiri, karena pekerjaan
apapun tentu akan lebih baik bila terencana dengan baik. Tahap perencanaan audit ini
merupakan suatu tahap yang vital dalam audit. Kesuksesan audit sangat ditentukan oleh
perencanaan audit secara matang. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi
menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit. Perencanaan audit sangat dipengaruhi
informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan penerimaan penugasan audit.
Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai integritas manajemen, kekeliruan dan
ketidakberesan, dan pelanggaran hukum klien dalam merencanakan audit. Luas dan
kelengkapan perencanaan sangat bergantung pada:

a. Ukuran dan kompleksitas permasalahan disuatu entitas


b. Pengalaman auditor dengan entitas yang akan diaudit
c. Pengetahuan dan kemampuan auditor beserta seluruh staffnya

Langkah-langkah dalam melakukan perencanaan audit berdasarkan standar audit seksi 311
(SA Seksi 311):

a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha
entitas tersebut.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang
signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi
akuntansi pokok perusahaan.
d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti
risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa.
h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan auditor
tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam,
laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).

Selain langkah-langkah perencanaan tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan auditor
pada tahap perencanaan yaitu:

a. Menyusun Program Audit


Program audit merupakan daftar prosedur audit yang akan dilaksanakan oleh pekerja
lapangan atau penghimpung bukti. Program audit meliputi sifat, luas dan saat pekerjaan
yang harus dilaksanakan. Program audit membantu auditor dalam memberikan perintah
kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Program audit harus
menggariskan secara rinci prosedur audit yang diperlukan untuk mencapai tujuan audit.
Dengan demikian audit berfungsi sebgai:

1) Petunjuk mengenai apa yang harus dilaksanakan dan instruksi bagaimana harus
diselesaikan
2) Alat untuk melakukan koordinasi, pengawasan, dan pengendalian audi.
3) Alat menilai kualitas yang dilaksanakan

b. Menyusun Jadwal Kerja


Jadwal kerja merupakan perencanaan mengenai kapan program audit dilaksanakan pada
entitas yang bersangkutan. Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan biasanya
diklarifikasikan dalam dua kategori, yaitu:

1) Kerja interim. Pada umumnya dillaksanakan antara 6 bulan sebelum tanggal neraca
sampai dengan tanggal neraca. Kerja interim berkaitan erat dengan penilaian auditor
terhadap struktur pengendalian intern klien atau pengujian pengendalian
2) Kerja akhir tahun, yaitu pekerjaan audit yang dilaksanakan sejak tanggal neraca
sampai dengan dua atau tiga bulan sesudahnya. Kerja ini berkaitan dengan verifikasi
akun neraca atau pengujian substansif.

c. Menentukan Staf Untuk Melaksanakan Pemeriksaan


Penentuan staf ini merupakan akhir perencanaan audit. Dalam menentukan personal
pemeriksa, auditor harus menetapkan komposisi, misalnya sebagai berikut:
1) Seorang partner yang bertanggung jawab secara keseluruhan atas pemeriksaan
2) Satu atau lebih manajer yang bertanggung jawab pada koordinasi dan supervise
pelaksanaan program audit
3) Satu atau lebih auditor senior bertanggung jawab pada bagian program audit, dan
pengawasan kerja asisten
4) Akuntan yunior atau asisten yang bertanggung jawab untuk melaksanakan prosedur
audit.
3. Tahap Dalam Perencanaan Audit
Berikut 8 tahap dalam perencanaan audit :
a. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal
Tahap pertama ini mencakup keputusan penerimaan audit atas klien, baik klien baru
maupun lama. International Standard on Quality Control (ISQC) 1 mengungkapkan
beberapa prosedur dan kebijakan dalam memutuskan untuk menerima klien, diantaranya
yaitu:
1) Latar belakang perusahaan klien.
2) Persyaratan etis yang dimiliki perusahaan klien.
3) Komunikasi dengan auditor terdahulu (apabila audit tahun sebelumnya dilakukan
oleh auditor yang berbeda).
4) Kebutuhan akan ahli di bidang tertentu.
5) Pemilihan anggota tim perikatan.
6) Perolehan surat perikatan (engagement letter).

Bila perusahaan yang akan diaudit merupakan klien baru, auditor harus terlebih dahulu
memahami bisnis, stabilitas finansial, dan hubungan perusahaan dengan auditor
terdahulu. Namun, bila perusahaan termasuk klien lama atau yang sudah pernah diaudit,
maka auditor tetap harus mempertimbangkan integritas klien dan etika nya. Bila integritas
dan etika klien tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka auditor harus memutus
hubungan dengan klien.

b. Memahami bisnis dan industri klien


Pada tahapan ini, auditor berusaha memahami lingkungan bisnis klien, baik eksternal
maupun internal. Lingkungan bisnis klien yang tercantum dalam Internasional Standard
Audit (ISA) 100 meliputi kondisi ekonomi industri, peraturan pelaporan keuangan, dan
dampak kompetisi bisnis.
Selain itu, beberapa aspek lain yang juga perlu dipahami auditor, antara lain:
1) Industri dan lingkungan eksternal
2) Operasi dan proses bisnis
3) Manajemen dan tata kelola
4) Strategi dan tujuan klien
5) Ukuran dan kinerja
Memahami lingkungan bisnis perusahaan berguna dalam proses penilaian risiko oleh
auditor. Hasil penilaian risiko nantinya akan digunakan untuk menentukan
banyaknya bukti audit yang diperlukan.

c. Menilai risiko bisnis klien


Selanjutnya, auditor akan melakukan penilaian risiko dengan mengidentifikasi efektivitas
implementasi pengendalian internal dengan berpedoman pada kerangka Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO).
Auditor akan memeriksa dan memahami apakah ada risiko yang mungkin terjadi dari
strategi bisnis yang dijalankan klien. Bila ditemukan adanya risiko, maka bisnis klien
dapat dikatakan gagal mencapai

d. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan


Dalam melakukan prosedur analitis pendahuluan, auditor harus mempertimbangkan
beberapa hal, diantaranya:
1) Ekspektasi perusahaan (dalam bentuk bujet atau forecast report) dan auditor (dalam
bentuk perhitungan auditor mengenai estimasi besarnya beban depresiasi).
2) Informasi keuangan perusahaan di industri serupa.
3) Informasi keuangan perusahaan klien di periode sebelumnya. Tujuannya untuk
melihat kenaikan atau penurunan yang signifikan pada keuangan perusahaan,
sehingga auditor dapat merancang prosedur tertentu dalam rangka merespon hal ini.

Selain itu, pada tahap 4 ini memiliki beberapa tujuan, seperti prosedur analitis awal,
prosedur analitis substantif, dan prosedur analitis akhir.

e. Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima, serta risiko inhern
Pada tahap kelima, ada 2 poin yang difokuskan oleh auditor, yaitu:
1) Menentukan tingkat materialitas awal .
2) Mempertimbangkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan.
f. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
Auditor mendesain seluruh pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi
terjadinya salah saji dalam laporan keuangan. Ada 4 proses yang menjadi bagian dari
pengendalian internal, yaitu penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan
komunikasi, serta pemantauan.

g. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan


Pengumpulan informasi dimaksudkan untuk menilai kemungkinan terjadinya risiko
kecurangan selama perencanaan audit berlangsung, serta untuk memperbarui penilaian
tersebut selama proses audit. Informasi ini biasanya akan ditemukan ketika auditor
melakukan kunjungan ke perusahaan klien serta mengidentifikasi pihak-pihak yang
terkait di dalamnya.

h. Mengembangkan strategi audit dan program audit secara keseluruhan


ISA 300 mewajibkan pembentukan strategi audit dengan tujuan untuk merespon risiko
salah saji dalam pelaporan keuangan dengan mempertimbangkan hasil prosedur analitis
atas kondisi dan lingkungan bisnis perusahaan klien. Ada 2 strategi yang dapat dipilih,
yaitu Primarily subtantive approach dan lower assessed level of control risk approach.

Pada umumnya, srategi audit mencakup beberapa hal seperti :


1) Karakteristik yang relevan dengan proses audit, seperti kerangka pelaporan yang
digunakan.
2) Tanggal pelaporan.
3) Tingkat materialitas.
4) Penilaian risiko dan keputusan untuk menilai efektivitas pengendalian internal.
5) Rencana pemanfaatan sumber daya yang tersedia.
4. Membandingkan Penerimaan Klient Baru dengan Melakukan Penugasan Prosedur
Analitis
Sebelum menerima klien baru, kebanyakan KAP akan menyelidiki perusahaan tersebut
untuk menentukan akseptabilitasnya. Kantor akan melakukan dengan memeriksa, sejauh
memungkinkan, prospektif klien dalam komunitas bisnis, stabilitas keuangan, dan
hubungannya dengan kantor akuntan publik sebelumnya. Untuk calon klien yang
sebelumnya telah diaudit oleh KAP lain, auditor yang baru diharuskan oleh standar auditing
untuk berkomunikasi dengan auditor pendahuluan.

Setiap tahun banyak KAP mengevaluasi klien-klien yang ada saat ini guna menentukan
apakah ada alasan untuk menghentikan audit. Dua faktor utama yang mempengaruhi resiko
audit yang dapat diterima adalah pemakai laporan keuangan yang mungkin dan maksudnya
menggunakan laporan tersebut. Penggunaan laporan keuangan yang paling mungkin dapat
ditentukan dari pengalaman sebelumnya dengan klien serta diskusi dengan manajemen.
Standar auditing mensyaratkan bahwa auditor harus mendokumentasikan
pemahamannya dengan klien dalam surat penugasan. Auditor harus menempatkan staf
yang tepat pada penugasan agar sesuai dengan standar auditing dan untuk meningkatkan
efisiensi audit. Prosedur analitis menurut standar auditin adalah evaluasi atas informasi
keuangan yang dilakukan yang dilakukan dengan menganalisis hubungan yang masuk
akal antara data keuangan dan nonkeuangan. Prosedur analitis menggunakan
perbandingan dan hubungan.

Untuk menilai apakah saldo akun atau data lain terlihat wajar berkaitan dengan
ekspektasi auditor. Prosdur analitis dapat dilakukan pada salah satu dari ketiga waktu selama
penugasan:

a. Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan untuk membantu menentukan


sifat, luas, dan penetapan waktu prosedur audit.

b. Prosedur analitis sering kali digunakan selama tahap pengujian audit sebagai pengujian
substansif untuk mendukung saldo akun
c. Prosedur analitis juga diwajibkan selama tahap penyelesaian audit

5. Tahapan Audit Laporan Keuangan


Adapun tahapan-tahapan audit laporan keuangan sebagai berikut:
a. Penerimaan Perikatan Audit
Perikatan merupakan suatu kesepakatan kedua belah pihak. Dalam hal audit maka kedua
belah pihak ini adalah pihak auditor dan perusahaan yang biasanya diwakili oleh
manajemen. Sebelum melaksanakan audit, maka harus ada sebuah kesepakatan yang
harus dibuat dan disetujui bersama. Manajemen atau klien menyerahkan audit laporan
keuangan kepada auditor dan auditor menyanggupi audit laporan keuangan sesuai
dengan kompetensinya. Bentuk perikatan ini dalam bentuk surat perikatan audit.

Tahap pertama dalam mengaudit suatu laporan keuangan adalah memutuskan apakah
akan menolak atau menerima pekerjaan audit tersebut. Namun, untuk memutuskannya
auditor juga mempertimbangkan hal-hal seperti integritas manajemen, mengidentifikasi
risiko, menilai independensi, menentukan kompetensi dan kemampuan profesionalnya.
Jadi dalam menentukan untuk menerima siklus audit atau tidak memerlukan
pertimbangan yang banyak bukan semata-mata mendapatkan klien saja. Hal ini sesuai
dengan tujuan audit yaitu mengevaluasi, sehingga perlu mempertimbangkan berbagai
faktor.
b. Perencanaan Proses Audit
Merencanakan proses audit adalah tahapan selanjutnya yang harus diketahui auditor.
Untuk membuat perencanaan audit, seorang auditor harus melakukan beberapa kegiatan
seperti:
1) Memahami bisnis dan industri klien
2) Melakukan prosedur analitik
3) Menentukan materialitas, menetapkan risiko audit dan risiko bawaan.
4) Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian
5) Mengembangkan rencana audit dan program audit. Nanti pada praktiknya tidaklah
sesingkat hal tersebut.
Dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan proses audit tersebut memiliki
hal atau bagian lain yang harus dikerjakan lagi. Dengan demikian, rencana audit laporan
keuangan pun dibuat dengan benar dan tepat.
c. Pelaksanaan Pengujian Audit
Setelah membuat perencanaan audit laporan keuangan maka saatnya melaksanakan
pengujian audit. Pada tahap ini, auditor akan melakukan pengujian analitik, pengujian
pengendalian dan pengujian substantif. Singkatnya pengujian analitik dilakukan auditor
dengan mempelajari data-data dan informasi bisnis klien dan membandingkan dengan
data dan informasi lain.
Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit untuk melakukan verifikasi
efektivitas pengendalian internal klien. Sementara pengujian substantif merupakan
siklus audit untuk menemukan kesalahan yang langsung memberikan pengaruh pada
laporan keuangan. Dengan ini, tujuan audit untuk mengevaluasi sudah dicapai.
d. Pelaporan Audit
Tahap terakhir yaitu pelaporan audit, yaitu hasil dari pekerjaan audit yang telah
dikerjakan. Laporan ini merupakan bentuk komunikasi auditor dengan pihak lainnya
sehingga tidak boleh dibuat secara sembarangan. Di dalam laporan audit harus
mencakup jenis opini, jasa yang diberikan, objek yang diaudit, lingkup audit, tujuan
audit, hasil audit dan rekomendasi yang diberikan jika ada kekurangan, dan informasi
atau istilah audit pada laporan keuangan lainnya.
Laporan audit merupakan tanggung jawab audit yang besar sehingga untuk memutuskan
dan membuat laporan ini harus hati-hati. Jika tidak maka nama kantor akuntan publik
biasanya akan tercemar dan akan ada hukuman dari pihak berwajib. Demikian ulasan
mengenai audit mulai dari pengertian dan tujuan audit serta tahapannya dalam
pelaporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai